XGIMI Elfin Hadirkan Sederet Fitur Proyektor High-End dalam Kemasan Seukuran Mac Mini

Semakin mini suatu proyektor, biasanya semakin terbatas kapabilitas yang ditawarkannya. Namun anggapan tersebut sepertinya tidak begitu berlaku untuk proyektor mini besutan XGIMI berikut ini. Dinamai Elfin, ia menawarkan spesifikasi beserta fitur-fitur yang mumpuni dalam kemasan seukuran Mac Mini.

Secara teknis, XGIMI Elfin tercatat memiliki dimensi 192 x 194 x 48,3 mm, dengan bobot sekitar 898 gram. Sekali lagi, dimensinya mirip seperti Mac Mini, hanya saja Elfin lebih ringan meski bodinya sekitar 1 cm lebih tebal. Singkat cerita, ia cukup ringkas untuk dibawa-bawa menggunakan tas ransel maupun tas jinjing, tapi jangan sampai lupa membawa kabel power-nya karena ia bukanlah sebuah proyektor portabel yang dilengkapi baterai.

Elfin merupakan sebuah proyektor DLP. Ia tercatat memiliki resolusi maksimum 1920 x 1080 pixel, sedangkan tingkat kecerahannya berada di kisaran 600 – 800 lumen. Seringkali yang menjadi kelemahan utama proyektor mini adalah perkara rasio kontras, dan itu Elfin atasi dengan membawa dukungan HDR10+. Di saat yang sama, image engine-nya juga telah dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas warna dan clarity.

XGIMI sama sekali tidak menggunakan istilah short throw untuk Elfin, akan tetapi jarak proyeksinya tergolong cukup dekat: 80 inci dari jarak 2,1 meter, 100 inci dari jarak 2,6 meter, dan 120 inci dari jarak 3,2 meter. Ukuran proyeksi maksimumnya sendiri adalah 200 inci.

Selain diposisikan di atas meja, Elfin juga dapat digantungkan ke langit-langit, dan ia pun turut mendukung mode rear projection. Berbagai fitur pintar turut disematkan untuk semakin memudahkan penempatannya, mulai dari Intelligent Obstacle Avoidance, Intelligent Screen Alignment, sampai autofocus dan auto keystone correction, baik untuk sudut horizontal maupun vertikal.

Elfin mengemas tampilan antarmuka Android TV 10.0, yang berarti pengguna dapat menginstal beragam aplikasi dari Google Play Store ke storage-nya yang berkapasitas 16 GB, maupun meneruskan konten dari perangkat mobile ke proyektor via Chromecast. Bagi yang berniat menggunakan Elfin untuk bermain game, mereka dapat mengaktifkan fitur Game Mode Boost yang akan menekan angka latensi sampai serendah 26,5 milidetik.

Perihal konektivitas, Elfin hadir membawa port USB dan HDMI 2.0, tidak ketinggalan pula jack audio 3,5 mm, Wi-Fi, serta Bluetooth. Urusan audio, Elfin dibekali sepasang speaker 3W yang telah mengantongi sertifikasi dari Harman-Kardon. Konsumen yang tertarik saat ini sudah bisa membeli Elfin seharga $649.

Sumber: SlashGear.

Asus ZenBeam Latte L1 Adalah Proyektor Sekaligus Speaker Bluetooth Berwujud Unik

Proyektor tidak selamanya harus berwujud membosankan. Hal itu dibuktikan oleh Asus lewat proyektor bernama ZenBeam Latte L1 berikut ini. Diperkenalkan pertama kali pada perhelatan CES 2021 di bulan Januari kemarin, bentuknya sepintas lebih mirip speaker Bluetooth ketimbang alat yang dapat memproyeksikan gambar ke tembok.

Penamaannya sendiri bukanlah suatu kebetulan. Desainnya memang menyerupai sebuah cangkir kopi, dengan dimensi 131 x 90 x 90 mm dan bobot tak lebih dari 585 gram. Asus pun cukup bangga dengan fakta bahwa ZenBeam Latte L1 merupakan proyektor pertama di dunia yang memiliki lapisan luar berbahan kain. Selain membantu meningkatkan sirkulasi udara, lapisan kain ini juga dapat membantu menyempurnakan akustik suara.

Di dalam tubuhnya yang mungil tersebut, Asus tidak lupa menanamkan sepasang speaker bersertifikasi Harman Kardon dengan total output sebesar 10 W. Guna semakin mengoptimalkan pengalaman pengguna, Asus turut menyertakan tiga preset audio untuk mendukung tiga skenario penggunaan yang berbeda: menonton film, mendengarkan musik, atau bermain game.

Kemampuan proyeksinya pun tak boleh dipandang sebelah mata. Asus ZenBeam Latte L1 mampu memproyeksikan gambar beresolusi HD (720p) seluas 40 inci dari jarak 1 meter, hingga 120 inci dari jarak 3,2 meter, dengan tingkat kecerahan maksimum 300 lumen. Sumbernya pun bebas, sebab di samping mengemas port HDMI, ZenBeam Latte L1 juga mendukung mirroring secara nirkabel dari perangkat Android, iOS maupun macOS.

Streaming langsung dari berbagai layanan juga dimungkinkan berkat ekosistem aplikasi yang tersedia di platform Aptoide TV, dan perangkat turut dibekali remote control untuk memudahkan navigasi. Dalam sekali pengisian, ZenBeam Latte L1 mampu beroperasi selama 3 jam nonstop (dalam mode Eco). Kalau cuma dipakai sebagai speaker Bluetooth, baterainya tahan sampai 12 jam pemakaian.

Asus sejauh ini belum merincikan kapan ZenBeam Latte L1 bakal tersedia di Indonesia dan berapa harganya. Sebagai referensi, di Amerika Serikat harganya dipatok $399 (± Rp5,7 jutaan).

BenQ GS2: Proyektor Android Portabel Mini untuk Belajar dan Hiburan Keluarga di Mana Saja

Sebuah proyektor tidak melulu harus digunakan saat melakukan presentasi. Saat ini, sebuah proyektor kerap dipakai untuk menonton film bak dalam sebuah bioskop dan juga untuk mengajar. Namun, kesulitannya adalah sebuah proyektor harus terhubung dengan sumber data dan juga harus dekat dengan sumber tenaga (baca: steker listrik). Memangnya tidak ada proyektor yang bisa dipasang di mana saja tanpa harus ribet mencari steker listrik?

Tidak sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut . Saat ini, BenQ memiliki sebuah proyektor pintar yang memiliki tenaga baterai. Nama dari proyektor tersebut adalah BenQ GS2. Produk yang satu ini merupakan sebuah proyektor LED mini yang menggunakan sistem operasi Android dan memiliki baterai yang diklaim mampu bertahan hingga 3 jam.

BenQ GS2

Tidak seperti kebanyakan proyektor, BenQ GS2 ternyata memiliki dimensi yang cukup kecil. Hal tersebut membuatnya mudah untuk dibawa kemana-mana. Termasuk saat ingin menonton video atau belajar bersama sang buah hati. Hal tersebut bisa terlaksana karena sistem operasi Android saat ini memiliki ribuan aplikasi yang siap dipasang.

Untuk spesifikasi dari BenQ GS2 adalah sebagai berikut:

BenQ GS2
SoC Mediatek MStar MSD648
CPU 4 x Cortex A53 1,46 GHz
GPU ARM Mali T-720
RAM 2 GB
Penyimpanan internal 8 GB
Sistem Proyeksi DLP
Resolusi 1280×720 pixel
Kecerahan 500 ANSI Lumens
Rasio Kontras 100.000:1
Lampu Osram Q8A
Speaker 2 x 2 watt
Konsumsi Daya Max 65W, Normal 42 W, Eco 30 W
Dimensi 139 x 144 x 139 mm
Berat 1.6 kg
WiFi Dongle 802.11 ac

Hasil dari CPU-Z adalah sebagai berikut

Menggunakan chipset dari MStar yang merupakan bagian dari Mediatek membuat proyektor ini cukup bertenaga. Spesifikasi seperti ini juga kerap digunakan pada smart TV yang dipasarkan saat ini. Tentunya dengan menggunakan aplikasi yang ada untuk Android TV, proyektor ini akan bebas dari lag.

BenQ juga tidak lupa menyertakan dongle WiFi untuk terhubung dengan internet. Hal ini tentu saja menambah kenikmatan dalam menggunakan BenQ GS2 sebagai bioskop di mana saja. Tinggal melakukan instalasi layanan streaming video, pengguna bisa langsung menonton di layar yang lebar.

 

Koneksi internet juga dibutuhkan oleh mereka yang sedang melakukan sekolah di rumah dan bekerja di rumah pada saat pandemi seperti saat ini. Karena memiliki sistem operasi Android, membuat proyektor ini bisa ditancapkan sebuah webcam untuk melakukan konferensi web seperti dengan Zoom atau Google Meet.

Bagi para orang tua yang memiliki anak kecil juga bisa langsung terhubung dengan internet untuk langsung mengakses konten hiburan. Misalkan saja sang ibu sedang memasak, menggunakan BenQ GS2 untuk memberikan hiburan melalui aplikasi streaming video kepada anak-anaknya juga akan menyenangkan. Apalagi, pantulan sinar dari proyektor juga cukup aman terhadap mata anak-anak.

Unboxing

Saat membuka paket penjualan dari BenQ GS2, pengguna akan menemukan tas seperti ini.

BenQ GS2 - tas

Didalam tas tersebut, akan ditemukan barang seperti di bawah ini.

BenQ GS2 - Unboxing

Desain Proyektor Portabel BenQ GS2

Saya cukup terkesan dengan paket penjualan dari BenQ GS2. Pasalnya saat membuka paket penjualan tersebut, konsumen akan menemukan sebuah tas cantik yang berisikan proyektor portabel ini. Tasnya sendiri mirip dengan tas kamera yang memberikan perlindungan ekstra dari benturan dan debu.

Tidak seperti kebanyakan proyektor yang menggunakan bahan plastik polikarbonat, BenQ GS2 menggunakan bahan jenis karet. Dengan bahan seperti ini membuat BenQ GS2 tahan terhadap percikan air serta benturan. BenQ sendiri mengklaim bahwa proyektor ini tahan terhadap jatuh dari ketinggian 0,5 meter.

BenQ GS2 - Atas

Seperti biasa, sebuah proyektor pasti memiliki tombol kendali pada bagian atasnya. Desain yang dibuat oleh BenQ pada GS2 memang cukup berbeda dibandingkan dengan produk lainnya. Pada bagian atas tersebut akan ditemukan tombol arah, OK, back, home, menu, daya, serta tiga LED indikator baterai.

Pada bagian kanannya ditemukan sebuah penutup pada sisi atasnya. Dibalik penutup tersebut terdapat sebuah port USB khusus untuk WiFi dongle buatan BenQ dengan nama WDR02U, audio 3,5 mm, HDMI, tombol reset, USB-C/Display Port, dan USB 2.0. Semua port ini ditutup agar BenQ GS2 tahan terhadap percikan air.

BenQ GS2 - Kiri

Di bagian belakangnya terdapat lubang untuk keluar masuk udara serta lubang speaker. Uniknya setelah pemakaian berjam-jam, GS2 tidak menunjukkan gejala panas. Selain itu pada bagian bawahnya terdapat konektor untuk mengisi daya. Konektornya sendiri memiliki magnet sehingga sangat mudah untuk memasang dan mencabutnya.

Dongle BenQ yang datang bersama paket penjualannya, seperti yang sudah disebut di atas, bernama WDR02U. Perangkat USB ini berfungsi untuk memberikan akses WiFi kepada BenQ GS2. WDR02U memiliki teknologi WiFi 5 atau 802.11ac yang mendukung jaringan 2,4 Ghz dan 5 GHz. Selain itu, penggunaan sistem operasi Android juga membuat BenQ GS2 dengan WDR02U menjadi sebuah hotspot internet.

BenQ GS2 - Remote

Selain tombol pada bagian atasnya, BenQ GS2 juga datang dengan sebuah remote control. Desain dari remote ini cukup minimalis sehingga tidak terlalu banyak tombol yang ada pada bagian atasnya. Selain tombol yang ada pada bagian atas dari BenQ GS2, terdapat juga tombol fokus yang akan mempertajam gambar dari proyektor ini.

Bagi para pengguna perangkat dengan sistem operasi Android, sepertinya akan lebih mudah mengenali menu pada BenQ GS2. Hal tersebut dikarenakan homescreen dari BenQ GS2 tersedia dalam bentuk icon yang mirip dengan Android. BenQ GS2 memiliki basis sistem operasi Android Marshmallow dengan antar muka buatan BenQ sendiri.

Menonton di mana saja

Terus terang setelah langsung memegang BenQ GS2, saya langsung berpikiran untuk melakukan liburan. Hal tersebut karena sebenarnya saya ingin langsung mencoba menonton streaming video seperti Netflix pada alam terbuka. Sayang memang, masa pandemi seperti ini membuat saya harus berpikir dua kali untuk bepergian.

Untungnya, saya masih memiliki tembok yang cukup luas untuk mencoba BenQ GS2. Namun setelah melihat spesifikasi yang diberikan, ternyata proyektor ini berkarakteristik standard throw dengan rasio 1.3. Hal ini akan membuat projeksinya terlalu kecil saat jarak proyektor terlalu dekat. Dan saat berada pada jarak 3 meter, di situ lah saya merasa seperti memiliki sebuah layar 100 inci.

BenQ GS2 - charger

 

Setelah melakukan inisiasi pertama yang sangat cepat dan mudah, saya tiba para homescreen-nya. Namun, hal pertama yang saya lakukan adalah melakukan pemasangan dongle WDR02U sehingga bisa tersambung ke internet. Tentunya, hal ini akan membuat saya bisa melakukan download dan instal aplikasi tertentu.

BenQ GS2 tidak memiliki toko aplikasi Google Play. BenQ bekerja sama dengan toko aplikasi open source, Aptoide. Kerjasama Aptoide dengan BenQ menghadirkan toko aplikasi Aptoide TV di dalam GS2. Yap, hal ini membuat aplikasi yang cocok untuk dipasang pada sebuah smartTV bisa diinstalasikan pada BenQ GS2.

Sistem operasi Android yang terpasang pada BenQ GS2 tidak menggunakan Google Framework. Hal tersebut membuat beberapa aplikasi Android tidak dapat dipasang pada proyektor pintar ini. Contohnya saja saya tidak bisa melakukan instalasi Disney+ Hotstar pada GS2, namun tidak ada masalah berarti untuk memasang Netflix yang tidak membutuhkan service Google.

BenQ GS2 - projected

Saya juga memasang sebuah web browser, yaitu Firefox pada BenQ GS2. BenQ GS2 pun menjadi seperti sebuah komputer mini yang mampu menjelajah internet dengan mudah. Namun, saya sangat menyarankan pengguna untuk melakukan instalasi aplikasi BenQ Smart Control pada smartphone, karena melakukan navigasi pada BenQ GS2 akan terasa jauh lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan remote control.

Memasang Firefox memang memberikan sebuah kenyamanan tersendiri bagi saya saat WFH. Pada saat bekerja dan agar tidak terganggu, saya memasang Youtube agar anak-anak dapat menonton video dengan layar besar dan nyaman. Minuman yang ditaruh didekat proyektor ini pun juga tidak membuat saya khawatir karena akan ketumpahan dan rusak. Terakhir, pantulan cahaya dari proyektor ke tembok ini terasa nyaman di mata.

BenQ GS2 - Website

Jika tidak digunakan untuk melakukan proyeksi gambar, ternyata ada satu fitur unik yang ada pada BenQ GS2. Proyektor ini bisa digunakan untuk menjadi sebuah bluetooth speaker. Dengan dua speaker yang ada dibelakangnya, suara yang dikeluarkan juga cukup keras dan mampu terdengar dengan baik pada ruangan sekitar 3×4 meter.

Saya juga penasaran dengan baterai yang digunakan pada BenQ GS2 ini. BenQ menjanjikan bahwa baterainya dapat bertahan selama 3 jam. Saya belum mendapatkan informasi pengujian seperti apa yang dilakukan oleh BenQ pada GS2 ini. Namun, hasil pengujian yang saya dapatkan cukup berbeda.

BenQ GS2 - WiFi Dongle

Saat mencabut kabel charger-nya, BenQ GS2 langsung masuk pada mode battery. Hal ini membuat lampunya langsung masuk ke mode ekonomis. Setting inilah yang saya gunakan. Nyatanya, saya bisa menonton Netflix sepanjang 4 jam 55 menit sampai indikator baterai tinggal 10% menyala setiap kali saya matikan.

Pengujian saya lanjutkan dengan melakukan wireless casting dari smartphone ke BenQ GS2. Tidak ada masalah yang berarti pada saat melakukan pairing antara keduanya. Cukup dengan melakukan panduan yang ada pada homescreen, perangkat Android, iPhone, atau Windows yang digunakan bakal terpancar melalui BenQ GS2.

Melakukan pemasangan aplikasi seperti VLC atau Kodi membuat BenQ GS2 bisa memainkan file dengan codec terbaru yang ada saat ini. Saya bisa menonton semua file MKV dan MP4 h.264 yang saya taruh pada flash disk yang ditancapkan pada port USB dari proyektor pintar ini. Hal ini tentu saja menambah pilihan akses hiburan yang lebih baik lagi.

Satu hal menarik adalah pada saat menonton sebuah video, anak bungsu saya jalan ke depan proyektor dan menutupi pandangan. Ternyata, lampu proyektor ini mati dengan sendirinya. Hal tersebut ternyata fitur yang bernama Auto Blank
(Eye-Protection Sensor) bekerja.

Terakhir, BenQ GS2 juga bisa digunakan seperti sebuah komputer pribadi. Cukup dengan menancapkan USB Hub, saya bisa menggunakan mouse dan keyboard fisik pada BenQ GS2 ini. Sebagai catatan, artikel ini juga saya buat sebagian dengan menggunakan BenQ GS2 yang ditenagai dengan baterai.

Verdict

Perangkat visual untuk bekerja dan hiburan tidak melulu berbentuk sebuah monitor. Bagi mereka yang menginginkan sensasi yang berbeda dan nyaman tentu saja akan memilih perangkat selain TV dan monitor. BenQ menawarkan sebuah kenyamanan di mana konsumen bisa menonton dan bekerja tanpa harus terbentur oleh ruang. Solusi tersebut ada pada proyektor pintar BenQ GS2.

Banyak kenyamanan yang ditawarkan pada proyektor pintar BenQ GS2. Sistem operasi Android yang dipasang mampu dijadikan sebuah komputer mini dan sumber hiburan. Kemampuannya untuk dapat terkoneksi dengan internet membuat saya bisa mengakses ribuan film resmi melalui aplikasi streaming video. Dan yang pasti, pengguna bisa melakukan update OTA agar proyektor pintar ini memiliki fungsi lebih dan terhindar dari bug.

Baterai yang digunakan pada BenQ GS2 membuat semua orang bisa menonton dan bekerja di mana saja dengan layar yang sangat lebar. Dengan bobot yang ringan, tentu saja proyektor pintar ini mudah dibawa ke mana saja. Dimensinya yang kecil juga membuat proyektor portabel mini ini tidak repot saat dibawa-bawa.

Harga dari BenQ GS2 dipatok Rp. 12.900.000 di pasar Indonesia. Proyektor mini pintar ini sudah dilindungi dengan garansi resmi selama 3 tahun, yang meliputi 3 tahun full service ditambah 1 tahun atau 1000 jam untuj lampunya. Untuk ketersediaan barangnya, dapat di cek di BenQ Store Tokopedia. Dan untuk informasi lebih lanjut bisa langsung dilihat pada https://benqurl.biz/33TmLOF

Rangkuman keunggulan proyektor mini BenQ GS2

  • Sistem operasi Android
  • Daya tahan baterai yang cukup baik
  • Bisa dibawa dengan mudah dan nyaman ke mana saja
  • Dapat terkoneksi dengan internet
  • Proyeksi gambar yang cukup tajam dengan resolusi 1280×720
  • Bisa digunakan untuk bekerja dan melihat konten hiburan
  • Tahan benturan dan jatuh hingga 0,5 meter
  • Tahan terhadap air

Disclosure: Artikel ini didukung oleh BenQ.

Proyektor Portable BenQ GS2 Telah Tersedia di Indonesia

Bertahun-tahun berkiprah di bidang proyektor, penawaran BenQ tentu sudah merambah banyak kategori. Namun salah satu yang paling menarik, terutama untuk kalangan konsumen secara umum, adalah kategori proyektor portable. Di segmen ini, BenQ punya model baru yang cukup memikat, yaitu BenQ GS2.

Mini, wireless, portable, tiga kata ini sejatinya sudah bisa menggambarkan nilai jual GS2. Desainnya tergolong unik, menyerupai kubus dengan angle yang mudah disesuaikan, membuatnya ideal ditempatkan di mana saja pengguna perlu memproyeksikan sesuatu.

Secara teknis, BenQ GS2 mampu memproyeksikan dengan ukuran terbesar 100 inci. Resolusinya tercatat di angka 720p, sedangkan tingkat kecerahan maksimumnya berada di kisaran 500 nit, dan bisa diatur secara otomatis berdasarkan kondisi pencahayaan di sekitar. Perangkat turut dibekali sepasang speaker dengan output masing-masing 2 W, dan baterainya diyakini bisa bertahan sampai tiga jam pemakaian dalam satu kali charge.

Wi-Fi, Bluetooth, semuanya lengkap, yang berarti streaming video dari smartphone atau laptop bisa dilakukan tanpa kabel. Kalaupun memerlukan kabel, semisal untuk menyambungkan game console seperti PS4 atau Nintendo Switch, GS2 mengemas port HDMI dan USB-C yang siap dipekerjakan kapan saja.

Sebagai produk yang ditujukan untuk menunjang kebutuhan hiburan keluarga, GS2 telah dirancang supaya ramah terhadap anak-anak. Hal itu diwujudkan lewat fitur-fitur pintar macam Eye-Protection Sensor maupun Parental Timer.

Sesuai namanya, Eye-Protection Sensor memungkinkan perangkat untuk mematikan sendiri lampunya ketika anak-anak berdiri di depannya. Parental Timer di sisi lain memudahkan orang tua untuk membatasi waktu penggunaan. Lebih lanjut, BenQ juga telah mendesain bodi GS2 agar tahan air dengan sertifikasi IPX2, serta drop-proof dari ketinggian 0,5 meter. Semuanya esensial untuk perangkat yang harus rutin berhadapan dengan anak-anak.

“Kami percaya proyektor mini BenQ GS2 dengan wireless dapat meningkatkan pengalaman tetap di rumah menjadi lebih menyenangkan dan lebih sehat untuk menikmati hiburan dan bahkan kegiatan belajar di rumah,” terang Andryanto C. Wijaya selaku Managing Director BenQ indonesia pada siaran persnya.

Di Indonesia, BenQ GS2 saat ini sudah dipasarkan seharga Rp 12.900.000.

Anker Luncurkan Proyektor Mini Baru, Smart Speaker dan Charger USB-C Istimewa

Di titik ini, Anker sudah tidak pantas lagi dipandang sebagai produsen power bank semata. Mereka baru saja memperkenalkan tiga produk yang cukup menarik: sebuah proyektor mini, sepasang smart speaker, dan sebuah charger USB-C imut-imut nan perkasa.

Proyektor mini yang dimaksud adalah Nebula Capsule II, suksesor dari proyektor bernama sama yang dirilis tahun lalu. Wujudnya masih mirip minuman kaleng, tapi ukurannya sedikit membesar demi mengusung lebih banyak fitur. Kalau Capsule orisinal berbobot 425 gram, Capsule II menembus 680 gram.

Nebula Capsule II

Fitur-fitur barunya mencakup versi terbaru Android TV, integrasi Google Assistant, dan kemampuan autofocus hasil proyeksi di bawah satu detik. Spesifikasinya turut disempurnakan; resolusinya bukan lagi 480p melainkan 720p, tingkat kecerahannya naik menjadi 200 lumen, dan speaker-nya kini lebih bertenaga dengan output 8 W dan sepasang passive radiator.

Konektivitasnya tak lupa disempurnakan. Selain Wi-Fi dan Bluetooth, Capsule II turut mengemas port HDMI, USB, jack headphone dan dukungan Chromecast. Charging-nya sudah mengandalkan USB-C, dan pengisiannya hanya memerlukan waktu sekitar 2,5 jam.

Saat terisi penuh, Capsule II dapat digunakan sebagai proyektor hingga 3 jam nonstop, atau selama 30 jam sebagai speaker Bluetooth. Anker bakal segera menawarkannya via Kickstarter seharga $400.

SoundCore Model Zero

Produk yang kedua adalah speaker Soundcore Model Zero dan Model Zero+. Bentuknya unik, sepintas mengingatkan saya pada tas jinjing kaum hawa, dengan lubang pada bagian atas yang dapat dijadikan pegangan.

Sebagai smart speaker, keduanya sama-sama mengusung integrasi Google Assistant. Namun tidak seperti kebanyakan smart speaker yang harus dicolokkan ke listrik secara konstan, Zero dan Zero+ dibekali baterai yang tahan sampai 10 jam penggunaan dalam satu kali charge.

Khusus Zero+, ada dukungan Dolby Audio, dan Anker mengklaim output suaranya lebih baik ketimbang saudaranya. Keduanya bakal dipasarkan mulai bulan November masing-masing seharga $200 (Zero) dan $250 (Zero+).

Anker PowerPort Atom PD1

Terakhir, ada charger istimewa bernama Anker PowerPort Atom. Istimewa karena, terlepas dari dimensi mungilnya (41 x 35 x 38 mm, setara charger smartphone pada umumnya), ia sanggup menyajikan output daya sebesar 27 W, sehingga dapat digunakan untuk mengisi ulang laptop kecil seperti MacBook 12 inci.

Rahasianya terletak pada penggunaan material Gallium Nitride (GaN) ketimbang silikon biasa. Charger ini akan dipasarkan mulai akhir November seharga $30. Ke depannya, Anker juga berencana untuk merilis varian lain PowerPort Atom dengan dua port (60 W) dan empat port (dua USB-C, dua USB-A, dengan daya total 100 W).

Sumber: 1, 2, 3.

Sony Umumkan Panel LCD Terkecil Beresolusi Full-HD untuk Proyektor Portable

Mungkin tidak banyak yang tahu, akan tetapi pangsa pasar proyektor portable terus meningkat belakangan ini menurut Sony. Hal itu mendorong mereka untuk melakukan riset yang lebih serius, hingga akhirnya menelurkan teknologi inovatif seperti SXRD (Silicon X-Tal (crystal) Reflective Display) generasi baru yang mengemas resolusi full-HD.

SXRD baru ini diklaim sebagai panel LCD terkecil (bentang diagonal 0,94 cm) yang mampu menyajikan resolusi 1080p. Bisa Anda bayangkan sendiri betapa sempitnya jarak antar pixel (pixel pitch) kalau jumlahnya sebanyak ini, di atas bidang sekecil ini. Biasanya, semakin sempit jarak antar pixel, semakin jelek kualitas gambar yang dihasilkan akibat adanya kebocoran pada cahaya yang masuk ke elemen semikonduktor di bawah elektroda pixel.

Sony SXRD241A

Tidak demikian kasusnya pada panel ini. Sony bilang bahwa mereka telah menambahkan semacam lapisan tameng guna meminimalkan kebocoran dan mengoptimalkan struktur pixel. Di samping itu, Sony turut menerapkan teknik lain untuk mengatur sumber cahaya RGB supaya kontras dan tingkat kecerahan yang dihasilkan bisa lebih baik.

Namun yang lebih menarik lagi adalah sebuah microchip pendamping panel SXRD ini yang bertugas mengompensasi geometri. Sederhananya, teknologi ini memungkinkan proyektor untuk memproyeksikan gambar pada permukaan tidak datar tanpa distorsi. Seumpama temboknya melengkung, gambar yang diproyeksikan masih akan tampak seperti aslinya.

Sony SXRD241A with geometric compensation and edge blending

Selain itu, microchip ini juga mengemas fitur edge blending, di mana beberapa proyektor bisa diposisikan berjajar guna menyuguhkan satu hasil proyeksi berukuran masif. Semoga ini sudah bisa kita nikmati pada acara nonton bareng Piala Dunia 2022 nanti.

Sony sendiri berencana memproduksi dua komponen ini secara massal mulai bulan depan, dengan harga sampel 12 ribu yen, atau sekitar 1,55 juta rupiah. Kita tinggal menunggu saja eksekusi produsen proyektor portable yang tertarik menggunakan inovasi Sony ini.

Sumber: Engadget dan Sony.

Sony Luncurkan Proyektor 4K Mewah dengan Wujud Seperti Meja Tamu

LG baru-baru ini membuktikan bahwa proyektor 4K tak harus bertubuh bongsor. Namun di saat yang sama Sony rupanya punya filosofi yang berbeda. Mereka justru ingin proyektor mahal yang Anda beli itu jadi pusat perhatian di suatu ruangan layaknya sebuah mebel.

Kedengarannya ambisius memang, akan tetapi proyektor terbaru yang mereka ungkap di CES 2018 bakal menjawab semua keraguan kita. Wujudnya sepintas terlihat seperti sebuah meja tamu, dengan panel atas yang terbuat dari marmer dan bobot sekitar 75 kg. Lalu yang menjadi pertanyaan, untuk apa dimensi sebesar ini kalau LG saja bisa menyajikan produk sekelas dalam kemasan yang amat ringkas?

Sony LSPX-A1

Well, Sony LSPX-A1 ini bukan sembarang proyektor. Ia sebenarnya juga merangkap tugas sebagai soundbar yang bahkan bisa mendistribusikan suara 360 derajat. Di dalam kabinet kayunya tertanam tiga speaker midrange dan sebuah subwoofer terpisah untuk mengisi satu ruangan penuh sekaligus menyuguhkan dentuman bass yang memuaskan.

Namun yang lebih istimewa lagi tersembunyi di kedua pilar depannya. Kalau Anda perhatikan dengan baik, bagian atas pilar tersebut terbuat dari kaca, dan keduanya sebenarnya merupakan Glass Sound Speaker yang bertugas sebagai tweeter. Jadi secara total LSPX-A1 mengusung konfigurasi enam speaker.

Sony LSPX-A1

Mengingat yang kita bahas adalah sebuah proyektor, tentu saja kualitas gambarnya tidak boleh dikesampingkan. LSPX-A1 mengandalkan teknologi proyeksi SXRD, yang pada dasarnya merupakan formula Sony dalam menggabungkan teknologi DLP dan LCD. Selain mengemas resolusi DCI 4K (4096 x 2160 pixel), proyektor ini pastinya juga siap memutar konten berformat HDR.

Proyektornya besar, berarti proyeksinya juga sudah pasti besar, bukan? Tentu saja, dan mengingat LSPX-A1 masuk dalam kategori ultra short-throw, ia dapat memproyeksikan layar sebesar 120 inci meski didudukkan sekitar 24 cm dari tembok. Tingkat kecerahan maksimum 2.500 lumen juga berarti Anda tak perlu menonton sambil gelap-gelapan.

Lalu berapa harganya? $30.000, dengan jadwal ketersediaan mulai musim semi 2018 di Amerika Serikat.

Sony MP-CD1 Mobile Projector

Sony MP-CD1

Kontras dengan LSPX-A1 adalah Sony MP-CD1, proyektor lain yang Sony juga umumkan di CES 2018, yang ukurannya kurang lebih sama seperti sebuah power bank. Bobotnya pun cuma 280 gram, dan di dalamnya tersimpan baterai berkapasitas 5.000 mAh yang diperkirakan bisa bertahan selama 2 jam penggunaan.

Meski mungil, MP-CD1 masih sanggup memproyeksikan layar hingga sebesar 120 inci dari jarak 3,5 meter. Resolusinya hanya sebatas 854 x 480 pixel, dengan tingkat kecerahan 105 lumen dan rasio kontras 400:1, tapi setidaknya ia bakal sangat berguna ketika Anda hendak mempresentasikan sesuatu dalam sebuah business trip.

Sony MP-CD1

Tubuh kecilnya juga tidak menjadi alasan minimnya konektivitas. Selain mengemas port HDMI, MP-CD1 turut membawa jack audio 3,5 mm untuk disambungkan ke speaker mini misalnya, serta port USB-C untuk charging sekaligus menjadi power bank dadakan untuk smartphone.

Sama seperti LSPX-A1 yang berharga selangit, MP-CD1 juga akan dipasarkan mulai musim semi nanti, dengan banderol $400.

Sumber: Sony 1, 2.

Ojo Adalah Proyektor Portable Mini Untuk Nintendo Switch

Meski bukan jadi pilihan utama gamer, proyektor gaming mempunyai pasarnya sendiri karena perangkat ini menawarkan sejumlah faktor yang tak ada pada solusi display standar seperti monitor atau TV: lebih portable, hemat ruang, dan bisa menampilkan ukuran ‘layar’ sangat lebar. Beberapa produsen hardware terkenal telah menyiapkannya untuk PC, namun belum ada banyak pilihan buat console.

Tapi ada kabar gembira buat para pemilik Nintendo Switch. Anda semua mungkin sudah tahu, keunggulan console ini dibanding perangkat game lain adalah keleluasaan dalam penggunaan. Ia bisa dinikmati layaknya home console standar, serta dibawa-bawa ala platform handheld ketika bepergian. Dan dengan Ojo, Anda bisa membawa sensasi bermain game di ruang keluarga saat sedang berkemah atau mengadakan acara outdoor.

Ojo 1

Ojo ialah proyektor mini pertama untuk Nintendo Switch. Portabilitas menjadi kekuatan utamanya. Selain bisa menampilkan konten permainan, Ojo juga dibekali speaker 5-Watt serta baterai berkapasitas besar. Proyektor memiliki dimensi 172x80x70-milimeter, mengusung desain balok yang hampir menyerupai docking Switch (buat perbandingan, docking Switch berukuran 172x104x53,8mm).

Ojo 2

Seperti docking Nintendo Switch, Ojo mempunyai celah/slot untuk tempat duduk unit tablet. Aktifkan, dan proyektor segera menampilkan display seluas 30- sampai 120-inci dengan tingkat kecerahan 200-lumen. Ojo memanfaatkan teknologi LED OSRAM Jerman, dipersenjatai chip DMD persembahan Texas Instruments demi memastikan output gambar yang jernih, juga mengusung engine eViewTek sehingga konsumsi listriknya 20 persen lebih rendah dari proyektor sekelasnya.

Ojo 3

Tim penciptanya, YesOJO Studio, menjelaskan bahwa pemanfaatan proyektor untuk gaming juga lebih aman buat mata dibanding TV/monitor karena gambar yang Anda lihat merupakan pantulan di objek – tidak langsung dikeluarkan oleh display. Ojo menyuguhkan resolusi 854×480, dengan rasio kontras 1000 banding 1 dan aspek rasio 16:9.

Uniknya lagi, baterai rechargeable built-in di dalam memungkinkan Ojo untuk bekerja tanpa perlu tersambung ke sumber listrik hingga 4 jam. Dan berkat baterai LG 20.400mAh-nya, Ojo bisa bekerja sebagai power bank buat mengisi ulang daya perangkat Anda lainnya. Dan tak cuma Nintendo Switch, Ojo bahkan dapat Anda sambungkan ke laptop, smartphone atau perangkat lain via kabel HDMI atau Lightning.

YesOJO Studio rencananya akan menjajakan Ojo di harga retail US$ 370, mulai tersedia kira-kira pada bulan Desember 2017 nanti. Namun selama periode crowdfunding-nya masih berlangsung di Indie Gogo, proyektor portable untuk Nintendo Switch ini bisa Anda miliki seharga US$ 270 saja.

Nebula Capsule Adalah Proyektor Sekaligus Speaker Bluetooth Sebesar Minuman Kaleng

Awalnya hanya memproduksi power bank dan bermacam aksesori lainnya, Anker terus berkembang hingga menjadi perusahaan yang cukup disegani. Perusahaan asal Tiongkok itu telah melahirkan sejumlah brand baru: ada Zolo yang bermain di segmen audio, lalu Eufy di ranah smart home, dan yang paling baru adalah Nebula yang sejauh ini sudah memiliki dua produk.

Produk pertama mereka ialah Nebula Mars, yang pada dasarnya merupakan kombinasi proyektor dan speaker Bluetooth dalam wujud yang portable. Selain berdesain inovatif, Mars juga tergolong istimewa karena ditenagai oleh sistem operasi Android.

Nebula Capsule

Selang beberapa bulan saja, Anker sudah siap dengan produk baru dari lini Nebula. Dijuluki Capsule, ia sejatinya merupakan adik kecil dari Mars. Begitu kecilnya, ukurannya tidak lebih besar dari minuman kaleng, namun di saat yang sama masih merangkap fungsi sebagai proyektor sekaligus speaker Bluetooth.

Bentuk silindrisnya memastikan suara terdistribusi secara merata ke segala sudut melalui 9.000 lubang pada grille berbahan aluminiumnya. Tidak diketahui apakah komponen audionya juga merupakan racikan JBL seperti kasusnya pada Mars, tapi yang pasti Anker menjamin performa audionya bisa mengalahkan proyektor pico apapun.

Nebula Capsule

Sebagai proyektor, ia mengadopsi teknologi DLP dengan tingkat kecerahan 100 lumen, ukuran gambar maksimum 100 inci dan resolusi 854 x 480 pixel. Resolusinya memang bukan yang paling tajam, dan Anda masih perlu menempatkannya di ruangan yang gelap agar gambar bisa terlihat jelas. Namun semua ini tetap terdengar mengesankan jika melihat dimensi mungilnya.

Capsule menjalankan OS Android 7.0. Kinerjanya ditopang oleh prosesor quad-core, GPU Adreno 304 serta RAM sebesar 1 GB. Kapasitas penyimpanan sebesar 8 GB berarti Anda bisa mengisinya dengan aplikasi streaming macam Netflix, sehingga Anda bisa memutarnya langsung tanpa perlu menyambungkan smartphone terlebih dulu lewat Bluetooth atau Wi-Fi.

Nebula Capsule

Pengoperasiannya bisa mengandalkan remote control bawaannya atau dengan menyambungkan mouse dan keyboard Bluetooth. Capsule datang dengan baterai berkapasitas 5.200 mAh yang kira-kira sanggup bertahan selama 2,5 jam sebagai proyektor, atau 40 jam jika digunakan sebagai speaker saja.

Nebula Capsule saat ini sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga paling murah $249. Harga retail-nya nanti diperkirakan berkisar $349.

Proyektor LG Minibeam Terbaru Bisa Proyeksikan Layar 80 Inci dari Jarak Sangat Dekat

Proyektor mini yang ditenagai baterai terkadang bisa menjadi solusi efektif ketika hendak mengadakan ‘bioskop’ dadakan. Namun yang selama ini kerap menjadi masalah adalah keterbatasan ruang, dimana proyektor membutuhkan jarak yang cukup jauh untuk bisa memproyeksikan layar berukuran besar.

Di sinilah teknologi Ultra Short-Throw (UST) memegang andil besar. UST sebenarnya bukanlah barang baru, tetapi masih tergolong jarang dalam kategori proyektor mini. LG baru-baru ini memperkenalkan model baru Minibeam yang mengusung teknologi UST.

Proyektor bernama LG PH450U ini sanggup memproyeksikan layar 80 inci dengan resolusi HD (1280 x 720 pixel) dari jarak 33 cm saja. Keunggulan ini semakin diperkuat dengan ukurannya yang ringkas dan bisa dimiringkan di satu sisinya, sehingga ia bisa ditempatkan di atas lantai sekalipun.

LG PH450U / LG
LG PH450U / LG

Meski tergolong kecil, spesifikasinya cukup mumpuni. Tingkat kecerahan maksimumnya mencapai 450 lumen, sedangkan rasio kontrasnya 100.000:1. Bohlam LED-nya juga diyakini bisa bertahan hingga 30.000 jam pemakaian. Soal baterai, satu kali charge bisa memberikan daya yang cukup selama 2,5 jam, cukup untuk menonton satu film.

Konektivitas Wi-Fi memungkinkan pengguna untuk memutar film dari ponsel atau tablet-nya. Tersedia port HDMI dengan kompatibilitas MHL, begitu juga dengan port USB sehingga pengguna bisa menikmati konten dari flash disk maupun hard disk eksternal.

LG PH150G / LG
LG PH150G / LG

Menemani PH450U adalah PH150G yang juga masih masuk dalam lini LG Minibeam. Fitur yang ditawarkan pada dasarnya tidak jauh berbeda, hanya saja PH150G punya ukuran yang lebih kecil lagi, dengan bobot cuma 450 gram. Pun begitu, tingkat kecerahannya juga lebih rendah di angka 150 lumen dan fitur Short-Throw-nya tidak seefektif kakaknya yang lebih besar.

LG berencana memasarkan keduanya mulai bulan September mendatang. PH450U dihargai $650, sedangkan PH150G $350. Kemungkinan besar yang bakal masuk ke pasar tanah air adalah PH150G.

Sumber: LG dan New Atlas.