Kotakode Diluncurkan sebagai Kanal Komunitas dan Tanya Jawab Seputar Pemrograman

Berangkat dari pengamatannya memberikan inspirasi kepada Peter Tanugraha mendirikan platform yang berguna untuk para programmer di Indonesia. Bersama rekannya Michael Englo, Kotakode resmi diluncurkan pertengahan tahun 2020 ini.

“Ketika saya sedang bekerja di Kanada, saya sering berpartisipasi di Stack Overflow. Suatu hari ketika saya sedang browsing, saya menemukan sebuah pertanyaan oleh orang Indonesia. Karena Stack Overflow adalah platform yang strict untuk menggunakan bahasa Inggris, pertanyaan susah dipahami oleh beliau, mungkin karena kemampuan bahasa Inggris yang kurang mahir,” kata Peter.

Saat melakukan riset, Peter menemukan bahwa kebanyakan bagi mereka yang kesulitan untuk mengerti kemudian diarahkan ke beberapa platform seperti Facebook Group, Telegram Chat, Discord Chat, hingga Whatsapp Chat yang telah menjadi alternatif lain untuk media tanya/jawab tentang coding. Ditemukan jumlah total pengguna dari semua grup itu bisa mencapai lebih dari 4 juta orang. Melihat fakta tersebut Peter kemudian terpancing untuk meluncurkan sebuah platform menyeluruh untuk para programmer dalam bahasa Indonesia.

“Dari situlah inspirasinya untuk membangun sebuah platform online Kotakode, di mana kita ingin membuat sebuah komunitas inklusif untuk programmer di seluruh Indonesia. Saya pikir dengan Indonesia diprediksikan menjadi leader in digital economy pada tahun 2025, jumlah programmer di seluruh Indonesia juga akan meningkat,” kata Peter.

Di Indonesia, memang belum ada platform yang secara khusus menjadi kanal tanya jawab dan diskusi para programmer. Platform yang telah ada dari startup umumnya menawarkan kegiatan coding bootcamp dan kelas seperti Hacktiv8, Dicoding, dan Progate.

Model bisnis Kotakode

Saat ini Kotakode telah memiliki sekitar 2 ribu lebih pengguna terdaftar. Per harinya Kotakode bisa mendapatkan sekitar 500 – 3000 pageviews. Di bulan November dan Desember ini, Kotakode baru mulai meluncurkan community partnership dengan sejumlah Universitas dan SMK di Indonesia; programnnya akan dijalankan pada awal semester (Januari 2021). Langkah strategis ini diproyeksikan akan membawa ribuan pengguna baru.

“Pada dasarnya kita memiliki dua jenis mitra, yang pertama adalah Community Partner dan yang kedua adalah Supporting Partner. Community partnership adalah bentuk kerja sama yang lebih erat dibandingkan supporting partner di mana murid/peserta dari pihak kedua akan diarahkan ke Kotakode apabila ada pertanyaan apapun mengenai pemrograman. Sementara Supporting Partner lebih kepada kolaborasi acara, social media sounding dan juga soft-selling Kotakode,” kata peter.

Disinggung seperti apa model bisnis dan strategi monetisasi yang diterapkan, Peter menegaskan Kotakode memiliki beberapa strategi monetisasi yang bakal diterapkan ke depannya. Di antaranya adalah Targeted Advertisement, Job Hiring Platform, dan Kotakode Pro Version. Masing-masing nantinya akan menerapkan payment per ad posting, revenue per impressions, payment per job posting, subscription per month dan subscription per month.

“Tapi untuk saat ini kita masih menjalankan bisnis secara bootstrapping, karena fokus Kotakode saat ini adalah untuk mendapatkan pengguna dalam jumlah besar terlebih dulu,” kata Peter.

Pandemi dan rencana Kotakode

Saat pandemi Kotakode tidak mengalami kendala yang berarti. Dengan mengedepankan online, semua proses tetap bisa berjalan menyesuaikan kegiatan pengguna mereka yaitu para programmer. Hal tersebut yang menjadi keunggulan bagi Kotakode sebagai platform. Salah satu produk yang kemudian menjadi pilihan pengguna adalah, forum tanya/jawab dan juga forum blogging.

“Salah satu alasan kenapa orang berkontribusi di Kotakode (menjawab pertanyaan/menulis blog) adalah untuk menambah portofolio mereka. Karena pandemi ini orang kebanyakan tinggal di rumah saja, mereka memiliki waktu luang untuk mencoba menambahkan portofolio mereka agar bisa lebih competitive di job market,” kata Peter.

Tahun depan ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh Kotakode, di antaranya adalah masuk ke revenue-generating stage melewati targeted Advertising di platform. Kotakode juga ingin menciptakan fitur job hiring di platform.

“Untuk saat ini kami sedang dalam fase research di mana kita sudah melakukan wawancara kepada 20 lebih dari technical recruiters dan ingin mengetahui lebih tentang tech-hiring landscape agar Kotakode bisa membantu. Setelah kita melakukan revenue-generating, rencananya kegiatan fundraising untuk ekspansi tim dari sisi engineering, product, marketing dan business development juga akan dilakukan,” kata Peter.

Progate Expands to Indonesia, Offering Online Service for Programming Lesson

On a mission to improve digital skills, Progate officially launch its online platform of programming lesson in Indonesia. Was founded in Japan in 2014, they offer premium learning channel for subscription. The material includes various topics, such as HTML & CSS, Javascript, SQL, React, NodeJS and many more that keeps updated.

Progate Indonesia’s Country Manager, Norman Ganto told DailySocial, the service intends to solve the digital talent gap in Indonesia, in which a few years ahead projected to require 9 million digital talents.

“We’re here to collaborate with various communities, institutions, companies, and provide alternatives for Indonesians to be able to learn coding with excitement independently and at very affordable prices, especially at times like this (appeals at home due to a pandemic).”

Progate has two types of packages, the basic and the plus package. The basic package is available in the free version, users can complete 1 lesson from each programming language, in 1 lesson there are a lot of theoretical and exercise material. When users get excited and to proceed to the next lesson, they can upgrade to the subscription plan. Currently, the platform is available with the Indonesian language option.

“A pleasant experience is the main focus of designing and developing Progate. One of the unique selling propositions is that the user does not have to set up or install anything to be able to start practicing the theory of coding that he just learned at Progate,” Norman said.

The edutech sector seems to have a good future in Indonesia, it was seen from investor’s optimism to fund business in the vertical. Last year, the centaur startup, Ruangguru, successfully secured a series C funding worth 1.2 trillion Rupiah. Other startups namely Zenius and HarukaEdu also managed to obtain follow-on funding.

Market openness to digital learning platforms is also the reason for some steady players expanding into Indonesia. In addition to Progate, there is also ELSA Speak  launched earlier this year, an application developed by the founder of Silicon Valley to help students maximize their English speaking abilities.

Strategic partnership

progate

In order to accelerate business growth and introduce the service to users. Progate has developed strategic partnerships. Among those are the digital talent recruitment platforms, Geekhunter and Glints. They also collaborated with Kemkominfo through the Digital Talent Scholarship program.

“In the Kominfo program, we’ve created a special curriculum with the more compact and comprehensive schedule. Therefore, participants can understand the basics of programming in HTML, CSS, and Javascript within 8 weeks,” Norman added.

In terms of operational, Progate has recruited full-time local team. Globally, they’ve acquired 1.3  million users. In addition to Indonesia and Japan, Progate also available in India.

Not only relying on high-quality material, but Progate also ensures the learning process to be thoughtful and comfortable for users with kinds of illustrations and animation to all users come from various classes and ages.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Ekspansi ke Indonesia, Progate Tawarkan Layanan Online untuk Belajar Pemrograman

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan digital, Progate platform online belajar pemrograman resmi meluncur di Indonesia. Didirikan di Jepang tahun 2014, mereka tawarkan kanal pembelajaran premium yang bisa dilanggan. Materi belajar mencakup berbagai pembahasan seperti HTML & CSS, Javascript, SQL, React, NodeJS dan lainnya yang terus diperbaharui secara berkala.

Kepada DailySocial Country Manager Progate Indonesia Norman Ganto mengungkapkan, layanannya hadir untuk turut membantu Indonesia menyelesaikan tantangan digital talent gap, diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan dibutuhkan 9 juta talenta digital di sini.

“Kami hadir untuk berkolaborasi dengan berbagai macam komunitas, institusi, perusahaan, dan memberikan alternatif bagi warga Indonesia untuk dapat belajar coding dengan seru secara mandiri dan harga sangat terjangkau, terutama di saat-saat seperti ini (himbauan di rumah karena pandemi).”

Progate memiliki dua tipe paket, yaitu paket dasar dan paket plus. Paket dasar dalam versi gratis, pengguna dapat menyelesaikan 1 pelajaran dari setiap bahasa pemrograman, di dalam 1 pelajaran ada banyak materi teori dan latihan. Jika pengguna ingin melanjutkan ke pelajaran selanjutnya, bisa meningkatkan ke opsi berlangganan. Saat ini platform sudah dilengkapi dengan pilihan Bahasa Indonesia.

“Pengalaman yang menyenangkan menjadi fokus dalam mendesain dan mengembangkan Progate. Salah satu unique selling proposition-nyaadalah pengguna tidak harus melakukan setup atau instal apapun untuk dapat memulai mempraktikkan teori coding yang dia baru pelajari di Progate,” kata Norman.

Di Indonesia sendiri, saat ini sudah ada beberapa platform online yang menyasar materi serupa, mulai dari yang premium hingga gratis. Misalnya portal CodeSaya yang sudah dirilis sejak tahun 2017, atau Kode.id yang dikembangkan lembaga kursus pemrograman Hacktiv8.

Sektor edutech tampak memiliki masa depan baik di Indonesia, salah satunya ditandai dengan kepercayaan investor untuk mendanai bisnis di vertikal tersebut. Tahun lalu startup centaur Ruangguru berhasil bukukan pendanaan seri C senilai 1,2 triliun Rupiah. Startup lainnya yakni Zenius dan HarukaEdu juga berhasil bukukan pendanaan lanjutan.

Keterbukaan pasar terhadap platform belajar digital juga menjadi alasan beberapa pemain mantap ekspansi ke Indonesia. Selain Progate, awal tahun ini juga ada ELSA Speak, aplikasi yang dikembangkan founder asal Silicon Valley untuk bantu pelajar maksimalkan kemampuan speaking Bahasa Inggris.

Menjalin kerja sama strategis

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan memperkenalkan ke target pengguna, Progate telah menjalin kerja sama strategis. Di antaranya dengan startup perekrutan talenta digital Geekhunter dan Glints. Mereka juga telah menjalin kolaborasi dengan Kemkominfo, melalui program Digital Talent Scholarship.

“Program Kominfo ini sendiri kami membuat kurikulum spesial bersama yang lebih komprehensif dan compact. Sehingga peserta akan dapat mengerti dasar-dasar pemrograman HTML, CSS, dan Javascript dalam waktu 8 minggu,” kata Norman.

Untuk operasional, Prograte telah memiliki tim lokal yang bekerja secara fulltime. Secara global mereka memiliki jumlah pengguna hingga 1,3 juta. Selain Indonesia dan Jepang, Progate juga telah hadir di India.

Di samping mengedepankan kualitas materi, Progate berusaha memastikan proses belajar bisa dinikmati dan menyenangkan bagi para penggunanya dengan berbagai ilustrasi dan animasi yang menarik dan ramah untuk pengguna dari berbagai kalangan serta kelompok usia.