Withings Luncurkan Smartwatch Analog Baru, Steel HR Sport

April 2016, Withings resmi dibeli oleh Nokia. Di bawah Nokia, produk perdana mereka adalah Withings Steel HR, yang dirilis pada bulan September 2016. Lompat ke Juni 2018, Nokia resmi menjual Withings ke pemilik aslinya. Produk pertamanya semenjak kembali berdiri sendiri lagi adalah Withings Steel HR Sport.

Apakah ini sekadar kebetulan? Mungkin saja, tapi yang pasti seri Steel HR selalu menjadi bagian penting dalam kiprah Withings. Lalu apa yang membuat Steel HR Sport ini berbeda dibanding sebelumnya, selain statusnya sebagai produk perdana Withings pasca kembali ke pemilik aslinya? Sebenarnya tidak banyak, tapi akan saya coba jelaskan.

Withings Steel HR Sport

Masih berupa smartwatch analog, desain Steel HR Sport hanya berbeda sedikit dibanding Steel HR. Yang paling kelihatan adalah case yang kini berwarna gunmetal (abu-abu gelap). Bahannya masih stainless steel, dan ketahanan airnya masih sampai 50 meter, akan tetapi varian yang tersedia sekarang cuma yang berdiameter 40 mm saja (Steel HR biasa punya varian 36 mm).

Wajah Steel HR Sport diisi sejumlah angka dibanding Steel HR yang mulus. Kalau benar-benar diamati, tampak bahwa logo Withings juga sudah berubah, dan saya pribadi suka dengan jarum dua warnanya (baik pada latar putih maupun hitam), plus jarum kecil di bawah yang berwarna merah yang menjadi indikator progress beraktivitas.

Withings Steel HR Sport

Guna menambah kesan sporty, Steel HR Sport datang bersama strap berbahan silikon dengan motif lubang-lubang. Buat saya, desain Steel HR lebih cantik digandengkan dengan strap kulit (untungnya masih bisa dibeli secara terpisah), tapi toh itu semua hanya masalah selera, dan lebih banyak pilihan adalah kabar baik buat konsumen.

Dari segi fungsionalitas, Steel HR Sport juga mirip seperti Steel HR, dengan sejumlah pengecualian, utamanya kemampuan nebeng GPS milik smartphone – sayang belum dedicated sehingga perangkat bisa digunakan secara mandiri. Fitur ini absen pada Steel HR, dan secara langsung menambah ragam aktivitas yang dapat dimonitor oleh Steel HR Sport, mulai dari berlari sampai bersepeda.

Withings Steel HR Sport

Memonitor laju jantung maupun VO2 Max masih bisa dilakukan, dan seperti sebelumnya, informasinya akan ditampilkan pada layar OLED kecil yang ada di antara penunjuk angka 11 dan 1. Yang baru adalah fitur notifikasi yang lebih kapabel; bukan lagi terbatas pada panggilan telepon, pesan teks dan kalender saja, tapi Steel HR Sport juga bisa meneruskan notifikasi dari >100 aplikasi.

Satu yang tidak berubah namun sama sekali bukanlah hal buruk adalah ketahanan baterainya. Steel HR Sport masih bisa beroperasi selama 25 hari (dan bisa ditambah lagi hingga 20 hari sebagai jam tangan biasa). Withings sekarang sudah memasarkannya seharga $200, namun konsumen harus menambah $50 untuk strap kulitnya.

Sumber: PR Newswire.

Dua Activity Tracker Baru Polar Mampu Menghitung Watt yang Dihasilkan Tubuh

Berkat reputasinya, Garmin dan Fitbit menjadi brand yang segera muncul di benak konsumen ketika mereka mencari fitness tracker. Namun berbicara soal pengalaman, Polar juga sudah berkecimpung di ranah pengembangan komputer olah raga selama puluhan tahun. Perusahaan asal Finlandia ini merupakan pencipta perangkat pelacak detak jantung wireless pertama.

Di hari Kamis kemarin, Polar Electro resmi memperkenalkan dua perangkat activity tracker baru, yaitu Vantage M untuk aktivitas multi-sport dan lari, serta Vantage V sebagai opsi premium. Kedua perangkat wearable ini dibekali sensor optik detak jantung jenis baru, memanfaatkan sembilan buah LED untuk menghasilkan panjang gelombang berbeda – via LED merah dan hijau. Metode ini membuat proses deteksi jadi lebih akurat.

Kemampuan unik lain dari Polar Vantage V dan M menyerupai kapabilitas tracking Stryd. Activity tracker bisa mengukur jumlah tenaga yang dihasilkan tubuh ketika berolahraga – mirip seperti bagaimana pesepeda mengetahui output watt tubuhnya. Ukuran ini dipercaya merepresentasikan perubahan intensitas latihan secara lebih akurat dibanding detak jantung, ideal untuk menakar interval dan menjaga kestabilan sewaktu berlari.

Proses penghitungannya dilakukan dengan memanfaatkan algoritma khusus, dikombinasikan bersama data barometer serta GPS. Fitur bertajuk ‘Running Power’ tersebut bahkan dapat mengkalkulasi beban otot, persendian serta tulang. Hebatnya lagi, Vantage diklaim mampu memonitor bobot latihan di tiap sesi, menghitungnya dalam durasi hari hingga jangka panjang. Pada akhirnya, wearable akan membantu pengguna menyadari batasan fisik mereka.

Polar 3

Vantage M dan V akan memberikan rekomendasi dan juga memperingatkan kita agar tidak berlatih berlebihan demi mencegah cedera dan kelelahan. Menariknya lagi, activity tracker bisa tahu jika Anda sedang stres dan dapat menyemangati kita saat momentum latihan mulai menurun.

Polar 1

Seperti fitness tracker high-end lain, Vantage M dan V mampu menakar jumlah pembakaran kalori dan tingkatan idealnya (berdasarkan tinggi, berat badan, umur dan jenis kelamin), kualitas tidur, hingga konsumsi oksigen maksimal saat berlatih (VO2max). Polar juga telah menyiapkan dukungan untuk lebih dari 130 jenis olahraga, bisa dikustomisasi via app Polar Flow.

Polar 2

Polar Vantage M dan V mempunyai desain yang cukup sederhana. Di sana ada layar always-on bundar berukuran 1,2-inci 240x240p di tubuh berdiameter 46mm, yang dipasangkan ke strap silikon. Activity tracker ini telah mendapatkan sertifikasi tahan air WR30, serta didukung baterai 320mAh dan konektivitas Bluetooth LE.

Vantage M dibanderol US$ 280, sedangkan Vantage V dijajakan seharga US$ 500. Keduanya sudah bisa di-pre-order melalui situs Polar, rencananya akan didistribusikan mulai bulan Oktober 2018 besok.

Via The Verge.

Apple Watch Series 4 Hadir Membawa Perubahan yang Paling Banyak Dibanding Sebelumnya

Tidak terasa sudah empat tahun sejak Apple Watch pertama diperkenalkan. Tahun 2016, Apple Watch Series 2 hadir membawa peningkatan performa dalam bodi yang sama tapi tahan air sepenuhnya. Tahun 2017, Apple Watch Series 3 kembali menghadirkan lonjakan performa dan konektivitas seluler, tapi lagi-lagi tanpa ubahan desain yang berarti.

Tahun ini, Apple Watch Series 4 bisa dibilang membawa perubahan yang paling banyak. Saat mengungkapnya bersama trio iPhone X baru, Apple bilang bahwa mereka telah merancangnya ulang. Namun klaim ini tidak akan terbukti kalau kita hanya melihat Series 4 sepintas.

Apple Watch Series 4

Penampilannya secara keseluruhan masih sama, akan tetapi ukuran layarnya membesar sekitar 30 persen – bezel-nya menyusut cukup signifikan, dan bagian ujung layarnya dibuat melengkung seperti iPhone (case-nya pun juga lebih membulat ketimbang Series 3). Bukan cuma layarnya, dimensi fisiknya pun ikut membesar: Series 4 tersedia dalam dua varian ukuran, 40 mm atau 44 mm (sebelumnya 38 mm dan 42 mm).

Karena layarnya membesar, resolusi panel OLED-nya pun ikut meningkat. Varian 40 mm mengemas resolusi 324 x 394 pixel, sedangkan varian 44 mm mengemas 368 x 448 pixel. Tingkat kecerahan maksimumnya masih sama seperti Series 3 di angka 1.000 nit. Layar yang lebih besar juga berarti informasi yang ditampilkan bisa lebih banyak, dan komplikasinya pun lebih variatif.

Apple Watch Series 4

Material yang digunakan masih sama, aluminium atau stainless steel, tergantung variannya (tidak ada lagi varian mewah yang terbuat dari emas murni maupun keramik seperti sebelum-sebelumnya). Sisi belakang Series 4 diklaim sepenuhnya terbuat dari keramik dan dilapis kristal safir. Ketahanan airnya sama (hingga 50 meter), tapi bodinya sedikit lebih tipis (10,7 mm dibandingkan 11,4 mm pada Series 3).

Masih seputar fisik, Digital Crown milik Series 4 kini dilengkapi haptic feedback alias efek getaran saat diputar. Aksen merah untuk varian selulernya tak lagi norak seperti di Series 3, melainkan berbentuk cincin kecil layaknya lini lensa kamera premium Canon. Terakhir, volume speaker-nya diklaim 50% lebih keras.

Apple Watch Series 4

Series 4 ditenagai oleh chipset Apple S4 dengan prosesor dual-core beraksitektur 64-bit. Performanya diyakini dua kali lebih gegas dibanding Series 3. Bukan cuma prosesornya yang baru, bahkan accelerometer dan gyroscope-nya pun baru; lebih efektif sampai-sampai Series 4 dapat mendeteksi apabila penggunanya terjatuh (fitur yang Apple sebut dengan istilah Fall Detection).

Fall Detection ini bekerja secara otomatis. Ketika perangkat mendeteksi pengguna terjatuh, layarnya akan langsung menampilkan notifikasi, menanyakan apakah penggunanya baik-baik saja. Seumpama pengguna tidak merespon sampai satu menit, perangkat bakal langsung menghubungi layanan darurat (SOS).

Apple Watch Series 4

Sensor optik untuk memonitor laju jantung masih ada di belakang, tapi kini didampingi sensor elektrik berupa elektroda yang mengitari sensor optik tersebut. Perpaduan dua sensor ini memungkinkan Series 4 untuk bekerja layaknya alat electrocardiogram, atau yang lebih dikenal dengan sebutan ECG.

Proses pemeriksaan ECG pada Apple Watch hanya memerlukan waktu 30 detik saja. Setelahnya, layar akan langsung menampilkan klasifikasi dari ritme jantung pengguna. Semua datanya akan disimpan dalam aplikasi Health di perangkat iOS, dan bisa dibagikan ke dokter spesialis dalam bentuk PDF. ECG on-demand ini sejatinya bisa menjadi nilai jual utama Series 4 kalau menurut saya.

Apple Watch Series 4

Terkait konektivitas, Apple mengklaim bahwa desain baru Series 4 juga berujung pada penerimaan sinyal LTE yang lebih baik daripada sebelumnya. Sepele namun tidak kalah penting adalah Bluetooth 5.0 yang menggantikan Bluetooth 4.2 milik generasi sebelumnya.

Mungkin satu-satunya hal yang mengecewakan dari Series 4 adalah daya tahan baterainya yang cuma 18 jam pemakaian. Meski begitu, setidaknya angka ini sama persis dan tidak lebih buruk daripada Series 3, padahal kita tahu Series 4 memiliki bodi yang lebih tipis.

Apple Watch Hermes Series 4 / Apple
Apple Watch Hermes Series 4 / Apple

Apple Watch Series 4 akan dipasarkan di berbagai negara mulai 21 September. Harganya dimulai di angka $399, atau $499 untuk varian LTE-nya. Beragam variasi desain tentu masih menjadi salah satu nilai jual Series 4, dan varian stainless steel-nya kini juga tersedia dalam warna emas seperti iPhone XS dan XS Max.

Kabar baiknya, Series 4 kompatibel dengan semua strap Apple Watch generasi sebelumnya. Varian eksklusif Apple Watch Nike+ maupun Apple Watch Hermes juga masih menjadi bagian dari lineup Series 4. Apple juga masih akan menjual Series 3, tapi harga awalnya turun menjadi $279.

Sumber: Apple.

Qualcomm Akhirnya Luncurkan Chipset Smartwatch Baru, Snapdragon Wear 3100

Salah satu smartwatch Wear OS terbaru yang dirilis belum lama ini adalah Skagen Falster 2. Desainnya menawan, fiturnya lengkap, tapi masih ada satu hal yang mengganjal: chipset yang digunakan, Qualcomm Snapdragon Wear 2100, sudah berusia dua tahun lebih.

Ini bukan salah Skagen, akan tetapi memang selama dua tahun ini Qualcomm sama sekali belum meluncurkan chipset smartwatch baru, sampai akhirnya mereka buka omongan dan berjanji menghadirkan Snapdragon Wear versi baru di musim gugur tahun ini. Janji tersebut akhirnya mereka tepati lewat Snapdragon Wear 3100 (SDW3100).

Secara teknis, SDW3100 sebenarnya masih menggunakan prosesor quad-core yang sama seperti milik SDW2100, yang berarti performanya tidak berubah. Yang berbeda adalah kehadiran co-processor bernama QCC1110 yang mendampinginya. Fisik co-processor ini begitu mungil, cuma 21 mm², dan tugas utamanya adalah mengatasi keperluan-keperluan komputasi yang tidak butuh daya besar.

Co-processor QCC1110 yang terdapat pada Snapdragon Wear 3100 / Qualcomm
Co-processor QCC1110 yang terdapat pada Snapdragon Wear 3100 / Qualcomm

Qualcomm sendiri menjelaskannya seperti ini: saat pengguna benar-benar memakai smartwatch-nya secara aktif (mengutak-atik layarnya), yang bekerja adalah prosesor utamanya, namun kalau dirata-rata ini hanya terjadi sekitar 5 – 10 persen setiap harinya. Sisa 90 persennya, smartwatch akan beroperasi di background, dan di sini giliran co-processor tadi yang bekerja.

Penggunaan co-processor ini diklaim dapat menurunkan konsumsi daya sampai 20 kali lipat, dan menurut Qualcomm, smartwatch yang ditenagai SDW3100 mampu memberikan daya tahan baterai 4 – 12 jam lebih lama daripada yang menggunakan SDW2100. Angka pastinya tentu bergantung pada banyak faktor seperti ukuran dan resolusi layar, maupun kapasitas baterai.

Supaya kinerjanya lebih maksimal, SDW3100 dilengkapi tiga mode untuk skenario penggunaan yang berbeda. Mode yang pertama ditujukan untuk menemani kegiatan berolahraga, memastikan GPS dan heart-rate monitor tetap aktif selagi menyuguhkan ketahanan baterai hingga 15 jam. Mode yang kedua akan menyulap smartwatch menjadi seperti jam tangan tradisional, membatasi fitur-fiturnya demi mewujudkan baterai yang awet sampai satu minggu.

Terakhir, ada mode yang dirancang khusus untuk smartwatch yang masuk kategori fashion. Mode ini pada dasarnya akan memastikan layar terus menyala dan menampilkan sejumlah komplikasi, hanya saja tampilannya cuma dibatasi dalam 16 warna saja, dan tingkat kecerahan layarnya bakal berubah-ubah sesuai kondisi pencahayaan di sekitar.

Montblanc Summit 2 / Wareable
Montblanc Summit 2 / Wareable

Kabar baiknya, konsumen tidak perlu menunggu kedatangan smartwatch SDW3100 terlalu lama. Qualcomm sudah memasoknya ke sejumlah tiga brand: Fossil Group, Louis Vuitton dan Montblanc. Montblanc adalah yang pertama kebagian jatah. Mereka pun tak mau berlama-lama dan langsung mengumumkan Summit 2, penerus dari smartwatch perdananya yang dirilis tahun lalu.

Dibandingkan pendahulunya, Summit 2 jauh kelihatan lebih unisex. Dimensinya mengecil agar tetap tampak ideal di pergelangan tangan kaum adam maupun hawa, dan desainnya sendiri boleh dibilang terkesan lebih dewasa. Menurut Montblanc sendiri, Summit 2 diciptakan sebagai teman perjalanan, teman fitness sekaligus teman bertualang.

Montblanc masih belum banyak bicara soal fitur dan spesifikasi, namun yang pasti ada chipset Snapdragon Wear 3100 yang menjadi otaknya. Rencananya, Montblanc Summit 2 akan dilepas ke pasaran mulai bulan Oktober. Harganya belum diketahui, tapi semestinya tidak akan lebih murah dari pendahulunya yang berada di kisaran $900.

Sumber: 1, 2, 3.

MyKronoz ZeTime 2 Teruskan Jejak Pendahulunya Mendefinisikan Ulang Istilah Smartwatch Hybrid

Dunia mengenal istilah smartwatch hybrid sebagai jam tangan analog yang dilengkapi kapabilitas activity tracking. Namun startup asal Swiss bernama MyKronoz punya anggapan berbeda. Buat mereka, smartwatch hybrid adalah smartwatch yang berhasil mengawinkan elemen mekanis dengan kecanggihan layar sentuh, dan itu sudah mereka wujudkan tahun lalu melalui perangkat bernama ZeTime.

Untuk tahun ini, MyKronoz telah menyiapkan ZeTime 2 sebagai suksesornya. Tentu saja perpaduan jarum jam mekanis dan touchscreen masih menjadi nilai jual utama di sini, akan tetapi MyKronoz telah menyempurnakan sejumlah aspek lainnya. Dari segi opsi, konsumen kini bisa memilih antara varian berdiameter 44 mm (Regular) atau 39 mm (Petite).

Layar sentuh yang dikitari case stainless steel itu sekarang menggunakan panel AMOLED; diameternya 1,3 inci pada varian Regular, 1,05 inci pada varian Petite. UI-nya diklaim juga telah disempurnakan, dan yang lebih menarik, ZeTime 2 kini dibekali mikrofon sehingga dapat dioperasikan via perintah suara.

Sensor laju jantung tentu masih dipertahankan, demikian pula integrasi NFC dan konstruksi tahan air, meski sekarang cuma 3ATM (turun dari 5ATM). Yang meningkat cukup drastis adalah ketahanan baterainya, kini mampu bertahan sampai 60 hari dalam mode analog (ZeTime orisinil hanya 30 hari), atau hingga 4 hari dalam mode smartwatch sepenuhnya.

MyKronoz ZeTime 2

Dalam kesempatan yang sama, MyKronoz turut memperkenalkan ZePop, varian lebih terjangkau dari ZeTime 2. ZePop juga dibekali sistem hybrid yang dibanggakan seri ZeTime, akan tetapi case-nya cuma terbuat dari plastik polycarbonate, dan layar sentuhnya juga bukan panel AMOLED.

Jeroan yang diusungnya mirip seperti ZeTime 2, kecuali gyroscope, mikrofon dan NFC yang semuanya absen pada ZePop. Soal baterai, ZePop mirip seperti ZeTime orisinil: 30 hari dalam mode analog, 3 hari dalam mode smartwatch.

MyKronoz ZeTime 2 rencananya akan dipasarkan seharga 200 euro, sedangkan ZePop seharga 130 euro. Sayang sejauh ini belum ada informasi terkait kapan pastinya kedua smartwatch unik ini bakal dipasarkan.

Sumber: Wareable.

Spectacles 2 Kini Hadir dalam Varian Baru yang Lebih Mirip Kacamata Hitam Tradisional

April lalu, Snap (induk perusahaan Snapchat) meluncurkan Spectacles generasi kedua yang membawa sejumlah penyempurnaan hardware. Dimensinya juga lebih ringkas, tapi kelemahannya masih tetap: penampilannya masih terlalu nyentrik jika disandingkan dengan kacamata biasa.

Untuk itu, Snap telah merancang style baru Spectacles 2 yang dijuluki Veronica dan Nico. Dari gambarnya bisa dilihat kalau keduanya jauh lebih mirip kacamata hitam tradisional. Tentu saja sepasang kamera masih tertanam di ujung bingkainya, dan kapabilitas kamera ini masih sama persis seperti sebelumnya.

Spectacles 2 Veronica / Snap
Spectacles 2 Veronica / Snap

Sementara baru tersedia dalam warna serba hitam, dua varian anyar Spectacles 2 ini juga dilengkapi lensa polarized. Ketahanan airnya juga masih dipertahankan, sehingga momen basah-basahan pun dapat diabadikan dengan mudah.

Kalau melihat desainnya, Snap terkesan ingin menumbuhkan aura elegan pada Spectacles. Hal ini juga tercermin dari carrying case yang mendampinginya; bukan lagi hard case berwarna kuning mencolok, melainkan semi-soft case berwarna hitam, meski kabel charging-nya masih saja kuning.

Spectacles 2 Veronica

Data yang dikumpulkan Snap mencatatkan bahwa sejak Spectacles 2 diluncurkan, ada 40 persen lebih banyak foto dan video yang diunggah yang berasal dari kacamata tersebut. Respon konsumen bisa dibilang cukup positif, dan dua style baru ini bisa dianggap sebagai upaya Snap untuk mempertahankan hype-nya.

Lebih lanjut, Snap juga berencana merilis fitur baru Snapchat yang memungkinkan hasil foto dan video Spectacles untuk dikurasi secara otomatis dan dikelompokkan ke dalam sebuah Highlight Story. Harapannya, pengguna Spectacles tidak perlu repot-repot memilih satu per satu foto atau video terbaik yang hendak diunggah.

Spectacles 2 Nico / Snap
Spectacles 2 Nico / Snap

Baik varian Veronica maupun Nico saat ini sudah dipasarkan seharga $199 ($50 lebih mahal dari varian standar), akan tetapi baru dalam jumlah yang terbatas. Konsumen juga dapat memesan berdasarkan pengukuran matanya masing-masing via layanan Lensabl.

Sumber: The Verge dan Snap.

Gelang Nopixgo Lindungi Anda Dari Nyamuk Dengan ‘Meniru Badai’

Selain harus menghadapi temperatur tinggi sepanjang tahun, tantangan besar bagi para penduduk di negara beriklim tropis adalah berhadapan dengan nyamuk. Di Indonesia, ada cukup banyak solusi ditawarkan buat menyingkirkan serangga terbang penghisap darah tersebut. Jalan keluar yang paling terjangkau biasanya menggunakan zat kimia.

Sebuah terobosan besar di ranah ‘pengusiran nyamuk’ belum lama ini diungkap oleh tim dari Swiss. Buat menangkal serbuan nyamuk, sejumlah alat memanfaatkan pendekatan yang cukup high-tech, misalnya perangkap listrik plus lampu UV, hingga perangkat ultrasonic – meski efektivitasnya belum terbukti secara ilmiah. Namun produk-produk tersebut belum ada yang mengusung teknologi serupa Nopixgo.

Developer asal Swiss tersebut menjelaskan satu fenomena unik di alam: saat terjadi badai petir, nyamuk secara instingtif segera mencari perlindungan, dan di kala itu mereka tidak akan menggigit apapun. Hal inilah yang disimulasikan oleh Nopixgo. Pada dasarnya, alat ini dirancang untuk menghasilkan sinyal elektromagnetik, dimanfaatkan buat meyakinkan nyamuk bahwa badai akan terjadi.

Kepada Digital Trends, chief business development officer Nopixgo Johan Niklasson menjelaskan bahwa saat nyamuk menangkap sinyal yang ada di udara sebelum badai, secara otomatis mereka akan jadi lebih pasif. Serangga-serangga ini segera terbang lebih rendah ke tanah untuk mencari perlindungan (biasanya tanaman). Gelombang elektromagnetik mampu mampu menggantikan insting mencari makan dengan bertahan hidup.

Nopixgo 1

Metode ini merupakan cara revolusioner karena menggunakan informasi genetik nyamuk untuk mengalahkan serangga itu sendiri. Metode tersebut juga lebih efektif dibanding solusi yang telah ada, misalnya berupa suara ataupun bau zat kimia, karena nyamuk tidak bisa beradaptasi. Developer mengklaim bahwa pendekatan seperti ini baru ditemukan dan belum pernah ada di perangkat lain.

Nopixgo 4

Nopixgo hadir berupa perangkat wearable untuk dikenakan di pergelangan tangan seperti smartband. Tubuhnya terbuat dari plastik hipoalergenik yang aman di kulit, dibekali layar LED (di versi retail-nya), serta anti-cipratan air. Nopixgo juga dilengkapi baterai internal yang dapat menjaganya aktif hingga seminggu (bergantung dari temperatur), bisa diisi ulang via port microUSB.

Nopixgo 2

Nopixgo mampu melindungi Anda di radius dua meter. Tanpa zat kimia, penggunaannya aman buat manusia dan hewan karena sinyal elektromagnetik tidak memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup lain. Solusi ini dikembangkan oleh inventor bernama Kurt Stoll, yang secara langsung melihat bahaya virus malaria yang mewabah di Afrika.

Saat ini, Nopixgo sudah bisa dipesan di situs Kickstarter. Produk rencananya akan didistribusikan di bulan November 2018, dibanderol seharga mulai dari US$ 70.

Peneliti Manfaatkan Google Glass dalam Terapi Penderita Autisme

Google Glass tidak cocok untuk konsumsi umum. Anggapan tersebut tidak perlu diperdebatkan lagi, sebab Google sendiri telah merancangnya ulang sebagai produk enterprise. Kendati demikian, Glass masih punya potensi untuk membantu mengatasi keperluan-keperluan khusus, seperti misalnya membantu anak-anak penderita autisme bersosialisasi dengan lebih baik.

Temuan itu didapat berdasarkan hasil pengujian tim peneliti di Stanford University. Mereka mengembangkan sebuah aplikasi smartphone berteknologi facial recognition yang bisa digandengkan dengan Glass, kemudian mengujinya bersama 14 penderita autisme dengan rentang usia 3 – 17 tahun selama 10 minggu.

Subjek percobaan itu bukannya mengenakan Glass setiap saat, melainkan minimal hanya tiga sesi setiap minggu, dengan durasi masing-masing sesi selama 20 menit. Hasilnya cukup positif; sebagian besar anak-anak yang ikut dalam program terapi ini terbukti bisa mempertahankan kontak matanya secara lebih baik, serta mampu mengenali bermacam ekspresi wajah orang lain.

Jadi, kamera milik Glass akan merekam wajah setiap orang yang ditemui sang anak, lalu meneruskan informasi tersebut ke smartphone. Aplikasinya yang telah dilatih menggunakan ratusan ribu foto wajah kemudian bertugas menebak ekspresi wajah orang yang tertangkap kamera, kemudian meneruskan kembali informasinya ke Glass – bisa dalam bentuk audio atau emoticon kecil yang tampil di ujung kanan atas pandangan sang anak.

Google Glass facial recognition app for autism

Aplikasinya ini dapat mengenali delapan jenis ekspresi: senang, sedih, marah, jijik, kaget, takut, sombong dan tenang. Masing-masing ekspresi diwakili oleh emoticon yang berbeda, dan seluruh proses ini berlangsung secara real-time sehingga sang anak bisa langsung bereaksi sesuai kondisinya.

Usai tiap sesi, anak-anak beserta orang tuanya bisa meninjau ulang rekaman video interaksi mereka. Videonya juga dilengkapi timeline warna-warni (sesuai emoticon ekspresi wajahnya tadi) yang mengindikasikan kapan kombinasi Google Glass dan aplikasi ponsel ini berhasil mengidentifikasi tiap-tiap ekspresi wajah.

Meski hasilnya bagus, para peneliti belum bisa memastikan apakah yang memberikan pengaruh positif selama terapi berlangsung hanyalah Google Glass, dan bukan faktor-faktor yang lain. Untuk memastikan hal itu, dibutuhkan percobaan lain yang juga mencakup anak-anak yang menjalani program terapi secara tradisional, alias tanpa bantuan Google Glass.

Sumber: Science News.

Samsung Tak Sengaja Membocorkan Eksistensi dari Smartwatch Barunya

Sebagai lineup perangkat wearable andalan Samsung, perjalanan Gear dimulai di tahun 2013 melalui pengenalan smartwatch Galaxy Gear. Kini anggota Gear bertambah ramai, meliputi earbud, smart neck band, kamera 360 derajat hingga headset VR. Namun dari kabar yang beredar belakangan, produk smartwatch  flagship mereka mungkin tak lagi mengusung sub-branding Gear.

Berdasarkan laporan dari SamMobile, penerus sejati Gear S3 bukanlah Gear S4. Samsung memberinya nama yang lebih sederhana dan menghilangkan angka: Galaxy Watch. Dengan begini, smartwatch tersebut menjadi bagian dari keluarga ‘perangkat mobile‘ punya raksasa elektronik asal Korea Selatan itu. Buat sekarang, belum diketahui spesifikasi maupun harga dari Galaxy Watch, tapi kabarnya, smartwatch akan dibekali OS Tizen versi 4.0 serta memperoleh dukungan Bixby.

Dan ada sebuah informasi baru lagi yang memperkuat dugaan bahwa memang benar produk itu memiliki nama Galaxy Watch. CNET sempat melihat smartwatch ini muncul di situs resmi Samsung, kemungkinan secara tidak disengaja karena tak dibarengi oleh data-data seperti ukuran layar ataupun daya tahan baterai. Samsung sudah menghapusnya, tetapi CNET berhasil mengabadikan wujud produk tersebut via screenshot.

Samsung Galaxy Watch.

Ada detail menarik yang bisa kita ekstrak dari screenshot tersebut. Pertama adalah nomor modelnya: SM-R810NZDAXAR. Huruf dan angka di sana sedikit berbeda dari info pengajuan paten FCC yang sempat dilakukan Samsung, namun bagian ‘R800’ di sana cocok dengan nama lineup produknya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa SM-R810NZDAXAR ialah salah satu dari varian Galaxy Watch.

Model Galaxy Watch tersebut memiliki penampilan mewah, mempunyai diameter 42-milimeter dengan tubuh berwarna rose gold. Saya menduga Samsung telah menyiapkan varian warna lain, dan mungkin pilihan diameter yang lebih kecil. Prediksi lainnya, bisa jadi Samsung kembali membagi modelnya jadi dua, seperti yang diterapkan pada Gear S2 dan Gear S3, misalnya tipe Classic dan Frontier.

Dan melihat kebiasaan Samsung dalam meracik perangkat wearable high-end, ada peluang Galaxy Watch turut memperoleh sertifikasi anti-air dan debu IP68, serta memanfaatkan layar Super AMOLED.

Samsung sudah mulai membagikan undangan event Unpacked yang rencananya dilangsungkan pada tanggal 9 Agustus 2018, beberapa minggu sebelum IFA Berlin 2018 dimulai. Galaxy Note 9 diprediksi akan jadi produk primadona di sana, tapi siapa tahu, pengungkapannya turut diiringgi oleh Galaxy Watch – apalagi kedua perangkat kini merupakan bagian dari keluarga yang sama…

Via The Verge.

Gelang Pintar InstaDreamer Memungkinkan Kita Mengendalikan Mimpi

Familierkah Anda dengan lucid dreaming? Lucid dream ialah jenis mimpi di mana Anda menyadari sedang bermimpi. Realisasi tersebut memberikan kita kemampuan buat mengendalikan elemen di sana, misalnya cerita, karakter serta latar belakang lokasi. Inilah alasan mengapa banyak orang tertarik untuk mengalami lucid dream, meski tak semua bisa mendapatkannya.

Khusus bagi Anda yang penasaran untuk merasakannya, satu tim asal Montreux, Swiss punya penawaran menarik. Mereka memperkenalkan InstaDreamer, yaitu perangkat wearable yang memungkinkan kita mengendalikan mimpi dan menghidupkan imajinasi. InstaDreamer mempunyai wujud berupa gelang. Pengoperasiannya sangat aman dan sama sekali tidak melibatkan injeksi ataupun zat kimia.

Basis teknologi dari InstaDreamer buat memicu lucid dream ialah metode Pavlovian conditioning, yaitu sebuah prosedur pembelajaran dan pelatihan kebiasaan tubuh yang memanfaatkan stimulasi biologis. Perangkat ini menggunakan getaran sebagai stimulasi sekaligus metode melatih otak agar kita bisa sadar sedang bermimpi. Dengan begitu, lucid dreaming dapat diperoleh.

Cara kerja InstaDreamer seperti ini: saat ‘gelang mimpi’ ini dikenakan, ia akan bergetar beberapa kali sehari untuk mengetahui apakah Anda sedang terjaga atau tidak. Selanjutnya, InstaDreamer segera mendeteksi saat kondisi tubuh Anda terlelap dan siap bermimpi. Melalui getaran, InstaDreamer mencoba menyadarkan pengguna bahwa mereka tengah bermimpi. Getarannya cukup lembut sehingga tidak membangunkan kita.

InstaDreamer 1

Teknik ini mungkin pernah diusung oleh perangkat serupa, namun mayoritas dari mereka mengandalkan suara dan cahaya. Menurut developer, kedua hal ini malah berpeluang menginterferensi tidur. Dengan stimulasi cahaya, tubuh Anda bisa jadi meresponsnya sebagai pemicu buat siap-siap bangun; lalu suara sendiri merupakan metode yang digunakan oleh mayoritas alarm.

InstaDreamer 2

Developer percaya, getaran adalah metode terbaik untuk mengakses alam bawah sadar. Dan hampir seluruh pengguna perangkat bergerak mengasosiasikan getaran dengan notifikasi, karena vibrasi dipakai buat menarik perhatian kita.

InstaDreamer 3

Mungkin Anda penasaran, seberapa efektif InstaDreamer dalam memicu lucid dream. Developer mengklaim bahwa lebih dari 70 persen tester unit purwarupa memperoleh lucid dreaming di periode tiga malam pertama sejak mereka mengenakannya. Perangkat ini juga berguna buat merekam fase mimpi, temperatur tubuh dan pose ketika tidur, serta membangunkan Anda di momen terbaik.

InstaDreamer sudah dapat dipesan sekarang melalui Kickstarter. Di situs crowdfunding ini, produk dijual seharga mulai dari 200 Swiss Franc atau sekitar US$ 201, dan siap dikirimkan ke seluruh wilayah di dunia pada bulan Februari 2019.