Pergub Laporan RT/RW Dicabut Sementara, Qlue Ikuti Arahan Pemda DKI Jakarta

Aplikasi sosial media Qlue memastikan pihaknya mengikuti arahan Pemda DKI Jakarta setelah Pergub No 903 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi RT dan RW di DKI Jakarta, untuk sementara dicabut. Pihak Qlue menyadari keputusan untuk menerapkan aturan pelaporan RT/RW di Qlue, yang dihargai dengan insentif, kurang sosialisasi yang matang sehingga memicu protes di lapangan.

Sebelumnya, Pergub tersebut menginstruksikan bahwa ketua RT/RW wajib melaporkan kejadian 3x sehari dan dihargai insentif sebesar Rp 10 ribu untuk RT dan Rp 12.500 untuk RW per laporan sebagai dana operasional RT/RW.

Aturan ini tertulis dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 2432 Tahun 2016 tentang Pemberian Uang Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi kepada RT/RW. Pergub tersebut ditandatangani Gubernur (non aktif) DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada 25 Oktober 2016 dan berlaku surut terhitung 6 April 2016.

“Kami menyadari sosialisasi aturan ini masih kurang sih, makanya banyak warga yang protes. Oleh karena itu, Pak Ahok [panggilan akrab Basuki] melihat dari segi teknis perlu dievaluasi lagi dan sosialisasi perlu merata. Makanya Pak Ahok mengambil keputusan tersebut,” ujar Head of Marketing Communication Qlue Edelweiss kepada DailySocial.

Menurut Edelweiss, pencabutan Pergub tidak begitu memberi pengaruh bagi layanan Qlue karena pengguna masih tetap bisa melaporkan permasalahan lain di sekitar masyarakat. Pihaknya juga akan berusaha untuk tetap sejalan dengan arahan pemda setempat yang ingin menyediakan solusi smart city, dengan menyediakan teknologi yang terintegrasi.

Dampak pencabutan sementara ini adalah tingkat penggunaan jasa Qlue yang akan menurun. Dikutip dari Kumparan, setelah Pergub dicabut sementara dan Gubernur petahana cuti, jumlah pelaporan turun drastis.

“Sejak Pak Ahok cuti dan Keputusan Gubernur dicabut, angka pelaporan berkurang. Turunnya jauh,” ujar CEO Qlue Rama Raditya tanpa menjelaskan detil persentasenya.

Edelweiss menerangkan Pergub ini sifatnya dicabut sementara sehingga ada kemungkinan akan diberlakukan kembali. Namun pihaknya belum bisa menentukan kapan waktunya. Pemda DKI mengungkapkan akan kembali mengevaluasi isi peraturan tersebut dan sistem yang dimiliki Qlue.

“Kemungkinannya ada [aturan diberlakukan]. Soalnya saat Pergub dicabut, Pemda ingin mengevaluasi sistem. Dari sisi kami, cukup fleksibel karena kami mengikuti keputusan dari Pemda dan SOP dari dinas-dinasnya.”

Setelah Pergub dicabut, Gubernur mengeluarkan Pergub baru. Ketua RT/RW kini hanya harus membuat surat pertanggungjawaban (SPJ) per tiga bulan sebagai syarat mendapatkan dana operasional untuk tiga bulan berikutnya.

Saat aturan laporan wajib tiga kali sehari ini diberlakukan, banyak pengurus RT/RW disebutkan melayangkan protes keberatan. Selain merasa dihina karena dianggap bukan bekerja untuk abdi masyarakat, mereka menganggap pelaporan wajib tiga kali sehari dirasa terlalu membebani.

Start-FWD Unika Atma Jaya: Mengenal Lebih Dekat Dunia Startup Social Entrepreneurship

Kamis (8/9) kemarin DailySocial bekerja sama dengan Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya menggelar acara Start-FWD. Acara yang bertempat di Auditorium Gedung Yustinus Unika Atma Jaya ini  menghadirkan sembilan pembicara berpengalaman dari sisi akademis dan praktisi untuk berbagi wawasan seputar dunia startup di sektor social entrepreneurship. Harapannya melalui Start FWD para peserta yang hadir dapat terinspirasi untuk menjadi agen perubahan dan menjadi salah satu pemain di ranah social entrepreneurship.

Sembilan pembicara yang hadir dalam acara Start-FWD kemarin adalah Dr. Agustinus Prasetyantoko (Rektor Unika Atma Jaya), Rosdiana Sijabat, Ph. D. (Dosen Unika Atma Jaya), Aria Widyanto (Amartha), Rama Raditya (Qlue), Calvin Kizana (PicMix), Razi Thalib (Setipe), Marshall Pribadi (PrivyID) dan Temmy Chi (KitongBisa).

Acara dibuka dengan kata sambutan dari Rektor Unika Atma Jaya Dr. Agustinus Prasetyantoko. Beliau menyampaikan mengenai latar belakang digelarnya acara Start-FWD yang pada dasarnya ingin mempertemukan sisi visi sebuah universitas untuk berkontribusi pada negara dan anak muda yang lekat dengan dunia inovasi dan teknologi. Social entrepreneurship dianggap sebagai salah satu titik temu dari keduanya.

Head of Product Amartha Aria Widiyanto di acara Start-FWD / DailySocial
Head of Product Amartha Aria Widiyanto di acara Start-FWD / DailySocial

Sesi selanjutnya dibawakan oleh Head of Product Amartha Aria Widyanto yang memberi pemaparan dari sisi pelaku startup. Amartha sendiri adalah startup yang bergerak di sektor finansial yang memberikan bantuan pendanaan pada para pelaku UKM di Indonesia. Aria menyampaikan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Amartha adalah untuk dapat merubah mindset masyarakat terhadap uang yang selama ini hanya dihabiskan untuk konsumsi produk.

“Indonesia sebenarnya banyak ditopang oleh sektor-sektor bisnis informal. Tapi ketika mereka ingin upgrade, mereka kerap kesulitan karena akses finansial yang kurang. […] Kami mengembangkan P2P lending ini untuk bantu mempermudah investor, badan hukum atau individual, agar bisa berpartisipasi membantu sektor-sektor informal yang sudah siap untuk didanai,” jelasnya.

Pun begitu, sektor social entrepreneurship sendiri bukannya tidak memiliki tantangan di Indonesia. Dalam sesi diskusi yang dibawakan Ibu Rosdiana Sijabat, disampaikan bahwa saat ini ada dua tantangan bagi para pelaku bisnis social entrepreneurship di Indonesia.

Pertama yaitu dari sisi payung hukum. Menurut Rosdiana saat ini di Indonesia masih belum ada payung hukum yang mengatur secara spesifik bagaimana sebuah social entrepreneurship berjalan karena tidak ada yang benar benar memahami keunikan dari bisnisnya. Kedua, terkait dengan maslah keterbatasan akses pendanaan, talenta yang memahami dunia social entrepreneurship, hingga keterbatasan untuk mengukur dan menelusuri sejauh mana dampak sosial yang diberikannya.

Rosdianan mengatakan, “Pada intinya kita memerlukan social entrepreneurship karena dua hal, yaitu karena terjadinya government failure [untuk mengatasi masalah sosial] dan market failure. Kita tidak bisa berharap kepada pemerintah saja atau kekuatan pasar [swasta], harus ada kekuatan lain yang dimunculkan untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi dan sosial.”

Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi panel yang dimoderatori Reporter DailySocial Yenny Yusra. Di sesi ini, Calvin Kizana, Razi Thalib, dan Temmy Chi berdiskusi mengenai bagaimana membangun sebuah startup yang berkelanjutan dan memberikan dampak ke masyarakat. Mulai dari bagaimana memahami sebuah masalah yang ingin dipecahkan, memasarkan produk, hingga mencari model bisnis yang tepat untuk startup.

Setelah coffee break, diskusi dilanjutkan dengan presentasi CEO Qlue Rama Raditya. Rama berbagai perspektif social entrepreneurship dari sisi pemanfaatan informasi sebuah aplikasi untuk mendukung perekonomian dan tata kota. Qlue, produk yang dibangun Rama dan rekannya, saat ini menjadi salah satu aplikasi yang digunakan untuk mendukung program smart city Jakarta dengan memanfatkan fungsi aplikasi sebagai platform pelaporan keluhan masyarakat kepada pihak berwajib.

Dosen Unika Atma Jaya Rosdiana Sijabat di acara Start-FWD / DailySocial
Dosen Unika Atma Jaya Rosdiana Sijabat di acara Start-FWD / DailySocial

Di sesi terakhir ada CEO PrivyID Marshall Pribadi yang berbagi wawasan mengenai potensi bisnis dengan pemanfaatan teknologi. Menurut Marshall, teknologi ke depannya akan menjadi alat untuk melahirkan inovasi yang bisa memudahkan kegiatan masyarakat dan potensinya pun masih luas untuk digali.

Direktur Atma Jaya Venture Ferdian Suprata mengatakan, “Variasi perusahaan berbasis teknologi itu bukan semata-mata hanya untuk e-commerce saja. […] Melalui acara ini kami berharap bisa membuka sebuah pemikiran baru bahwa […] bentuk-bentuk lain dari startup juga akan diapresiasi.”

“Ke depannya kami berharap kalian [anak muda/mahasiswa] untuk bisa mendukung program-progam yang memiliki pendekatan berbasia teknologi yang bisa memecahkan masalah-masalah sosial di Indonesia karena itu yang masih kurang,” tandas Ferdian.

Pendanaan dan Inisiatif Qlue Hadirkan Layanan Smart City Berbasis IoT

Platform monitoring pelayanan publik Qlue beberapa waktu lalu baru saja mendapatkan suntikan pendanaan Seri A dari Arya Stiadharma melalui perusahaan Angle Investor milik Prasetia Dwidharma. Pendanaan yang didapat beberapa waktu selang peluncuran aplikasi SmartCities tersebut bernilai lebih dari $ 1 juta, sehingga mendongkrak valuasi Qlue menjadi $ 8 juta. Menurut penuturan CEO Qlue Rama Raditya pendanaan tersebut akan banyak difokuskan untuk pengembangan human resources, sehingga dalam waktu dekat Qlue akan banyak melakukan hiring (terutama engineer) guna menggemukkan timnya.

Proses pendanaan yang dipimpin oleh Setiadharma tersebut turut menempatkan sebuah perusahaan konsultan keuangan bernama Juvisk untuk membantu operasional back office Qlue. Ketika ditanya apakah ini artinya Qlue akan mengencangkan monetisasi, Rama menyanggah, bahwa kegiatan monetisasi tetap akan berproses sesuai dengan yang sudah berjalan sebelumnya. Back office tersebut akan banyak membantu kegiatan Qlue yang kini mulai berekspansi di seluruh Indonesia bersama SmartCities.

Pasca meningkatnya valuasi, Qlue tetap ingin fokus dengan misi utamanya, yakni mengembangkan platform komunikasi publik dengan pemangku kepentingan di daerahnya masing-masing. Namun Qlue juga sedang terus berinovasi mengembangkan produk smart city berbasis IoT (Internet of Things), khususnya untuk diterapkan di wilayah perkotaan. Misalnya yang sudah mulai terdesain ialah pengembangan traffic lamp yang terhubung ke sebuah command center, kotak sampah pintar, dan juga air polution detector. Berbagai otomatisasi ini dinilai akan menjadi makin “viral” ketika smart city menjadi sebuah kebutuhan di perkotaan.

Qlue sendiri cukup percaya diri untuk melakukan ekspansi. Rata-rata banyak sekali kota di Indonesia yang begitu bersemangat dengan inisiatif smart city-nya. Terlebih penerapannya di ibukota Qlue juga memiliki track record yang cukup gemilang. Rama menyampaikan bahwa sampai saat ini Qlue (di Jakarta) sudah memiliki lebih dari 500 ribu pengguna, dengan persentase pengguna aktif mencapai 80 persen.

“Orang di sini memang paling suka kalau disuruh komplain layanan publik,” ujar Rama dalam candanya.

Terkait dengan portofolio aplikasi SmartCities, inisiatif ini yang akan dijadikan modal besar Qlue untuk merangkul seluruh perkotaan di Indonesia, mendukung inisiatif smart city yang ingin diusung. ATSI (Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia) turut mendukung SmartCities, melalui berbagai program pengembangan smart city-nya, para provider tersebut juga terdorong untuk mengimplementasikan aplikasi SmartCities di berbagai penjuru nusantara.

SmartCitites masih memiliki core yang sama, yakni menjembatani publik dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Qlue berusaha untuk memaksimalkan kandungan konten lokal dan mengkombinasikan dengan berbagai informasi seputar berbagai pelayanan publik yang bermanfaat bagi masyarakat. Platform SmartCities baru dapat digunakan oleh pengguna Android di beberapa kota di luar Jakarta, termasuk Kota-kota tersebut adalah Bandung, Makassar, Bali, Manado, Surabaya, Bogor, Depok, Palembang, Bekasi, Yogyakarta, Pekanbaru dan Semarang.

Rama turut menceritakan bahwa sejauh ini kota ekspansi Qlue yang sudah menunjukkan traksi pengguna yang besar di luar Jakarta adalah Makassar, Manado, Solo, Bekasi dan Depok. Menurutnya faktor terbesar dari kesuksesan sebuah digitalisasi layanan publik adalah semangat pemimpin daerah masing-masing. Karena pemimpin memang menjadi tonggak berdirinya inovasi di sebuah daerah.

Lebih dari 60 Ribu Keluhan Masyarakat Jakarta Masuk ke Qlue di Q1 2016

Platform informasi program smart city Qlue belum lama ini merilis laporan peringkat pemerintah, pengguna, dan swasta untuk periode Januari 2016 hingga Maret 2016. Laporan itu merinci peringkat pemerintah berdasarkan Kecamatan, Kelurahan, hingga Kotamadya dan juga peringkat badan dinas serta staf pemerintah. Di samping itu, Qlue pun merinci jumlah laporan keluhan yang masuk dalam platform mereka dan lebih dari setengahnya diklaim sudah ditindaklanjuti.

Qlue adalah platform informasi berbasis media sosial yang mendukung programa Smart City dengan tujuan untuk dapat meningkatkan pelayanan publik kota. Misinya adalah menghubungkan informasi pemerintah kota dengan warganya. Saat ini Qlue juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa pemerintah kota untuk mendukung program Smart City, di antaranya adalah Jakarta dan Bekasi.

Belum lama ini, Qlue merilis laporan yang merinci peringkat pemerintah, pengguna, dan laporan keluhan yang masuk dalam platform mereka untuk triwulan pertama di tahun 2016 (Januari-Maret). Total ada sekitar 60.398 laporan keluhan masuk yang terbagi dalam lima isu utama yaitu, Pelanggaran (16.557), Sampah (14.796), Fasilitas Umum (11.264), Parkir Liar (10.120), dan Jalan Rusak (7.659).

Dari 60.398 laporan tersebut, 57,88 persen (34.957) telah berhasil diselesaikan dengan isu Sampah yang menjadi laporan paling banyak diselesaikan diikuti Pelanggaran, Fasilitas Umum, Parkir Liar, dan Jalan rusak. Sementara itu 26,47 persen (15.991) laporan masih dalam status proses dan 15,64 persen sisanya (9.448) statusnya masih menunggu untuk diproses.

Jumlah Laporan Keluahan Per Kategori dalam Qlue / Qlue

Sebagi informasi, di tahun 2015 (Januari-Desember) Qlue mencatat ada tiga isu utama untuk kota Jakarta sendiri, yaitu Sampah atau lingkungan sebanyak 32.297 laporan (24,1 persen), Pelanggaran atau mobilitas sebanyak 21.427 laporan (16 persen), dan Fasilitas Umum sebanyak 16.952 laporan (12,7 persen).

Dari lima isu utama yang disebutkan, isu Sampah adalah yang paling cepat mendapat tanggapan untuk ditindak lanjuti dengan waktu rata-rata empat hari. Isu Pelanggaran ada di posisi kedua dengan selisih waktu rata-rata tindak lanjut pemerintah selama lima hari. Posisi berikutnya di tempati oleh isu Fasilitas Umum (8 hari), diikuti Parkir Liar (10 hari), dan Jalan Rusak (12 hari).

Rata-Rata waktu yang dibutuhkan untuk tindak lanjut laporan dalam Qlue oleh pemerintah berdasarkan hari / Qlue

Sementara itu dalam peringkat pemerintah, peringkat teratas Kelurahan ditempati oleh Kelurahan Rawa Badak Selatan, peringkat teratas Kecamatan diduduki oleh Kecamatan Koja, dan peringkat teratas Kotamadya ditempati oleh Jakarta Selatan. Sedangkan untuk wilayah Kelurahan Duri Kelapa, Kecamatan Sawah Besar, dan Kotamadya Jakarta Barat dalam periode kali ini ada di posisi paling bawah.

“Kami akan selalu memeberikan update ranking pemerintah, user, dan swasta secara berkala 3 bulan sekali. Ini kami lakukan untuk memberikan transparansi respon […]di Qlue sehingga masyarakat dapat menilai kinerja pemerintah dari level kelurahan hingga kotamadya serta dinas dan staf. Selain itu, masyarakat juga dapat melihat perusahaan swasta mana yang paling sering mendapat review negatif di Qlue”, ungkap CEO Qlue Rama Raditya dalam keterangan yang kami terima.

Qlue sendiri belum lama ini terpilih sebagai salah satu OTT Nasional yang akan dibimbing langsung oleh ATSI (Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia). Selain Qlue, dua startup lokal lain yang terpilih adalah aplikasi pesan instan Catfiz dan media sosial berbasis komunitas Sebangsa.

Application Information Will Show Up Here

Bermitra dengan Transjakarta, TerralogiQ Perkenalkan Aplikasi Qlue Transit

Hari ini (28/10), TerralogiQ resmi memperkenalkan aplikasi terbaru mereka bernama Qlue Transit. Aplikasi yang tersedia untuk diunduh melalui Google Play ini dapat hadir atas kerja sama TerralogiQ dengan pihak Transjakarta. Aplikasi Qlue Transit sendiri memungkinkan pengguna untuk dapat memonitor posisi bus Transjakarta hingga keramaian haltenya.

Aplikasi Qlue Transit adalah aplikasi terbaru yang dikembangkan oleh TerralogiQ, pengembang yang menelurkan Qlue untuk program SmartCity Jakarta. Saat ini Qlue Transit baru tersedia untuk perangkat Android saja.

Hal yang menarik adalah, Qlue Transit diluncurkan berbarengan dengan fitur terbaru dari Go-Jek yang bernama Go-Busway. Peresmian peluncuran kedua aplikasi tersebut pun dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Jakarta pagi tadi demi merealisasikan konsep smart transportation. Telkom bertindak sebagai pihak yang melakukan pengadaan infrastruktur, jaringan, dan on-board unit Transjakarta.

Dikutip dari Liputan6, Basuki mengatakan, “Ini akan membuat orang Jakarta lebih baik [dalam menikmati sarana transportasi], tapi membuat kami sendiri dipaksa kerja dengan [lebih] baik.”

“Qlue telah hadir lebih dahulu sebagai media sosial pelaporan dari warga. [Kini] Melalui Qlue Transit, masyarakat bisa memonitor layanan transpotasi publik,” ujar CEO TerralogiQ Rama Raditya seperti dilansir e27.

Untuk menggunakan Qlue Transit, pengguna harus mengunduh aplikasinya terlebih dahulu melalui Google Play. Ini berbeda dengan Go-Busway yang dapat digunakan hanya dengan memperbarui aplikasi Go-Jek ke versi paling baru.

Secara garis besar, fungsi dasar dari Qlue Transit tak jauh berbeda dengan Go-Busway yang dapat memonitor lokasi bus Transjakarta secara real-time hingga dapat memperkirakan kedatangan bus di halte. Namun, bila dibandingkan secara spesifik baru terlihat perbedaannya.

Perlu diingat, Go-Jek sendiri adalah aplikasi transportasi yang sejak booming memang direncanakan Ahok untuk terintegrasi dengan  Transjakarta sebagai feeder transportasi Transjakarta. Artinya, pengguna dapat memesan Go-Jek untuk menuju suatu halte atau untuk dijemput dari halte.

Sedangkan Qlue lebih fokus pada media sosial. Meski menjadi aplikasi yang berbeda, namun pendekatan yang dilakukan oleh TerralogiQ pada Qlue Transit tak jauh berbeda dengan Qlue itu sendiri sebagai media sosial. Ini bisa dilihat dari dua fitur unggulan yang ditawarkan oleh Qlue Transit, yakni memantau keramaian halte bus Transjakarta dan Sistem Redeem Point berbasis saling berbagi keadaan halte. Sistem Redeem Point sendiri menawarkan beragam hadiah untuk penggunanya.

Saat ini Qlue Transit memang baru tersedia untuk layanan Transjakarta. Namun, ke depannya Qlue Transit direncanakan untuk dapat mengetahui kondisi keramaian terminal, pelabuhan, bandara, hingga keramaian dalam moda transportasi itu sendiri. Selain itu, tak menutup kemungkinan juga untuk mengintegrasikan seluruh ojek online, taksi, bus, kereta api, hingga bajaj online.

MDI Venture Gelar Acara Founders Meetup

Startup dalam Sebuah Inkubator / Shutterstock

Inkubator dapat menjadi jembatan yang sempurna bagi startup untuk membuat langkah besar dari ide dan mengeksekusinya. Pertanyaannya adalah kenapa? Dengan latar belakang tersebut, MDI Venture akan menggelar acara Founders Meetup yang bertajuk “Why We (Still) Need an Incubator” untuk memberikan insight lebih mendalam mengenai peran inkubator terhadap pengembangan bisnis startups kepada para founder.

Continue reading MDI Venture Gelar Acara Founders Meetup