Skagen dan Kate Spade Luncurkan Smartwatch Android Wear Perdananya

Skagen meluncurkan smartwatch pertamanya di pertengahan tahun 2016 lalu, akan tetapi perangkat tersebut sejatinya tak lebih dari jam tangan analog yang dibubuhi fitur activity tracking. Tahun ini, produsen arloji asal Denmark yang merupakan anak perusahaan Fossil Group itu sudah siap dengan smartwatch digital perdananya.

Dinamai Skagen Falster, desainnya tampak minimalis sekaligus atraktif, seperti yang sudah menjadi ciri khas produk-produk Skagen selama ini. Meski sepintas terkesan unisex, diameter 42 mm membuatnya lebih ideal di tangan yang besar, sehingga mungkin kaum hawa bakal kurang tertarik dengannya.

Nuansa minimalis terus dibawa sampai ke ranah software. Falster menjalankan sistem operasi Android Wear 2.0, akan tetapi layar sentuh bulatnya juga siap menampilkan sejumlah watch face eksklusif yang tampak bersih sekaligus elegan. Skagen juga bilang bahwa tampilan serba hitam ini bisa membantu menghemat konsumsi baterai, mengindikasikan bahwa layarnya mengemas panel OLED.

Skagen Falster

Performanya ditopang oleh chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100. Sayang fungsi fitness tracking-nya juga terbilang minim, mengingat perangkat sama sekali tak dibekali sensor laju jantung maupun GPS. NFC pun turut absen, yang berarti perangkat tak bisa dimanfaatkan sebagai metode pembayaran elektronik.

Skagen Falster bakal tersedia dalam empat varian desain; dua dengan strap bergaya mesh, dan dua lagi dengan strap berbahan kulit. Harganya dipatok $275 – $295.

Kate Spade Scallop Touchscreen

Kate Spade Scallop Touchscreen

Selain Skagen, brand lain yang juga menyingkap smartwatch digital perdananya adalah Kate Spade, yang sebenarnya juga masih merupakan bagian dari Fossil Group tapi dengan sistem lisensi. Dijuluki Kate Spade Scallop Touchscreen, smartwatch yang satu ini benar-benar menonjolkan aura feminim dan ditargetkan untuk kalangan perempuan.

Namanya sendiri diambil dari motif pada bezel yang mengitari layar sentuh 1,19 incinya. Strap-nya hanya selebar 16 mm, sekali lagi menegaskan kaum hawa sebagai target pasarnya. Sama seperti Skagen Falster di atas, smartwatch ini juga dibekali OS Android Wear 2.0 dan sejumlah watch face eksklusif.

Yang agak unik, watch face ini bisa pengguna kustomisasi sendiri. Caranya juga tidak umum: ketimbang memilih bentuk dan warna dial, angka dan elemen lainnya sendiri, pengguna akan diberi pertanyaan seputar pakaiannya maupun warna-warna dominan pada perhiasaannya, baru setelahnya aplikasi akan meracikkan watch face yang sesuai.

Kate Spade berencana memasarkannya mulai awal Februari nanti. Varian dengan strap kulit dihargai $295, sedangkan varian dengan strap logam dibanderol $325.

Sumber: 1, 2, 3, 4.

Kacamata Ini Siap Rekam dan Siarkan Video Secara Langsung ke Media Sosial

Masih ingat dengan Spectacles, kacamata besutan Snapchat yang dirancang untuk mengabadikan momen dari sudut pandang orang pertama? Konsepnya memang menarik, tapi semuanya percuma kalau Anda tidak menggunakan Snapchat, mengingat hasil rekamannya hanya bisa diunggah ke platform andalan para muda-mudi tersebut.

Alternatifnya, Anda bisa melirik perangkat bernama Ace Eyewear berikut ini. Dikembangkan oleh produsen skateboard elektrik bernama Acton, salah satu keunggulan Ace dibanding Spectacles adalah kompatibilitasnya dengan banyak platform populer sekaligus, baik Facebook, Instagram ataupun YouTube.

Ace Eyewear

Cukup klik satu kali tombol di bagian atas tangkainya, maka Ace siap merekam video HD ke dalam memory internalnya yang berkapasitas 4 GB. Hasil rekamannya bahkan bisa disiarkan secara langsung ke tiga platform di atas. Kinerjanya ditopang oleh sensor kamera 8 megapixel, lensa bersudut pandang 120 derajat, dan prosesor dual-core MIPS 1,2 GHz yang irit daya.

Seirit apa? Well, baterai yang tertanam di rangka Ace hanyalah berkapasitas 260 mAh, tapi waktu standby-nya diperkirakan bisa mencapai 80 jam. Selagi merekam, perangkat bisa digunakan selama 90 menit nonstop, atau 40 menit jika disambi live streaming.

Ace Eyewear

Konektivitas Wi-Fi dan Bluetooth tentu tersedia, dan semua ini dikemas dalam rangka berbobot tak lebih dari 50 gram. Tidak cuma itu, perangkat rupanya telah mengantongi sertifikasi ketahanan air dan debu IP55.

Singkat cerita, Ace Eyewear boleh dianggap sebagai Spectacles yang lebih fleksibel, plus yang berpenampilan lebih elegan. Acton berencana memasarkannya mulai musim panas tahun ini seharga $199. Namun bagi yang tertarik melakukan pre-order, mereka bakal mendapat potongan harga sebesar $100.

Sumber: Digital Trends.

Arrow Ialah Smartwatch yang Dipersenjatai Kamera Putar 360 Derajat

Saat ini Anda bisa menemukan smartwatch dalam beragam wujud, baik buatan para raksasa elektronik terkenal hingga kreasi-kreasi unik tim desainer baru di platform crowdfunding. Masing-masing produsen terus melakukan pengembangan demi menyajikan fitur yang dapat ditonjolkan, misalnya pemanfaatan sistem analog atau penerapan teknologi self-charging.

Namun satu tim inventor asal Los Angeles punya gagasan yang lebih liar lagi. Mereka mencoba menggabungkan konsep wearable dengan fotografi. Hasilnya adalah produk istimewa bernama Arrow, yaitu smartwatch yang dibekali kamera putar 360 derajat. Berkat kemampuannya ini, Arrow bukan cuma bisa bekerja sebagai ekstensi smartphone Anda, tapi juga dapat dijadikan action cam dan perangkat selfie dadakan.

Arrow 2

Arrow menyuguhkan layar OLED bundar seluas 1,4-inci beresolusi 400x400p, dipasangkan ditubuh berdiameter 50-milimeter dengan ketebalan 15-milimeter. Smartwatch telah memperoleh sertifikasi IP65, yang berarti tahan debu dan cipratan air. Kamera dicantumkan pada bagian bezel yang bisa diputar, lalu di sebelah kanan, Anda akan menemukan dua tombol sebuah crown. Tombol bergaris merah berfungsi untuk mengaktifkan fungsi fotografi.

Arrow 4

Cara menggunakannya sangat mudah. Setelah fungsi foto aktif, Anda hanya tinggal mengarahkan kamera ke sudut yang diinginkan dan layar akan menampilkan live preview-nya. Silakan hadapkan lensa ke wajah buat mengambil selfie, atau ke depan ketika Anda ingin mengabadikan momen penting – tak perlu lagi membuang waktu mengeluarkan smartphone dari tas. Kamera di smartwatch Arrow menyimpan sensor 5-megapixel, bisa merekam video 1080p (juga sudah dibekali microphone built-in).

Arrow 1

Arrow turut ditopang kapabilitas activity tracking yang lengkap. Ia bisa menghitung jarak, banyaknya langkah, mengetahui rute, serta jumlah kalori yang terbakar berkat dukungan sensor accelerometer, pedometer dan GPS. Informasi terkait data tubuh dapat Anda akses melalui app companion-nya. Software itu juga mampu mengkalkulasi hasil olahraga harian, mingguan hingga bulanan.

Arrow 3

Smartwatch diotaki oleh chip MTK6580 berprosesor quad-core 1,3GHz, menyimpan RAM 512MB dan memori internal 9GB, serta ditunjang baterai 400mAh sebagai sumber tenaganya. Baterai tersebut menjanjikan waktu pemakaian selama satu hari penuh dengan waktu isi ulang dua jam. Arrow berjalan di atas sistem operasi Arrow Wear, berbasis Google Android 5.1, kompatibel ke perangkat Android ataupun iOS.

Arrow dapat dipesan sekarang melalui situs crowdfunding  Indie Gogo seharga mulai dari US$ 200. Di sana, produsen menyediakan pilihan strap berbahan silikon, kulit dan baja. Proses pengiriman rencananya akan dilakukan di bulan Februari 2018.

Google Singkap Daftar Smartwatch yang Kebagian Jatah Update Oreo

Sejak resmi meluncur pada bulan Agustus lalu, Android Oreo perlahan mulai tersedia di banyak smartphone, mulai dari HTC U11 sampai Huawei Nova 2S, sedangkan Nokia dan Motorola masing-masing juga sudah membeberkan daftar ponsel besutannya yang bakal kebagian update Oreo.

Namun selain di smartphone, Oreo rupanya juga bakal mendapat tempat di smartwatch. Tentu saja yang saya maksud adalah smartwatch Android Wear, dan baru-baru ini Google telah mengungkap daftar perangkat yang akan menerima update Android Oreo tersebut.

Sejauh ini update Android Wear Oreo (8.0) sudah tersedia pada smartwatch berikut:

  • Fossil Q Venture
  • LG Watch Sport
  • Louis Vuitton Tambour
  • Michael Kors Sofie
  • Montblanc Summit
  • Hugo Boss Touch
  • Movado Connect
  • Tommy Hilfiger 24/7 You
  • Guess Connect

Sisanya bakal menyusul, tapi belum bisa dipastikan kapan karena harus mengikuti waktu yang ditentukan oleh masing-masing pabrikan. Berikut daftar lengkapnya:

  • Casio WSD-F20
  • Casio WSD-F10
  • Diesel Full Guard
  • Emporio Armani Connected
  • Fossil Q Control, Q Explorist, Q Founder 2.0, Q Marshal dan Q Wander
  • Huawei Watch 2
  • LG Watch Style
  • Michael Kors Access Bradshaw, Access Dylan dan Access Grayson
  • Misfit Vapor
  • Mobvoi Ticwatch S & E
  • Nixon Mission
  • Polar M600
  • Tag Heuer Connected Modular 45
  • ZTE Quartz

Update Android Wear Oreo (8.0)

Tidak seperti Android Wear 2.0 yang berbasiskan Nougat, Android Wear Oreo sebenarnya tidak membawa pembaruan yang teramat signifikan meskipun versinya lompat jauh (enam angka). Fitur barunya mencakup opsi untuk mengatur intensitas getaran saat menerima notifikasi, opsi Touch Lock agar layar hanya bisa dinyalakan dengan tombol power dan optimalisasi konsumsi baterai.

Pengguna smartwatch yang tidak kebagian jatah, seperti Asus ZenWatch 3, LG Watch R, Huawei Watch generasi pertama dan Moto 360/Sport generasi kedua, pastinya bakal merasa sedikit kecewa. Kendati demikian, setidaknya mereka tidak melewatkan terlalu banyak hal baru.

Sumber: Engadget.

Pakai Kacamata AR Mad Gaze Vader, Anda Bisa Memanipulasi Objek Virtual Seperti di Film Iron Man

Semenjak Google pertama kali mengungkap Glass untuk pertama kalinya, tidak sedikit pihak yang terinspirasi untuk mengembangkan kacamata AR-nya sendiri. Google Glass sendiri sudah bereinkarnasi menjadi perangkat untuk segmen enterprise, akan tetapi hal ini tidak mencegah ambisi sejumlah startup untuk merealisasikan fantasinya seperti yang tergambarkan di film Iron Man.

Kalau Anda pernah menonton film itu, Anda pastinya ingat dengan adegan di mana sang lakon, Tony Stark, bermain-main dengan hologram layaknya sedang berinteraksi dengan benda fisik. Teknologi semacam itu jelas masih belum eksis sampai sekarang, tapi setidaknya laju kita sudah semakin dekat.

Itulah yang hendak ditawarkan sebuah startup asal Hong Kong bernama Mad Gaze. Setelah bereksperimen dengan beragam prototipe perangkat selama beberapa tahun, mereka akhirnya menyingkap Mad Gaze Vader, sebuah kacamata augmented reality yang diharapkan bisa mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia digital.

Mad Gaze Vader

Dari luar Vader kelihatan seperti kacamata biasa dengan bingkai yang cukup gemuk. Saya akui Google Glass memang tampak jauh lebih menarik, akan tetapi Vader dapat memproyeksikan layar yang hampir seukuran pandangan mata manusia, kurang lebih setara TV 90 inci yang dilihat dari jarak 3 meter.

Sudut pandangnya memang hanya terbatas di angka 45 derajat, akan tetapi resolusinya mencapai 1280 x 720. Karena ini kacamata AR, layarnya akan tampak agak transparan sehingga pengguna masih bisa memantau apa yang terjadi di sekitarnya dengan baik.

Mad Gaze Vader

Oke, layarnya lebih besar dari Google Glass, itu sajakah kelebihannya? Tidak, sebab Vader juga bisa membaca beragam gesture tangan seperti pinching atau drag-and-drop. Kapabilitas ini sejatinya memungkinkan kita untuk memanipulasi objek-objek virtual yang tampak pada layar layaknya Tony Stark di film Iron Man tadi, meski belum sekompleks dan sepresisi itu.

Berbekal Wi-Fi dan Bluetooth, Vader bisa disambungkan dengan smartphone Android atau iPhone, sehingga pengguna bisa langsung menerima panggilan telepon maupun notifikasi lain dari pandangannya. Vader bahkan bisa di-pair dengan keyboard Bluetooth, lalu dipakai untuk mengetik dokumen maupun email.

Mad Gaze Vader

Fungsi-fungsi ini sejatinya menjadikan Vader cukup ideal untuk kebutuhan hiburan sekaligus bekerja. Performanya sendiri ditunjang oleh prosesor quad-core 1,5 GHz, RAM 3 GB, penyimpanan internal 32 GB dan sistem operasi berbasis Android 6.0. Baterai 1.200 mAh-nya diperkirakan bisa bertahan selama 5 jam penggunaan.

Ke depannya Mad Gaze berjanji untuk menambahkan lebih banyak konten untuk Vader. Perangkat ini sendiri sekarang sedang dipasarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga AU$649, sudah termasuk keyboard Bluetooth. Memang termasuk mahal, tapi pada dasarnya konsumen bakal mendapatkan komputer mini yang bisa dipakai di wajahnya.

Fitbit Resmi Luncurkan App Store Khusus untuk Smartwatch-nya, Ionic

Seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, Fitbit akhirnya resmi merilis app store khusus untuk smartwatch mereka, Ionic. Ekosistem aplikasi yang luas merupakan salah satu kelebihan Pebble, dan Fitbit sepertinya tidak mau menyia-nyiakan aset milik pionir smartwatch yang sudah mereka akuisisi itu.

Fitbit bilang bahwa setidaknya sekarang sudah ada sekitar 60 aplikasi dari bermacam kategori yang bisa diunduh secara cuma-cuma di Fitbit App Gallery. Beberapa yang cukup populer meliputi Flipboard, Yelp, The New York Times, dan Hue Lights untuk mengontrol bohlam pintar Philips.

Aplikasi populer lain dipastikan bakal menyusul di penghujung tahun nanti, macam Uber, TripAdvisor, Nest, Clue, Surfline, dan Game Golf. Tidak kalah menarik adalah kemitraan Fitbit dengan Deezer, yang menjanjikan kemudahan streaming musik langsung dari Ionic dan tanpa smartphone setelah pergantian tahun nanti.

Fitbit App Gallery

Jika dibandingkan Apple Watch atau smartwatch Android Wear, ekosistem aplikasi Ionic masih tergolong level kroco. Fitbit bilang bahwa sejauh ini sudah ada lebih dari 5.000 developer yang tergabung dalam komunitas mereka, akan tetapi mereka terus melancarkan upaya-upaya untuk menarik minat developer lain, seperti misalnya mengadakan semacam kompetisi berhadiah.

Di sisi lain, kru internal Fitbit sendiri sudah mengeksekusi inisiatif lain bernama Fitbit Labs, yang pada dasarnya bertujuan untuk menyematkan elemen gamification ke dalam Ionic. Hasilnya adalah lebih dari 100 watch face, termasuk beberapa yang interaktif macam Fitbit Pet, yang mengajak pengguna untuk terus beraktivitas demi merawat anjing atau kucing peliharaan virtual.

Sumber: Fitbit via CNET.

Oura Ring Generasi Baru Datang dengan Desain Jauh Lebih Anggun dan Jeroan Lebih Mumpuni

Saat awal-awal beredar sekitar dua sampai tiga tahun yang lalu, mayoritas cincin pintar memiliki wujud seperti cincin akik, hanya saja tanpa akiknya. Teknologi miniaturisasi yang belum begitu matang membuat cincin-cincin pintar ini tampak lebih bongsor dibanding cincin biasa, sehingga pada akhirnya konsumen banyak yang tidak tertarik.

Lompat ke 2017, cincin pintar kini jadi semakin menarik perhatian. Lihat saja Oura Ring generasi baru. Dibanding generasi pertamanya yang memiliki permukaan atas yang besar, Oura Ring generasi baru ini jauh lebih ringkas. Sepintas wujudnya mirip seperti cincin pernikahan, bahkan salah satu variannya turut mengemas sejumlah batu permata.

Oura Ring

Oura Ring baru ini hadir dalam dua model yang sedikit berbeda, yakni Heritage dan Balance. Heritage mengemas permukaan atas yang mendatar, sengaja dibuat agar menyerupai pendahulunya. Balance di sisi lain memiliki permukaan atas yang meruncing. Semuanya terbuat dari bahan titanium, bukan lagi zirconium seperti versi orisinilnya, dan tahan air hingga kedalaman 100 meter.

Sederet sensor yang tertanam di dalamnya, termasuk tiga tonjolan yang ada di interior cincin, bertugas untuk memonitor beragam parameter, mulai dari suhu tubuh, laju jantung beserta variabilitasnya, sampai fase tidur. Semua data yang dikumpulkan akan disimpan sampai sekitar enam minggu pada memory internalnya.

Oura Ring

Data-datanya tentu saja bisa dipantau melalui aplikasi pendamping di smartphone. Secara keseluruhan Oura Ring ditujukan agar penggunanya bisa menyesuaikan aktivitas dengan ritme sirkadiannya sehingga semuanya lebih optimal. Baterai Oura sendiri diperkirakan bisa bertahan sampai satu minggu, dan perangkat rupanya juga mendukung wireless charging.

Pre-order untuk Oura Ring generasi baru saat ini sudah dibuka, tapi pengirimannya ke konsumen diestimasikan baru dimulai pada bulan April 2018. Soal harga, model Heritage dan Balance dibanderol mulai $239, sedangkan model Balance Diamond yang mengemas lima batu permata 0,005 karat dipatok $899.

Sumber: Wareable.

Fossil Luncurkan Smartwatch Android Wear Berpenampilan Sporty

Fossil Group adalah salah satu pabrikan smartwatch yang paling produktif. Usai merilis sederet smartwatch digital dan analog berpenampilan elegan dalam dua tahun terakhir, Fossil kini memperkenalkan smartwatch berpenampilan sporty pertamanya, yaitu Q Control.

Desainnya tergolong minimalis, dan sepintas mengingatkan saya akan Misfit Vapor, yang baru saja mulai dipasarkan akhir Oktober lalu. Pada kenyataannya, cukup banyak kemiripan antara Fossil Q Control dan Misfit Vapor, mulai dari fitur sampai sistem operasi Android Wear 2.0 yang dijalankannya.

Fossil Q Control

Hal ini wajar mengingat Fossil sendiri telah mengakuisisi Misfit sejak dua tahun silam. Q Control mengemas case berdiameter 45 mm, dengan ketebalan 14 mm dan strap 20 mm berbahan silikon yang mudah digonta-ganti. Menurut Fossil, desainnya banyak terinspirasi oleh pakaian olahraga dari era 90-an.

Layar sentuhnya dikitari oleh bezel yang juga dilengkapi panel sentuh, sehingga pengguna dapat mengoperasikannya tanpa harus menutupi layar dengan jarinya, sama seperti di Misfit Vapor. Kemiripannya pun terus berlanjut sampai ke sensor laju jantung dan GPS terintegrasi.

Fossil Q Control

Spesifikasinya sendiri meliputi chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100, kapasitas penyimpanan 4 GB dan baterai yang diperkirakan bisa bertahan selama 24 jam penggunaan. Secara keseluruhan, bodi Q Control tahan air sampai kedalaman 50 meter.

Semua fitur Android Wear 2.0 tersedia di sini, termasuk halnya integrasi Google Assistant. Konsumen pada dasarnya bakal mendapat pengalaman yang sama seperti Misfit Vapor, hanya saja dengan sejumlah watch face unik yang Fossil racik khusus untuk Q Control. Perangkat ini sekarang sudah dipasarkan seharga $275.

Sumber: Wareable dan Fossil.

Olympus Luncurkan Smart Glasses ala Google Glass

Baru bulan Juli kemarin, Google Glass resmi berkiprah kembali di dunia enterprise. Salah satu keunggulan utama Glass versi baru ini adalah desainnya, di mana ia kini dapat dilepas dan dipasangkan ke kacamata apapun, sehingga penggunaannya bisa disesuaikan dengan beragam skenario.

Empat bulan berselang, rival potensialnya sudah mulai bermunculan. Salah satunya datang dari pabrikan kamera ternama, Olympus. Pelopor segmen kamera mirrorless itu baru saja memperkenalkan smart glassess-nya sendiri yang diberi nama lengkap Olympus EyeTrek Insight EI-10.

Olympus EyeTrek Insight

Sama seperti Google Glass EE, Olympus EI-10 juga dirancang untuk dipasangkan ke berbagai kacamata maupun pelindung mata. Dari situ penggunanya bisa menyimak informasi yang ditampilkan oleh layar OLED beresolusi 640 x 400 pixel, selagi mengambil video atau foto beresolusi 2,4 megapixel.

Melihat spesifikasi kameranya, Anda mungkin bakal langsung berpaling ke Google Glass yang lebih superior. Kendati demikian, Olympus mengklaim bahwa mereka telah menerapkan sistem optik khusus agar display milik EI-10 bisa terlihat jernih dan tajam terlepas dari dimensinya yang sangat kecil.

Wi-Fi dan Bluetooth sudah menjadi suatu keharusan, sedangkan pengoperasiannya mengandalkan sentuhan pada panel sampingnya. Olympus sengaja memilih sistem operasi Android guna mendorong developer untuk mengembangkan aplikasi yang dibutuhkan oleh target pasar EI-10, yakni kalangan enterprise.

Olympus EyeTrek Insight

Sepintas desainnya mungkin tidak seringkas Google Glass versi baru, akan tetapi bobotnya masih cukup ringan di angka 66 gram. Baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 1 jam penggunaan, dan yang menarik, pengguna dapat melepas dan menggantinya dengan unit baterai lain agar perangkat bisa terus digunakan.

Satu hal krusial lain yang membedakan perangkat ini dengan Google Glass adalah, besutan Google itu sudah dipasarkan ke perusahaan dari berbagai industri, sedangkan Olympus masih menawarkannya ke kalangan developer seharga $1.500.

Sumber: PetaPixel dan Olympus.

Unik, Smartwatch Martian mVoice G2 Mengemas Wajah Analog Sekaligus Digital

Sama seperti jam tangan tradisional, dewasa ini smartwatch juga terbagi dalam dua kategori: digital (Android Wear, Apple Watch, dan lain sebagainya) atau analog alias hybrid macam Nokia (Withings) Steel. Masing-masing tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, tapi Martian Watches menemukan bahwa keduanya bisa dipertemukan ke dalam satu kemasan.

Buah pemikiran mereka adalah Martian mVoice G2. Dibandingkan generasi pertamanya yang hanya memiliki segaris layar kecil di wajahnya, mVoice G2 mengemas satu layar OLED penuh yang membulat. Uniknya, layar monokrom tersebut disamarkan berkat kehadiran lapisan terluar yang merupakan wajah analog, lengkap dengan sepasang jarum jam mekanis.

Martian mVoice G2

Layar beresolusi 160 x 160 pixel ini tentu saja berfungsi untuk menampilkan notifikasi ataupun informasi lainnya. Yang cukup menarik, ketika ada notifikasi masuk dan pengguna hendak membacanya, kedua jarum jamnya akan bergerak sendiri ke angka 3 dan 9 supaya tampilan notifikasi tidak terganggu, lalu kembali ke posisi semula sesuai waktu pada saat itu ketika pengguna sudah selesai.

Di luar notifikasi, fitur pintar yang ditawarkan mVoice G2 mencakup memesan Uber, membeli barang dari Amazon, menggantikan tombol shutter kamera smartphone atau mengendalikan sejumlah perangkat smart home yang kompatibel. Pengoperasiannya mengandalkan sebuah digital crown di sisi kanan, yang diapit oleh sepasang tombol lain.

Martian mVoice G2

Tombol yang bawah berfungsi sebagai akses cepat ke watch face yang sudah ditetapkan sebelumnya, sedangkan tombol yang atas merupakan salah satu cara untuk memanggil asisten virtual. Bukan hanya satu, tapi tiga asisten sekaligus, yakni Amazon Alexa, Siri dan Google Assistant.

Ya, pengguna mVoice G2 dapat berinteraksi dengan trio asisten virtual tersebut secara langsung karena perangkat sudah dibekali speaker dan mikrofon. Atas alasan yang sama, mVoice G2 juga dapat dipakai untuk menerima panggilan telepon yang masuk ke smartphone yang tersambung via Bluetooth.

Martian mVoice G2

Karena menggunakan layar OLED monokrom, mVoice G2 menawarkan daya tahan baterai yang cukup awet, antara 7 – 10 hari dan dua jam waktu bicara. Sebagai jam tangan analog, mVoice G2 malah dapat beroperasi selama 60 hari penuh sebelum perlu diisi ulang.

Saat ini Martian sedang menawarkan mVoice G2 melalui situs crowdfunding Kickstarter dengan harga paling murah $119. Harga retail-nya diestimasikan berada di kisaran $245.

Sumber: Wareable.