Logitech Luncurkan Lini Periferal Bisnis, Unggulkan Teknologi Koneksi yang Aman Bernama Logi Bolt

Selain populer di kalangan pengguna rumahan, mouse dan keyboard Logitech juga banyak digunakan di kalangan pekerja kantoran. Namun itu tidak mencegah produsen asal Swiss tersebut memusatkan fokusnya lebih dalam lagi ke segmen bisnis dengan cara meluncurkan lini produk periferal baru, MX Master Series for Business.

Lineup-nya sejauh ini terdiri dari mouse MX Master 3 for Business, MX Anywhere 3 for Business, dan keyboard MX Keys for Business. Masing-masing perangkat menawarkan fitur yang sama persis seperti versi non-bisnisnya, dengan pengecualian pada aspek konektivitasnya. Pada versi bisnisnya, semua perangkat hadir bersama dongle USB-A baru bertajuk Logi Bolt.

Ketimbang memanfaatkan jaringan wireless 2,4 GHz seperti pada umumnya, Bolt justru menggunakan Bluetooth Low Energy sebagai basisnya. Tujuannya adalah untuk menyajikan koneksi antara periferal dan komputer yang jauh lebih aman.

Secara teknis, Bolt mendukung Bluetooth Security Mode 1, Security Level 4, dengan metode enkripsi Elliptic Curve Diffie-Hellman P-256 (ECDH) dan AES-CCM. Sederhananya, teknik enkripsi ini dirancang supaya perangkat dan unit receiver-nya cuma bisa berkomunikasi satu sama lain.

Tanpa dongle Bolt, masing-masing periferal sebenarnya masih bisa disambungkan ke komputer menggunakan koneksi Bluetooth bawaannya. Namun dalam skenario tersebut, tingkat keamanannya bakal turun menjadi Security Level 2 untuk mouse, dan Security Level 3 untuk keyboard.

Selain lebih aman, Bolt juga menjanjikan koneksi yang lebih stabil berkat latensi yang rendah, bahkan ketika pengguna berada di lingkungan kerja yang sangat sibuk sekalipun, yang umumnya melibatkan ratusan perangkat nirkabel yang beroperasi secara bersamaan.

Radius maksimum koneksinya adalah 10 meter, dan satu dongle Bolt dapat menghubungkan hingga enam perangkat sekaligus ke komputer. Sistem operasi yang didukung meliputi Windows, macOS, iOS, iPadOS, Linux, Chrome OS, dan Android.

Pada perangkat yang kompatibel dengan Logi Bolt, pengguna bisa menemukan lambang petir di samping logo Bluetooth pada bagian dasarnya / Logitech

Sejauh ini belum ada informasi berapa harga produk-produk di lini MX Master Series for Business. Dongle Logi Bolt sendiri rencananya akan dijual seharga $15. Namun perlu dicatat, perangkat yang kompatibel hanyalah yang mempunyai logo Bolt (seperti gambar petir) di bagian bawahnya. Dengan kata lain, Bolt tidak dapat digunakan bersama lini perangkat MX Master versi non-bisnis.

Selain lini MX Master versi bisnis, Logitech juga merilis lini periferal Ergo Series for Business. Lini tersebut terdiri dari mouse Ergo M575 dan keyboard Ergo K860, dan yang membedakannya dari versi standarnya sekali lagi adalah kompatibilitas dengan dongle Logi Bolt itu tadi.

Sumber: The Verge dan ZDNet.

Corsair HS80 RGB Wireless Hadirkan Dukungan Spatial Audio Baik di PC Maupun PS5

Seberapa immersive suatu sesi gaming tidak melulu bergantung pada kualitas visual yang tersaji. Tidak jarang, audio turut memegang peranan yang tak kalah penting, dan pendapat ini semakin diperkuat oleh pesatnya perkembangan teknologi spatial audio, atau yang juga dikenal dengan istilah 3D audio.

Salah satu headset gaming terbaru dengan fokus pada spatial audio datang dari Corsair. Perangkat bernama Corsair HS80 RGB Wireless ini tidak hanya datang membawa dukungan Dolby Atmos, tapi juga sepenuhnya kompatibel dengan teknologi Tempest 3D AudioTech milik PlayStation 5.

HS80 hadir bersama dongle USB yang mendukung teknologi Slipstream Wireless, dan pengguna bebas menyambungkannya ke PC, PS5, maupun PS4. Kalau Anda punya keyboard dan mouse Corsair yang juga mendukung teknologi tersebut, keduanya pun bisa disambungkan dengan menggunakan satu dongle USB yang sama. Jadi total ada tiga periferal yang dapat terhubung secara nirkabel via satu unit receiver.

Alternatifnya, jika pengguna menginginkan kualitas audio yang lebih baik lagi, mereka dapat menyambungkan HS80 ke PC via kabel USB, dan dalam posisi tersebut, perangkat jadi bisa mengolah file audio dengan resolusi maksimum 24-bit/96 kHz. HS80 mengemas driver berdiameter 50 mm, dan secara teknis respon frekuensinya berada di kisaran 20 – 30.000 Hz.

Secara desain, HS80 kelihatan mengadopsi bahasa desain yang cukup mirip seperti seri Corsair Void, tapi dengan tampilan keseluruhan yang lebih kalem dan elegan, apalagi berkat penggunaan bahan aluminium. Juga berbeda adalah bentuk headband-nya yang mengandalkan karet elastis yang menggantung demi mengurangi beban pada kepala pengguna. Aspek kenyamanannya kian disempurnakan oleh bantalan telinga memory foam yang dibalut bahan kain yang breathable.

Di bagian belakang earcup sebelah kiri, pengguna dapat menemukan tombol power sekaligus kenop untuk mengatur volume. Bagaimana dengan tombol mute mikrofon? Well, lipat saja mic-nya ke atas untuk mute, lalu kembali turunkan untuk unmute. Pada bagian ujung mic, terdapat indikator LED yang akan menyala hijau saat unmute, merah saat mute.

Dalam sekali pengecasan, Corsair mengklaim baterai milik HS80 mampu bertahan sampai 20 jam pemakaian. Di Amerika Serikat, Corsair HS80 RGB Wireless saat ini telah dipasarkan dengan banderol resmi $150.

Sumber: Corsair.

 

Logitech G335 Adalah Headset Gaming Ringkas dengan Harga Relatif Terjangkau

Logitech meluncurkan headset gaming baru, yaitu Logitech G335. Sepintas namanya memang terdengar mirip seperti earphone Logitech G333, akan tetapi ia sebenarnya mengusung desain yang nyaris identik dengan Logitech G733.

Awalnya saya sempat mengira G335 sebagai versi wired dari G733 (yang memang cuma tersedia dalam varian wireless). Namun ternyata ada sejumlah perbedaan lain di samping tipe konektivitasnya itu. Dari segi ukuran misalnya, G335 sedikit lebih kecil daripada G733. Bobotnya juga lebih ringan di angka 240 gram, dan Logitech tidak segan menyebutnya sebagai salah satu headset gaming paling ringan yang tersedia di pasaran.

G335 hadir dalam tiga kombinasi warna yang tampak ekspresif: hitam, putih-biru, dan mint-ungu. Karet headband-nya yang elastis dapat disesuaikan tingkat kelonggarannya, sama seperti G733. Bantalan telinganya sedikit lebih tipis daripada milik G733, tapi sama-sama dilapisi bahan kain yang breathable.

Berbeda dari G733 yang mengemas detachable mic, mikrofon milik G335 tidak dapat dilepas-pasang, tapi bisa di-mute dengan mudah dengan cara dilipat ke atas. Secara teknis, G335 dibekali sepasang driver neodymium berdiameter 40 mm, dengan respon frekuensi 20-20.000 Hz. Pada earcup sebelah kiri, tepatnya di sisi belakang, pengguna bisa menemukan kenop kecil untuk mengatur volume.

Headset ini mengandalkan sambungan kabel 3,5 mm, jadi ia dipastikan kompatibel dengan perangkat apapun yang memiliki colokan audio standar tersebut. Untuk pengguna PC yang memiliki input audio dan mikrofon terpisah, Logitech turut menyertakan aksesori PC splitter pada paket penjualannya.

Di Amerika Serikat, Logitech berencana menjual G335 dengan harga $70. Mereka juga akan menjual strap headband-nya secara terpisah bagi yang ingin mengganti strap bawaannya. Ada delapan pilihan warna strap yang tersedia, masing-masing seharga $10. Kalau melihat selisih harganya yang cukup lumayan dibanding G733 ($130), sudah sewajarnya konsumen mengekspektasikan kinerja yang berbeda dari G335.

Sumber: Logitech.

Razer BlackWidow V3 Mini HyperSpeed Tawarkan Layout yang Ringkas Tanpa Kompromi

Keyboard TKL alias tenkeyless bukanlah satu-satunya solusi untuk menghemat ruang di atas meja selagi bermain game, sebab masih ada banyak layout keyboard lain yang berukuran lebih ringkas lagi, mulai dari 75%, 65%, 60%, bahkan sampai 40%.

Buat yang tidak tahu, persentase di situ merujuk pada ukurannya relatif terhadap keyboard full-size. Keyboard 60% berarti ukurannya cuma 60% dari keyboard full-size, dan kebetulan layout ini cukup populer di kalangan gamer hingga akhirnya brand periferal kenamaan macam Razer maupun Corsair pun ikut bermain di segmen ini.

Namun keyboard 60% bukan untuk semua orang. Pasalnya, keyboard yang memakai layout ini pada umumnya tidak dilengkapi arrow key sama sekali. Sebagai gantinya, arrow key harus diakses dengan menekan kombinasi tombol, dan ini kerap menjadi deal-breaker bagi mereka yang rutin menggunakan arrow key.

Alternatifnya, mereka bisa melirik keyboard 65%, macam Razer BlackWidow V3 Mini HyperSpeed berikut ini. Ukurannya memang sedikit lebih lebar daripada keyboard 60%, akan tetapi seperti yang bisa dilihat, layout ini masih mengemas arrow key secara lengkap sekaligus sejumlah tombol lain macam “Del”, “Ins”, “PgUp”, maupun “PgDn”.

Embel-embel “HyperSpeed” pada namanya mengacu pada konektivitas nirkabel 2,4 GHz. Namun itu bukan satu-satunya cara menyambungkan keyboard ini ke perangkat, sebab ia turut dibekali koneksi Bluetooth yang dapat di-pair dengan tiga perangkat sekaligus.

Cara yang ketiga adalah dengan meminta bantuan kabel USB-C, yang juga berfungsi sebagai kabel charger untuk BlackWidow V3 Mini, sehingga baterainya akan terus terisi selama keyboard digunakan dalam mode wired. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini bisa bertahan sampai 200 jam pemakaian.

Untuk switch-nya, Razer menawarkan dua pilihan mechanical switch: Green yang tactile sekaligus clicky (berisik), atau Yellow yang linear dan dilengkapi peredam suara. Tiap-tiap switch-nya itu kemudian dibungkus oleh keycap dengan bahan ABS doubleshot, yang berarti tulisan yang tercetak tidak akan pernah pudar seiring penggunaan.

Razer saat ini telah memasarkan BlackWidow V3 Mini HyperSpeed seharga $180 di Amerika Serikat. Kabar baiknya, perangkat ini juga dipastikan bakal hadir di Indonesia mulai awal Juni mendatang, dengan banderol resmi Rp2.799.000.

Sumber: Razer.

SteelSeries Prime Adalah Seri Periferal Gaming Baru untuk Kalangan Gamer Kompetitif dan Atlet Esport

Setelah meluncurkan mouse untuk banyak kalangan gamer sekaligus, SteelSeries kini ganti menyasar kalangan gamer kompetitif sekaligus atlet esport. Mereka mengumumkan SteelSeries Prime, seri periferal gaming baru yang sepenuhnya ditujukan untuk membantu penggunanya memenangkan pertandingan.

Lini Prime sejauh ini terdiri dari tiga mouse dan satu headset. Mouse yang pertama adalah Prime, yang mengemas sensor TrueMove Pro dengan sensitivitas maksimum 18.000 DPI dan kecepatan tracking 450 IPS. Bobotnya ringan, cuma 69 gram tanpa mengadopsi desain honeycomb alias bolong-bolong seperti kebanyakan mouse gaming di rentang berat seperti ini.

SteelSeries Prime / SteelSeries

Prime pada dasarnya merupakan pilihan yang tepat untuk para pemain FPS yang tidak mau neko-neko, bahkan pencahayaan RGB-nya cuma ada di bagian scroll wheel saja. Prime benar-benar dirancang untuk dibawa dari turnamen ke turnamen; kabelnya bisa dilepas-pasang, dan permukaan bawahnya turut dilengkapi tombol untuk mengatur DPI sekaligus polling rate secara langsung tanpa bantuan software.

Mouse yang kedua, Prime+, identik tapi dengan satu pengecualian: ia satu sensor ekstra yang bertugas untuk mendeteksi lift-off (momen ketika mouse terangkat dan sedang tidak menempel pada permukaan). Berkat sensor tambahan ini, pengguna Prime+ bisa mengatur jarak lift-off antara 0,5 mm sampai 2 mm demi meningkatkan akurasinya lebih jauh lagi.

SteelSeries Prime+ / SteelSeries

Guna memudahkan kustomisasi DPI, polling rate, maupun lift-off distance secara langsung di perangkat (lagi-lagi tanpa mengandalkan software), SteelSeries turut menanamkan layar OLED mini di bagian bawah Prime+. Semua tambahan itu rupanya tidak membuat Prime+ kelewat gemuk dan jadi kurang lincah, sebab bobotnya tercatat cuma 71 gram.

Ketiga, ada Prime Wireless yang lagi-lagi identik seperti Prime, tapi tentu saja tanpa kabel dan dengan konektivitas nirkabel yang diklaim sangat minim latensi. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini bisa bertahan sampai 100 jam pemakaian. Bobot Prime Wireless ada di angka 80 gram, cukup ringan untuk ukuran mouse wireless.

SteelSeries Prime Wireless / SteelSeries

Namun satu kesamaan paling istimewa yang dimiliki ketiga mouse ini mungkin adalah switch yang tertanam di kedua tombol utamanya. SteelSeries menjuluki switch-nya dengan istilah Prestige OM, namun pada dasarnya ini merupakan switch berjenis optical, dengan cara kerja yang cukup mirip seperti yang sudah Razer gunakan selama dua tahun terakhir ini.

Dibandingkan mechanical switch, optical switch umumnya menjanjikan kinerja yang lebih responsif sekaligus ketahanan fisik yang lebih baik. Untuk Prestige OM, SteelSeries menjanjikan klik kiri dan kanan yang bakal tetap konsisten dari awal sampai 100 juta kali klik. Kalau Anda masih penasaran dengan cara kerja optical switch, berikut adalah penjelasan mengenai Prestige OM dari SteelSeries sendiri:

Secara fisik, trio mouse Prime ini mengadopsi prinsip ergonomis hasil konsultasi SteelSeries bersama sejumlah atlet esport profesional. Pada bagian kaki-kaki alias mouse feet-nya, tampak lubang kecil yang sepertinya dirancang agar mudah dilepas (dan dipasang lagi) dengan cara dicungkil begitu saja — sangat memudahkan seandainya mouse perlu dibongkar, untuk dibersihkan misalnya. Khusus pada Prime Wireless, mouse feet-nya sudah menggunakan bahan PTFE murni.

Tanpa harus menunggu lama, ketiga mouse ini sudah langsung dipasarkan sekarang juga. Di Amerika Serikat, Prime dijual seharga $60, Prime+ seharga $80, dan Prime Wireless seharga $130.

SteelSeries Arctis Prime

SteelSeries Arctis Prime / SteelSeries

Untuk headset-nya, yakni Arctis Prime, SteelSeries kembali menerapkan filosofi tidak neko-neko. Konstruksinya terbuat dari perpaduan bahan aluminium dan baja, sehingga perangkat bakal terasa kokoh tapi juga ringan. SteelSeries memilih material kulit sintetis untuk melapisi bantalan telinganya dengan alasan untuk membantu memantapkan isolasi suara.

Driver yang tertanam mempunyai diameter 40 mm dan rentang frekuensi 10-40.000 Hz. Pada earcup sebelah kirinya, terdapat mikrofon yang retractable, yang mudah ditarik keluar atau didorong masuk saat sedang tidak digunakan. Masih di sisi kiri, terdapat pula kenop untuk mengatur volume sekaligus tombol mute/unmute. Kabelnya sendiri dapat dilepas-pasang sehingga perangkat lebih mudah dibawa-bawa.

Di AS, SteelSeries Arctis Prime saat ini sudah dapat dibeli seharga $100.

Sumber: SteelSeries.

SteelSeries Rival 5 Diciptakan untuk Memenuhi Kebutuhan Banyak Tipe Gamer Sekaligus

Produsen periferal gaming umumnya mendiversifikasi mouse besutannya sesuai target pasar yang dituju. Ada mouse yang ditargetkan untuk pemain game FPS, ada yang untuk pemain MOBA, dan ada pula yang untuk penggemar MMORPG, yang umumnya membutuhkan lebih banyak tombol daripada biasanya. Namun sesekali, ada pula mouse yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan banyak tipe gamer sekaligus.

Salah satu contoh terbarunya adalah SteelSeries Rival 5. Diklaim sebagai mouse yang paling serba bisa, Rival 5 hadir mengusung 9 tombol yang dapat diprogram, jumlah yang menurut SteelSeries paling ideal untuk menghadirkan keseimbangan antara performa dan kenyamanan.

Bentuknya mengingatkan saya pada SteelSeries Rival 600, akan tetapi dengan desain yang lebih simetris dan bobot yang lebih ringan di angka 85 gram. Rival 5 tidak bisa dikategorikan ambidextrous, sebab semua tombol ekstranya diposisikan di sisi kiri, sehingga ia akan lebih pas digenggam menggunakan tangan kanan.

Secara total, tombol ekstranya di samping kiri itu ada lima. Jadi selain dua tombol forward dan back seperti pada umumnya, Rival 5 juga mengemas satu tombol memanjang yang dapat ditekan ke atas atau ke bawah — merangkap fungsi sebagai dua tombol sekaligus — plus sebuah tombol berwarna abu-abu yang diposisikan di ujung depan.

Semua itu tentu dapat diprogram sesuai keperluan, demikian pula kedua tombol utamanya, tombol DPI, dan scroll wheel yang dapat diklik. Kombinasi ini menurut SteelSeries dapat memenuhi kebutuhan pengguna untuk genre game yang berbeda-beda, mulai dari FPS (CS:GO), battle royale (Fortnite), MOBA (League of Legends), sampai MMO (World of Warcraft).

Dari sisi performa, pengguna bakal mendapatkan pengalaman yang serupa seperti Aerox 3 Wireless, sebab memang sensornya digunakan sama persis, yakni sensor optik TrueMove Air yang menawarkan sensitivitas maksimum 18.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Juga identik adalah switch kedua tombol utamanya, yang diklaim tahan sampai 80 juta klik, plus tahan air dan debu dengan sertifikasi IP54.

Semuanya tidak akan lengkap tanpa pencahayaan RGB yang memiliki 10 customizable zone. Di Amerika Serikat, SteelSeries Rival 5 saat ini sudah dijual seharga $60.

Sumber: SteelSeries.

Razer Orochi V2 Adalah Mouse Nirkabel Dambaan Para Pengguna Laptop Gaming

Razer punya mouse gaming baru. Namanya Orochi V2, dan ia ditujukan bagi para pengguna laptop gaming yang mengutamakan konektivitas nirkabel sekaligus daya tahan baterai yang luar biasa awet.

Orochi V2 tidak mempunyai colokan kabel sama sekali. Pengguna bebas menyambungkannya ke laptop via koneksi Bluetooth atau HyperSpeed 2.4 GHz (USB). Masing-masing tentu punya kelebihan dan kekurangannya sendiri; Bluetooth lebih hemat daya tapi latensinya tinggi, sedangkan HyperSpeed diklaim bebas lag tapi mengonsumsi daya sekitar dua kali lebih banyak.

Berhubung ia tidak punya colokan kabel, otomatis ia harus mengandalkan baterai yang dapat dilepas-pasang. Yang cukup unik adalah, slot baterainya ada dua macam, satu untuk baterai AA, satu untuk baterai AAA. Kendati demikian, yang bisa dipakai cuma salah satu saja. Ini berarti Anda bebas memilih antara daya baterai yang lebih awet (AA), atau bobot keseluruhan yang lebih enteng (AAA).

Menggunakan satu baterai AA, Orochi V2 dapat beroperasi hingga 950 jam pemakaian dalam mode Bluetooth. Kalau menggunakan koneksi HyperSpeed, daya tahan baterainya diperkirakan berada di kisaran 425 jam. Lalu kalau yang digunakan adalah baterai AAA, daya tahannya diestimasikan berkurang menjadi sekitar sepertiganya. Semua ini tidak akan bisa terwujud seandainya Orochi V2 punya pencahayaan RGB.

Tanpa baterai, bobot Orochi V2 diklaim tidak sampai 60 gram. Bentuknya yang nyaris ambidextrous cocok untuk semua jenis grip; entah itu claw grip, palm grip, maupun fingertip grip. Orochi V2 menggunakan mechanical switch generasi kedua yang diklaim lebih tahan lama (sampai 60 juta klik). Total ada enam tombol yang semuanya bisa diprogram lewat software Razer Synapse.

Terkait performanya, Orochi V2 mengandalkan sensor dengan sensitivitas maksimum 18.000 DPI dan kecepatan tracking 450 IPS. Razer pun tak lupa menyematkan mouse feet berbahan PTFE murni agar pergerakannya bisa semakin mulus lagi.

Di Indonesia, Razer Orochi V2 kabarnya akan segera dipasarkan dengan harga resmi Rp1.099.000. Selain warna hitam, ia juga hadir dalam varian warna putih.

Sumber: Razer.

Corsair K65 RGB Mini Kian Panaskan Persaingan Keyboard Gaming dengan Layout 60%

Persaingan brandbrand gaming mainstream di ranah mechanical keyboard berukuran ringkas terus memanas. Razer boleh dibilang mengawalinya di pertengahan tahun 2020 lewat Huntsman Mini — sebenarnya ada brand lain seperti Glorious yang lebih dulu meluncurkan mechanical keyboard dengan layout 60%, akan tetapi pengaruhnya jelas belum bisa menandingi brand sekelas Razer.

Setelahnya, HyperX menyusul dengan Alloy Origins 60 di awal 2021, dan sekarang giliran Corsair yang unjuk gigi — berapa lama lagi sebelum Logitech dan SteelSeries ikut menyusul? Satu hal yang membuat saya agak bingung adalah namanya: Corsair K65 RGB Mini. Awalnya saya mengira keyboard ini mengemas layout 65% yang dilengkapi arrow key, namun ternyata ia mengusung layout 60%.

Alasannya mungkin karena Corsair sudah punya keyboard lain bernama K60, yang ternyata memakai layout full-size standar 104 tombol. Well, setidaknya masih ada embel-embel “Mini” pada namanya.

Premis yang ditawarkan keyboard ini tentu adalah terkait desainnya yang compact sekaligus portable. Tanpa function row, nav cluster, dan arrow key, dimensinya jelas jauh lebih mungil ketimbang keyboard tenkeyless (TKL) sekalipun. Namun seperti halnya keyboard 60% lain yang dijual di pasaran, semua tombol-tombol yang hilang itu tetap bisa diakses dengan mengandalkan kombinasi tombol Fn.

Mengikuti tren, keycap yang digunakan pun terbuat dari bahan PBT double-shot. Di baliknya, ada pilihan switch Cherry MX Red, Silent Red, atau Speed Silver. Anehnya, Corsair sama sekali tidak menjual varian yang menggunakan optical switch seperti yang mereka tawarkan pada K100. Sebagai konteks, Razer Huntsman Mini malah hadir membawa optical switch saja, tanpa ada pilihan yang mengemas mechanical switch standar.

Secara estetika, K65 RGB Mini tampak jauh lebih simpel daripada keyboardkeyboard lain yang pernah Corsair buat. Desain case-nya juga tidak floating seperti biasanya, sehingga bagian switch-nya tidak langsung kelihatan begitu saja. Bagian belakangnya tidak dilengkapi adjustable feet, akan tetapi dari samping ia sudah kelihatan cukup miring untuk menyuguhkan posisi mengetik yang nyaman.

Di Amerika Serikat, Corsair saat ini sudah memasarkan K65 RGB Mini dengan harga $110, atau kurang lebih sekitar 1,6 jutaan rupiah. Lagi-lagi sebagai perbandingan, Razer Huntsman Mini punya banderol resmi di Indonesia sebesar Rp1.949.000 untuk versi clicky-nya, atau Rp2.099.000 untuk versi linearnya.

Sumber: Globe Newswire.

Jajaran Komponen PC Edisi Khusus ASUS X GUNDAM Series Akan Segera Hadir di Indonesia

Ada orang yang hobi PC building, ada juga yang hobi merakit Gunpla. Dalam beberapa kesempatan, ada juga yang mencoba menggabungkan keduanya, dan apabila Anda termasuk sebagai salah satunya, ASUS Indonesia punya penawaran yang menarik buat Anda.

Mereka baru saja mengumumkan kehadiran jajaran komponen PC edisi khusus ASUS X Gundam Series di tanah air. Seri terbatas yang sudah hadir lebih dulu di Tiongkok pada tahun 2020 kemarin ini nantinya bakal tersedia dalam dua versi: White Version (Gundam Edition) yang terinspirasi oleh RX-78-2 Gundam, dan Red Version (Zaku II Edition) yang terinspirasi oleh MS-06S Char’s Zaku II.

Beberapa komponen PC edisi khusus ASUS X GUNDAM Series yang akan diluncurkan meliputi kartu grafis, motherboard, AIO cooler, PSU, casing, monitor, sampai periferal seperti headset, keyboard, mouse, serta mousepad. Komponen PC edisi khusus ini akan dijual secara terpisah maupun dalam satu set PC siap rakit yang tentunya hanya akan dijual dalam jumlah terbatas.

ASUS X GUNDAM Series / ASUS Indonesia

ASUS Indonesia akan membagi peluncuran ini dalam dua sesi penjualan. Sesi pertama akan dimulai pada bulan Maret, disusul oleh sesi kedua di bulan April. Pada setiap sesi, ASUS akan meluncurkan beberapa jajaran produk komponen PC yang dapat dipesan secara eksklusif melalui ASUS Official Store, serta beberapa mitra resmi yang sudah ditunjuk.

Supaya lebih menarik lagi, ASUS Indonesia juga telah menyiapkan bundel promo action figure Gundam sebagai merchandise pembelian komponen PC edisi khusus ASUS X GUNDAM Series dengan syarat dan ketentuan berlaku. Pembahasan lengkap dari setiap seri yang akan diluncurkan akan diumumkan dalam beberapa waktu mendatang.

ASUS berharap bahwa dengan hadirnya ASUS X GUNDAM Series di Indonesia, mereka dapat memenuhi kebutuhan para penggemar Gundam, khususnya kalangan PC builder enthusiast yang mengedepankan komponen PC dengan inovasi terbaik serta tampil dalam balutan desain yang futuristis.

Susul Razer, EVGA Juga Umumkan Mouse Gaming dengan Polling Rate di Atas Normal

Razer belum lama ini merilis Viper 8KHz, mouse gaming pertamanya yang menawarkan polling rate setinggi 8.000 Hz. Namun seperti yang sudah bisa kita perkirakan, tidak butuh waktu lama bagi rival-rivalnya untuk menyusul dan menghadirkan penawaran serupa.

Salah satu yang pertama adalah EVGA. Pabrikan asal Amerika Serikat yang sudah sangat senior di segmen kartu grafis tersebut baru saja merilis tiga mouse gaming anyar: X20, X17, dan X15. Dua di antaranya (X17 dan X15), mengunggulkan waktu respon dan polling rate yang sama persis seperti Viper 8KHz tadi.

Pada umumnya, mouse gaming memiliki polling rate sebesar 1.000 Hz, yang berarti perangkat bisa melaporkan posisinya sebanyak 1.000 kali per detik. Kalau dikali 8, otomatis mouse bakal terasa semakin responsif. Secara teori seperti itu, dan di tangan atlet esport profesional yang refleknya sudah sekelas superhuman, peningkatan polling rate sedrastis ini sudah pasti akan berpengaruh langsung terhadap performa mereka selama bertanding.

EVGA gaming mice

Meski sama-sama mengusung polling rate 8.000 Hz, X17 dan X15 sangatlah berbeda satu dengan yang lainnya. X17 ditargetkan untuk para pemain game FPS, dengan satu tombol besar di sisi kiri yang secara default berfungsi untuk menurunkan DPI selama ia ditekan, atau istilah kerennya: “Sniper Button”.

Demi menyuguhkan kinerja yang lebih presisi, X17 juga mengandalkan dua sensor ekstra yang secara spesifik bertugas untuk mendeteksi LOD (lift-off distance). Dipadukan dengan algoritma khusus, sistemnya mampu mendeteksi jarak minimum 0,4 mm dan maksimum 3 mm — dapat diatur sesuai kebutuhan — antara sisi bawah mouse dan permukaan.

X15 di sisi lain ditujukan untuk para pemain MMORPG yang memerlukan seabrek tombol macro yang mudah dijangkau menggunakan ibu jari. Ia juga unik karena merupakan satu-satunya yang menggunakan switch bertipe optical, yang lebih responsif sekaligus lebih tahan lama, dengan klaim life span hingga 70 juta klik.

Buat yang memprioritaskan konektivitas wireless dan tidak tertarik dengan polling rate di atas normal, mereka bisa melirik X20 yang menawarkan tiga jenis konektivitas: wireless 2,4 GHz, Bluetooth, dan wired. X20 boleh dibilang adalah X17 versi nirkabel, tapi ternyata sensor yang digunakan paling berbeda sendiri, yakni PixArt 3335 – X17 dan X15 menggunakan sensor PixArt 3389.

Ketiganya terdengar cukup menjanjikan, tapi sayang sejauh ini belum ada sedikit pun informasi mengenai harga maupun jadwal rilisnya.

EVGA Z20 dan EVGA Z15

EVGA gaming keyboards

Dalam kesempatan yang sama, EVGA turut mengumumkan dua mechanical keyboard anyar: Z20 dan Z15. Lagi-lagi polling rate di atas rata-rata menjadi fitur andalan di sini. Baik Z20 maupun Z15 sama-sama punya polling rate maksimum 4.000 Hz, sama persis dengan yang ditawarkan oleh Corsair K100.

Khusus untuk Z20, kemiripannya dengan keyboard terbaru Corsair tersebut tidak berhenti sampai di situ saja, sebab ia turut mengandalkan switch bertipe optical. Tentu saja EVGA memberikan pilihan antara yang bersifat linear atau clicky, dan kedua jenis switch sama-sama diklaim tahan sampai 100 juta klik.

Z20 juga unik karena mengemas deretan tombol macro di samping kiri, serta mengusung sebuah proximity sensor yang memungkinkan perangkat untuk mendeteksi apakah ada seseorang di depannya atau tidak. Idenya adalah, ketika pengguna meninggalkan meja, keyboard akan masuk ke sleep mode secara otomatis dan mengaktifkan efek pencahayaan RGB yang berbeda.

Z15 di sisi lain masih mengandalkan jenis switch yang lebih umum, tapi yang istimewa, switch-nya ini dapat dilepas-pasang dengan mudah, alias hot-swappable. Dengan begitu, pengguna bebas mengganti switch-nya tanpa harus menjalani prosedur solder-menyolder.

Fitur-fitur standar keyboard gaming, seperti tombol multimedia khusus dan kenop volume, turut hadir di Z20 maupun Z15. Di Amerika Serikat, EVGA saat ini telah mulai memasarkan Z20 dengan harga $175, sedangkan Z15 dengan harga $130. Sejauh ini belum ada informasi apakah deretan periferal baru EVGA ini bakal masuk ke pasar tanah air atau tidak.

Sumber: PC Gamer.