Swift Playgrounds Kini Bisa Digunakan untuk Memprogram Robot, Drone dan Alat Musik

Sejak diluncurkan tahun lalu, aplikasi pembelajaran coding Swift Playgrounds sudah digunakan oleh lebih dari satu juta orang, baik tua maupun muda, berdasarkan klaim Apple. Menyambut konferensi developer tahunan WWDC, Apple telah merilis update yang menarik untuk aplikasi iPad tersebut.

Dalam Swift Playgrounds versi 1.5, pengguna dapat menggunakan baris demi baris kode ciptaannya untuk memprogram berbagai perangkat, mulai dari robot, drone sampai alat musik. Pembaruan ini sejatinya memungkinkan pengguna untuk melihat bagaimana kemampuan coding-nya bisa diterapkan dalam skenario dunia nyata.

Apple tampaknya tidak mau setengah-setengah dalam menjalankan inisiatifnya. Mereka telah menggandeng sejumlah mitra yang pastinya tidak asing lagi di telinga komunitas penggemar robot, yaitu Lego, Sphero dan Parrot.

Lego Mindstorms Education EV3 / Apple
Lego Mindstorms Education EV3 / Apple

Untuk Lego, Swift Playgrounds nantinya bisa digunakan untuk memprogram beragam robot DIY yang tergabung dalam lini Lego Mindstorms, spesifiknya seri Education EV3. Jadi selain menciptakan robotnya, anak-anak (orang dewasa juga tak ada yang melarang) bisa memanfaatkan Swift Playgrounds untuk memprogram pergerakan kreasinya.

Untuk Sphero, model robot yang didukung adalah SPRK+ serta BB-8, sayangnya bukan Ultimate Lightning McQueen yang baru dirilis. Dengan aplikasi ini, anak-anak dapat mengontrol ke mana robot berwujud bola tersebut akan bergulir maupun menyesuaikan kinerja sensornya.

Parrot Mambo MiniDrone / Apple
Parrot Mambo MiniDrone / Apple

Parrot di sisi lain sudah menyiapkan tiga drone untuk diprogram menggunakan Swift Playgrounds: Mambo, Airborne dan Rolling Spider. Selain gerakan sederhana seperti lepas-landas dan mendarat, anak-anak juga bisa memprogram manuver udara yang lebih kompleks.

Perangkat lain yang kompatibel mencakup Jimu Robot MeeBot Kit keluaran UBTECH, Wonder Workshop Dash Robot dan Skoogmusic Skoog 2.0. Update versi 1.5 ini sudah bisa diunduh sekarang juga melalui App Store.

Sumber: Apple dan TechCrunch.

Sphero Lightning McQueen Bisa Dikendalikan via Smartphone dan Berekspresi Seperti di Filmnya

Sphero, pencipta robot mainan yang bisa dikendalikan lewat smartphone, rupanya punya hubungan yang cukup dekat dengan Disney. Setelah memperkenalkan miniatur BB–8 dari Star Wars yang bernyawa, Sphero kembali mengungkap robot baru dari franchise lain Disney, yakni Cars. Kolaborasi lanjutannya ini melahirkan Sphero Ultimate Lightning McQueen.

Yup, mobil balap yang merupakan tokoh utama dari film Cars dan Cars 2 – plus Cars 3 yang akan tayang bulan depan – ini akhirnya keluar dari layar lebar, dan siap menyapa kita selagi mempertontonkan kemahirannya nge-drift mengitari meja makan atau sofa ruang tamu. Dibanding Sphero BB–8, Sphero Lightning McQueen ini bahkan lebih mirip lagi seperti di filmnya.

Persis seperti di filmnya, Sphero Lightning McQueen juga dapat berekspresi sekaligus bergoyang badannya / Sphero
Persis seperti di filmnya, Sphero Lightning McQueen juga dapat berekspresi sekaligus bergoyang badannya / Sphero

Yang paling utama karena Sphero telah menanamkan LCD pada kaca depannya, sehingga matanya bisa terlihat bergerak-gerak secara alami. Mulutnya yang ada pada bagian bemper depan pun juga bisa bergerak-gerak selagi ia bersuara, dan Anda bebas memilih celotehan-celotehannya via aplikasi.

Totalitas Sphero rupanya belum berhenti, karena Lightning McQueen juga dilengkapi suspensi yang bisa naik-turun dengan sendirinya saat Anda menyentuh bagian-bagian yang berbeda pada tubuhnya. Singkat cerita, karakter Lightning McQueen yang para fans-nya cintai benar-benar ‘hidup’ di sini.

Sphero Lightning McQueen siap ngebut dalam kecepatan nyaris 10 km/jam / Sphero
Sphero Lightning McQueen siap ngebut dalam kecepatan nyaris 10 km/jam / Sphero

Jiwa balapannya juga sama sekali tidak pudar. Ia dapat melaju dengan kecepatan maksimum hampir 10 km/jam, dan bisa dikendalikan dari jarak hingga sejauh 30 meter via Bluetooth. Daya tahan baterainya sendiri diperkirakan berkisar 40 menit sebelum perlu di-charge selama 1 jam – selagi di-charge, Anda bisa mengajaknya menonton film Cars dan biarkan dia bereaksi sendiri.

Kemiripan Sphero Lightning McQueen dengan di film didukung oleh kontribusi langsung dari Jay Ward selaku creative director Disney-Pixar beserta timnya. Anda yang tertarik bisa langsung memesannya dari situs Sphero seharga $300.

Intel Euclid Adalah Komputer Mini untuk Pengembangan Robot

Semua orang tahu kalau mengembangkan robot untuk sulit, tapi Intel ingin membantu mempermudahnya lewat sebuah komputer mini bernama Euclid. Premis sederhananya adalah, selama ada Euclid, Anda tinggal menyiapkan bodi sang robot saja.

Euclid mengemas sebagian besar sensor yang Anda butuhkan untuk membuat sebuah robot; mulai dari motion sensor, ambient light sensor, proximity sensor, kompas digital, accelerometer dan gyroscope. Tak hanya itu saja, sejumlah environmental sensor pun turut hadir sehingga Euclid bisa mendeteksi ketinggian, kelembapan dan suhu area sekitarnya.

Semua ini, dipadukan dengan prosesor quad-core Intel Atom x7-8700, RAM 4 GB dan storage sebesar 32 GB, menjadikan Euclid ideal untuk mengambil peran sebagai otak suatu robot. Namun ternyata bukan cuma otak saja, melainkan juga mata, berkat kehadiran kamera 3D RealSense ZR300.

Dengan Euclid, Anda sebenarnya tinggal menyiapkan bodi sang robot saja / Intel
Dengan Euclid, Anda sebenarnya tinggal menyiapkan bodi sang robot saja / Intel

Konektivitasnya sendiri mencakup Wi-Fi, Bluetooth 4.0, USB 3.0, micro USB dan micro HDMI, yang berarti ia bisa disambungkan ke layar terlebih dulu selagi Anda mempersiapkan semuanya. Intel pun tak lupa akan aspek portabilitas dengan menanamkan baterai rechargeable berkapasitas 2.000 mAh.

Bagi yang masih bingung manfaat Euclid ini sebenarnya apa, Anda bisa menganggapnya sebagai Intel Compute Stick yang sadar akan kondisi di sekitarnya. Sistem operasi Ubuntu 16.04, dengan ROS (Robot Operating System) dan dukungan RealSense yang sudah preinstalled membuatnya langsung bisa digunakan begitu dikeluarkan dari dalam boks.

Pertama diumumkan tahun lalu, Intel Euclid saat ini sudah bisa dipesan langsung dari situs Intel seharga $399. Anda mungkin bisa mendapatkan semua komponen esensial robot dengan modal yang lebih sedikit, tapi soal kepraktisan Euclid masih menang telak.

Sumber: The Verge dan Liliputing.

Robot Ini Mampu Membedah Mata Dengan Keakuratan 10 Kali Tangan Dokter

Dalam wawancara bersama Wired, presiden AS ke-44 Barack Obama sempat menjelaskan bagaimana kisah-kisah sci-fi memengaruhi pandangan publik terhadap robot. Baginya, era di mana robot bisa menjadi sekretaris pribadi Anda masih berada jauh di depan, namun kita sendiri sudah tiba di masa AI terspesialisasi. Sadar atau tidak, robot telah membantu manusia di bidang pabrikasi, transportasi hingga medis.

Berbicara soal layanan kesehatan, pengembangan ilmu robotik sudah dilakukan ke ranah distribusi obat, pendampingan pasien, pengurangan efek stres, hingga pembedahan. Belum lama ini, sebuah rumah sakit di Inggris sukses melangsungkan operasi mata menggunakan bantuan robot. Robot tersebut kabarnya 10 kali lebih akurat dibanding tangan ahli bedah paling berpengalaman.

Saat ini, para dokter melakukan operasi mata tanpa bantuan robot. Masalahnya, bagian internal mata (seperti retina) sangat halus dengan celah yang sangat kecil. Masih ada kemungkinan bagi ahli bedah untuk memotong terlalu dalam atau menyebabkan luka dan pendarahan yang tak diinginkan, menyebabkan kerusakan semakin parah. Menurut peneliti, bahkan denyut nadi bisa memengaruhi keakuratan.

Kabar gembiranya, dokter-dokter di Inggris berhasil membuktikan bahwa proses operasi yang dilakukan robot lebih efektif dari metode manual. Pembedahan dilakukan pada 12 orang pasien buat mengangkat lapisan tipis di retina; enam menjalani prosedur tradisional, dan untuk separuhnya lagi, operasi dibantu oleh robot. Hasilnya, pasien yang ditangani oleh robot ternyata lebih sedikit mengalami pendarahan.

Dr. Robert E. MacLaren, profesor ophthalmology di Oxford University menyebut keberhasilan tersebut sebagai sebuah ‘visi mengenai masa depan beda mata’. Terobosan ini merupakan langkah awal pemanfaatan teknologi canggih, di mana sistem dapat memberikan operator robot keakuratan hingga 10-micron di tiga sumbu gerak – atas-bawah, kiri-kanan, dan ke arah kepala atau kaki.

Membran yang tumbuh di retina dikenal sebagai lapisan epiretinal, penyebab umum dari gangguan penglihatan mata manusia. Membran ini bisa muncul karena penyakit seperti diabetes serta dapat disebabkan oleh perubahan gel bening yang menjaga bentuk bola mata tetap bulat. Seiring bertambahnya usia, gel tersebut menyusut dan bergerak meninggalkan permukaan retina. Lapisan itu pada dasarnya adalah bekas luka di retina, membuat pandangan jadi kabur dan bisa juga mengubah bentuk retina.

Perangkat bedah robotik tersebut dibuat oleh Preceyes, perusahaan teknik mesin dari Belanda. Saat ini mereka masih melakukan uji coba agar robot juga bisa digunakan dalam prosedur pembedahan lainnya. Setelah masa tes rampung, Preceyes berencana untuk memasarkannya.

Sumber: Live Science. Gambar header: Flickr.

Joto Ialah Robot Papan Tulis, Bisa Menggambar Sesuai Perintah Anda

Ketika para produsen hardware sedang sibuk fokus pada smartphone serta head-mounted display virtual reality, Google Creative Labs mencoba mengeksplorasi kegunaan lain dari perangkat bergerak. Satu realisasinya adalah penciptaan robot unik yang bisa menggambar di tembok, berbekal handset dan aplikasi mobile. Sayang sekali, device ini tidak dijual.

Jika hingga saat ini Anda masih menanti alternatifnya, Anda tak perlu mencarinya kemana-mana lagi. Desain studio asal Inggris Those punya solusinya, sebuah papan tulis terkoneksi bernama Joto. Seperti kreasi Google itu, Joto mampu menggambar secara vertikal. Ia menggunakan kombinasi sederhana antara pena dan papan putih untuk ‘menampilkan’ gambar yang Anda inginkan di dalam frame.

livingroom

Joto didesain untuk digantungkan di tembok layaknya foto atau lukisan. Selanjutnya, ia bisa diperintahkan buat menulis atau menggambar apapun lewat app. Saat input dimasukkan, bagian pena akan mulai bergerak dan menggores papan secara presisi, diarahkan oleh lengan mekanik. Joto mempunyai penghapus replaceable jika Anda ingin mengganti ilustrasi atau tidak puas dengan hasilnya, dan ia juga dibekali docking agar pena tidak mengering saat tak digunakan.

Joto

Ukuran Joto tidak terlalu memakan tempat, tetapi cukup ideal buat menampilkan informasi, memiliki dimensi 390x505x120-milimeter. Ia tersambung ke perangkat Anda dengan Wi-Fi atau Bluetooth, dan membutuhkan pasokan tenaga konstan.

Robot mampu membuat sketsa, menulis surat cinta untuk pasangan atau daftar to-do, menu harian di restoran, kalender, hingga sebagai medium bermain puzzle. Those percaya, penyajiannya ini membuka banyak sekali potensi penggunaan.

Sang developer menjelaskan, “Ada hal unik dari cara Joto melukis. Ia menghipnotis, menyenangkan serta menginsipirasi. Anda jadi sadar ada beberapa hal yang lebih baik disajikan di luar layar.”

Joto 1

Untuk mulai menggunakan Joto, Anda cukup mengunduh app companion, tersedia buat perangkat bergerak ataupun PC. Di sana Anda bisa mem-browsing koleksi ilustrasi dan para seniman yang menciptakannya, lalu Anda juga dipersilakan membuat gambar sendiri dan men-sharing-nya agar dapat ‘dipajang’ oleh sesama pemilik Joto. Elemen penting namun tak kasat mata di Joto terletak pada integrasi antara API dengan app-app populer seperti Trello, Slack, Google Calendar, Twitter, Amazon Alexa, sampai Spotify; sehingga Joto dengan mudah bisa menampilkan konten-kotennya.

Joto dapat Anda pesan sekarang di situs crowdfunding  Kickstarter seharga mulai dari £ 165, rencananya akan didistribusikan pada backer di bulan Desember 2017 nanti.

Ayo Temui Valkyrie, Robot yang Akan Membantu Manusia Mengkolonisasi Mars

Planet Mars telah lama dilirik ilmuwan untuk dijadikan tempat tinggal manusia di luar Bumi. Melihat dari kondisi permukaan dan tersedianya air membuatnya ditunjuk sebagai lokasi paling mendukung kehidupan di sistem tata surya kita (selain Bumi tentunya). Dan sebelum mengutus manusia pergi ke sana, NASA terlebih dulu melakukan survei dengan menggunakan robot.

Dari sejak 1970-an, sudah ada banyak upaya untuk mengirimkan robot ke Mars. Soviet melangsungkannya dua kali (gagal), disusul Amerika (1997, hilang kontak), dan Eropa (ESA, 2003, juga hilang kontak). Tiga misi NASA terakhir terbilang sukses, dengan Curiosity Rover yang masih beroperasi hingga sekarang. Agenda NASA selanjutnya ialah menciptakan robot yang lebih canggih dan betul-betul merepresentasikan manusia.

Saat ini, National Aeronautics and Space Administration tengah sibuk mengembangkan robot humanoid Valkyrie V5. Tak seperti Curiosity, Valkyrie memiliki tubuh menyerupai manusia – berdiri dengan dua kaki dan mempunyai dua tangan. Valkyrie dirancang sebagai pionir kolonisasi manusia di Planet Merah, khususnya untuk navigasi di ruang sempit serta mendirikan pemukiman di lingkungan berbahaya.

NASA memproduksi empat unit Valkyrie: satu buat riset mereka sendiri, dua dipinjamkan pada Northeastern University dan Massachusetts Institute of Technology, dan satu lagi dibeli oleh University of Edinburgh di Skotlandia. Di tahun 2015, Northeastern memutuskan untuk mengakuisisi Valkyrie, dibarengi oleh proposal Profesor Taskin Padir dari Electrical & Computer Engineering yang menawarkan bantuan pada NASA buat menguji hardware-nya.

Valkyrie bukan hanya mampu menggerakan anggota tubuh. Ia sangat pintar, bisa berjalan secara otomatis, menyelesaikan tugas yang diberikan, bahkan dapat membuat keputusan sendiri. Northeastern memindahkan lokasi Valkyrie miliknya ke New England Robotics Validation and Experimentation Center, sebuah gudang berisi rintangan-rintangan raksasa untuk menguji kapabilitas robot dan drone – tempat ideal buat mengevaluasi sistem penglihatan on-board dan pergerakan bipedal Valkyrie.

Penampilan Valkyrie V5 juga jauh lebih futuristis dibanding robot rover, mengusung konstruksi modular. Sebagai matanya, ia memiliki visor berisi sistem 3D vision kompleks; di area dada, logo NASA akan menyala ketika Valkyrie sedang aktif; lalu di bagian punggung, sang robot membopong unit baterai raksasa. Ketika ia nanti beroperasi secara sempurna, Valkyrie kabarnya mampu memanipulasi objek serta siap untuk melakukan misi penyelamatan.

Buat sekarang, belum ada rencana untuk mengirim Valkyrie ke Mars. NASA berharap, dengan melangsungkan program Space Robotics Challenge, para ilmuwan bisa menciptakan penerus Valkyrie yang lebih canggih dan betul-betul siap dikirim ke sana.

Sumber: Tech Crunch.

Plen Cube Adalah Robot Asisten Pribadi Berwujud Mini

Masih ingat dengan Plen2, robot imut yang dapat diprogram dengan beragam fungsi? Pengembangnya yang berasal dari Jepang kini punya persembahan baru. Namanya Plen Cube, dan robot ini diproyeksikan sebagai asisten pribadi yang bisa kita bawa-bawa.

Berwujud kubus dengan dimensi 3 inci, sepintas Plen Cube kelihatan seperti rautan pensil. Di dalamnya telah tertanam chipset buatan Intel yang dirancang secara spesifik untuk bidang IoT (Internet of Things). Kemudian terdapat juga kamera full-HD yang dibekali teknologi computer vision, memungkinkannya untuk mendeteksi wajah seseorang.

Sebagai asisten pribadi, ada banyak yang bisa dilakukan Plen, mulai dari menyajikan informasi ramalan cuaca, notifikasi dan reminder, sampai menjadi juru foto berkat kemampuannya mendeteksi wajah sekaligus gerakan. Pengoperasiannya sendiri bisa mengandalkan perintah suara, gesture atau via aplikasi ponsel.

Plen Cube bersama 'kakaknya', Plen2 / PlenGoer Robotics
Plen Cube bersama ‘kakaknya’, Plen2 / PlenGoer Robotics

Dari aplikasi ponsel ini juga pengguna dapat menghubungkan Plen Cube dengan berbagai layanan internet yang digunakan. Plen Cube sendiri punya beberapa cara untuk menyuguhkan informasi; bisa melalui LCD 2,2 inci di bagian atasnya, bisa juga lewat suara suara, atau malah menggunakan bahasa tubuh seperti menggelengkan ‘kepalanya’ – ia bahkan bisa berjoget ketika Anda sudah menyelesaikan to-do-list untuk hari itu.

Plen Cube bisa dianggap sebagai versi simpel dari Plen2. Kalau dengan Plen2, pengguna benar-benar dibebaskan soal fungsi-fungsi apa saja yang ingin diprogramkan ke robot tersebut. Plen Cube di sisi lain dapat langsung digunakan oleh pengguna awam yang sama sekali tidak paham perihal coding.

Robot asisten pribadi berwujud mini ini sekarang sudah bisa dipesan melalui situs crowdfunding Kickstarter. Harganya bisa dibilang cukup mahal di angka $349 – retail-nya diperkirakan berkisar $449.

Yahoo Captain, Bot Asisten Pengingat Tugas via SMS

Meski proses transaksi dengan Verizon berjalan alot menyusul bobolnya akun jutaan penggunanya, tak lantas membuat produktivitas Yahoo terhenti. Buktinya, di tengah kesibukan memperbaiki kebocoran dan menegosiasikan kesepakatan tersebut, Yahoo masih sempat menghadirkan bot pesan singkat bernama Captain yang dideskripsikan sebagai robot asisten yang membantu mengatur daftar tugas dan pengingat melalui pesan singkat.

Jadi dengan bot ini pengguna dapat mengingatkan diri sendiri atau anggota keluarga perihal tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan di hari itu. Pengguna yang mempunyai masalah dengan ingatan, atau sedang disibukkan dengan pekerjaan yang memakan waktu, Captain bisa jadi asisten pengingat yang sangat membantu.

tumblr_inline_omejqwsnyw1qhxx5s_500-720x720

Selain pengingat, Yahoo juga memberikan dukungan daftar apapun yang dapat ditambahkan setiap saat. Fitur ini memungkinkan pengguna dan rekan untuk menyimpan daftar belanjaan, resep, jadwal piket dan lain-lain hanya dengan mengirimkan pesan singkat ke bot.

Untuk menggunakan Captain, pengguna tidak diharuskan mengunduh aplikasi apapun. Melainkan cukup dengan mengirimkan pesan singkat “Hi” ke nomor 773-786. Captain kemudian akan langsung memberikan respon dengan intruksi yang sudah terprogram. Layanan pintar ini diberikan secara cuma-cuma alias gratis yang sayangnya terbatas untuk kawasan Amerika Serikat. Pengguna hanya dibebani biaya pengiriman pesan singkat selama menghubungi bot.

Sumber berita Softpedia.

Piaggio Perkenalkan Gita, Robot Pembawa Barang Otomatis untuk Generasi Modern

Dunia mungkin hanya mengenal Piaggio sebagai pencipta Vespa, akan tetapi perusahaan asal Itali tersebut belakangan mulai menunjukkan komitmennya terhadap inovasi dan perkembangan teknologi. Setelah memamerkan konsep Vespa versi elektrik, Piaggio kini memutuskan untuk membentuk perusahaan baru yang berfokus pada teknologi robotik.

Bernama Piaggio Fast Forward, markasnya tidak berada di Itali, melainkan di kota dimana ahli-ahli teknologi banyak mengenyam pendidikan, yaitu Massachusetts. Tidak main-main, Piaggio menunjuk sejumlah sosok penting di dunia teknologi sebagai dewan penasihatnya, mulai dari Nicholas Negroponte yang merupakan pendiri MIT Media Lab, sampai Jeff Linnel, mantan pimpinan divisi robotik Google.

Dengan tinggi 66 cm dan kecepatan maksimum 35 km/jam, Gita cocok dipakai untuk teman jalan atau bersepeda / Piaggio Fast Forward
Dengan tinggi 66 cm dan kecepatan maksimum 35 km/jam, Gita cocok dipakai untuk teman jalan atau bersepeda / Piaggio Fast Forward

Produk perdana Piaggio Fast Forward adalah Gita, yang dalam bahasa Itali berarti “perjalanan pendek”. Gita merupakan sebuah robot beroda dua yang dapat bergerak dengan sendirinya atau mengikuti seseorang di depannya. Tugas utamanya adalah mengangkut barang dengan bobot total 18 kilogram.

Gita dapat mengangkut barang bawaan dengan bobot total 18 kg / Piaggio Fast Forward
Gita dapat mengangkut barang bawaan dengan bobot total 18 kg / Piaggio Fast Forward

Dimensinya tidak terlalu besar, dengan tinggi hanya 66 cm. Gita sanggup melesat dengan kecepatan maksimum 35 km/jam, membuatnya ideal untuk menemani konsumen saat berjalan kaki maupun bersepeda. Piaggio pun menjanjikan kelincahan bermanuver yang setara dengan manusia.

Sejatinya ada banyak sekali kegunaan Gita dalam skenario sehari-hari, mulai dari teman berbelanja di pasar, pengantar barang sampai menjadi pendamping anjing kesayangan berjalan-jalan di taman. Demonstrasinya bisa Anda simak pada video-video di bawah.

Gita mengandalkan pemindai sidik jari sebagai pengaman bilik barangnya / Piaggio Fast Forward
Gita mengandalkan pemindai sidik jari sebagai pengaman bilik barangnya / Piaggio Fast Forward

Piaggio Gita akan diumumkan secara resmi pada tanggal 2 Februari, dan Piaggio rencananya akan menguji Gita terlebih dulu di kalangan pebisnis. Pun demikian, Piaggio sudah punya niatan untuk merilis produk serupa buat konsumen secara umum.

Sumber: 1, 2, 3.

Studi Universitas Stanford: Robot Tak Akan Membahayakan Manusia

Ada banyak kisah fiksi yang mengangkat tema mengenai efek samping perkembangan kecerdasan buatan: The Matrix, Terminator, sampai Ex Machina. Semuanya membuat kita berpikir, apakah mungkin di satu titik di masa depan, kemajauan teknologi malah berbalik dan membahayakan manusia? Sudah ada beberapa contohnya, tapi menurut Universitas Stanford, kita tak perlu cemas.

Berniat untuk mengulik ranah itu lebih dalam, Stanford menyelenggarakan proyek bertajuk One Hundred Year Study on Artificial Intelligence. Sesuai namanya, ia adalah sebuah proses studi panjang demi menghasilkan data dan laporan lengkap tentang bagaimana kecerdasan buatan akan memengaruhi aspek kehidupan kita – melampaui gambaran AI di film, kekhawatiran para ahli, serta keinginan orang memperoleh asisten pribadi yang super-pintar.

Bagian pertama laporan tersebut sudah dirilis, diberi judul ‘Artificial Intelligence and Life in 2030’. Berisi 28.000 kata, bab pembuka itu merupakan rangkuman dari pengkajian kemajuan AI di sebuah kota di Amerika sepuluh tahun lagi, prosesnya dilakukan selama setahun. Di sana, para ilmuwan menggarisbawahi bahwa hal-hal yang banyak orang takutkan tidak akan terjadi, karena hal itu tidak realistis.

Berdasarkan pemaparan tersebut, AI akan dimanfaatkan di berbagai sektor, seperti transportasi, medis, edukasi hingga ranah pekerjaan. Studi memperlihatkan kesamaan antara pengembangan AI dengan adopsi smartphone modern. Ia memang bukanlah kebutuhan pokok, namun Anda mungkin sulit membayangkan hidup tanpa ditemani perangkat bergerak.

Menurut para peneliti, transportasi merupakan salah satu bidang pertama yang segera mengadopsi kecerdasan buatan. Nantinya, publik akan mulai bertanya-tanya apakah AI dapat diandalkan untuk mengoperasikan kendaraan secara optimal serta menjaga keselamatan para penumpang. Dalam beberapa tahun lagi, kendaraan tanpa pengemudi akan jadi hal yang lumrah. Interaksi antara manusia dan mesin inilah yang memengaruhi persepsi awal publik tentang AI.

Selanjutnya, kecerdasan buatan di ranah medis pelan-pelan akan membantu dokter serta pakar kesehatan mengumpulkan data berjumlah besar. Robot juga bisa mempermudah proses pengiriman pasokan obat, meskipun manusia tetap dibutuhkan buat mendistribusikannya ke lokasi yang spesifik.

Setelah itu, AI dapat digunakan di bidang keamanan publik, walaupun implementasinya terbilang cukup kompleks. Contohnya: dengannya penegak hukum bisa mengawasi keadaaan sosial media atau menganalisis kerumunan massa untuk mengantisipasi terjadinya sebuah event publik berskala besar.

Laporan ini ditutup oleh pernyataan bahwa para peneliti tidak melihat adanya potensi bahaya dari pemanfaatan kecerdasan buatan di waktu dekat.

Sumber: Fast Company. Gambar header: Flickr.