Koinworks Hadirkan Layanan P2P Lending

Satu lagi startup Indonesia berbasis layanan finansial hadir, kali ini menyediakan platform pasar online yang menghubungkan pemberi pinjaman dengan peminjam, atau biasa disebut dengan istilah Peer-to-peer Lending (P2P Lending). Bernama Koinworks, layanan ini terinspirasi dari LendingClub di Amerika Serikat. KoinWorks menyediakan sistem penilaian pinjaman, sistem pembayaran, dan teknologi yang memberikan pengalaman lebih baik untuk para pemberi pinjaman dan peminjam.

Layanan peminjaman uang digital ini diinisiasi dengan dalih untuk memberikan sebuah alternatif layanan finansial yang sederhana. Selain itu juga memberi pilihan di tengah opsi pinjaman dari institusi finansial yang masih mematok margin bunga (Net Interest Margin) yang sangat tinggi (jika dibandingkan negara-negara lain).

Kepada DailySocial Co-Founder Koinworks Benedicto Haryono bercerita tentang awal mula pendirian layanannya:

“Kami sudah memulai riset dan idea kami di awal 2015, kemudian mulai mencari key persons untuk tim kami. Di pertengahan 2015 kami memulai part-time development dari sisi business processes dan legal due dilligence untuk product design dan company structure kami. Di Oktober 2015 kami akhirnya memulai full time development. Untuk pendanaan, sekarang ini kami masih memakai seed capital yang kami galang di 2015.”

Ben juga menambahkan, dengan Koinworks pengguna akan mendapatkan keuntungan berupa produk dan interaksi yang lebih baik bagi kedua belah pihak. Bagi peminjam akan mendapatkan bunga yang lebih rendah, biaya yang lebih murah, aplikasi yang lebih cepat dan fleksibel, dan juga kemudahan lainnya seperti pelunasan awal tanpa denda.

Sedangkan bagi pemberi pinjaman akan mendapatkan bunga yang lebih baik dari deposito, sistem penyaluran pinjaman yang mudah didiversifikasi ke banyak peminjam, dan sistem pembayaran kembali yang mudah.

“Di model kami, semua keuntungan dari bunga dinikmati oleh pengguna. Kami hanya mengenakan service fee untuk transaksi yang sukses. Apabila transaksi tidak berhasil, maka tidak ada fee apa pun yang dikenakan ke pengguna. Service fee kami adalah 3% untuk peminjam yang berhasil mendapatkan pendanaan, dan 1% untuk pemberi pinjaman sewaktu pengembalian. Biaya lainnya seperti asuransi atau biaya transfer bank kita kenakan at-cost,” ujar Benedicto.

Di Indonesia sendiri saat ini belum memiliki peraturan yang secara khusus mengatur pinjaman peer-to-peer, seperti yang dihadirkan Koinworks. Kendati demikian pihak Koinworks siap jika sewaktu-waktu regulasi tersebut dirilis, dan bersedia untuk menyesuaikan proses layanannya.

“Kepercayaan itu tidak bisa diberikan, tapi didapatkan dengan layanan yang baik melalui proses waktu. Karena itu, kami lebih fokus untuk membuat sistem yang baik dan aman […] Kami pikir peraturan resmi akan dirancang oleh pemerintah, dan kami dukung itu karena akan menjadi dorongan positif untuk industri peer finance,” imbuh Benedicto.

Untuk memaksimalkan kepuasan pelanggan tersebut, Koinworks berfokus pada berbagai improvisasi dan strategi. Dari sisi IT dan operasional, Koinworks melakukan banyak uji coba dan masukkan contingency plannings. Dari sisi analisis kredit, Koinworks merekrut dan berkonsultasi dengan orang-orang yang sudah berpengalaman di bank.

Koinworks juga menerapkan sistem fraud-check yang ketat, dan juga membuat algoritma khusus untuk analisa kredit.  Dari sisi peraturan, Koinworks melakukan konsultasi dengan OJK baik secara langsung ataupun dari tim legal.

“Di tahun ini kami tidak menargetkan volume bisnis yang besar, tapi lebih fokus ke pelayanan yang baik untuk para pengguna kami. Dengan ini, kami berharap untuk mengawali track record yang bagus bagi brand kami. Saya rasa reputasi dan kepercayaan harus dibangun secara perlahan,” pungkas Benedicto.

Optimisme Investree Hadapi Persaingan Pasar P2P Lending

Salah satu kategori startup fintech yang kian ramai di Indonesia adalah startup dengan layanan peer to peer lending (P2P). Startup ini memiliki konsep marketplace yang akan mempertemukan para investor (mereka yang mempunyai dana) dengan peminjam. Satu dari startup P2P lending di Indonesia adalah Investree.

Investree hadir di Indonesia pada November tahun lalu. Baru di awal tahun ini layanan Investree melakukan soft-launching. Startup yang digawangi oleh Adrian Asharyanto Gunadi, Andi M Andries dan Dickie Widjaja ini sejauh ini masih berjalan dengan modal pribadi. Dengan pengalaman masing-masing Founder dan Co-founder, Investree berkomitmen untuk memberikan layanan yang terbaik bagi penggunanya.

Tak hanya didukung dengan teknologi untuk transaksi dan pencatatan, layanan Investree juga didukung dengan analisis manajemen risiko yang tinggi. Sejak aktif pada bulan November silam, Investree mengklaim memiliki pertumbuhan yang baik. Menurut data internal Investree saat ini total pembiayaan yang telah dilakukan mencapai Rp 2,5 M. Angka tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya jumlah investor yang tergabung dalam sistem Investree.

“Rata-rata transaksi berhasil didanai dalam waktu 5 hari oleh 6 lenders. Investree juga telah menjalankan proses repayment atas pinjaman yang didanai dan menangani beberapa deal dengan Borrower yang datang dari berbagai macam latar belakang bisnis, termasuk penyedia tenaga kerja outsourcing, digital agency, hingga perusahaan konstruksi. Seluruh pinjaman yang ditawarkan berhasil didanai 100% dengan proses repayment yang aman dan terkendali. Pertumbuhan perusahaan telah mendekati 100% per bulan dari segi pinjaman dan visitor,” ungkap Adrian saat menjelaskan kondisi layanan Investree kepada Dailysocial.

Sama seperti P2P lending lainnya Investree juga bermitra dengan pihak bank. Saat ini Investree bermitra dengan bank Danamon sebagai cash management. Menurut penjelasan Adrian kerja sama ini sejalan dengan prinsip bisnis Investree yang tidak melakukan penghimpunan dana.

“Setiap transaksi yang diadministrasikan oleh Investree akan dilakukan melalui Virtual Account (VA) dalam sistem Bank Danamon. Investor dan Borrower pun akan memiliki sebuah VA dengan nomor rekening tertentu yang dapat digunakan untuk aktivitas transaksi di Investree,” terang Adrian.

Menatap persaingan dengan optimis

Konsep layanan P2P lending di Indonesia tergolong masih baru meski sudah banyak yang memberikan layanan ini. Itu lah mengapa pihak Investree merasa tertantang untuk bisa mengedukasi masyarakat mengenai layanan ini.

P2P lending pada dasarnya ingin membantu masyarakat memperoleh pinjaman, terutama bagi mereka yang kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank. Salah satu yang menjadi fokus Investree adalah UKM.

“Sektor UKM, yang menjadi salah satu fokus Investree, adalah satu contoh nyata. Mereka menyumbang 99% pekerjaan yang ada di Indonesia, namun porsi pembiayaan di sektor tersebut masih sangat rendah. Oleh karena itu, kami mendukung pertumbuhan P2P lending dan layanan serupa yang dapat membantu masyarakat Indonesia meraih akses finansial secara mudah. Kami juga secara aktif berkomunikasi dengan OJK melalui Task Force Fintech untuk mendiskusikan regulasi tentang P2P lending bersama dengan perusahaan P2P lending lainnya agar industri ini dapat berkembang secara sehat di masa depan,” jelas Adrian.

Adrian bercerita ada beberapa hal yang menjadi keunggulan Investree dibanding dengan startup P2P lending lainnya. Dari sisi produk, Investree fokus pada bidang pinjaman bisnis dengan produk berupa pembiayaan piutang, selain itu dalam waktu dekat Investree juga akan menyajikan produk consumer loans yang ditujukan kepada para peminjam individual untuk keperluan-keperluan seperti renovasi rumah, pinjaman pernikahan atau pinjaman umroh.

Selain itu Investree juga mengklaim memiliki sistem credit scoring yang kredibel dalam menganalisis, menyeleksi dan menyetujui permintaan pinjaman yang diajukan oleh peminjam. Hal tersebut akan memastikan bahwa hanya peminjam yang layak yang akan tersedia di marketplace Investree.

Fokus dan target saat ini

Adrian menjelaskan saat ini pihaknya sedang berusaha memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi pengguna Investree, baik peminjam maupun investor. Di samping itu, sebagai persiapan menuju grand-launching Investree yang rencanannya akan dilakukan pada bulan Mei mendatang saat ini Investree tengah giat melakukan digital campaign.

Untuk target jangka pendek pihak Investree tengah berupaya menambah jumlah basis pengguna baik itu peminjam maupun investor, memperkuat SDM untuk menunjang layanan Investree, dan peluncuran aplikasi mobile di akhir tahun ini.

Sedang untuk jangka panjang Investree berharap bisa melakukan ekspansi ke kota dan negara lain, menambah portofolio produk dan berupaya menjadi “Indonesia’s leading peer-to-peer marketplace” yang mampu meningkatkan inklusi finansial di tanah air.