Ralali Raih Pendanaan Seri C Lebih dari 181 Miliar Rupiah

Startup B2B marketplace Ralali mengumumkan perolehan pendanaan seri C sebesar $13 juta (setara 181,9 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Arbor Ventures, TNB Aura, dan founder ZIGExN Co., Ltd., Jo Hirao. Investor sebelumnya AddVentures dan Qualgro turut berpartisipasi dalam putaran ini.

CEO Ralali Joseph Aditya menerangkan, perusahaan berencana menggunakan dana segar tersebut untuk perkuat teknologi dan tim agar penetrasi pasar Ralali semakin kuat. Serta berinovasi untuk memperkuat UKM dalam pemenuhan kebutuhan usaha.

Pasalnya, para pengusaha di segmen ini tidak memiliki akses pemerataan dalam pemenuhan kebutuhan, pembiayaan, logistik, dan kebutuhan lainnya karena tidak memiliki skala ekonomi dan teknologi untuk mengelola dan merekam data. Sementara, ada lebih dari 60 juta UKM namun hanya 8% di antaranya yang sudah melek digital.

“Pendanaan ini akan membantu kami meningkatkan teknologi dan tim untuk melayani jutaan UKM Indonesia dalam memenuhi kebutuhan usaha mereka melalui Ralali. Dengan menjadi ‘super app’, pembeli dengan segmen usaha spesifik dapat menemukan solusi yang terkurasi untuk produk kebutuhan usaha, pembiayaan, dan logistik yang relevan dengan usaha masing-masing,” ucap Aditya dalam keterangan resmi.

Saat ini perusahaan menghubungkan 12 ribu pemasok termasuk brand besar seperti Unilever, Food Solutions, PaperOne, Asus, dan lainnya. Lebih dari 160 ribu pengusaha telah memanfaatkan Ralali, menangani hampir 300 ribu produk SKU dalam platform.

Selanjutnya, sekitar 500 ribu UKM telah terdaftar dan platform Ralali dikunjungi lebih dari 5 juta pengunjung tiap bulannya.

Salah satu inovasi perusahaan dalam menjangkau para pengusaha adalah menghadirkan platform BIG Agent, tenaga lepas on-demand yang mengerjakan survei dan mengedukasi pasar untuk “go digital“. Terhitung ada 120 ribu agen tersebar di Jakarta, Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Platform Ralali didesain sebagai one stop solution untuk UKM yang ingin memesan, mencari solusi pemenuhan kebutuhan usaha, pinjaman mikro dan ketentuan pembayaran (term of payment) untuk permudah akses pembiayaan. Disebutkan ada 1.500 UMKM yang telah memanfaatkan solusi pembiayaan ini.

Diklaim Ralali mencatatkan GMV yang cukup signifikan sebanyak 5 kali lipat di 2018 dan on-track menuju pertumbuhan 3-4 kali lipat untuk tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Big Agent, Layanan yang Dikembangkan untuk Kurangi Pengangguran

Ralali, startup e-commerce B2B, kembali mengeluarkan inovasi dalam hal teknologi. Melalui pengembangan oleh tim Human Capital Development, Ralali meluncurkan solusi baru di bawah Business Innovasion Group (BIG), yakni “Big Agent” — sebuah aplikasi yang menawarkan solusi peluang mendapatkan penghasilan dengan mudah.

Mengusung tagline everyone for everything Big Agent menawarkan sejumlah pekerjaan sampingan, mulai dari survei data, menjual produk kepada pelanggan, melakukan survei bisnis, mengakuisisi pelanggan dan masih banyak lagi jenis pekerjaan yang bisa didapatkan.

Kehadiran Big Agent dianggap sebagai peran serta Ralali dalam membantu UKM di Indonesia untuk memulai dan mengembangkan bisnis mereka. Aplikasi yang mulai berjalan di Oktober 2018 ini sudah memiliki 15.000 pengguna dengan rentang usia mulai dari 16 hingga 60 tahun dengan beragam latar belakang sosial.

“Aplikasi Big Agent menekankan pada metode insentif yang didapatkan oleh sobat agent atau user, tergantung dari jenis pekerjaan yang muncul pada beranda aplikasi Big Agent. Tidak ada unsur paksaan bagi Sobat Agent dalam menjalankan pekerjaan sampingan ini,” terang Head of Big Agent Peter Wijaya.

Peter lebih lanjut menjelaskan, pihaknya melihat kesulitan yang dihadapi UKM di Indonesia adalah memperluas dan mengembangkan usaha yang mereka miliki. Kehadiran Big Agent diharapkan mengoptimalkan tenaga freelancer untuk membantu UKM, sehingga UKM bisa lebih fokus pada pengembangan usaha.

Beberapa Sobat Agent yang Mendapatkan Reward atas loyalitas dan antusiasme yang diberikan kepada BIG Agent melalui Peforma yang Baik.
Beberapa Sobat Agent yang Mendapatkan Reward atas loyalitas dan antusiasme yang diberikan kepada BIG Agent melalui Peforma yang Baik.

“Harapannya adalah melalui adanya BIG Agent di Indonesia  ini, dapat membantu UMKM untuk bisa bertambah banyak, berkembang dan skala usahanya lebih besar. Tidak lupa aplikasi BIG Agent dapat membantu mengurangi pengangguran  dengan menewarkan pekerjaan sampingan,” imbuh Peter.

Saat ini Ralali memiliki beberapa solusi bisnis yang berada di bawah BIG, yakni Big Resto, Big Home, Big Office, Big Mart, dan Big Office. Semuanya dikhususkan untuk mendukung UKM Indonesia berkembang.

Sejauh ini Big Agent sudah menjangkau masyarakat di Medan, Padang, Palembang, Jabodetabek, Bandung, Cirebon, dan Surabaya. Dengan sambutan yang positif dari masyarakat, pihak Big Agent optimis bisa menjangkau lebih banyak kota di Indonesia.

“Target di tahun ini BIG Agent berharap dapat meningkatkan jumlah Sobat Agent  yang bergabung sebanyak  250.000 dan dapat mencangkup jangkauan 25 kota di Indonesia,” tutup Peter.

Application Information Will Show Up Here

Cara Tepat Melancarkan Bisnis yang Sasar Segmen B2B

Dibanding platform B2C, khusus e-commerce, platform B2B cenderung tidak terlalu populer di kalangan masyarakat. Padahal jika sudah memahaminya, banyak pihak bisa mendapat keuntungan karena fokus ke segmen B2B.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, COO Ralali Alexander Lukman menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan consumer behavior hingga framework yang ideal saat melancarkan bisnis yang menyasar segmen korporasi ini.

“Sebagai startup yang secara khusus menyasar segmen B2B, kami ingin memastikan bahwa platform dan teknologi yang kami hadirkan bisa memudahkan bisnis yang baru saja dimulai dan memenuhi kebutuhan bisnis,” kata Alexander.

Know your customer dan fleksibilitas untuk pelanggan

Salah satu kunci penting untuk melancarkan bisnis segmen B2B adalah mengetahui dengan tepat siapa pelanggan Anda, apa kebutuhan mereka, dan informasi penting lainnya. Dengan demikian Anda sebagai platform bisa memberikan layanan secara tepat dan tentunya dibutuhkan pelanggan.

Ketika kebutuhan dan tipe pelanggan sudah diketahui, hal lain yang juga wajib diperhatikan adalah bagaimana penawaran dan produk yang Anda tawarkan bisa menjadi sebuah transaksi. Alexander menyebutkan prosesnya dengan lead generation.

“Untuk pembeli segmen B2C atau C2C biasanya terpancing dengan penawaran hingga promosi secara cepat atau sifatnya biasa disebut dengan impulsive. Berbeda dengan B2B yang biasanya hanya ingin membeli barang saat membutuhkan dan biasanya dalam jumlah yang besar,” kata Alexander.

Selain itu pelanggan bisnis B2B biasanya lebih mengedepankan kepercayaan dan kualitas dari produk yang ditawarkan marketplace B2B seperti Ralali. Jika sudah dirugikan, kecil kemungkinan pelanggan tersebut kembali lagi memanfaatkan platform.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah cara pembelian, pengiriman, hingga pilihan pembayaran. Meskipun tidak terlalu berbeda dengan B2C dan C2C, namun B2B biasanya lebih fleksibel dan menawarkan berbagai pilihan ke pelanggan, mulai dari skala medium hingga besar.

“Salah satunya adalah pilihan pembiayaan pembayaran. Dalam hal ini Ralali menawarkan pilihan tersebut kepada bisnis terutama mereka yang membutuhkan barang dalam jumlah yang besar,” kata Alexander.

Kerangka layanan bisnis B2B

Di akhir sesi presentasi, Alexander juga menyampaikan framework atau kerangka layanan yang sebaiknya diterapkan platform saat menyediakan layanan ke segmen B2B, termasuk Solution, Access, Value, hingga Education. Jika semua framework tersebut bisa dihadirkan oleh platform, besar kemungkinan pelanggan menjadi setia dan terus kembali membeli produk yang ditawarkan.

“Kita menyebutnya “SAVE”. Kerangka ini membantu kami sebagai startup yang menyasar segmen B2B untuk mengembangkan bisnis sekaligus memberikan layanan yang terbaik untuk pelanggan,” tutup Alexander.

Gandeng SCG Trading, Ralali “Go Regional” dengan Proyek “ASEAN B2B Marketplace”

Ralali menutup tahun ini dengan lembaran baru. Mereka mengesahkan kerja sama dengan SCG Trading Thailand untuk menghadirkan platform marketplace B2B dalam proyek “ASEAN B2B Marketplace” sebagai pembuka jalan Ralali menapaki bisnis di regional Asia Tenggara. Proyek ini akan dimulai di Thailand pada awal tahun 2019 dengan tujuan membantu para UKM di Asia Tenggara.

“Proyek ASEAN B2B Marketplace ini berkolaborasi dengan SCG Trading dan akan dimulai di Thailand pada bulan Januari 2019 mendatang. Kami sangat bersemangat untuk menjalanan proyek yang berfokus pada kemajuan sektor UMKM se-Asia Tenggara melalui portal bisnis online,” terang CEO Ralali Joseph Aditya.

Ralali sebelumnya berhasil mendapatkan pendanaan Seri B senilai $7 juta dari beberapa investor. Salah satunya AddVentures yang merupakan perusahaan ventura milik SCG. Ekspansi ke Thailand merupakan langkah telah direncanakan sejak tahun ini.

Ralali dan SCG Trading Thailand disebut memiliki visi yang sama dalam mengembangkan dan memperkuat sektor ekonomi mikro. Dengan kerja sama ini keduanya akan memaksimalkan pengalaman masing-masing untuk memudahkan proses supply chain antara distributor dan para pelaku usaha.

“Sebagai bisnis yang telah lama berdiri di Thailand, kami tidak hanya terus menciptakan bahan bangunan yang berkualitas tinggi untuk kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat, namun kami juga akan membangun perubahan nyata menuju perilaku berbelanja yang semakin terintegrasi dan mudah melalui portal online, sehingga akan memacu semangat melahirkan banya startup baruyang semakin inovatif dan relevan dengan perubahan zaman. Dengan tujuan besar ini SCG Trading merangkul Ralali.com yang juga pada pengembangan usaha kecil dan menengah di Indonesia, sebagai partner dalam proyek ASEAN B2B Marketplace,” terang Head Digital Transformation SCG Trading Co., Ltd Nopporn Latthitham.

Nantinya proyek “ASEAN B2B Marketplace” ini akan menyasar UKM yang tengah berkembang di Thailand, terutama bisnis makanan dan otomotif.

Kedua industri tersebut dipercaya sedang “naik daun” di Thailand. Industri makanan disebut memiliki market value sebesar $32 miliar (sekitar 463 triliun Rupiah), sedangkan industri otomotif disebut memiliki market value $46 miliar atau setara dengan 521 triliun Rupiah.

“Sejak berdiri, kami berkomitmen menyediakan solusi bagi mereka yang akan menjalankan bisnisnya, terutama para pelaku usaha yang baru memulai perjalanan bisnisnya. Dengan menyediakan produk dan peralatan yang berkualitas, juga sistem keuangan yang transparan, Ralali fokus untuk memudahkan dan menyederhanakan proses bisnis yang panjang. Melalui tujuan tersebut, kami akan terus memberikan inovasi-inovasi terbaik kepada para customer maupun supplier di Ralali,” terang Joseph.

Application Information Will Show Up Here

Ralali Luncurkan Dompet Elektronik Ralali Wallet

Marketplace B2B Ralali mengumumkan peluncuran fitur Ralali Wallet. Ini adalah sebuah layanan dompet digital yang memudahkan pengguna, salah satunya untuk melakukan repeat order di sistem Ralali.

CTO Ralali Irwan Suryadi mengungkapkan, peluncuran Ralali WAllet ini sejalan dengan visi Ralali yakni menyediakan teknologi yang dapat memudahkan transaksi B2B.

“Inovasi ini juga merupakan bentuk apresiasi kami untuk loyal customer dari Ralali. Lewat Ralali Wallet, loyalty program seperti cashback dapat digunakan secara lebih mudah dan terintegrasi,” tambah Iwan.

Saat ini Ralali Wallet telah diluncurkan secara resmi dan bisa digunakan boleh pengguna Ralali baik melalui aplikasi desktop maupun mobile. Ralali Wallet sementara ini didesain dengan konsep closed wallet yang hanya dapat digunakan untuk bertransaksi di platform Ralali.

Saldo di Ralali Wallet dapat di-top up atau diisi apa bila ada cashback dari transaksi yang dilakukan. Saldo tersebut nantinya bisa dibelanjakan untuk semua jenis produk dan jasa yang tersedia di Ralali, termasuk produk digital seperti pulsa, token listrik dan pembayaran PDAM.

Ralali dikembangkan pada tahun 2013. Hingga sekarang Ralali menjelma menjadi salah satu marketplace B2B kenamaan di Indonesia dengan berbagai macam kategori. Ralali mengklaim mengalami pertumbuhan 300% setiap bulan selama tahun 2018 ini.

Ralali Wallet adalah inovasi pertama yang diperkenalkan Ralali setelah perolehan pendanaan Seri B dari tiga investor global beberapa waktu lalu dengan nilai pendanaan mencapai Rp104 miliar. Ralali juga tengah fokus pada ekspansi segmen bisnis vertikal, jangkauan customer, serta pendanaan. Kehadiran Ralali Wallet diharapkan bisa memudahkan berbagai pihak untuk melakukan transaksi skala B2B.

Application Information Will Show Up Here

Ralali Amankan Pendanaan 104 Miliar Rupiah, Siapkan Ekspansi Regional

Ralali, perusahaan marketplace B2B, berhasil mengamankan pendanaan Seri B senilai $7 juta atau lebih dari Rp 100 miliar dari sejumlah investor, termasuk SBI Group, AddVentures (perusahaan venture capital SCG), dan Digital Garage. Pendanaan kali ini diharapkan bisa mempercepat misi Ralali untuk bisa melayani 30 juta UKM di Indonesia dan juga ekspansi ke pasar global dengan menyediakan solusi untuk segmen bisnis yang lebih luas.

“Kami telah memperluas jangkauan MRO dan perlengkapan kantor ke segmentasi bisnis lainnya, seperti pasokan makanan, bahanan bagunan dan perlengkapan otomotif,” papar CEO Ralali Joseph Aditya.

Ralali mengklaim saat ini bisnis mereka telah berhasil menghubungkan sekitar 150.000 reseller, pengusaha grosir dan pengecer di lebih dari 10.000 pemasok di 20 kota. Transaksi tahunan Ralali juga disebut meningkat, tumbuh lima kali dari tahun sebelumnya, dengan basket size per transaksi senilai $2000.

Selama empat tahun terakhir, Ralali berusaha memanfaatkan pengalaman yang dimiliki dan berusaha untuk memahami pasar Indonesia. Ralali juga telah membantu spuplier menjual langsung dan bertansaksi online yang langsung mengarah ke profiling pengguna. Data ini kemudian dimanfaatkan Ralali untuk membangun platform pinjaman keuangan yang mendukung kredit modal kerja yang akan didanai oleh investasi ini.

“Kami percaya platform e-commerce B2B akan memiliki pertumbuhan yang menjanjikan dan kami dapat mendukungnya di bidang fintech seperti memperkanalkan platform pinjaman keuangan kepada mereka,” terang Executive Officer of SBI Investment Tomoyuki Nii.

Sementara itu, SCG yang juga terlibat dalam pendanaan kali ini akan mengambil peran membantu perusahaan memperluas potensi pasar secara digital. SCG juga disebut akan ambil bagian di model vertikal Ralali sebagai top tier penyedia kebutuhan bisnis. Ralali dan SCG juga akan berkolaborasi dalam mengembangkan ekosistem digital supply-chain secara Global dan Cross-ASEAN. Salah satu langkah awalnya adalah menyiapkan ekspansi ke Thailand di Q1 2019.

“Platform e-commerce B2B di pasar berkembang masih terfragmentasi dalam hal rantai pasokan. Kami berusaha untuk memungkinkan binsis memiliki integrasi yang lebih baik dalam hal penawaran produk dikombinasikan dengan layanan dalam satu platform. Target kita untuk mencapai $1 miliar dari penjualan kotor pada tahun 2020,” tutup Joseph.

Application Information Will Show Up Here

Kementerian Perdagangan Gaet Blibli dan Ralali untuk Dorong Ekspor Nonmigas

Kementerian Perdagangan menggaet dua pemain e-commerce, Blibli dan Ralali, sebagai upaya meningkatkan ekspor nonmigas melalui layanan e-commerce. Pemerintah memandang platform e-commerce dinilai memiliki lebih cepat, mudah, dan efisien untuk kegiatan ekspor.

“Selain itu, pemanfaatan e-commerce juga memberikan dampak positif bagi berbagai lini terkait jasa logistik, pembiayaan, dan komunikasi; meminimalisasi biaya; serta memperluas wilayah pemasaran,” ujar Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan dalam keterangan resmi.

Kemitraan tersebut ditandai lewat seminar yang mengusung tema “Pemanfaatan E-Commerce dalam Meningkatkan Ekspor Nasional” pada 5 September 2018 di Bandung yang turut dihadiri oleh 50 pelaku usaha ekspor Indonesia.

Selama seminar, Blibli menyampaikan beragam kemudahan dan keuntungan bertransaksi dengan menggunakan laman pemasaran. Sedangkan Ralali memberikan paparan mengenai cara berjualan melalui e-commerce dan pelatihan singkat pengambilan foto. Kualitas foto produk sangat penting untuk menarik pembeli saat berbelanja online.

Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia, nilai transaksi melalui pemanfaatan pemasaran digital juga meningkat. Menurut survei APJII, pengguna internet di Indonesia pada tahun lalu mencapai 143,26 juta atau naik 7,95% dari tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk transaksi e-commerce pada 2014 mencapai Rp34 triliun, diprediksi pada 2016 menjadi Rp260 triliun. Pada 2020 mendatang, transaksi e-commerce dipredikasi mencapai Rp1.690 triliun.

Pada saat yang sama, Kemendag turut mengundang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk memberikan paparan mengenai Digital Handholding Program (DHP). DHP adalah salah satu program jasa konsultasi LPEI-Indonesia Eximbank di bidang TI untuk memfasilitasi eksportir usaha kecil menengah berorientasi ekspor (UKME).

Tujuan dari program tersebut adalah para UKME dapat mampu memasarkan, memperluas akses pasar, mempromosikan, serta meningkatkan daya saing produk unggulan di laman pemasaran global.

Kemendag juga mengundang Indonesia-Iran Business Council sebagai narasumber. Marolop menerangkan sejak diberlakukannya sanksi ekonomi terhadap Iran, nilai ekspor Indonesia ke Iran terus menurun.

“Mekanisme niaga-el (e-commerce), seperti penggunaan Paypal sebagai sistem pembayaran internasional, diyakini bisa mendorong peningkatan ekspor Indonesia ke Iran,” pungkasnya.

BlockLab Indonesia Berikan Edukasi Blockchain ke Pelaku UKM dan Startup

Bertujuan membantu pelaku UMKM dan perusahaan rintisan yang belum memahami benar apa itu teknologi blockchain, BlockLab Indonesia, sebuah komunitas yang fokus kepada edukasi dan penyebaran informasi blockchain kepada masyarakat umum, hadir dengan serangkaian kegiatan online dan offline.

Kepada DailySocial, Community Offline Manager BlockLab Indonesia Singgih Akbar Prakoso menyebutkan fokus utama BlockLab saat ini adalah membuat sebuah ekosistem baru dalam bentuk komunitas. Blockchain diharapkan menjadi informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja dan di mana saja.

“Sebenarnya, kami tidak hanya akan membatasi informasi hanya untuk teknologi blockchain. Kami juga ingin memberikan informasi terkait teknologi baru yang dapat membantu masyarakat dalam menciptakan dan mengembangkan bisnis usaha sehingga dapat bersaing dalam percepatan pembangunan Indonesia secara lebih luas,” kata Singgih.

Kegiatan BlockClinic untuk anggota

Kegiatan yang dijalankan BlockLab Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu online dan offline. Kegiatan offline, dilaksanakan di kantor Ralali, disebut dengan BlockClinic. BlockClinic merupakan sebuah kegiatan offline dengan mengundang beberapa ahli yang akan menjadi pembicara.

BlockLab Indonesia juga memiliki kegiatan online dalam bentuk diskusi di grup WhatsApp yang berisikan para anggota dan ahli. Para anggota BlockLab diperbolehkan untuk memberi pertanyaan atau bahkan informasi seputar blockchain untuk dibahas bersama.

“Dengan adanya kegiatan pertama kami yang diselenggarakan di kantor Ralali, menambah jumlah anggota BlockLab mencapai 50 orang. Semoga untuk selanjutnya, akan ada semakin banyak masyarakat Indonesia yang mendapatkan manfaat dari keberadaan BlockLab,” kata Singgih.

Dalam kegiatan BlockClinic pertama, dihadirkan Business Development NEM Mutia Rachmi dan Business Partner Ralali Peter Wijaya. Dalam kesempatan tersebut, kedua narasumber menyampaikan manfaat dan informasi paling dasar soal blockchain.

Memahami keuntungan dan ekosistem blockchain

Sifat blockchain yang transparan, akurat, dan aman diklaim sangat ideal untuk semua bisnis. Blockchain dianggap mampu meningkatkan kepercayaan dengan proses rekam jejak yang terpercaya.

Blockchain disebut bisa menghindari risiko keamanan, karena sifatnya yang transparan dan sulit untuk diganggu hacker, penipuan, hingga cyber crime. Blockchain juga mampu mengurangi pengeluaran dengan sifatnya yang otomatis tanpa melibatkan perantara atau pihak ketiga dalam prosesnya.

“Konsep ini menurut saya sudah sangat cocok dengan startup yang banyak menghadirkan solusi cepat dan menjembatani kebutuhan pengguna. Namun demikian agar teknologi blockchain bisa berjalan dengan baik, harus bersandingan dengan teknologi lainnya seperti Internet of Things (IoT) dan artificial intelligence (AI),” kata Mutia.

Ketika perusahaan berusaha memahami dan tertarik mengimplementasikan teknologi blockchain, ada baiknya mereka memahami lebih lanjut ekosistem tersebut. Sifat blockchain adalah decentralized, trustless dan efficient.

Perlu juga dipahami tentang infrastruktur blockchain, apakah bersifat publik, privat, dan lainnya.

“Bagi kami di NEM kami lebih fokus kepada consensus algoritma Proof of Importance. Terdapat juga Proof of work (miners) dan Proof of stake,” kata Mutia.

Masuki Usia Keempat, Ralali Fokus Bantu Kembangkan Bisnis UMKM

Tahun ini, tepatnya 24 Juli silam Ralali genap berusia empat tahun. Ralali yang memiliki konsep bisnis marketplace penyedia kebutuhan bisnis di Indonesia mulai berdiri tahun 2013. Seiring dengan berjalannya waktu Ralali yang mulanya hanya menyediakan barang maintenance, repairs, dan operasional (MRO) kini telah memiliki lebih dari 12 kategori dengan ribuan suppliers. Ralali mengklaim kesuksesan layanannya dengan nilai transaksi yang terus meningkat, mencapai 900% dalam dua tahun terakhir.

Di umurnya yang keempat, perusahaan masih mencoba terus berjalan dengan visinya dalam menjadi jembatan yang memudahkan hubungan penjual dan pembeli di sektor Business-to-Business (B2B). Tahun ini Ralali disebut akan fokus pada pemberian kemudahan bagi para pemilik UMKM dalam menjalankan bisnisnya, hal ini dilakukan dengan mengembangkan tiga pilar bisnis online yakni marketplace, finansial dan logistik.

“Di usia keempat ini Ralali.com tetap berpegang pada komitmen awal, yakni menjadi solusi bisnis di Indonesia. Dengan adanya Ralali.com sebagai B2B marketplace, diharapkan dapat mempermudah masyarakat Indonesia yang ingin memulai atau menjalankan bisnisnya sehingga nantinya ikut mengembangkan perekonomian Indonesia,” ungkap Joseph Aditya, CEO dan Founder Ralali.

Joseph menambahkan yang menjadi tujuan bisnis Ralali adalah membuat Sahabat Ralali (pembeli di Ralali) memiliki akses terhadap dukungan bisnis yang mendukung. Selain ketersediaan barang Ralali juga berkomitmen untuk terus berinovasi dalam hal pembiayaan, pendanaan dan solusi pembayaran. Selain itu Ralali juga akan bekerja sama dengan perusahaan logistik seperti SAP Express untuk lebih memudahkan dan mempercepat pengiriman barang.

Secara terpisah, Public Relations Executive Ralali Marseka Citra kepada DailySocial menceritakan tren permintaan barang-barang kebutuhan bisnis ikut berkembang seiring dengan pertumbuhan markeplace secara umum. Pihak Ralali juga melihat adanya perubahan atau transformasi yang semula pemesanan barang secara konvensional ke bentuk digital. Di sanalah Ralali coba memenuhi kebutuhan dengan mengandalkan efisiensi di sektor, saluran dan pembiayaan.

Ralali disebut telah bekerja sama dengan banyak supplier, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan berbagai macam kategori yang kini disediakan, Ralali bisa menjangkau segmen yang lebih luas. Menurut data internal, jika pada tahun lalu kategori transaksi masih didominasi Machinery and Industrial Parts dengan persentase transaksi mencapai 55% dari total transaksi, kini kategori-kategori seperti Computer & Communication, Food & Beverages, dan Beauty, Sports & Textile terus meningkat.

Selain penambahan kategori, Ralali juga menawarkan fitur RFQ (Request for Quotation). Sebuah fitur yang memungkinkan pembeli di Ralali dapat memasukan permintaan barang apapun yang diinginkan meski belum tahu supplier mana yang bisa memenuhi. Di sisi lain, penjual juga bisa memberikan penawaran untuk permintaan tersebut.

“RFQ ada karena kami melihat kebutuhan bisnis setiap orang berbeda dan penjual pun dapat melakukan penawaran yang sesuai dengan bidangnya. Lewat RFQ kami dapat memenuhi kebutuhan barang-barang yang unik seperti elevator speedometer dan gunting beton. Fitur Hubungi Penjual juga ada apabila Sahabat Ralali sudah tahu di mana supplier yang tepat dan berencana memesan barang custom made,” terang Joseph.

Ralali memang rajin merangkul banyak pengusaha lokal atau UMKM. Perusahaan mengelola portal Tribes.id, sebuah kanal yang sengaja dibangun untuk membantu mengembangkan UMKM di Indonesia.

“Teknologi memengaruhi semua bidang dalam kehidupan dan menjadi kunci perkembangan bisnis saat ini. Ralali.com memiliki pemain-pemain terbaik di bidangnya dalam hal pengembangan teknologi. Dengan dukungan tim yang baik dan mengedepankan teknologi, Ralali optimis untuk dapat menjadi B2B (Business to Business) online marketplace yang terbesar dan terpercaya,” tutup Marsela.

Application Information Will Show Up Here

Dampak Pembukaan API Produk Perbankan di Mata Pelaku E-Commerce

Sebenarnya sejak dulu banyak yang menganggap membuka teknologi seperti API (application programming interface) ke khalayak umum, terutama bagi bank, adalah hal yang haram. Pasalnya teknologi ini memungkinkan terjadinya tindakan moral hazard yang bisa mengancam aspek perlindungan konsumen. Aspek ini merupakan pedoman yang harus diutamakan bagi industri jasa keuangan dalam berbisnis.

Pemain e-commerce, sebagai salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia, membutuhkan ekosistem pendukung untuk memajukan bisnis mereka. Salah satu adalah sistem pembayaran.

Saat ini, sistem pembayaran layanan e-commerce yang paling populer adalah transfer antar rekening bank. Sayangnya, saat menggunakan bank transfer sistem pengecekannya kebanyakan masih dilakukan secara manual. Bank yang memfasilitasinya belum membuka API agar bisa diakses secara otomatis oleh penjual e-commerce.

Di Indonesia, perbankan yang sudah membuka layanan API untuk produk tabungan adalah Bank Central Asia (BCA). Layanan tersebut diresmikan pada awal tahun ini. Layanan API BCA yang siap digunakan adalah transfer, informasi saldo, mutasi rekening, lokasi ATM, status pembayaran Sakuku, pembayaran Sakuku, info kurs, dan suku bunga deposito.

BCA menetapkan biaya sebesar Rp 200 per hit API untuk informasi saldo, mutasi rekening, dan transfer.

Bank lainnya yang sedang mempersiapkan pembukaan API tabungan adalah Bank Mandiri. Hal ini dikonfirmasi langsung Direktur Digital Perbankan dan Teknologi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans.

“Ya, ada arah ke sana [pembukaan API tabungan]. Semoga bisa [diluncurkan] tahun ini,” ucap Rico kepada DailySocial.

Ketua Umum idEA Aulia E Marinto mengatakan dengan adanya inovasi API, maka pelaku e-commerce dapat melakukan berbagai hal seperti transfer, mutasi rekening ataupun cek saldo melalui API. Salah satu contoh bentuk praktis adalah otomatisasi proses rekonsiliasi, khususnya untuk penerimaan pembayaran melalui ATM.

“Dengan API ini, pemain e-commerce dapat mengetahui secara real time apabila ada aktivitas pada rekening bank yang bersangkutan. Selain itu banyak praktek lainnya seperti perhitungan AR/AP tanpa melibatkan perhitungan secara manual,” terangnya kepada DailySocial.

Ada efek samping

Founder dan CEO Ralali Joseph Aditya mengatakan layanan pembukaan API tabungan dari bank sebenarnya adalah hal yang sangat dibutuhkan pemain e-commerce. Dampak positifnya sangat besar yakni mendapat kemudahan transaksi di situs dan memudahkan pengecekan akun.

Sebelumnya mereka harus melakukan pengecekan secara manual dengan login satu per satu. Mengenai harga yang diberikan API BCA, menurut Joseph, hal inilah yang menjadi perhatian utama pemain e-commerce.

“Karena kalau transaksi naik, jadi lumayan kenanya [biaya]. Mungkin sebaiknya ada paket atau harga progresif, jadinya akan lebih menarik memperbanyak early adopter,” kata dia kepada DailySocial.

Hal yang senada diutarakan CTO Jualio Fahmi Bafadhal. Menurutnya, keterbukaan bank mengenai akses API dapat memicu inovasi terhadap kemudahan pembayaran yang makin banyak. Terlebih transaksi terbesar pemain e-commerce kebanyakan masih berasal dari bank transfer.

Dari sisi pembeli, sambung Fahmi, akan lebih nyaman menggunakan akun bank-nya dan seharusnya makin minim kesalahan.

“Dari sisi harga, pastinya memberatkan. Cuma lagi-lagi bisa dibandingkan dengan cost yang keluar jika harus hire CS untuk cek bank transfer. Mungkin strateginya yang perlu di-adjust.”

BCA sebagai pelopor

Semangat yang ingin disampaikan BCA adalah memungkinkan para pelaku fintech ataupun e-commerce dapat terkoneksi dengan layanan perbankan BCA dan berkesempatan menikmati beragam informasi dan transaksi BCA secara cepat dan mudah.

“Pengembangan sudah dilakukan sejak tahun lalu. API nanti mudah bisa untuk lihat saldo, mutasi, rekening, cek valuta asing, nanti ada pengembangan sehingga developer e-commerce tinggal pakai API kita langsung bisa nyambung,” terang Wakil Presiden Direktur BCA Armand W Hartono.

Data terakhir menyebut ada 17 layanan e-commerce yang tergabung dalam API BCA. Hingga akhir 2017, BCA berharap dapat menggandeng 100 layanan e-commerce sebagai pengguna API BCA.

BCA telah menginvestasikan sekitar Rp4 miliar untuk membangun sistem API. Tiap tahunnya, investasi BCA untuk pengembangan IT naik 7%-8%. “Kalau untuk digital banking investasinya pasti nggak akan berakhir,” kata Executive Vice President Information Technology BCA Hermawan Tendean.

Ia mengaku saat ini kontribusi API terhadap revenue memang masih kecil karena sekali akses dikenakan biaya. Pihaknya mengaku akan kembali mengevaluasi karena ada masukan dari industri yang mengatakan harganya terlalu mahal.

“Itu aja ada masukan dari industri bahwa terlalu mahal. Kami evaluasi lagi berapa nilai ideal supaya bisa diterima mereka.”

Berdasarkan catatan BCA, per Desember total transaksi digital per hari mencapai 18 juta transaksi. Sedangkan frekuensi transaksi ATM mencapai 153 juta dengan nilai Rp 170 triliun. Transaksi mobile banking sebanyak 65 juta per bulan dengan nilai Rp 60 triliun. Lalu untuk transaksi di internet banking tembus 129 juta dengan nilai Rp 77 triliun.

Adapun total nasabah BCA yang sudah memanfaatkan layanan perbankan digital mencapai separuh dari total nasabah yang kini berjumlah 14 juta orang.