SIRCLO Dikabarkan Galang Pendanaan Seri C

Startup pengembang solusi e-commerce enabler SIRCLO dikabarkan tengah menggalang pendanaan baru dalam putaran seri C. Menurut data VentureCap Insight, saat ini Vertex Ventures telah berpartisipasi ke dalam putaran tersebut dengan menggelontorkan dana Rp10,4 juta atau setara 156,7 miliar Rupiah.

Ketika dihubungi, pihak SIRCLO menolak untuk berkomentar mengenai pendanaan baru ini.

Sebelumnya SIRCLO telah menerima pendanaan seri B dalam beberapa putaran diikuti oleh sejumlah investor termasuk East Ventures, OCBC NISP Ventura, Skystar Capital, Traveloka, dan beberapa lainnya. Nilai yang diumumkan mencapai 512 miliar Rupiah dengan fokus utama meningkatkan kapabilitas teknologi serta mengakselerasi digitalisasi ritel bagi berbagai usaha di Indonesia.

Perusahaan tengah mengejar target profitabilitas dan pertumbuhan jangka panjang, termasuk dilakukan dengan cara efisiensi operasional. Menjelang akhir tahun 2022 lalu, SIRCLO secara resmi mengumumkan pengurangan 8% dari total karyawan yang dimiliki.

Di sisi lain, seluruh unit bisnis yang ada juga terus dioptimalkan dengan menitikberatkan pengembangan lini bisnis e-commerce enabler yang melayani klien korporasi. Salah satu realisasinya dilakukan bersama Bio Farma dengan mengembangkan platform marketplace B2B terpadu bernama “Medbiz“.

Namun demikian fokusnya ke UMKM juga masih akan tetap ditajamkan melalui solusi terpadu yang dimiliki. Saat ini SIRCLO memiliki 4 lini layanan utama, mulai dari SIRCLO Store, Swift, SRICLO Commerce, dan ICUBE.

Menurut data yang disampaikan di situs mereka, saat ini telah melayani sekitar 150 ribu brand dan menjangkau lebih dari 25 juta konsumen melalui 80 lebih titik distribusi. Solusinya kini juga diperluas berkat akuisisinya atas Orami dan Warung Pintar, salah satunya dengan masuk ke model bisnis social commerce.

Bisnis e-commerce enabler memang masih mendapatkan momentum seiring dengan pertumbuhan pesat e-commerce di Indonesia yang diproyeksi akan menciptakan nilai ekonomi $95 miliar di tahun 2025 nanti. Sejumlah pemain pun turut kencangkan ikat kepala untuk memenangkan momentum pasar. Salah satunya Shipper yang belum lama ini memperkenalkan Aloshop untuk melengkapi solusi bagi UMKM. Sebelumnya fokus Shipper adalah sebagai agregator layanan logistik.

Bulan Mei 2023 ini Power Commerce Asia juga baru mengantongi pendanaan pra-seri B, dengan salah satu fokus utamanya untuk mengoptimalkan layanan PowerBiz sebagai one-stop technology platform yang mampu memenuhi kebutuhan bisnis omnichannel, B2B, B2C, dan manajemen distribusi rantai pasok.

Peta persaingan bisnis e-commerce enabler memang sudah mulai ramai sejak lima tahun lalu, saat kanal digital menjadi rujukan utama banyak peritel untuk menjual produk mereka. Tak heran jika para pemain yang ada terus berusaha meningkatkan kapabilitas dan perluasan layanan untuk menghadirkan proposisi nilai yang lebih meyakinkan bagi para pengguna.

Application Information Will Show Up Here

Evermos Bukukan Pendanaan Rp584 Miliar, Perkuat Kehadiran di Kota Tier-2 dan 3

Setelah mengantongi pendanaan seri B senilai $30 juta tahun 2021 lalu, startup social commerce Evermos kembali merampungkan pendanaan seri C senilai $39 juta atau setara 584 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini dipimpin International Finance Corporation (IFC).

Investor lainnya yang terlibat di antaranya Jungle Ventures, Shunwei Capital, UOB Venture Management, dan Telkomsel Mitra Inovasi. Putaran pendanaan ini juga melibatkan investor mitra baru seperti SWC Global, Endeavour Catalyst, dan Uni-President Asset Holdings.

Selanjutnya Evermos akan menggunakan dana segar untuk memperkuat jaringan reseller dengan memperdalam penetrasi di pulau Jawa dan melakukan ekspansi ke Sumatera, agar bisa mempercepat brand menjangkau lebih banyak lagi kota tier 2 dan tier 3.

Memberdayakan para reseller

Selain mengembangkan jaringan reseller-nya, Evermos akan terus memberdayakan keterampilan pengecer untuk memperluas pelanggan mereka melalui iklan digital. Perusahaan mencatat penjualan 18x lebih tinggi untuk reseller yang memanfaatkan digital tools, dibandingkan dengan yang mengandalkan jaringan pribadi saja. Evermos rencananya juga akan menerapkan teknologi yang didukung oleh AI.

“Kami tetap berpegang pada komitmen kami untuk mendukung brand lokal sejak hari pertama. Dalam proses memecahkan masalah logistik yang dihadapi brand Indonesia akibat tantangan geografis dan ekonomi yang unik di negara ini, kami menyadari brand menghadapi berbagai tantangan selain distribusi. Oleh karena itu, kami akan terus memanfaatkan inovasi untuk menghubungkan brand lokal dan pelanggan di kota-kota tingkat rendah dengan lebih efisien,” kata Co-founder & CEO of Evermos Ghufron Mustaqim.

Ditambahkan olehnya, prestasi ini mencerminkan kepercayaan investor Evermos dalam menjalankan misi dan dedikasi mereka untuk memberdayakan komunitas, dengan memberikan sumber pendapatan yang berkelanjutan dan fleksibel melalui jaringan distribusi terhubung dan layanan commerce Evermos.

Sejak awal berdirinya, mereka telah berkomitmen untuk mengatasi tantangan logistik, dengan tujuan memastikan adanya kesempatan yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa memandang lokasi geografis, tingkat pendapatan, atau gender.

Ini termasuk menjalin hubungan langsung dengan brand lokal untuk mendekatkan mereka dengan konsumen dan menawarkan solusi komprehensif untuk kebutuhan perdagangan khusus setiap brand. Dengan bergabung ke dalam ekosistem Evermos, brand dapat memanfaatkan 500 kota.

Didirikan pada bulan November 2018 oleh Ghufron Mustaqim, Arip Tirta, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq, Evermos mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Sejak pandemi, bisnis mereka telah menunjukan pertumbuhan GMV sebesar 17x lipat dari tahun keuangan 2020 hingga 2022. Tercatat sebanyak 160 ribu reseller yang melakukan transaksi setiap bulannya per Januari 2023.

Produk yang disediakan kebanyakan adalah komoditas busana muslim, produk kesehatan/kecantikan halal, makanan dan minuman, dan lain-lain — sebagian besar mengutamakan produk bernuansa halal. Namun Ghufron menegaskan, tersedia juga kategori fesyen, home & living, herbal & health. Menjadikan produk mereka inklusif untuk semua.

“Investasi kami di Evermos tidak hanya akan mendorong kemakmuran bersama, inklusi keuangan dan digital, tetapi juga akan memberikan kontribusi signifikan dalam memajukan ekonomi digital yang terus berkembang pesat di Indonesia,” kata Country Manajer IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste, Randall Riopelle.

Application Information Will Show Up Here

Cakap Umumkan Pendanaan Seri C, Klaim Telah Berstatus Centaur

Startup edtech Cakap mengumumkan telah merampungkan pendanaan segar dalam putaran seri C1 dari MDI Ventures dan Heritas Capital. Meski tidak disebutkan nominal dananya, disebutkan Cakap telah memiliki valuasi lebih dari tiga digit dan masuk ke jajaran startup dengan status centaur (valuasi antara $100 juta-$1 miliar, satu tahap di bawah unicorn).

Kedua VC ini investor existing Cakap, sebelumnya mereka memimpin putaran seri B yang telah rampung pada 2021 senilai $10 juta.

Dana yang diraih ini rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis menuju blended learning (offline dan online). Perusahaan akan memperkuat performa unit bisnisnya di tiga pilar, yakni bahasa, upskill, maupun bisnis.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (12/4), Co-founder dan CEO Cakap Tomy Yunus menyampaikan perilaku dan cara belajar masyarakat yang dinamis, memicu pihaknya untuk adaptif memberikan solusi pembelajaran yang lebih relevan di masa pasca-pandemi dan ke depannya.

“Cakap berharap dapat menjembatani permintaan pasar dengan sistem pembelajaran bauran/blended learning. Dengan lebih banyak opsi seperti blended learning, masyarakat akan dimudahkan dalam memilih cara belajar yang disesuaikan dengan minat serta kebutuhan masing-masing,” jelas Tomy.

CEO MDI Ventures Donald Wiharja turut memberikan tanggapannya. Dia mengharapkan, pendanaan terbaru ini dapat semakin memperkuat sinergi antara Telkom Group secara keseluruhan dan MDI secara khusus, dengan Cakap yang selama ini sudah terjalin baik. Dicontohkan, pada kuartal awal tahun ini, Cakap bersama dengan provider komunikasi Telkomcel dari Timor Leste, telah memperluas pembelajaran ke wilayah negara tersebut.

“Sehingga kami berharap, pendanaan terbaru tidak hanya memperkuat Cakap secara bisnis, namun juga menghasilkan impact sosial yang positif terhadap pendidikan di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, CEO & Direktur Eksekutif Heritas Capital Chik Wai Chiew menyampaikan, “Sebagai platform upskilling, Cakap telah menunjukkan catatan yang baik dari sisi operasional dan keuangan yang menonjol di Indonesia. Kami menantikan implementasi yang kuat dari Cakap dalam memperluas solusi edtech-nya dan mempercepat akses terhadap pembelajaran dan pendidikan yang berkualitas serta terjangkau, bagi bangsa Indonesia maupun lebih luas lagi.”

Tomy melanjutkan, seiring peningkatan status menjadi centaur, perusahaan melakukan restrukturisasi internal organisasi. Menunjuk Jonathan Dharmasoeka sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan Cecilia Ong sebagai Chief Operating Officer (COO). Sebelumnya, Jonathan menjabat sebagai Chief of Business Officer, sementara Cecilia sebagai VP of CEO Office.

Meski Tomy tidak merinci pencapaian Cakap terkini, diklaim telah meraih EBITDA positif dalam tiga tahun berturut-turut dan beroperasi dengan efisien sehingga tidak melakukan downsizing. Total pengguna Cakap disebutkan telah mencapai tiga juta orang.

Berikut pencapaian bisnis perusahaan:

  • Tiga tahun berturut-turut membukukan laba dengan margin EBITDA positif
  • Pendapatan tumbuh 10x lipat sepanjang 2020-2022;
  • Memiliki lebih dari tiga juta pengguna, dari kalangan usia produktif 20-39 tahun tersebar di 96 dari total 98 kota di Indonesia;
  • Kontributor pendapatan perusahaan: Bahasa menyumbang 50%, kemudian sisanya Upskill dan Bisnis;
  • Memiliki lebih dari 1.800 pengajar datang dari Indonesia, serta negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa;
  • Menjalin lebih dari 600 kemitraan dengan institusi pendidikan, perusahaan, instansi pemerintahan, hingga yayasan. Salah satunya, kerja sama dengan provider Telkomcel asal Timor-Leste untuk penyediaan program pembelajaran dari Bahasa Portugis hingga keterampilan di luar bahasa.
Application Information Will Show Up Here

Travelio Kantongi Pendanaan Seri C

Platform proptech Travelio telah mengantongi pendanaan seri C yang dipimpin oleh sebuah grup keuangan asal Korea. Turut terlibat dalam putaran pendanaan tersebut DAOL Ventures (sebelumnya KTB), Orzon Ventures (didukung oleh PTTOR Konglomerat Thailand dan 500 Global), dan Appworks dari Taiwan.

Pavilion Capital yang merupakan investor Travelio sebelumnya, turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan ini. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang mereka peroleh. Dana segar ini kemudian akan digunakan oleh perusahaan untuk meluncurkan vertikal bisnis baru di sektor rent-to-own.

“Kami sangat bersemangat untuk meluncurkan inisiatif baru ini karena ini akan menyelesaikan masalah rendahnya kepemilikan rumah untuk milenial kalangan menengah, yang merupakan mayoritas penyewa kami. Dengan cara ini, kami tidak hanya menjadi solusi sementara untuk mereka selama beberapa tahun, tetapi sebaliknya untuk seumur hidup mereka,” ujar Co-founder & CSO Travelio Christina Suriadjaja.

Tahun 2019 lalu Travelio mendapatkan pendanaan seri B senilai $18 juta. Putaran investasi ini dipimpin oleh Pavilion Capital dan Gobi Partners. Investor sebelumnya dikatakan turut terlibat, termasuk Vynn Capital, Insignia Ventures Partners, IndoGen Capital, dan PT Surya Semesta Internusa Tbk.

Hingga saat ini Travelio memiliki lebih dari 15 ribu properti yang dikelola secara eksklusif. Perusahaan juga sudah beroperasi di 12 kota yaitu Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Depok, Bandung, Surabaya, Semarang, Karawang,
Makasar, Yogyakarta dan Medan.

Selanjutnya mereka memiliki rencana untuk memperluas ke kota-kota lain tahun ini. Perusahaan saat ini telah memiliki lebih dari 600 staf dan tidak melakukan kegiatan perampingan atau PHK sejak pandemi.

Telah capai EBITDA positif

Berdiri sejak tahun 2015 lalu, layanan yang disuguhkan adalah platform manajemen properti untuk mengelola beragam apartemen fully furnished terstandardisasi yang disewakan secara online. Travelio didirikan Hendry Rusli, Christina Suriadjaja, dan Christie Tjong. Layanannya penyewaan rumah tinggal dan apartemen yang diusung sudah menjangkau berbagai kota di Indonesia. Penyewa dapat memilih opsi tinggal harian, bulanan, atau tahunan.

Travelio mengklaim sebagai satu-satunya platform online dan transaksional di Indonesia yang memungkinkan penyewa membayar bulanan sewa dalam jangka waktu tahunan. Dengan cara tersebut ternyata memudahkan penyewa beradaptasi dengan skema pembayaran yang fleksibel dari yang sebelumnya mengandalkan pembayaran secara tunai untuk membayar uang muka 20% dan membayar uang jaminan lanjutan lebih dari satu tahun.

Selain menyediakan apartemen fully-furnished, Travelio juga memperluas produknya menjadi unfurnished apartemen dan rumah. melalui manajemen propertinya yang mengoperasikan apartemen berperabotan lengkap telah
mencapai EBITDA yang disesuaikan positif sejak tahun lalu. Travelio sebagai grup diharapkan bisa menyesuaikan EBITDA positif pada akhir tahun 2023 ini.

Application Information Will Show Up Here

Aspire Tutup Putaran Seri C 1,5 Triliun Rupiah Dipimpin Lightspeed dan Sequoia SEA

Startup neobank asal Singapura Aspire mengumumkan telah merampungkan pendanaan seri C sebesar $100 juta (lebih dari 1,5 triliun Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners dan Sequoia Capital Southeast Asia, dengan partisipasi dari PayPal Ventures, LGT Capital Partners, dan investor sebelumnya, Picus Capital dan Mass Mutual Ventures.

Putaran sebelumnya diumumkan perusahaan pada September 2021 sebesar  $158 juta, yang terbagi dalam bentuk ekuitas $58 juta dan debt $100 juta.

Dana segar akan dimanfaatkan sebagai amunisi untuk melengkapi layanan produk agar dapat mengambil posisi sebagai pemain fintech B2B yang dominan di Asia Tenggara, menambah tim untuk terus berinovasi, sambil tetap menjaga kesehatan finansial model bisnis perusahaan.

“Penggalangan dana dalam iklim seperti ini tidaklah mudah, terutama untuk ruang fintech. Tonggak sejarah ini merupakan bukti bahwa produk dan ketahanan kami. Saya sangat bangga dengan tim atas kerja keras dan visi mereka untuk membuat pencapaian ini menjadi mungkin,” kata Co-founder dan CEO Aspire Andrea Baronchelli dalam unggahan di laman LinkedIn, dikutip Selasa (14/2).

Dalam keterangan resminya, Baronchelli menyampaikan bahwa Aspire membawa misi ingin menyediakan platform finansial untuk memaksimalkan potensi setiap perusahaan di Asia Tenggara, baik bagi perusahaan besar maupun kecil. Mulai dari laporan kondisi finansial perusahaan real-time, layanan transfer internasional yang cepat dan transparan, hingga manajemen biaya menyeluruh untuk membantu bisnis mengambil keputusan secara strategis.

“Kami sangat senang mendapat kesempatan untuk bermitra dengan investor terkemuka untuk memberikan bisnis modern di Asia Tenggara kendali penuh atas keuangan mereka,” kata Baronchelli.

Partner Lightspeed Bejul Somaia menyampaikan, “Aspire telah tampil sebagai pemain terdepan dalam sektor fintech B2B Asia Tenggara dengan end-to-end produk yang menyeluruh, rekor pertumbuhan yang kuat, dan fondasi yang solid. Kami sangat senang dapat bermitra dengan tim berkelas global ini untuk mendukung visi mereka akan masa depan layanan finansial di Asia Tenggara.”

Aspire didirikan pada 2018 fokus menyediakan layanan finansial untuk mempermudah mengatur keuangan operasional bisnis. Software Aspire merupakan platform all-in-one untuk berbagai kebutuhan layanan keuangan bisnis seperti transfer internasional, kartu korporat, manajemen utang, piutang dan manajemen biaya, yang dapat diakses melalui satu akun yang mudah digunakan.

Diklaim perkembangan bisnisnya di Asia Tenggara terus bertumbuh dengan penambahan volume transaksi tahunan yang diproses hingga tiga kali lipat menjadi sebesar $12 miliar yang berasal dari lebih dari 15 ribu klien. Aspire sendiri kini hadir di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan India, memiliki lebih dari 400 karyawan.

Mengutip dari TechCrunch, Baronchelli mengatakan bahwa Aspire berfokus bisnis di zaman baru yang keputusan pembeliannya semakin didorong oleh UX dan kegunaan, dari satu karyawan hingga lebih dari 500 karyawan. Penggunanya ini berasal dari berbagai sektor, mulai dari perusahaan TI, layanan profesional, bisnis barang dan startup.

Sebagian besar pengguna menggunakan solusi Aspire untuk akun pembayaran, manajemen multi-mata uang, manajemen utang dan piutang. Sebelumnya dalam memenuhi kewajiban tersebut pengguna menggunakan kombinasi antara solusi dari lembaga keuangan yang ada, dengan Microsoft Excel atau beberapa penyedia fintech untuk kartu, kredit pengeluaran manajemen.

“Tapi sistem ini tidak berbicara satu sama lain. Kami telah menggabungkan semua kebutuhan bisnis di bawah satu tumpukan operasi keuangan untuk bisnis. Aspire terintegrasi dengan Xero, QuickBook, NetSuite, Accurate, Jurnal, dan perangkat lunak akuntansi utama lainnya.”

MNC Group Kembali Berinvestasi ke Migo Senilai 302 Miliar Rupiah dalam Putaran Seri C1

Migo mengumumkan telah menyelesaikan penutupan putaran pertama investasi seri C1 senilai $20 juta (lebih dari 302,5 miliar Rupiah) dari investor sebelumnya, MNC Vision Network, bagian dari MNC Group. Putaran berikutnya disebutkan bakal rampung dalam beberapa bulan mendatang.

Dalam keterangan pers yang disampaikan Migo hari ini (10/2), dana segar akan didedikasikan untuk memperluas jaringan Migo, mengincar pengguna dengan jumlah setengah dari populasi Indonesia. Kemudian, memperdalam teknologi, dan ekspansi ke negara lain di luar Indonesia.

CEO Migo Indoneesia Dan Connor menyampaikan, konten MNC memiliki daya tarik yang sangat kuat di mata para pengguna Migo dan menjadi kontributor penonton terbesar di antara mitra-mitra lainnya. Konsumen yang sebelumnya hanya mempunyai sedikit kemampuan untuk mengakses konten digital on-demand, sekarang mereka dapat menikmati konten MNC dengan rating tertinggi tanpa bergantung pada koneksi data tradisional yang mahal, lambat, dan tidak dapat diandalkan.

“Kami sudah mempunyai kolaborasi yang bermanfaat dengan MNC sejauh ini dan kami sangat bersemangat untuk memperluas kemitraan itu dengan investasi ini,” papar Connor.

Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo menambahkan, “Sejak tahu tentang Migo, saya selalu berpikir mereka memiliki konsep yang sangat menarik. Saya memahami keuntungan unik dari platform distribusi mereka, yaitu mengirimkan data, lebih murah, lebih cepat, dan tanpa masalah internet yang biasa terjadi. 18 bulan sejak memulai kolaborasi strategis kami, pandangan kami tidak berubah, bahwa Migo diposisikan secara unik untuk mendigitalkan pemirsa TV tradisional.”

Kerja sama Migo dan MNC

Hubungan Migo dengan MNC Vision Networks dimulai pada saat investasi yang dikucurkan pada September 2021 sebesar $40 juta. Dalam kesepakatan tersebut, sekaligus mengumumkan Presiden Direktur MNC Vision Networks Ade Tjendra dan Marketing Head Presiden Direktur MNC Vision Networks Clarissa Tanoesoedibjo sebagai Dewan Komisaris Migo Indonesia.

Sejak saat itu, kini jangkauan jaringan Migo tembus mencapai 30 juta orang, dengan lebih dari 2 juta pelanggan mendapatkan akses ke konten digital on-demand yang sebelumnya sulit diakses melalui jaringan telekomunikasi tradisional, dan lebih dari 1 juta pelanggan berbayar.

Teknologi distribusi data Migo yang unik mampu mengirimkan data kepada konsumen dengan biaya kurang dari 1% dari biaya jaringan seluler biasa. Hal ini memungkinkan pelanggan Migo untuk mengunduh data gratis tanpa batas dengan super cepat. Ambil contoh, satu film berdurasi panjang dapat diunduh ke perangkat konsumen dalam waktu kurang dari satu menit.

Kerja sama strategis dengan MNC Group, memungkinkan Migo untuk menawarkan konten baru dan terbaik kepada konsumen di mana pun yang memiliki smartphone, sementara kolaborasi marketing yang mendalam diklaim berhasil membawa jutaan pengguna ke ekosistem digital on-demand yang sebelumnya terbatas pada segmen ekonomi kelas atas saja.

Disampaikan lebih lanjut, saat ini perusahaan sedang mengembangkan teknologi baru untuk transfer konten langsung dengan aman, yang akan mengubah setiap perangkat pelanggan menjadi bagian dari jaringan kecepatan tinggi, yang secara efektif memperluas jangkauan Migo ke mana pun pengguna Migo pergi.

“Fitur baru ini memungkinkan pelanggan untuk mentransfer konten secara langsung antar perangkat hanya dalam 30 detik, sama sekali tanpa koneksi ke jaringan eksternal apapun,” tutup Connor.

Migo pertama kali hadir pada 2020, diklaim saat ini memiliki lebih dari 1.700 jaringan yang tersebar di Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Produknya adalah paket-paket langganan mikro (saset) yang menyediakan akses bagi pelanggan ke konten hiburan, pendidikan, produk keuangan, dan layanan gaya hidup digital terkait lainnya di cloud lokal (Migo Download Station/MDS) yang tersedia di lokasi ritel.

Di titik jaringan tersebut, menyediakan jaringan Wi-Fi yang dapat dihubungkan dengan perangkat untuk mengunduh konten film sepuasnya. Setiap film yang tersedia di Migo hanya kurang dari 60 detik untuk diunduh. Konten tersebut dapat dinikmati tanpa buffering, makan kuota internet, dan iklan. Pengguna dapat memilih paket seharga Rp3 ribu untuk sehari dan termahal Rp120 ribu untuk satu tahun. Pilihan lainnya mulai dari tujuh hari, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan.

Application Information Will Show Up Here

Fazz Raih Pendanaan 1,4 Triliun Rupiah, Seriusi Garap Inovasi Keuangan untuk Bisnis

Fazz, rebrand dari Fazz Financial Group, mengumumkan perolehan dana senilai $100 juta (lebih dari 1,4 triliun Rupiah) dalam putaran seri C. Angka yang dikonfirmasi perusahaan lebih besar dari pemberitaan DailySocial.id sebelumnya sebesar $60 juta.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar ini untuk mengembangkan produk keuangan agar dapat menjangkau seluruh segmen bisnis, mulai dari mikro hingga korporat besar.

Putaran seri C terdiri dari pendanaan ekuitas sebesar $75 juta dan debt sebesar $25 juta. Dalam jajaran pendanaan ekuitas ini didukung oleh jajaran investor Fazz sebelumnya, seperti Tiger Global, DST Investment, B Capital, Insignia Ventures Partners, dan ACE & Company.

Investor lain yang turut berpartisipasi dalam pendanaan ini, meliputi Ilham Ltd (yang berkaitan dengan dana kekayaan negara di wilayah Asia Tenggara), EDBI, InterVest, Michael Seibel (Managing Director Y Combinator) dan Hans Tung (Managing Partner GGV Capital).

Adapun, fasilitas debt yang dikantongi ini diperoleh dari Lendable yang telah ditandatangani perusahaan dalam lembar ketentuan (term sheet) senilai $25 juta.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (14/9), Co-Founder & CEO Fazz Hendra Kwik menyampaikan, dana tambahan ini akan digunakan untuk membangun Fazz, akun bisnis yang memungkinkan usaha dengan berbagai skala – mulai dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) hingga perusahaan yang masuk ke dalam daftar Fortune 500 – untuk melakukan pembayaran, penyimpanan, dan memperoleh kredit dengan mudah di Asia Tenggara.

Dengan demikian, ambisi Fazz dalam mengakselerasi transformasi digital di Asia Tenggara dapat segera terealisasi. Untuk mendukung hal tersebut, Fazz akanperluas tim mereka di Singapura, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Taiwan dari 800 orang lebih menjadi 1.400 orang.

Menurut Hendra, banyak bisnis di Asia Tenggara masih belum memperoleh akses terhadap layanan keuangan sepenuhnya dan beberapa di antaranya sangat terdampak oleh pandemi. Fazz pun masuk untuk membantu mereka pulih dan tumbuh kembali menjadi lebih kuat.

“Kami berinvestasi besar pada teknologi dalam bisnis kami untuk memastikan bahwa segala usaha, mulai dari toko kecil milik keluarga hingga perusahaan besar, dapat mengakses layanan keuangan untuk membangun usaha mereka,” kata dia.

Dia melanjutkan, “Hal penting lainnya adalah kami ingin memberikan manfaat yang sama seperti yang dimiliki perusahaan besar kepada usaha kecil dan pemilik warung. Pendanaan ini memungkinkan kami untuk membangun keunggulan teknologi tersebut bagi pengguna kami.”

Partner Tiger Global Alex Cook turut menyampaikan sambutannya. Dia bilang, Fazz menyediakan perangkat keuangan penting untuk bisnis-bisnis di Asia Tenggara mengingat banyak di antaranya yang belum memperoleh kemudahan akses pembayaran digital, fungsi perbendaharaan, dan pertumbuhan modal.

“Platform Fazz telah diadopsi dengan cepat oleh usaha kecil dan perusahaan besar, dan kami berharap dapat melanjutkan kemitraan kami dengan Fazz,” kata Cook.

Pencapaian Fazz

Hendra melanjutkan, investasi ini diperoleh atas kesuksesan Fazz baru-baru ini. Diklaim perusahaan mencatat rekor volume transaksi tahunan sebesar $10 miliar selama setahun terakhir. Ia pun optimistis dapat melipatgandakan volume transaksinya dalam 12 bulan ke depan.

Fazz terdiri dari Fazz Agen, sebuah aplikasi keuangan berbasis agen yang melayani usaha mikro dan kecil di Indonesia dengan memberikan kemudahan akses untuk pembayaran, pembelian grosir dan permodalan yang merata. Berikutnya, Fazz Business, rebrand dari Xfers, sebuah akun bisnis untuk membantu startup, UMKM dan perusahaan-perusahaan besar yang sedang berkembang.

Fazz Businesss akan bantu bisnis-bisnis dalam membangun, menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka di Asia Tenggara dengan menyediakan kemampuan untuk melakukan dan menerima pembayaran, mengembangkan modal, dan memperoleh pendanaan.

Selain Fazz Agen dan Fazz Business, Fazz juga memiliki unit bisnis lainnya, terdiri atas Modal Rakyat – layanan pendanaan Peer-to-Peer dan pinjaman untuk UMKM, dan StraitsX – infrastruktur pembayaran untuk aset digital.

Perubahan dunia bisnis selama pandemi telah memposisikan UMKM pada kerugian yang lebih besar akibat kurangnya akses terhadap modal, teknologi, dan koneksi. Kurangnya akses terhadap perangkat teknologi dan pendanaan bank yang merata merupakan tantangan utama bagi UMKM di Asia Tenggara, dengan kesenjangan pendanaan yang saat ini menyentuh US$300 miliar.

Diharapkan Fazz dapat membantu UMKM lebih mudah mengakses perangkat keuangan yang dapat membantu mereka dalam perampingan proses, memperluas jangkauan mereka, memperbaiki rantai pasokan mereka dan yang paling penting, mendapatkan pendanaan yang mereka butuhkan untuk berkembang.

Application Information Will Show Up Here

Induk 99.co dan Rumah123.com Dapat Pendanaan Seri C, Lanskap Proptech Lokal Terus Berkembang

99 Group, induk perusahaan proptech 99.co dan Rumah123.com,  mengumumkan pendanaan seri C senilai $52 juta atau setara 776 miliar Rupiah yang dipimpin GAW Capital Partners. Dana senilai $37 juta sudah dirampungkan pada penutupan fase pertama. Sementara $15 juta lainnya masih berbentuk komitmen investor yang baru akan ditutup beberapa bulan mendatang. Perolehan ini membuat dana ekuitas yang berhasil dibukukan perusahaan menjadi lebih dari $80 juta.

“Kami sangat optimistis dengan pasar Asia Tenggara dan investasi yang kami lakukan di 99 Group ini adalah sebuah langkah yang tepat. Hal ini membawa sinergi dan membantu kami untuk lebih memahami pasar untuk membuka kesempatan investasi serta membuat kemampuan go-to-market untuk proyek-proyek kami menjadi lebih terdepan,” ujar Humbert Pang mewakili GAW Capital Partners.

Fokus selanjutnya 99 Group

Menurut pertanyaan yang disampaikan, dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengoptimalkan potensi pasar yang telah ada di Singapura dan Indonesia, serta melanjutkan inovasi, riset, pengembangan, dan ekspansi untuk pasar baru di wilayah Asia Tenggara.

“Ini merupakan waktu yang sangat tepat untuk meningkatkan modal, dengan pencapaian kami yang berhasil menguasai pasar properti dan siap untuk melakukan ekspansi, berbekal kekuatan teknologi, pengalaman mendalam, dan kemampuan operasional bisnis yang ekstensif. Memiliki neraca keuangan yang kuat akan membuat kami dapat bereaksi dengan gesit dan teguh terhadap potensi peluang merger and acquisition yang kami prediksi akan semakin berkembang,” jelas CEO 99 Group Darius Cheung.

99 Group mengoperasikan empat merek platform proptech yaitu 99.co, iProperty.com.sg, Rumah123.com, dan srx.com.sg. Dari data yang dibagikan, perusahaan telah mengalami pertumbuhan penjualan lebih dari 8x lipat sepanjang Q1/2019 hingga Q1/2022.

Di sisi lain, 99 Group juga telah mengalami pertumbuhan trafik lebih dari 4x lipat menjadi 30 juta per bulan di periode yang sama. Jumlah agen yang bergabung di Singapura telah tumbuh 2x lipat sejak akuisisi SRX. Sementara di Indonesia juga menjadi marketplace properti nomor satu yang paling dominan di Indonesia dengan lebih dari 70% pangsa pasar.

Di Indonesia, 99 Group dipimpin oleh Wasudewan. Menurut pemaparannya, pendanaan ini akan dimanfaatkan untuk mendukung ekspansi serta pengembangan inovasi produk untuk semakin mempermudah pencari serta pelaku industri properti.

“Saat ini kami tengah fokus mengembangkan pasar di beberapa kota besar di luar Jabodetabek yaitu Surabaya, Bandung, Solo, Semarang, dan Makassar. Harapannya, 99 Group Indonesia dapat menjadi bagian dari ekosistem properti di level regional dengan produk dan teknologi yang kita miliki. Misalnya saja produk Simulasi Gaji KPR yang dapat digunakan calon pembeli untuk mengetahui kemampuan mencicil rumah serta produk X-Value atau property price estimator tool yang memungkinkan pencari atau penjual properti untuk mendapatkan informasi estimasi harga properti dengan lebih cepat,” jelasnya.

Sebagai informasi juga, tahun 2018 lalu 99 Group mengakuisisi platform proptech lokal Urbanindo, untuk selanjutnya dilebur ke dalam situs 99.co.

Digitalisasi bisnis properti makin menarik

Di Indonesia sendiri, startup proptech sejenis telah berjamuran, khususnya mereka yang menyajikan layanan listing berbagai macam jenis properti. Salah satu pesaing terdekatnya adalah Lamudi; belum lama ini mereka mengumumkan akuisisi bisnis properti OLX Indonesia. Strategi ini merupakan bagian dari ambisi Lamudi untuk menjadi proptech terbesar di Indonesia.

Situs Rata-Rata Kunjungan (Apr-Jun 2022) Peringkat (Real-Estate)
99.co 20 juta+ (situs ini diakses secara regional,
spesifik dari Indonesia 78,05%)
#1
Rumah.com 3,7 juta+ #2
Rumah123.com 4,5 juta+ #3
Lamudi.co.id 1 juta+ #4

*Data trafik dan peringkat bersumber dari SimilarWeb, diakses per tanggal 29 Juli 2022 pukul 14.00 WIB

Tidak hanya berhenti pada platform listing properti saja, proptech telah berkembang lebih luas menawarkan kapabilitas yang lebih mendalam — baik dari sisi konsumen maupun pebisnis. Salah satu model bisnis yang berkembang pesat dewasa ini adalah digitalisasi proses KPR atau pembiayaan kepemilikan rumah. Beberapa platform mencoba mendemokratisasi sejumlah tahapan yang sebelumnya dianggap rumit dan memakan waktu — kendati tidak sampai ke proses pembiayaannya.

Tahun ini ada 4 startup yang mendapatkan dukungan investor untuk mematangkan produk digitalnya dalam membantu masyarakat mendapatkan KPR secara efisien, mereka adalah IDEAL, Tanaku, Ringkas, dan Pinhome. IDEAL misalnya, aplikasi yang dikembangkan membantu pengguna menghitung biaya dan cicilan pembiayaan properti secara detail sesuai dengan kebutuhan dan preferensi yang dimiliki. Mereka turut menyediakan sistem aplikasi yang memungkinkan pengguna melakukan pengajuan pembiayaan di beberapa bank sekaligus.

Platform seperti IDEAL terhubung langsung dengan perbankan yang memberikan kredit, sekaligus pengembang properti yang menjalankan proyek. Model bisnisnya berbasis komisi dari setiap pengajuan yang berhasil disetujui.

Kendati fokus bisnisnya lebih luas, platform legasi seperti 99.co sebenarnya juga sudah memiliki fitur serupa. Di situsnya saat ini ada menu KPR, di dalamnya termasuk kalkulator simulasi pinjaman dan layanan pengajuan pinjaman. Saat ini salah satu bank yang sudah menjadi mitra 99.co adalah BCA.

Menurut data, sejauh ini 75% pembelian rumah di Indonesia menggunakan metode KPR. Dengan literasi finansial yang minim, mayoritas pemohon mengalami kesulitan untuk memahami ketentuan yang ada, di samping prosesnya memang panjang. Di sisi pemberi pinjaman, sejumlah tahapan administratif juga dirasa kurang efektif.

Kesempatan ini yang coba dimenangkan oleh para startup, mengingat pada tahun 2021 industri KPR lokal bernilai $39 miliar dengan proyeksi pertumbuhan lima tahun ke depan 17%. Dan mayoritas pangsa pasarnya akan jatuh ke Gen Y dan Gen Z pada 10 tahun ke depan, sehingga digitalisasi dinilai akan diterima baik.

Model bisnis proptech

Secara umum, dari yang sudah ada saat ini, model bisnis proptech terbagi ke dalam tiga kategori utama. Yakni platform yang mendigitalkan pengalaman penggunaan properti, platform yang membagikan informasi seputar properti, dan platform yang menjembatani kebutuhan pembiayaan properti.

Tren menarik yang bisa ditangkap, sebuah platform proptech mencoba menghadirkan ekosistem menyeluruh yang saling terhubung. Menyajikan berbagai layanan secara terhubung dalam satu platform terpusat. Contohnya yang dilakukan 99.co, setelah pengguna mengeksplorasi proyek properti yang diinginkan, mereka bisa melanjutkan untuk memahami tentang opsi pembiayaan yang ada.

Ini sekaligus memperluas model mereka, tidak hanya C2C saja, melainkan masuk ke B2B dan B2B2C. Para platform akan terhubung juga dengan sistem yang dimiliki di sisi pengembang atau lembaga jasa keuangan.

Kendati demikian, inovasi proptech ternyata masih terus berkembang menyasar segmen-segmen yang belum terdigitalkan. Salah satu model bisnis yang juga bermunculan tahun ini adalah B2B Commerce yang mendigitalkan proses supply-chain bahan bangunan untuk pengembangan properti. Beberapa startup yang bermain di sini di antaranya Tokban, BRIK, dan GoCement.

Belum lama ini BRIK mendapatkan pendanaan awal 59 miliar Rupiah yang dipimpin AC Ventures. Sementara Go-Cement sebelumnya juga mendapatkan dukungan dari sejumlah investor, termasuk Arise Fund. Apa yang mereka kembangkan bertujuan untuk mempersingkat rantai distribusi bahan konstruksi melalui platform teknologi, menghubungkan pembeli dengan produsen bahan konstruksi secara efisien.

Model layanan lain yakni membantu pemilik properti untuk mengelola aset yang dimiliki, baik yang berbentuk indekos maupun apartemen. Platform seperti Travelio, Mamikos (Singgahsini), atau Rukita bermain di area tersebut. Selain informasi berupa listing, mereka membantu menyajikan pengalaman transaksi sewa secara lebih efisien.

Sebagai sebuah kebutuhan primer, produk hunian memang menjadi salah satu yang paling banyak diburu. Hadirnya inovasi digital ini, diharapkan bisa membantu berbagai kalangan masyarakat untuk mengatasi isu yang selama ini ditemui untuk memenuhi kebutuhan akan hunian — dari proses pencarian sampai dengan pembelian secara lebih mudah dan transparan.

Application Information Will Show Up Here

Social Commerce Platform Super Secures Over 1 Trillion Rupiah Series C Funding

Super social commerce announced a $70 million (over 1 trillion Rupiah) series C funding round led by New Enterprise Associates (NEA), a Silicon Valley-based VC. Also participating in this round, Insignia Ventures Partners, SoftBank Ventures Asia, DST Global Partners, Amasia, B Capital, and TNB Aura.

In fact, a number of angle investors were also involved, including Stephen Pagliuca (Chairman of Bain Capital), Eric Feng (former General Partner of Kleiner Perkins and Gold House), and Moses Lo (Xendit’s CEO).

It is said that they have reached $106 million (over 1.5 trillion Rupiah) in total funding since its debut. Also, this is the highest figure for the social commerce vertical in Indonesia. The latest round was announced after a year of Super’s $28 million Series B funding led by SoftBank Ventures Asia.

In an official statement today (2/6), Super’s Co-founder and CEO, Steven Wongsoredjo said the company will use the additional capital to continue its mission of equal access for people in Kalimantan, Bali, West Nusa Tenggara, East Nusa Tenggara, Maluku, and Papua in the next few years.

One way is to focus on regional expansion for multinational and local FMCG suppliers in rural areas. In the meantime, empowering more community leaders to optimize their income to have a better quality of life.

“The two and third tier cities have 3-5 times lower GDP per capita than Jakarta. However, the cost of consumer goods is higher by 20-200%. In fact, more than 30% of Indonesia’s GDP comes from East Java, Kalimantan and East Indonesia. Super is targeting a huge untapped market,” Steven said.

NEA’s partner, Andrew Schoen added, “We are thrilled to be able to support the entire Super team. The company is positioned to improve the lives of the 260 million Indonesians living outside the Indonesian capital. Super will continue to improve access to basic goods, create meaningful and rewarding jobs, and streamline supply chains for tier-2, tier-3, and Indonesian rural areas.”

Future plans

Super’s Head of Strategy and Business Development, Gisella Tjoanda said, in its fourth year, Super gets the meaning of data collection and analysis as one of the keys to success in launching new SKUs. Therefore, they will expand the engineer team to improve the warehouse management system.

“By applying machine learning, we can help Super make better use of data to expand its SKUs in the future,” she said.

Currently, Super has successfully launched two private-label brands to realize product-market fit. The company is to reinvest some of the fresh money to develop additional private-label FMCG brands in the next few years. In addition, launching cosmetic products due to the increasing market demand for this segment throughout Indonesia.

In order to accomplish its mission of being a sustainable company, Super will launch a feature for community agents to track end consumer transactions to help community agents offer better-designed experiences for end customers.

Super was founded in 2018, offering differentiation that utilizes a hyperlocal logistics platform to deliver consumer goods to thousands of agents within 24 hours of ordering. Super partners with thousands of community agents such as individuals and stalls to collect and distribute millions of dollars worth of goods to their communities each month.

It is said that Super is currently available in 30 cities in East Java and South Sulawesi, primarily targeting areas with $5,000 or lower GDP per capita.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Social Commerce “Super” Raih Pendanaan Seri C Lebih dari 1 Triliun Rupiah

Startup social commerce Super mengumumkan perolehan pendanaan seri C sebesar $70 juta (lebih dari 1 triliun Rupiah) yang dipimpin New Enterprise Associates (NEA), VC berbasis di Silicon Valley. Jajaran investor lain yang turut berpartisipasi meliputi Insignia Ventures Partners, SoftBank Ventures Asia, DST Global Partners, Amasia, B Capital, dan TNB Aura.

Selanjutnya, sejumlah angle investor juga turut terlibat, di antaranya Stephen Pagliuca (Chairman Bain Capital), Eric Feng (eks-General Partner Kleiner Perkins dan Gold House), dan Moses Lo (CEO Xendit).

Disebutkan, total perolehan dana yang berhasil raih Super hingga kini mencapai $106 juta (lebih dari 1,5 triliun Rupiah) sejak pertama kali berdiri. Diklaim angka ini tertinggi untuk vertikal social commerce di Indonesia. Putaran teranyar ini didapat selang setahun lebih pasca Super mengantongi pendanaan Seri B sebesar $28 juta yang dipimpin oleh SoftBank Ventures Asia.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (2/6), Co-founder dan CEO Super Steven Wongsoredjo menuturkan, dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk melanjutkan misinya pada pemerataan akses bagi masyarakat di Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua dalam beberapa tahun ke depan.

Salah satunya caranya, yakni berfokus pada perluasan wilayah bagi para pemasok FMCG multinasional dan lokal di daerah pedesaan. Sekaligus, memberdayakan lebih banyak pemimpin masyarakat untuk mengoptimalkan pendapatan mereka agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

“PDB per kapita di kota-kota tingkat dua dan tiga itu lebih rendah hingga 3-5x dari Jakarta. Namun, biaya barang-barang konsumsi lebih tinggi sebesar 20-200%. Padahal, lebih dari 30% PDB Indonesia berasal dari Jawa Timur, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Super mengejar pasar besar yang belum dimanfaatkan,” kata Steven.

Partner NEA Andrew Schoen menambahkan, “Kami sangat senang dapat mendukung seluruh tim Super. Super diposisikan untuk meningkatkan kehidupan 260 juta orang Indonesia yang tinggal di luar ibu kota Indonesia. Super akan terus meningkatkan akses ke barang-barang dasar, menciptakan pekerjaan yang berarti dan bermanfaat, dan merampingkan rantai pasokan untuk wilayah tingkat-2, tingkat-3, dan pedesaan di Indonesia.”

Rencana berikutnya Super

Head of Strategy and Business Development Super Gisella Tjoanda menuturkan, di tahun keempatnya, Super memahami pentingnya pengumpulan dan analisis data sebagai salah satu kunci sukses dalam meluncurkan SKU baru. Oleh karena itu, pihaknya akan memperluas tim engineer untuk meningkatkan sistem manajemen gudang.

“Dengan menerapkan machine learning, dapat membantu Super memanfaatkan data dengan lebih baik untuk memperluas SKU-nya di masa mendatang,” kata dia.

Saat ini, Super berhasil meluncurkan dua merek private-label untuk merealisasikan product-market fit. Perusahaan akan kembali berinvestasi sebagian dari modal baru mereka untuk mengembangkan merek private-label FMCG tambahan dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, meluncurkan produk kosmetik karena melihat dari keinginan pasar yang meningkat untuk segmen ini di seluruh Indonesia.

Untuk melanjutkan misinya menjadi perusahaan berkelanjutan, Super akan meluncurkan fitur bagi agen komunitas untuk melacak transaksi konsumen akhir guna membantu agen komunitas menawarkan pengalaman yang dirancang lebih baik bagi pelanggan akhir.

Super dirintis sejak 2018, membawa diferensiasi yang memanfaatkan platform logistik hyperlocal untuk mengirimkan barang-barang konsumen ke ribuan agen dalam waktu 24 jam dari waktu pemesanan. Super bermitra dengan ribuan agen komunitas seperti individu dan warung untuk mengumpulkan dan mendistribusikan barang bernilai jutaan dolar AS ke komunitas mereka setiap bulan.

Diklaim, saat ini Super beroperasi di 30 kota di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, terutama menargetkan daerah yang memiliki PDB per kapita $5.000 atau lebih rendah.

Application Information Will Show Up Here