[Review] Samsung Galaxy M30, Versi Mumpuni M20, tapi Layakkah jadi Pengganti?

Rentetan smartphone terjangkau dari Tiongkok menyadarkan kita bahwa tak perlu mengeluarkan terlalu banyak uang untuk memiliki perangkat berperforma memuaskan dengan fitur lengkap. Berupaya untuk mempertahankan pangsa pasar mereka, Samsung memutuskan untuk merombak lini produknya, melebur beberapa model sembari memperkenalkan seri baru, dan Galaxy M boleh dikatakan sebagai salah satu kisah suksesnya.

Ada tiga model yang Samsung tawarkan di seri M, dan Galaxy M30 merupakan varian tercanggihnya. Galaxy M30 meluncur di Indonesia pada bulan Juli kemarin, mengedepankan konsep bertajuk ‘3x max’, mengacu pada tiga kapabilitas unggulan di sana: baterai berkapasitas raksasa 5.000mAh, kemampuan fotografi berbasis setup tiga kamera, serta layar berpanel Super AMOLED dengan desain notch Infinity-U.

Samsung mempersilakan saya untuk melakukan pengujian pada Galaxy M30 secara ekstensif. Dalam waktu sebulan ke belakang, ia menjadi rekan pribadi yang cukup andal untuk menemani aktivitas sehari-hari, misalnya berkomunikasi via app massaging, browsing hingga nonton video. Namun menakar lebih jauh dari apa yang disajikannya, Galaxy M30 pada dasarnya ialah versi upgrade  Galaxy M20 – bukan pengganti maupun penerus. Simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Bundel penjualan

Umumnya, efek dari upaya menekan harga adalah paket penjualan yang sederhana dan mayoritas konsumen biasanya tidak masalah dengan kondisi ini. Namun Samsung tampaknya memiliki standar minimal terkait bagaimana mereka menyajikan sebuah perangkat, terlepas dari seberapa ekonomis produk itu ditawarkan. Selain kelengkapan standar seperti kabel dan unit charger, kita juga bisa menemukan earphone bawaan di dalam bungkusnya.

M30 1

 

Penampilan

Jika tak rusak buat apa diperbaiki? Inilah kesan yang saya dapatkan ketika membandingkan Galaxy M30 dengan tipe M20. Smartphone mengusung arahan desain serupa pendahulunya itu. Tubuhnya terbuat dari plastik, dengan bagian pinggir dan ujung membundar agar nyaman ketika digenggam. Galaxy M30 menyuguhkan layar seluas 6,4-inci dan mempunyai dimensi 159×75,1×8,5mm. Efek positif dari pemakaian material bahan plastik adalah bobot jadi relatif ringan, hanya 174g.

M30 16

M30 12

Penerapan upgrade terbilang cukup minimal. Perbedaan paling mencolok antara Galaxy M30 dan M20 terletak pada pemakaian notch berbentuk U (Infinity-U, bukan V), jumlah lensa kamera di sisi belakang (ada tiga plus satu flash), serta pemanfaatan warna gradasi. Selain itu, semuanya terlihat serupa, dari mulai tombol fisik power dan volume di sebelah kanan, sensor sidik jari di punggung sehingga mudah digapai telunjuk, port USB type-C di bawah, dan layarnya tetap menyisakan area ‘dagu’.

M30 15

M30 13

Itu berarti, hal-hal yang Anda suka dan tak sukai dari Galaxy M20 kembali hadir di M30. Saya pribadi tidak keberatan dengan konstruksi plastik, tapi mungkin efek negatifnya adalah, penggunaan material ini menjauhkan smartphone dari kesan premium atau elegan. Dan dalam pemakaian intensif, permukaan glossy Galaxy M30 akan mengumpulkan bekas minyak dan sidik jari, jadi Anda disarankan untuk membersihkannya secara teratur. Kemudian, bahan plastik juga lebih mudah baret.

M30 3

M30 9

 

Layar

Salah satu lompatan terbesar dari M20 ke Galaxy M30 ialah upgrade pada layar. Ketika pendahulunya hanya dibekali TFT, smartphone anyar Samsung memanfaatkan panel Super AMOLED. Ukurannya 0,1-inci lebih lapang, tapi masih mempunyai resolusi serta rasio serupa, yaitu FHD+ (1080x2340p) dan rasio 19,5:9. Layar 6,4-inci di sana membuat M30 jadi perangkat Galaxy M dengan display terlebar.

M30 7

Berkat pemakaian Super AMOLED, layar Galaxy M30 mampu menghidangkan gambar jernih dan cemerlang. Warna-warni pada objek atau background tampil kontras, lalu tingkat kecerahannya juga sangat baik, sangat efektif dalam mengimbangi teriknya sinar matahari (bisa didongkrak manual hingga 641-nits). Lalu brightness juga dapat diredupkan secara signifikan, jika Anda perlu browsing atau membalas pesan sebelum tidur saat lampu kamar sudah dimatikan.

M30 38

Anda dipersilakan pula buat menggunakan fitur adaptive brightness, namun saya tidak melihat adanya sensor ambient light. Kemungkinan, Galaxy M30 mengandalkan kamera depan untuk mengetahui kondisi pencahayaan di sekitarnya. Lalu tersedia pula fungsi filter bluelight demi mengurangi dampak buruk sinar biru pada mata (efeknya ialah membuat output jadi tampak lebih kuning).

 

UI dan pengalaman penggunaan

Sejujurnya, saya belum terlalu familier dengan ekosistem user interface buatan Samsung. Mengulik sedikit sisi software Galaxy M30, smartphone ini sudah dibekali One UI, yaitu desain antar muka ‘yang difokuskan pada hal-hal penting’, menjanjikan pengalaman pemakaian yang intuitif, natural serta memberikan akses mudah ke berbagai berita. Sejak dikeluarkan dari boks, unit review ini telah mengusung sistem operasi Google Android 9 Pie.

M30 4

Tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan One UI. User interface ini terdiri dari dua lapis menu, yakni tampilan home serta list aplikasi – dapat dibuka lewat gerakan menyapu layar ke atas atau bawah. Seperti biasa, tray shortcut dan notifikasi bisa diakses dengan cara menarik bagian atas layar ke bawah. Di sana Anda akan disuguhkan deretan update info app atau device. Silakan tarik lebih jauh buat mengeluarkan seluruh opsi shortcut.

M30 10

Di setting default, Samsung menampilkan icon aplikasi serta teks berukuran cukup besar agar mudah diindentifikasi serta dibaca. Anda tentu diperkenankan untuk mengubahnya. App-app tersebut juga dapat mudah dimasukkan dalam folder cukup dengan drag-and-drop satu icon ke icon lain, kemudian tinggal tentukan namanya. Untuk mempersingkat waktu pencarian, Anda juga bisa mengetikkan aplikasi yang ingin dibuka via kolom search.

 

Hardware dan performa

Berikut adalah detail spesifikasi dari unit Samsung Galaxy M30 ini:

  • System-on-chip Exynos 7904 (14 nm)
  • CPU octa-core, terdiri dari 2×1,8GHz Cortex-A73 dan 6×1,6GHz Cortex-A53
  • GPU Mali-G71 MP2
  • Memori RAM 4GB
  • Penyimpanan internal 64GB, bisa diekspansi menggunakan kartu microSD hingga 1TB
  • Baterai 5.000mAh yang ditunjang oleh fitur fast charging 15W
  • Kartu dual SIM plus slot microSD

M30 37

Tiga software saya gunakan untuk melakukan benchmark, yaitu AnTuTu, PCMark dan 3DMark Sling Shot dan Ice Storm Unlimited; plus CPU-Z buat mengetahui secara spesifik kompoisisi hardware dari smartphone. Berikut adalah hasil skor terbaik yang diperoleh Galaxy M30 beserta data-data pelengkapnya:

AnTutu

M30 25

 

PCMark

M30 27

 

3DMark

M30 28

M30 26

 

Tentu saja, benchmark tak bisa merepresentasikan kinerja perangkat di dunia nyata. Untuk pemakaian sehari-hari, Galaxy M30 bekerja dengan sangat baik. Saya tidak menemui kendala baik ketika menjelajahi internet lewat Chrome, browsing wall Facebook ataupun platform sosial media lain, chat serta teleconference via Hangouts, hingga menikmati video YouTube. Tapi perlu Anda ingat bahwa smartphone ini bukanlah device kelas flagship.

M30 30

Ada satu kabar gembira lagi buat Anda. Galaxy M30 juga sanggup menangani tugas yang lebih berat – seperti gaming. Untuk kebutuhan ini, saya menggunakan permainan Asphlat 9 Legends, dan sesuai dugaan, perangkat mampu menjalankan game dengan memuaskan. Asphalt 9 bahkan tetap beroperasi mulus ketika preset grafis dipindahkan ke high quality. Saya tidak merasakan adanya penurunan frame rate signifikan walaupun layar menampilkan banyak objek dan efek visual secara berbarengan. Dan sudah pasti, aktivitas gaming membuat temperatur smartphone jadi naik.

M30 33

M30 34

M30 31

M30 35

Sempat saya singgung sebelumnya, kapasitas baterai ialah salah satu fitur primadona dari Galaxy M30, dan konsumsi dayanya jadi lebih irit lagi dibanding M20 berkat efisiensi tinggi panel Super AMOLED. Dalam penggunaan normal, smartphone bisa aktif hampir dua hari – bahkan kadang saya lupa kapan terakhir kali mengisi ulang baterainya. Yang mengagumkannya lagi, M30 dapat melampaui batasan 16 jam di sesi tes video.

Saat mengisi ulang Galaxy M30, Anda sangat disarankan menggunakan unit charger yang telah Samsung sediakan demi mendapatkan durasi sesingkat-singkatnya. Dari kondisi kosong ke penuh, proses charging memakan waktu lebih dari dua jam. Satu hal unik yang saya temukan adalah, tempo pengisian baterai jadi melambat saat mencapai 90 persen.

M30 6

 

Fotografi

Buat kebutuhan fotografi secara umum, Galaxy M30 mengandalkan setup tiga kamera. Di sana ada sensor 13Mp f/1.9 plus fitur PDAF, sensor 5Mp f/2.2 dengan lensa ultrawide 12mm, dan satu lagi sensor kedalaman 5Mp f/2.2. Terlepas dari rangkaian ‘kompleks’ itu, kamera Galaxy M30 punya karakteristik serupa kamera smartphone lain: hasil akan prima jika ditunjang cahaya mencukupi.

M30 11

Tidak ada yang bisa dikeluhkan dari UI aplikasi fotografi bawaan smartphone. Seluruh fungsi dan fitur ditampilkan secara informatif. Untuk menggunakannya, Anda hanya tinggal melakukan tap atau swipe: mode foto, video, flash, panorama, stiker AR, memakai lensa ultrawide serta fungsi live focus buat menciptakan efek blur di latar belakang. Kemudian di menu setting, kita dapat mengutak-atik lebih jauh, seperti mengaktifkan garis grid, tag lokasi, hingga menentukan rasio foto.

M30 5

Anda akan mendapatkan gambar-gambar terbaik di periode golden hour, ketika sinar matahari lebih lembut dan berwarna keemasan. Di waktu ini, Anda bisa menciptakan foto apapun yang diinginkan berbekal tool-tool Galaxy M30. Namun tanpa adanya cahaya matahari (bahkan walaupun dibantu lampu), kamera mulai memperlihatkan kelemahannya. Noise mulai muncul di area-area gelap dan gradasi, serta terlihat pula efek warna seperti cat air.

M30 14

Mendapatkan foto bokeh via live focus juga cukup menantang. Agar fungsi ini bisa beroperasi optimal, objek harus berada di jarak yang tepat serta ditunjang cahaya mencukupi. Di beberapa kejadian, kamera Galaxy M30 kadang kesulitan menentukan objek utama dan background, dan saya harus men-switch ke mode foto standar kemudian mengembalikannya ke live focus untuk me-refresh-nya.

Selain setup tiga lensa di belakang, ada satu kamera 16Mp f/2.0 di depan sebagai sarana utama berswafoto. Kamera tersebut dilengkapi fitur HDR dan mampu merekam video 1080p di 30fps – sama seperti kamera belakangnya.

Ini dia sampel-sampel foto Samsung Galaxy M30:

Dan ini komparasi antara foto standar dan dengan efek bokeh:

 

Kesimpulan

Saya belum sepenuhnya paham strategi Samsung dalam bermain di pasar smartphone kelas menengah hingga entry-level. Raksasa elektronik asal Korea Selatan itu setidaknya punya enam model perangkat dengan harga di bawah Rp 4 juta. Galaxy M30 sendiri ialah varian M ‘tercanggih’, hadir kurang lebih lima bulan setelah M20. Sebagai sebuah smartphone terjangkau, Galaxy M30 menyajikan keseimbangan yang cukup baik antara harga dan kinerja.

M30 8

Namun saya rasa tidak ada alasan kuat untuk membeli Galaxy M30 jika saat ini Anda sudah mempunyai Galaxy M20 atau varian Galaxy A kelas menengah semisal A30 atau A50. Hal lain yang perlu dipertimbangkan ialah, di rentang harga Rp 3 jutaan, kompetitor punya penawaran yang tidak kalah menarik; contohnya Vivo lewat Z1 Pro lalu Xiaomi dengan Redmi Note 7. Kedua perangkat itu menyimpan komposisi hardware setara (atau bahkan sedikit lebih canggih) tapi dibanderol diharga yang relatif lebih murah dari Galaxy M30.

Samsung Galaxy M30 bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3,4 juta.

M30 40

Sparks

  • Baterai tahan lama berkapasitas 5.000mAh
  • Layar Super AMOLED dengan segala keunggulannya
  • Performa cukup memuaskan untuk smartphone di kelasnya
  • UI bersih, simpel dan bebas gangguan

 

Slacks

  • Desain kurang inspiratif
  • Konstruksi tubuh plastik mungkin bukan favorit semua orang
  • Mutu tiga kameranya di bawah ekspektasi
  • Tidak menawarkan lompatan besar dari Galaxy M20

 

Google Singkap Karakteristik Konsumen Smartphone di Indonesia

Dengan 300 lebih kelompok etnis yang menghuni negeri kepulauan seluas 1,9 juta kilometer persegi ini, karakteristik konsumen di Indonesia sangat unik serta beragam. Beberapa vendor hardware sempat mengutarakan kebingungannya pada saya soal apa yang sebetulnya orang Indonesia inginkan, tapi di sisi lain, kita melihat betapa gencarnya produsen memasukkan produk-produk anyar mereka.

Kabar baiknya, Google mencoba mengurangi kebingungan ini di segmen smartphone tanah air. Setelah melangsungkan studi via survei dan melengkapinya dengan rangkuman data-data internal Google serta YouTube, sang raksasa internet mengundang media dalam acara Tech & Telco Talk untuk berdiskusi sembari mengungkap seperti apa kebiasaan dan pembawaan orang Indonesia dalam membeli perangkat bergerak. Dialog antar narasumber juga menyibak informasi-informasi unik yang mungkin tidak banyak orang sadari.

Google Telco 7

 

Pertumbuhan smartphone di Indonesia dan pandangan konsumen

Sebelum membahas tema utamanya lebih jauh, kita harus memahami dulu signifikansi pasar ponsel pintar Indonesia di mata dunia. Berpedoman pada data Canalys Indonesia Smartphone Market Report di kuartal keempat 2018, Google senior tech & telco industry analyst Yudistira Nugroho menyampaikan bagaimana pasar perangkat bergerak di nusantara menunjukkan peningkatan paling pesat di wilayah Asia Tenggara. Kenaikannya menyentuh angka 17 persen dari periode 2017 ke 2018.

Google Telco 5

Berkat tersedianya begitu banyak pilihan dari brand berbeda, masyarakat Indonesia jadi kian bertambah kritis dalam membeli perangkat baru. Ekspektasi mereka juga tambah tinggi. Di segmen menengah, ada sekitar 45 persen pengguna masih belum merasa puas dengan kapabilitas smartphone yang mereka miliki. Persentasenya bahkan lebih tinggi lagi di kelas premium, mencapai 56 persen. Hal ini ialah peringatan sekaligus kesempatan bagi produsen buat meningkatkan ‘manuver’ dan kualitas produk mereka.

Google Telco 13

Berbicara soal brand, banyak yang mengira bahwa orang Indonesia jarang sekali berpindah ke merek lain jika mereka sudah menyukai satu nama. Hasil riset memperlihatkan kondisi berbeda: satu dari dua konsumen memilih brand berbeda ketika membeli produk baru. Kesetiaan konsumen pada penyedia jaringan seluler juga tidak begitu besar. Dua dari lima orang biasanya beralih ke provider baru saat meminang smartphone anyar – boleh jadi karena tergoda promo atau program bundling menarik.

Google Telco 3

Meski beragamnya opsi bisa jadi hal positif, terlalu berlebihan juga dapat memberikan dampak negatif. 55 persen dari total konsumen smartphone mengaku mereka merasa kewalahan sewaktu memilih. Sebagian besar khayalak (81 persen) bahkan belum bisa memutuskan model spesifik yang ingin dimiliki saat membutuhkan perangkat baru. Mereka juga masih bingung mengenai brand apa yang sebaiknya dipilih.

Google Telco 1

 

Apa yang jadi tolak ukur konsumen lokal dalam membeli smartphone?

Lalu ketika kita juga beranggapan bahwa performa fotografi merupakan salah satu takaran utama masyarakat dalam memilih smartphone, data Google menunjukkan hanya 71 persen konsumen yang peduli pada kamera – menempatkan fotografi di urutan ke-12 skala prioritas user. Menurut Google, tiga faktor utama yang kini jadi perhatian calon pembeli adalah (1) kecepatan, (2) daya tahan baterai, dan (3) kapasitas penyimpanan serta memori.

Google Telco 2

Di sini perlu digarisbawahi, ‘kecepatan’ yang Google maksudkan di sana bukan sekadar kapabilitas smartphone dalam menjalankan app, tapi juga laju network. Itu artinya, komposisi hardware dan kecepatan jaringan memegang peranan besar. Google juga mengungkap efek negatif dari semakin miripnya penampilan satu smartphone dengan ponsel pintar lain. Hanya 47 persen pengguna yang kini menakar perangkat dari sisi desain. Penampilan berada di peringkat 25 aspek yang jadi preferensi.

Menariknya, ada pandangan berbeda yang diungkapkan oleh beberapa narasumber diskusi kemarin. Romi Hidayat dari Droidlime berpendapat bahwa desain akan jadi aspek penting dalam pembelian smartphone di tahun-tahun ke depan. Saya pribadi cenderung setuju, mengingat banyak bermunculannya ponsel-ponsel ber-notch minimalis serta model yang mengusung kamera pop-up (serta rotating camera seperti di Samsung Galaxy A80) dengan maksud memaksimalkan rasio layar ke tubuh.

Google Telco 8

Djatmiko Wardoyo selaku direktur pemasaran dan komunikasi Erajaya Group juga punya opini yang cukup bertentangan soal kamera. Bagi Djatmiko, fotografi tetap jadi pesona utama smartphone terlepas dari di segmen mana mereka ditujukan. Ada ponsel berkamera ciamik di kelas entry-level, dan ia juga sering mendengar bagaimana konsumen menjuluki Huawei P30 sebagai ‘kamera high-end yang ditambah fungsi ponsel’.

 

Karakteristik pengguna Indonesia dalam memilih ponsel pintar

Lewat salah satu slide presentasinya, Yudistira Nugroho menunjukkan bagaimana konsumen Indonesia rata-rata butuh waktu 14 hari untuk membeli sebuah smartphone. Pertama-tama mereka akan melakukan pencarian, dan selanjutnya diikuti oleh menyimak review (tertulis maupun video), melihat spesifikasi, serta mencari promosi-promosi bundling. Di penghujung periode itu, mereka akan pergi ke gerai retail buat mencoba langsung sebelum akhirnya membeli.

Google Telco 4

Kabarnya, 71 persen dari konsumen Indonesia menemukan model-model baru dengan melakukan search di Google dan sebagian besar dari mereka terbantu berkat kolom rekomendasi. Ada tiga sumber informasi utama khalayak saat sedang mencari produk yang dinginkan, yaitu (1) situs-situs komparasi, (2) ulasan profesional, dan (3) review dari sesama pengguna. Fakta menarik di sini ialah, website pihak ketiga malah jadi favorit ketimbang situs milik produsen perangkat ataupun penyedia jaringan.

Google Telco 11

Eksistensi storefront fisik tetap krusial bagi masyarakat di Indonesia. Transformasi ke transaksi online (dengan penawaran-penawaran atraktif dari e-commerce serta bertambahnya dukungan fintech) memang tidak bisa dihindari, namun untuk sekarang, gerai-gerai offline tetap diperlukan karena di sanalah calon konsumen dapat bercengkerama langsung dengan produk. Bagi pemain retail seperti Erajaya, tempat-tempat ini berguna buat menawarkan pengalaman pembelian yang seamless serta wadah diterapkannya strategi omni-channel.

Google Telco 9

Misalnya bagi konsumen di daerah luar Jakarta. Seseorang mencoba membeli smartphone A melalui e-commerce, namun stoknya habis. Mereka bisa datang ke toko retail, mencoba produk, lalu meski perangkat tidak tersedia di hari itu juga, pemesanan dapat dilakukan di sana. Data Google menyingkap bahwa sebanyak 69 persen pengguna membeli smartphone di gerai offline. Dan uniknya lagi: sebelum memutuskan buat bertransaksi, mayoritas dari mereka menggunakan perangkat bergerak milik sendiri untuk mencari info dan membandingkan harga.

Sebuah perspektif menarik kembali diberikan oleh Djatmiko Wardoyo. Ia sedikit kurang setuju soal durasi 14 hari yang diajukan Google bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Menurutnya, 14 terlalu lama karena ada produk baru meluncur hampir setiap saat. Kabar baik bagi distributor dan produsen, masyarakat Indonesia adalah jenis konsumen yang tergolong impulsif. Ini sebabnya beberapa brand berlomba-lomba buat memposisikan produk-produknya di area terdepan toko.

Google Telco 12

[Review] Sukseskah Vivo V5 Merebut Singgasana Smartphone Selfie Terbaik di Indonesia?

Vivo merupakan pendatang baru di tengah gencarnya persaingan smartphone terjangkau dengan spesialisasi self-portrait. Untuk menarik perhatian publik, perusahaan asal Dongguan itu menyingkap handset berkamera depan 20-megapixel bernama V5 di bulan November silam, dan tanpa membuang banyak waktu, Vivo segera membawa produk tersebut ke Indonesia.

Tak hanya sekedar menghadirkan handset tersebut ke pasar lokal, Vivo juga menunjuk Agnes Monica sebagai brand ambassador, lalu memperkenalkan dua pilihan warna baru V5 yang masing-masing diwakilkan oleh selebriti, yaitu Afgan untuk space gray dan Pevita buat rose gold. Langkah ini memang menarik, dan sepertinya sedang jadi tren di kalangan produsen, namun seunik apapun strategi pemasarannya, kualitas device tetap jadi faktor takaran nomor satu.

V5 14

V5 20

V5 disiapkan untuk berduel dengan handset dari ‘rival’ senegaranya yang cukup populer di nusantara, Oppo F1s – terutama karena spesifikasi hardware kedua perangkat tak jauh berbeda dan mereka sama-sama diracik sebagai alat selfie alias swafoto. Melalui artikel ini, saya mencoba mengulas lengkap apakah V5 memang betul-betul merupakan handset selfie ideal seperti yang dijanjikan Vivo.

Design & build quality

Desain dari V5 memang sulit dikatakan orisinal, dan Anda akan segera melihat langsung beberapa elemen device lain di sana. Sisi depannya boleh dibilang mirip seperti OnePlus 3 dan F1s, kesan ini diperkuat oleh sensor fingerprint lonjong berbingkai metalik. Lalu ketika dibalik, saya melihat ada pengaruh iPhone 6 di sisi punggung, terutama karena ujung membundar dan penempatan modul kamera serta flash LED di pojok kiri atas. Menariknya, arahan ini terasa serasi dengan tema selfie yang diusungnya.

V5 15

V5 23

Unit review yang saya peroleh adalah varian berpunggung emas dengan frame putih – penampilannya sangat feminin. Di konferensi pers, Vivo sempat bilang bahwa bagian tersebut tersusun atas ‘polikarbonat dan partikel logam’, namun saya belum bisa memastikan bagaimana produsen mencampur kedua material tersebut. Pastinya, back cover terbuat dari plastik bertekstur matte ‘metalik’, dan ada lis logam yang memisahkan punggung dan layar.

V5 17

V5 26

Berkat material plastik, V5 ternyata lebih ringan dari dugaan saya, berbobot hanya 154-gram. Dimensinya adalah 153,8×75,5×7,6-milimeter, dan Anda bisa menemukan dua tombol fisik di sisi kanan dan tray kartu SIM/miroSD di kiri; lalu port audio, USB serta speaker di bawah. Layar 5,5-inci V5 mempunyai rasio sebesar 71,8 persen ke tubuhnya, dan sensor sidik jari di dekatnya berfungsi juga sebagai tombol home – tapi tidak mempunyai elemen mekanik sehingga tidak dapat ditekan.

V5 18

V5 25

Berdasarkan pengalaman memakainya selama beberapa minggu, saya tidak menemukan kelemahan pada strukturnya. Material plastik membuat V5 kebal terhadap benturan-benturan yang berpotensi meninggalkan bekas di bahan aluminium, tetapi memang sulit menyingkirkan kesan ekonomis di perangkat ini.

V5 27

V5 28

Untuk layar, Vivo sendiri tidak menginformasikan secara spesifik versi Corning Gorilla Glass yang digunakan di V5, dan unit review ini sudah dibekali tempered glass begitu saya keluarkan dari bungkusnya.

Display

Vivo V5 memanfaatkan layar IPS beresolusi 720×1280, diramu agar output-nya cerah dan memiliki level saturasi yang optimal, mengecoh saya hingga mengiranya sebagai panel AMOLED. Walaupun hanya HD dan display 5,5-incinya cuma berkepadatan 267ppi, gambar, teks maupun icon tetap terlihat tajam tanpa efek jaggy. Di bawah sorotan sinar matahari langsung, detail di layar V5 terjaga dengan baik dan fitur automatic brightness-nya juga cukup pintar dalam mengenali keadaan ruang di sekitarnya.

V5 19

V5 24

FunTouch OS 2.6

Seperti produsen smartphone Tiongkok lain, Vivo membekali V5 dengan sistem operasi racikan mereka sendiri, yaitu FunTouch OS 2.6, hasil modifikasi Android 6.0 Marshmallow. Pendekatannya mirip Xiaomi MIUI di mana daftar app dan tool diposisikan dalam satu lapis menu sehingga mudah ditemukan. Tentu saja adaptasi masih diperlukan karena penyajian menu dan dashboard FunTouch OS cukup berbeda dari Android.

V5 33

FunTouch OS memisah menu dashboard menjadi dua: atas difokuskan pada notifikasi, sedangkan recent app, setting volume dan brightness sampai akses ke fungsi flashlight serta S-capture (memunculkan menu dial untuk menggunakan fitur screen recording, long screenshot, rectangular dan funny screenshot). Recent app tidak dijabarkan per page seperti di Android, hanya diwakilkan oleh icon masing-masing app. Kemungkinan besar ini adalah upaya Vivo demi memastikan OS tidak membebani hardware.

V5 21

Tidak ada bloatware yang mengganggu, di sana Vivo hanya membubuhkan tool proprietary semisal i Manager, i Music (app music player), vivoCloud, dan i Theme. i Theme sendiri merupakan tempat Anda memilih dan mengelola theme serta wallpaper – sekali lagi mirip di MIUI.

Camera

Vivo melengkapi kamera belakang V5 dengan sensor 13-megapixel. Setup ini cukup standar, selevel handset kelas menengah lain, ditopang fitur PDAF serta flash LED. Mutu jepretannya cerah dan kaya warna (Anda dapat melihat sedikit efek cat air di zona-zona gelap), syaratnya harus dioperasikan di kondisi cukup cahaya. Kendalanya hanyalah respons shutter yang lambat.

V5 29

Tentu saja, daya tarik utama dari Vivo V5 adalah kamera selfie di depan. Sang produsen menyematkan sensor Sony IMX376 20-megapixel ber-aperture f/2.0. Fungsi face beauty jadi highlight di UI app kamera, dan Anda juga dapat merekam video full-HD – berkatnya smartphone bisa digunakan sebagai perangkat video blogging andal. Di siang hari, sensor tersebut sanggup menangkap gambar dengan sangat detail, juga mampu mereproduksi warna secara akurat. Mutunya melewati Oppo F1s.

V5 22

Namun kamera depan V5 tetap memiliki kekurangan layaknya smartphone lain. Ketika cahaya matahari mulai memudar atau sewaktu digunakan di bawah pencahayaan lampu, detail gambar jadi menurun drastis dan muncul banyak noise. Masalah lainnya adalah keterlambatan shutter, sehingga mengabadikan momen jadi sulit ketika Anda sedang berjalan/bergerak, dan jepretan jadi lebih mudah blur.

Vivo V5 22

Untuk membantu pengambilan foto di kondisi tanpa cahaya matahari, Vivo mempersenjatai V5 dengan fitur flash moonlight. Cara kerjanya seperti ini: flash akan menyala secara terus menerus, menerangi wajah Anda dengan cahaya ‘diffused‘. Teknik ini lebih lembut dibanding LED flash biasa, tapi tidak berlebihan sehingga wajah jadi flat. Sayang, kualitas jepretan susah diprediksi: kadang kala memuaskan, namun tak jarang gambarnya mengecewakan. Kabar baiknya, Anda bisa menyempurnakan hasil jepretan via fitur one-tap makeover.

Kontras mutu saat foto diambil di tempat berpencahayaan terang dan temaram dapat Anda lihat di bawah:

V5 13

V5 16

Hardware & performance

Berikut ini adalah susunan hardware Vivo V5:

  • System-on-chip MediaTek MT6750, berisi prosesor octa-core ARM Cortex A-53 1,51GHz dan GPU Mali-T860.
  • Memori RAM 4GB.
  • Penyimpanan internal 32GB, bisa diekspansi dengan kartu microSD 128GB.
  • Baterai non-removable 3.000: mampu bertahan satu setengah hari sekali charge dalam pemakaian normal, dipadu mode standby jempolan. Jika Anda bukan pengguna aktif, smartphone bisa tetap aktif sampai dua hari. V5 memang belum ditunjang fitur fast charging, tapi menggunakan charger standar, baterai dapat terisi 25 persen dalam waktu satu jam. Tidak buruk.

V5 1

Hasil benchmark V5 menunjukkan angka yang terbilang standar. Di tes AnTuTu, device mencetak nilai terbaik 41412, dengan mutu penyajian game dan olah data di level menengah. Selanjutnya Vivo menghasilkan nilai PCMark Work 2.0 di 2980 dan 3DMark Sling Shot Extreme di angka 324 (sempat tersendat-sendat). Rinciannya bisa Anda simak di bawah.

V5 2

Dalam prakteknya sendiri, V5 dapat melahap segala permainan yang saya instal.

Marvel Contest of Champions berjalan bebas masalah, memungkinkan saya mengambil screenshot-screenshot keren (caranya adalah dengan menekan tombol power dan home/fingerprint). Lalu Marvel Future Fight juga tersuguh optimal tanpa lag, walaupun beberapa kali ada keterlambatan pada input kendali. Di Real Racing 3, penurunan frame rate lebih terasa dan sejumlah efek visual juga tidak keluar – bayangan di dashboard terlihat kotak-kotak dan efek debu tidak optimal – tetapi secara keseluruhan game tetap nyaman dimainkan.

Galeri screenshot bisa Anda lihat di bawah:

V5 4

V5 5

V5 6
Marvel Contest of Champions

V5 7

V5 8

V5 9
Marvel Future Fight

V5 11

V5 10

V5 12
Real Racing 3

Buat penggunaan sehari-hari, FunTouch 2.6 di Vivo V5 sangat responsif, dan perpindahan dari app ke app tersaji mulus. UI-nya cukup intuitif, saya hanya membutuhkan satu jam untuk membiasakan diri pada layout tombol serta menu dashboard-nya.

Verdict

Saya yakin, premis kamera selfie 20-megapixel memang sulit ditolak banyak orang. V5 sudah pasti mengusik ketenangan Oppo F1s – harganya sedikit lebih murah dengan jumlah ‘megapixel‘ lebih tinggi (tapi ingat: jumlah pixel tinggi belum tentu membuat hasil jepretan jadi lebih baik). Baterai yang awet dan layar HD jempolan juga turut menambah nilai jual perangkat ini.

Tapi dengan memilihnya, Anda harus rela berkompromi: desainnya kurang orisinal dan seharusnya Anda sudah mendapatkan body berstruktur logam. Lalu mutu kamera belakangnya seolah-olah diabaikan, dan kecuali Anda berniat membuat poster berukuran raksasa, berlebihan rasanya jika kita hanya memakai V5 sebagai alat untuk mengambil foto selfie buat diunggah ke sosial media.

Di Indonesia, Vivo V5 bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3,5 juta, Rp 300 ribu lebih murah dari harga resmi Oppo F1s.

Konten dari bundel Vivo V5 terdiri dari case karet transparan, pin untuk tray, charger, kabel USB, dan earphone.

V5 31

[Review] Xiaomi Redmi 3 Prime, Salah Satu Kandidat Smartphone Entry-Level Terbaik?

Sejak resmi menapak di pasar Indonesia dua tahun silam, Xiaomi merupakan salah satu brand tempat berpaling ketika kita mencari smartphone berkualitas dengan harga paling bersaing. Prinsip ini Xiaomi terapkan pada seluruh handset mereka, dari mulai produk terekonomis hingga model flagship. Dan di pasar entry-level yang sangat padat, Redmi 3 Prime tampil cukup mencolok.

Redmi 3 Prime sebetulnya hampir identik dengan Redmi 3 Pro yang meluncur bulan Januari 2016 silam, tanpa dukungan 4G. Belum mampunya sang produsen smartphone asal Beijing itu untuk memenuhi peraturan pemerintah soal Tingkat Kandungan Dalam Negeri di perangkat 4G LTE mungkin mendorong mereka menggunakan nama baru. Dan dengan alasan ini, Redmi 3 Prime baru bisa beroperasi di jaringan 3G.

Namun meski ia berada di belakang kompetitor dari sisi jaringan mobile, Redmi 3 Prime menyimpan sejumlah senjata andalan yang boleh dibilang cukup mumpuni buat produk di kelasnya, bisa Anda temukan baik di dalam maupun di luar device. Dan selama beberapa minggu, saya diberi kesempatan untuk mengutak-atik perangkat ini. Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.

Xiaomi Redmi 3 Prime 1

Packaging

Sebelum Anda bingung, tidak ada kata ‘Prime’ di bungkus smartphone. Xiaomi hanya menuliskan ‘Redmi 3’ di boks kotak berwarna putih. Seperti biasa, produsen berpegang pada prinsip ‘hemat’, hanya menyediakan kelengkapan esensial saja. Unit handset ditemani oleh kabel, charger, pin pembuka tray kartu SIM/SD dan lembaran-lembaran panduan.

Xiaomi Redmi 3 Prime 14

Look and feel

Redmi 3 Prime tetap setia pada arahan desain keluarga Redmi. Meski disiapkan untuk memperkuat lini smartphone terjangkau, beberapa tipe Redmi terbaru telah mengusung struktur unibody, termasuk 3 Prime. Unit review yang saya dapatkan memiliki tubuh abu-abu metalik dengan bagian frame berwarna hitam mengelilingi layar 5-incinya. Jika disejajarkan bersama Redmi Note 3 (apalagi andai warnanya sama), Redmi 3 Prime terlihat seperti adik kecil dari phablet tersebut.

Xiaomi Redmi 3 Prime 20

Xiaomi Redmi 3 Prime 5

Mempunyai tubuh berukuran 139,3×69,6×8,5mm dan berat 144g, Redmi 3 Prime memang bukanlah handset teramping maupun teringan. Walaupun begitu, rasio lebar dan tebalnya memberikan kemudahan pada penggunaan satu tangan serta memungkinkan handset keluar-masuk kantong celana tanpa kesulitan, terbantu oleh tekstur matte halus di punggungnya. Dari pengamatan saya, bagian ini terbuat dari almunium, kecuali pada area atas (dekat modul kamera) dan bawah (grille speaker).

Xiaomi Redmi 3 Prime 11

Xiaomi Redmi 3 Prime 17

Tidak ada lagi kesan feminin berkat kombinasi warna abu-abu metalik dan hitam, kini memberikan efek industrial, dengan body tanpa sudut dan lekukan simpel. Dipegang di tangan kanan, jempol Anda ditempatkan di kedua tombol power dan volume. Lalu terdapat pula pemindai sidik jari di punggung, mudah dicapai jari telunjuk. Tombol kapasitif utama berada di area bawah frame, dan berbeda dari Redmi Note 3, mereka tidak memiliki LED. Selanjutnya, produsen menaruh tray kartu SIM di sebelah kiri device dan port audio di atas.

Xiaomi Redmi 3 Prime 10

Xiaomi Redmi 3 Prime 3

Berdasarkan penilaian pribadi, menurut saya akan lebih baik jika tombol power dan volume ditempatkan di sisi berbeda sehingga pengambilan screenshot jadi lebih mudah.

Saya tidak menemukan kelemahan struktur smartphone, Redmi 3 Prime terasa mantap di genggaman dan saya tidak melihat adanya bekas-bekas cetakan ataupun sambungan. Xiaomi kembali membuktikan bahwa mutu jempolan kadang kala tidak perlu dibayarkan dengan harga yang tinggi.

Xiaomi Redmi 3 Prime 19

Xiaomi Redmi 3 Prime 13

Xiaomi Redmi 3 Prime 7

Screen

Xiaomi membekali Redmi 3 Prime bersama layar 1280×720-pixel berkepadatan kurang lebih 294-pixel seluas 5-inci, dengan rasio panel ke tubuh ialah sebesar 71,1 persen. Display handset ini cukup tangguh dalam melawan terpaan sinar matahari. Saya belum bisa mengonfirmasi apakah layar 3 Prime dilengkapi oleh teknologi Sunlight Display, tapi yang jelas, panel segera berubah sangat terang begitu terekspos cahaya berintensitas tinggi (saya mengujinya dengan senter LED).

Xiaomi Redmi 3 Prime 18

Layar ini menyajikan level kecerahan tinggi dan kaya warna – Xiaomi memamerkannya dengan menampilkan beragam foto di lockscreen. Suhu warna dan kontras bisa Anda atur sendiri di-setting, dapat dinaikkan atau biarkan handset yang mengatur secara otomatis. Display tidak terlihat oversaturated, viewing angle-nya memuaskan, tajam walaupun hanya 720p, dan sanggup mereproduksi warna secara akurat.

Uniknya lagi, kecerahan bisa diturunkan ke level sangat redup, agar tidak menyakiti mata jika Anda harus menggunakan handset di ruang gelap.

Xiaomi Redmi 3 Prime 21

Hal lain yang belum bisa saya pastikan adalah apakah panel dilindungi oleh lapisan/coating khusus atau tidak. Dalam pemakaian sehari-hari, Redmi 3 Prime mengumpulkan cukup banyak sidik jari dan minyak.

Camera

Redmi 3 Prime dilengkapi kemampuan fotografi serupa varian Redmi 3 standar, yakni kamera utama bersensor 13-megapixel, dibantu LED flash tunggal, serta sistem autofocus phase-detection. Performa kamera tidak lepas dari dukungan app, dan layaknya smartphone Xiaomi lain, 3 Prime menghidangkan UI yang simple. Hanya melalui langkah-langkah sederhana, Anda bisa segera mengakses delapan mode dan 18 filter di sana, serta mengaktifkan/menonaktifkan HDR atau flash.

Xiaomi Redmi 3 Prime 9

Di tingkatan ini, tidak ada yang dapat dikeluhkan dari kinerja kamera Redmi 3 Prime. Hasil jepretannya terbilang baik dengan syarat ditopang pencahayaan memadai. Ia sanggup mengambil foto secara cepat, tajam, white balance-nya akurat, serta bisa menekan jumlah noise; lalu kamera juga dapat membaca detail di area-area gelap tanpa perlu menyalakan HDR. Khusus untuk mode HDR, ia dapat merangkul warna-warna terang serta gerap, dan tidak menyebabkan foto jadi flat.

Xiaomi Redmi 3 Prime 4

Grain mulai tampak ketika Redmi Note 3 harus menangani kegiatan berfoto di kondisi kurang cahaya. Supaya hasil jepretan tampil jelas, mau tidak mau flash harus dinyalakan. Buat video, Anda diperkanankan merekam di resolusi maksimal 1080p di 30 frame rate per detik.

Ada pula kamera 5-megapixel di depan. Meskipun fungsi utamanya ialah video chat, kamera depan ini bisa juga dimanfaatkan buat ber-selfie. Hasil jepretannya lembut dan detailnya terbilang standar, namun sudah cukup untuk sosial media.

Sampel fotonya bisa Anda lihat di bawah:

Xiaomi Redmi 3 Prime 24

Xiaomi Redmi 3 Prime 25

Xiaomi Redmi 3 Prime 26

Xiaomi Redmi 3 Prime 27

Xiaomi Redmi 3 Prime 30

Dan seperti ini hasil foto di tempat berpencahayaan rendah:

Xiaomi Redmi 3 Prime 29

Xiaomi Redmi 3 Prime 28

Hardware, battery & UI

Berikut ini adalah komposisi hardware Redmi 3 Prime:

  • System-on-chip Qualcomm Snapdragon 615 berisi prosesor quad-core ARM Cortex-A53 1,5GHz plus prosesor quad-core ARM Cortex-A53 1,21GHz, serta GPU Adreno 405.
  • Memori RAM 3GB
  • Penyimpanan internal 32GB, bisa diekspansi hingga 256GB via micro SD di slot SIM 2

Redmi 3 Prime ditenagai baterai besar untuk sebuah perangkat 5-inci, bermuatan 4.100mAh. Berdasarkan uji coba langsung, smartphone mampu bertahan melampaui tiga hari jika digunakan sesekali saja, serta sanggup menjaga Anda tetap terkoneksi (melakukan panggilan telepon dan browsing standar) dan terhibur (bermain game serta menikmati video) satu hari penuh.

Xiaomi Redmi 3 Prime 23

Handset beroperasi di platform Android 5.1.1 dengan overlay MIUI versi 8.0.2.0. MIUI merupakan salah satu custom ROM Android terbaik, didukung interface sederhana berisi satu layer saja. Setting, kamera sampai Play Store dapat diakses di satu ‘lapis’ menu. Membuat folder baru sangat mudah, begitu pula saat ingin menghapus aplikasi, Anda tidak perlu repot-repot membuka menu setting.

Xiaomi Redmi 3 Prime 40

Saya menemukan hal unik di MIUI 8: terdapat bagian ‘Promoted Apps’ di folder More Apps, walaupun ia tidak muncul di folder lain.

Benchmark & performance

Saya menguji kinerja hardware Redmi 3 Prime dengan tiga software benchmark, yaitu AnTuTu v6.2.1, 3DMark dan PCMark. Skor terbaiknya ialah sebagai berikut:

Skor 36059 memposisikan Redmi 3 Prime di bawah Meizu M3.

Xiaomi Redmi 3 Prime 31

Lalu di 3DMark Sling Shot, Redmi 3 Prime mencetak nilai 455, dan menurut penjelasan di software, handset bekerja tanpa masalah. Sayangnya, skor ini mengekspos kelemahan pada GPU (dibahas lebih lengkap di bawah).

Xiaomi Redmi 3 Prime 32

Tes performa kerja smartphone menghasilkan angka 3763 di PCMark, dan Redmi 3 Prime dideskripsikan sebagai salah satu perangkat berkinerja terkuat.

Xiaomi Redmi 3 Prime 33

Angka-angka di atas tentu saja belum mewakilkan pengalaman penggunaan. Saya juga turut menjajal sejumlah game di Redmi 3 Prime: Real Racing 3, Modern Combat 5: Blackout serta Gangstar 4 Vegas, masing-masing mewakilkan tiga genre berbeda. Smartphone sama sekali tidak kesulitan menjalankan mereka, tapi layar 720p membuat tekstur beresolusi rendah terlihat jelas, terutama di Gangstar Vegas – grafis mengingatkan saya pada permainan-permainan di tahun 2000-an.

Xiaomi Redmi 3 Prime 34

Xiaomi Redmi 3 Prime 35

Xiaomi Redmi 3 Prime 36

Modern Combat 5 tampak jauh lebih baik, kecuali saat karakter berada terlalu dekat kamera, memungkinkan Anda melihat sisi-sisi poligon. Efek visual seperti ledakan juga belum tampil maksimal, kemudian Anda juga harus memaklumi ketiadaan anti-aliasing, menyebabkan ujung objek jadi jaggy.

Xiaomi Redmi 3 Prime 41

Xiaomi Redmi 3 Prime 42

Xiaomi Redmi 3 Prime 43

Di Real Racing 3 sendiri, Redmi 3 Prime menyuguhkan visual cukup baik. Partikel debu memang jarang terlihat, tapi setidaknya pantulan di cermin tersaji sempurna, efek bayangannya dinamis, indikator kecepatan dan speedometer tampil jelas, dan yang terpenting, tidak ada penurunan frame rate secara signifikan.

Xiaomi Redmi 3 Prime 38

Xiaomi Redmi 3 Prime 37

Xiaomi Redmi 3 Prime 39

Di luar permainan, susunan hardware 3 Prime memastikan UI terhidang mulus dan responsif. Saya tidak merasakan adanya keterlambatan input. Peralihan dari app ke app lain lewat task manager juga berlangsung singkat berkat RAM 3GB, padahal saya membuka lebih dari 10 aplikasi, termasuk game, email, messaging dan 9GAG. Hal ini memperkuat dugaan saya bahwa handset mampu melahap hampir semua tugas yang Anda berikan.

Verdict

Mungkin satu-satunya penghalang terbesar bagi Redmi 3 Prime menjadi smartphone favorit user di segmen entry-level adalah ketiadaan dukungan jaringan 4G LTE. Jika hal tersebut bukan masalah bagi Anda, sulit untuk tidak merekomendasikan produk ini. Selain hardware andal dan memori 3GB, device menawarkan keringkasan akses lewat fingerprint scanner, desain simpel dan build quality solid, baterai tahan lama, serta mutu layar dan kinerja kamera yang memuaskan.

Di Indonesia, Redmi 3 Prime hadir dalam dua pilihan warna, yaitu abu-abu silver dan emas. Produk sudah bisa dimiliki, dijajakan di harga Rp 2,3 juta saja setelah diskon di Erafone dan 2,2 juta di Blibli setelah diskon.

Xiaomi Redmi 3 Prime 16

[Review] Smartfren Andromax A

Menjelang bulan Ramadan kemarin, Smartfren memperkenalkan duo smartphone 4G LTE anyar dengan harga yang terjangkau, yaitu Andromax E2+ dan Andromax A, masing-masing dilepas seharga Rp 1,2 juta dan Rp 650 ribu. Bukan sekadar 4G, kedua ponsel tersebut ternyata juga mendukung fitur VoLTE (Voice over LTE) yang diyakini sanggup menyajikan kualitas panggilan telepon yang jauh lebih jernih.

Namun yang mungkin jadi pertanyaan lebih lanjut adalah apa yang bisa dilakukan oleh smartphone seharga 650 ribu rupiah? Well, dalam kesempatan ini saya akan mencoba menjawabnya setelah mencoba langsung Smartfren Andromax A. Handset ini boleh berada di posisi terbawah lini Andromax, tapi apa yang konsumen dapat dari harganya sangatlah memuaskan. Berikut ulasan lengkapnya.

Desain

Smartfren Andromax A
Posisi speaker berada di belakang, mudah tertutup oleh genggaman tangan / DailySocial

Untuk ukuran Rp 650 ribu, desain Andromax A terbilang lumayan. Baik bentuk dan build quality-nya memang jauh dari kata premium, tapi smartphone buatan Haier ini masih bisa terlihat elegan berkat warna hitam bertekstur matte yang membalut sisi samping dan belakangnya.

Satu hal yang menurut saya patut mendapat pujian adalah bagaimana perangkat ini tidak mencoba untuk tampil premium dengan mengandalkan cat warna metalik yang dipoleskan di atas material plastik. Kebetulan saya memiliki Andromax Es, dan di mata saya Andromax A terlihat lebih elegan dengan mengadopsi gaya desain ala Nexus 5X.

Smartfren Andromax A
Tombol volume dan power-nya cukup clicky / DailySocial

Tombol volume dan tombol power ditempatkan di sisi kanan; keduanya cukup clicky meskipun plastik. Port micro USB berada di sisi kiri, sedangkan jack audio di bagian atas. Ketiga tombol kapasitif di bawah layar tidak dilengkapi lampu LED; tidak masalah, mengingat harganya memang sangat terjangkau.

Smartfren Andromax A
Sisi kiri hanya dihuni oleh port micro USB / DailySocial

Minus terbesar Andromax A dari segi desain adalah penutup baterai. Tidak seperti Andromax Es, penutup baterai Andromax A menjadi satu dengan bagian sisinya. Gaya desain seperti ini membuat akses ke baterai cukup sulit; membukanya butuh sedikit perjuangan. Meski tidak sampai merusak kuku, saya selalu merasa was-was ponsel bakal jatuh setiap kali harus membuka penutup baterainya.

Layar

Smartfren Andromax A
Layarnya cukup terang di bawah sinar matahari, tapi viewing angle pas-pasan / DailySocial

Andromax A mengemas layar 4,5 inci beresolusi 854 x 480 pixel. Ukuran layarnya memang lebih besar daripada Andromax Es, tapi hal ini juga berarti grafik tampak lebih pixelated.

Panelnya sendiri bukan IPS, jadi viewing angle sedikit terbatas. Beruntung fitur SVI (Sun Visibility Improvement) yang disematkan bekerja cukup efektif; layar terlihat cukup jelas meski berada tepat di bawah sinar matahari, tentunya dengan tingkat kecerahan berada di titik maksimum.

Kamera

Smartfren Andromax A
Kamera belakang dan depan sama-sama 5 megapixel, keduanya biasa saja / DailySocial

Mungkin di sini letak kelemahan utama Andromax A. Bukan karena resolusi kamera belakangnya cuma 5 megapixel, tapi memang kualitas optiknya tergolong pas-pasan. Hasil fotonya sebenarnya cukup lumayan di kondisi terang, tapi tidak di tempat remang-remang. Kinerja fokusnya juga terasa lambat, apalagi ketika berada di dalam ruangan.

Di luar, ketika matahari bersinar terang, seringkali bagian highlight terlihat terlalu terang. Mengingat kamera Andromax A tidak punya fitur HDR, wajar apabila kendala ini terjadi. Soal video, opsi perekaman cuma terbatas di 720p saja.

Beralih ke kamera depan, sepertinya resolusi 5 megapixel tidak bisa banyak membantu. Hasil foto selfie di dalam ruangan sering kurang fokus, padahal mayoritas pengguna lebih sering selfie di dalam kamarnya ketimbang di luar rumah.

Secara keseluruhan, kameranya sangat biasa. Namun paling tidak masih bisa dipakai untuk mengabadikan momen ketika tidak ada kamera lain di sekitar. Beberapa sampel fotonya bisa dilihat di bawah ini.

Hasil foto kamera belakang Smartfren Andromax A
Hasil foto kamera belakang Smartfren Andromax A
Hasil foto kamera belakang Smartfren Andromax A
Hasil foto kamera belakang Smartfren Andromax A

Performa dan Baterai

Dalam menguji performa, saya sempat melakukan benchmark menggunakan AnTuTu versi 6. Skor yang didapat cuma 19595, jauh dari kata super-cepat. Hal ini wajar mengingat ia hanya mengusung chipset Qualcomm Snapdragon 210, dengan prosesor quad-core 1,1 GHz dan GPU Adreno 304. RAM 1 GB merupakan nilai plus, tapi tetap tidak bisa menyimpan banyak tab di browser Chrome.

Selanjutnya saya menjajal kemampuan gaming Andromax A. Clash Royale bisa berjalan mulus tanpa masalah, sedangkan Seven Knights juga dapat berjalan lancar. Hanya saja ada beberapa saat, tepatnya ketika menggunakan skill dan animasinya muncul, fps sempat turun. Secara keseluruhan, saya puas dengan performanya.

Smartfren Andromax A
Smartfren Andromax A dibekali chipset Snapdragon 210 dan RAM 1 GB / DailySocial

Aspek minus yang saya rasakan adalah layar sentuh yang kurang responsif. Hal ini mengakibatkan saya sering salah ketik dan salah menyentuh tombol. Intinya, Anda harus sedikit bersabar dengan responsivitas layar sentuhnya, terutama setelah menggunakan smartphone flagship.

Daya tahan baterainya cukup oke. Kapasitas 1.950 mAh sanggup menyajikan waktu beroperasi yang lumayan panjang. Berdasarkan pengalaman saya, handset di-charge hingga penuh dan mulai digunakan pada pukul 8 pagi. Menjelang sore, pada pukul 14.00, baterai baru berada di angka 50 persen, padahal handset saya pakai secara intensif untuk mengunduh game, bermain game, serta browsing sekaligus memutar Spotify.

Software

Dua jempol saya acungkan buat Smartfren di bidang software. Memang versi Android-nya baru 5.1.1 dan bukan Marshmallow, tapi sepertinya Smartfren mendengarkan feedback dari banyak konsumennya, terbukti dari minimnya jumlah aplikasi pre-installed di perangkat.

Sebelum ini, di Andromax Es saya terdapat sederet aplikasi pre-installed yang bagi saya terkesan hanya memenuh-menuhi storage saja dan tidak ada gunanya. Dalam Andromax A, satu-satunya aplikasi tambahan yang diselipkan hanyalah My Smartfren, dan aplikasi ini sendiri sangat berguna untuk melakukan pendaftaran paket internet maupun kebutuhan lainnya.

Tidak kalah menarik adalah fitur gesture, dimana salah satu contohnya penggunaannya adalah double tap untuk mengaktifkan layar. Namun mengingat responsivitasnya yang rendah tadi, ada sedikit jeda setelah melakukan double tap hingga lock screen akhirnya ditampilkan.

Konektivitas dan VoLTE

Smartfren Andromax A
Setelah mencoba sendiri, VoLTE sangat terbukti signifikansinya / DailySocial

Akhirnya kita sampai pada bagian paling penting dari Andromax A, yaitu konektivitas dan VoLTE. VoLTE adalah nilai jual utama dari smartphone ini, apalagi mengingat sejauh ini belum banyak jaringan operator lain yang mendukung teknologi tersebut.

Perlu diingat, VoLTE hanya berfungsi ketika Anda menelepon ke pengguna lain yang juga menggunakan perangkat berjaringan VoLTE. Ketika saya coba, hasilnya memang berbeda ketimbang melakukan panggilan telepon di jaringan standar. Koneksi berlangsung lebih cepat, dan suara juga terdengar lebih bersih, ini padahal saya jajal dengan kondisi sinyal hanya separuh saja.

Hal menarik lain dari VoLTE adalah kemampuan melakukan video call tanpa menggunakan aplikasi tambahan. Yup, lewat aplikasi Dialer bawaan handset, pengguna tinggal menyentuh icon video call yang ada di masing-masing kontak. Sekali lagi koneksinya berlangsung cepat, tapi yang paling penting adalah sisi praktisnya.

Kekurangan yang saya rasakan adalah handset jadi sedikit hangat saat dipakai untuk menelepon via VoLTE serta proses aktivasi yang sedikit membingungkan. Setelah nomor SIM saya aktivasi dan handset saya reboot, koneksi 4G LTE langsung aktif, tapi VoLTE-nya ternyata belum. Handset harus saya reboot sekali lagi sebelum akhirnya muncul logo VoLTE di status bar dan ia siap digunakan.

Secara keseluruhan, VoLTE merupakan peningkatan yang cukup signifikan walau kesannya terdengar sepele. Saya pribadi bukan penggemar menelepon via data seperti yang ditawarkan aplikasi macam LINE atau WhatsApp, jadi panggilan telepon langsung yang memakai pulsa masih menjadi pilihan utama, dan VoLTE merupakan solusi yang paling tepat.

Kesimpulan

Smartfren Andromax A
Kelengkapan paket penjualan Smartfren Andromax A / DailySocial

Kembali ke pertanyaan awal, apa yang bisa dilakukan oleh smartphone seharga 650 ribu rupiah? Jawabannya ternyata banyak, bahkan ia menyimpan fitur VoLTE yang sejauh ini belum tersedia di ponsel lain – bukan salah ponselnya, tapi salah jaringan operatornya.

Dengan modal Rp 650 ribu saja, Anda bisa mendapatkan smartphone berdesain lumayan dan bisa dipakai untuk bermain Seven Knights dengan lancar, serta mampu melakukan panggilan telepon via pulsa (VoLTE) yang lebih jernih dari biasanya.

Kalau Anda tidak mementingkan build quality, kamera maupun responsivitas layar sentuh yang kurang baik, Andromax A bisa menjadi alternatif smartphone 4G yang menarik. Anda pun juga bisa menggunakannya sebagai ponsel utama, mengingat ia turut mengemas slot SIM kedua untuk kartu GSM.

Anda tertarik? Smartfren Andromax A saat ini bisa langsung dibeli salah satunya dari e-commerce Blibli seharga Rp 649.000.

[Review] Smartfren Andromax G2 Limited Edition

Beberapa waktu yang lalu Smartfren merilis perangkat smartphone varian baru bernama Smartfren Andromax G2 Limited Edition, yang merupakan hasil kolaborasi mereka bersama vendor asal Tiongkok, Coolpad.

Continue reading [Review] Smartfren Andromax G2 Limited Edition