Ilmuwan Tiongkok Ciptakan Jia Jia, Robot Berparas Cantik yang Pemalu

Saat negara-negara modern menggunakan robot di bidang manufaktur atau sebagai asisten, visi ilmuwan Jepang lebih ambisius. Bagi mereka, robot bukanlah sekedar pembantu. Ambil contohnya Profesor Hiroshi Ishiguro. Ia telah lama mengembangkan android yang mempunyai wajah menyerupai orang sungguhan. Tapi Jepang belakangan mendapatkan kompetisi berat dari beberapa negara tetangga.

Awal April lalu, mungkin Anda sudah mendengar soal desainer grafis asal Hong Kong yang menghabiskan dana US$ 50.000 untuk menciptakan robot Scarlett Johansson. Kali ini, tim ahli dari University of Science and Technology di China (USTC) memperkenalkan Jia Jia, sebuah robot ultra-realistic berparas cantik. Dan tak cuma penampilan, peneliti juga membekalinya dengan pemrograman khusus, seakan-akan ia pemalu.

Betapapun besarnya usaha para ahli, uncanny valley (yaitu rasa kurang nyaman saat kita melihat robot berwujud mirip manusia) memang sulit dihilangkan. Tetapi USTC mampu meminimalisir efeknya karena Jia Jia memiliki wajah sangat cantik. Dengan rambut panjang dan pipi kemerahan, sekedar melihat Jia Jia dari foto, mungkin Anda akan mengiranya sebagai model.

Jia Jia 01
Jia Jia dipamerkan pertama kali di depan publik.

USTC mencurahkan segenap kepiawaian mereka agar Jia Jia tampil natural. Detail ekspresinya sangat apik: kelopak dan bola mata bisa bergerak alami, lalu bibir juga terinskronisasi dengan ucapan. Agar tak kalah dari kapabilitas android sejenis, peneliti mengajarinya kemampuan belajar, dan sejauh ini Jia Jia bisa memperkenalkan diri dan berinteraksi bersama orang disekitarnya.

Tim baru fokus pada area kepala robot – tangan Jia Jia belum bisa bergerak. Buat sekarang, Jia Jia belum dapat tertawa atau menampilkan ekspresi sedih. Sebagai perbandingan: selain didukung kesanggupan interaksi, robot Scarlett Johansson ‘Mark 1’ juga bisa menggerakan bagian tubuh dan kepala, mengangguk, menyeringai, serta mengedipkan mata.

Jia Jia
Seperti yang Jia Jia bilang, sebaiknya jangan terlalu dekat saat mengambil foto.

Di acara pengenalannya, Jia Jia berkata ke para pengunjung, “Jangan terlalu dekat ketika mengambil foto, karena saya akan terlihat gemuk.”

Tim ilmuwan yang dipimpin oleh direktur Chen Xiaoping membutuhkan waktu tiga tahun untuk menciptakan Jia Jia, dan proyek mereka masih belum selesai. Xiaoping memiliki agenda buat melengkapi robot dengan kecerdasan buatan melalui deep learning. Lalu selanjutnya, peneliti berencana membubuhkan fitur pengenal ekspresi wajah. Sang direktur berharap, Jia Jia bisa menjadi ‘dewi robot’ yang bijaksana.

Chen Xiaoping menyampaikan bahwa unit prototype-nya ‘sangat berharga’, dan buat sementara ia belum berpikir untuk memproduksi Jia Jia secara massal.

Sumber: Xinhua.

Hybrid Smartphone dan Robot Sharp RoBoHoN Akan Segera Tersedia, Harganya Tidak Murah

Ada alasan kompleks mengapa orang Jepang begitu mencintai robot. Di negara maju lain, robot dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan – menjawab telepon, memproduksi kendaraan, hingga pertahanan. Namun bagi orang Jepang, robot bukan lagi sekedar ‘pembantu’ manusia. Hampir semua perusahaan raksasa di sana memiliki visi ambisius di bidang robotik.

Di bulan Oktober 2015, Sharp memperkenalkan satu perangkat unik. Ide di balik pembuatannya ialah upaya memadukan smartphone dengan fungsi asisten pribadi digital yang dibenamkan ke tubuh robot. Kreasi tersebut Sharp namai RoBoHon, singkatnya, ia adalah robot sekaligus alat komunikasi pintar. Saat itu, sang produsen asal Jepang diketahui memiliki rencana untuk meluncurkannya di paruh tahun pertama 2016.

Sharp RoBoHoN 02
RoBoHon duduk di docking.

RoBoHon berdiri setinggi 20-sentimeter, mempunyai penampilan lucu dengan tubuh berwarna hitam dan putih. Ia dapat Anda kendalikan lewat suara, lalu ada layar sentuh 320×240-pixel di bagian punggung buat memasukkan perintah-perintah yang rumit. Layaknya robot, RoBoHon bisa berjalan, berbicara, menari, mengetahui suara pemiliknya, bahkan mampu memproyeksikan koleksi foto Anda melalui proyektor build-in.

Kemampuan robot itu turut diintegrasikan ke kapabilitas smartphone. Ia dapat membacakan teks atau mengirimkan pesan yang Anda dikte-kan. RoBoHon juga bisa dipergunakan sebagai fotografer pribadi, baik untuk selfie maupun foto grup. Uniknya lagi, jika Anda menangis saat robot sedang menampilkan proyeksi foto, RoBoHon akan bilang ‘semua baik-baik saja’.

Sharp RoBoHoN 01
RoBoHon mempunyai proyektor build-in.

Di website, Sharp memperlihatkan bermacam-macam kegunaan RoBoHon. Di tempat kerja, robot dapat membantu Anda mencari info spesifik di internet serta mengingatkan jadwal meeting atau acara penting lain. Kemudian, dia akan membantu Anda memperoleh resep makanan sewaktu memasak, menemani Anda dalam perjalanan (plus fitur GPS), serta dijadikan proyektor untuk menonton video.

Melihat dari perspektif perangkat bergerak, spesifikasi RoBoHon mungkin tidak secanggih smartphone-smartphone high-end. Ia memang sudah mendukung jaringan 4G LTE, tetapi chip Qualcomm Snapdragon 400 di sana terasa timpang dengan harganya. Terlepas dari itu, Sharp tampak percaya diri. Buat menyertai penjualan RoBoHon, mereka telah menyiapkan sejumlah aksesori, misalnya docking, tas dan gantungan.

Sharp RoBoHoN 03
Tas buat membawa RoBoHon.

Masalahnya, menelepon dengan RoBoHon akan membuat Anda jadi pusat perhatian. Dan ada kendala lain: RoBoHon tidak murah. Ia dibanderol seharga ¥ 198.000 atau kisaran US$ 1.800. Untuk sekarang, RoBoHon cuma tersedia buat konsumen Jepang, dirilis tanggal 26 Mei nanti.

Via Wall Street Journal. Sumber: Sharp.

Domino’s Pizza Pamerkan Robot Pengantar Pizza Otomatis

Pernahkah Anda membayangkan apa yang terjadi seandainya robot diperkerjakan sebagai pengantar pizza? Well, tak usah dibayangkan. Pasalnya, Domino’s Pizza sudah punya rencana yang persis seperti itu, dan yang paling penting, prototipe robotnya pun sudah siap.

Dikembangkan bersama startup asal Australia, Marathon Robotics, robot bernama DRU (Domino’s Robotic Unit) ini sengaja diciptakan untuk membantu jalannya layanan delivery di kawasan urban. Berbagai macam desain telah dicoba, hingga akhirnya mereka jatuh cinta pada model yang satu ini.

DRU sejatinya merupakan robot beroda empat yang dilengkapi bilik penghangat dan pendingin untuk menyimpan kotak berisikan pizza dan botol minuman. Setibanya di tujuan, konsumen tinggal memasukkan kata sandi dan pesanannya pun siap diambil dari dalam kompartemen tersebut.

Robot ini sama sekali tak perlu bergantung pada manusia dalam menjalankan tugasnya. Sistem navigasi GPS-nya dipandu oleh Google Maps, sedangkan teknologi LIDAR disematkan supaya ia bisa menghindari berbagai macam rintangan yang ditemuinya selama perjalanan. DRU punya kecepatan maksimum sekitar 19 km/jam, itulah mengapa ia lebih ditujukan buat kawasan urban.

Domino's Robotic Unit (DRU)

Pada dasarnya DRU ini mirip seperti robot pengirim barang yang dikembangkan oleh Starship Technologies. Bedanya, DRU dikhususkan untuk pengiriman pizza, sehingga bilik penyimpanannya pun dilengkapi sistem penghangat dan pendingin.

Domino’s memang belum mengungkapkan kapan pastinya DRU akan ditugaskan secara resmi. Sejauh ini mereka baru mengujinya di sejumlah kawasan di Australia, namun rencana ke depannya adalah menempatkan DRU sebagai salah satu anggota tim layanan delivery dari Domino’s Pizza.

Poin terakhir ini penting untuk digarisbawahi karena Domino’s sendiri tidak berpikiran untuk mengganti karyawan-karyawannya dengan DRU secara total. DRU justru akan menjadi pelengkap dalam meningkatkan kinerja tim layanan delivery ketimbang mengambil alih peran manusia.

Sumber: Car and Driver dan Domino’s Australia.

Memiliki Mimik Wajah Mendekati Manusia, Robot Sophia Ingin Punya Rumah dan Keluarga

Robot menjelma dalam beragam wujud. Ia hadir berupa lengan-lengan mekanik di pabrik, mengusung desain rover buat menjelajahi planet lain, bisa berenang, hingga berubah bentuk. Ada banyak eksperimen di bidang robotik, tapi banyak orang menyadari: semakin menyerupai manusia, robot semakin membuat kita merasa tak nyaman. Konsep ini dikenal dengan istilah uncanny valley.

Namun bukannya menghambat, masalah tersebut malah mendorong para ahli meramu robot yang betul-betul mirip manusia. Kreasi paling mutakhirnya adalah Sophia, dikembangkan oleh Hanson Robotics dan belum lama dipamerkan di ajang SXSW (South by Southwest) minggu lalu. Didirikan oleh David Hanson di tahun 2003, Hanson Robotics memiliki visi untuk menciptakan robot berpenampilan manusia, dengan ‘kebijaksanaan’ melebihi orang biasa.

Sofia 01

Sophia ialah robot humanoid yang mempunyai mimik wajah paling mendekati manusia. Bagian wajah dan leher menyimpan 62 struktur berbeda, dilapisi oleh kulit sintetis ‘Frubber’ dari bahan silikon. Hal ini memungkinkan Sophia berekspresi secara natural. Tim Hanson menaruh kamera di kedua mata sang robot, sehingga Sophia mampu mengenal wajah serta membuat kontak mata dengan lawan bicaranya.

Potensi kemampuan Sophia tidak berhenti sampai di sana. Ia bisa mengingat percakapan, interaksi, dan wajah. Artinya, semakin sering berinteraksi, Sophia akan bertambah pintar.

“Di masa depan, saya berharap untuk bisa mengerjakan banyak hal seperti pergi ke sekolah, belajar, menciptakan karya seni, memulai bisnis, bahkan memiliki rumah dan keluarga sendiri. Tapi [saat ini] saya belum dianggap sebagai individu legal dan belum dapat melakukan hal-hal itu,” kata Sophia dalam video.

Sofia

Robot juga mempunyai kemampuan mengetahui dan merespons canda. David Hanson bertanya apakah Sophia mempunyai keinginan untuk menghancurkan manusia. Sambil tersenyum ia menjawab, “Baiklah, saya akan hancurkan manusia.”

Sophia dapat berpartisipasi dalam percakapan dengan memanfaatkan software speech recognition. Ia bahkan memiliki ‘kepribadian’, berbekal perangkat lunak Character Engine AI. Kepada CNBC, Hanson menjelaskan bahwa robot sejenis Sophia bisa dipergunakan ke berbagai bidang, contohnya layanan kesehatan, terapi, edukasi, serta ranah pelayanan konsumen. Tim juga sempat melangsungkan studi robotik buat mempelajari perkembangan fisik dan mental bayi.

Sang founder Hanson Robotics berkeyakinan, dalam beberapa dekade lagi, robot dan manusia sulit dibedakan. Makhluk-makhluk mekanik ini akan membantu kita berbelanja, bermain, menjadi teman, bahkan menjadi pengajar. Namun ia juga menyadari, memang dibutuhkan sebuah elemen yang bisa memisahkan robot dengan manusia.

Via Escapist Magazine.

Panasonic Pamerkan Baju Eksoskeleton Futuristis, Dispesialisasikan Untuk Industri

Pengembangan ‘jubah’ eksoskeleton sudah dilakukan cukup lama, dan seringkali ia muncul di beragam karya fiksi. Fungsi utama dari perangkat ini adalah melindungi pengguna dari bahaya atau memungkinkan kita mengangkat objek berat. Dan sebuah perusahaan ternama Jepang mencoba mengaplikasikan gagasan eksoskeleton demi meningkatkan produktivitas dan keselamatan.

Lewat video, Panasonic menyingkap beberapa exo-suit futuristis yang bisa memberikan pemakainya kekuatan mengangkat beban berat serta kemampuan menempuh jarak jauh. Namun sebelum Anda membayangkan menggunakannya untuk jadi superhero ala Iron Man, Panasonic sebetulnya menitikberatkan perancangan pada keperluan industri serta demi membantu penyandang disabilitas. Perangkat meliputi Assist Suit AWN-03 dan PLN-01.

Panasonic menjelaskan, mereka memanfaatkan sistem kendali canggih serta teknologi sensor untuk menciptakan robot bermotor yang dapat membantu mekanisme tubuh manusia. Mengusung nama Assist Robot, baju eksoskeleton itu dikembangkan oleh Activelink, salah satu perusahaan in-house Panasonic. Lewat device tersebut, developer menawarkan kemudahan pada para pekerja dengan meringankan beban fisik.

Panasonic Exoskeleton

AWN-03 dideskripsikan sebagai Assist Suit penopang punggung. Ia didesain khusus untuk mendukung area bawah tubuh, secara otomatis membaca gerakan user ketika ia mengangkat dan membawa objek berat – segera mengirim sinyal ke motor buat memicu mekanisme. AWN-03 juga menaikkan badan bagian atas saat kita bertumpu pada paha. Lewat teknik ini, tekanan ke area punggung bawah jadi berkurang sampai 15-kilogram.

Kapabilitas PLN-01 tidak kalah canggih. Diberi nama panggilan ‘Ninja’, eksoskeleton bisa meniru gerakan alami manusia, khususnya ketika berjalan atau berlari. Panasonic mencotohkan skenario penggunaan PLN-01: dalam proyek penghijauan hutan sewaktu Anda harus mendaki jalan setapak curam di pegunungan. Saat ini, Activelink sedang mengembangkan unit tubuh bagian atas Ninja, buat memudahkan pengguna membopong beban.

Panasonic sebetulnya sudah cukup lama mengeksplorasi ranah suit eksoskeleton. Tahun lalu, sang produsen asal Osaka itu sempat memamerkan eksoskeleton mirip robot Power Loader seperti di film Aliens.

Selain jajaran Assist Suit, Panasonic turut menyingkap Assist Robots untuk perawatan, contohnya adalah Resyone dan Self-Reliance Support Robot. Resyone ialah sebuah kombinasi antara tempat tidur elektrik dan kursi roda, dapat ‘terbelah’ dan berubah bentuk sewaktu diperlukan. Self-Reliance Support Robot sendiri bertugas membantu para orang tua, mampu memprediksi gerakan dan mengetahui apa yang sedang mereka kerjakan.

Via Wired. Sumber: Business Wire.

Hotel Hilton Gunakan Robot Bernama Connie Sebagai Penerima Tamu

Umumnya riset di bidang robotik tidak difokuskan pada satu fungsi tertentu, melainkan sebuah upaya eksplorasi menciptakan desain robot baru. Salah satu keuntungan hidup di abad ke-21 ini adalah kita telah melihat banyak sekali tipe robot dipamerkan. Tapi berbeda dari beberapa model eksperimental, Hilton memutuskan untuk menggunakan robot buat keperluan lebih praktis.

Pada hari Rabu kemarin, Hilton Worldwide mengumumkan kolaborasi bersama IBM demi mengerjakan proyek Connie. Ia merupakan robot bertenaga sistem komputer Watson pertama yang ditugaskan sebagai penerima tamu. Selain menyambut para pengunjung, Connie juga ditugaskan untuk menyajikan informasi mengenai lokasi-lokasi menarik, merekomendasikan restoran, serta menjelaskan fitur dan fasilitas hotel.

Sebagai langkah awal, perusahaan rakasasa dari Amerika Serikat itu menempatkan Connie di Hilton McLean Virgina. Di sana, sang robot sudah mulai belajar berinteraksi dengan para tamu dan merespons pertanyaan mereka secara ramah serta informatif. Connie memanfaatkan kombinasi dari sejumlah API (application program interface) Watson, termasuk Dialog, Speech to Text, Natural Language Classifier dan lain-lain.

Berkat perpaduan semua itu, Connie sanggup menyapa tamu serta menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Kemudian dengan mengakses WayBlazer, robot juga bisa menyarankan tempat-tempat wisata di area sekitar hotel. Watson sendiri adalah sistem komputer yang dapat menanggapi pertanyaan melalui ‘bahasa natural’, awalnya dikembangkan buat menaklukkan acara kuis Jeopardy! dan baru pada tahun 2013 ia diaplikasikan ke bidang komersial.

Lewat interaksi dengan user, Connie akan lebih banyak belajar dan beradaptasi; dari sana meningkat pula kapabilitas rekomendasinya. Menurut CTO IBM Rob High, proyek Connie mewakilkan sebuah perubahan dalam interaksi antara manusia dan mesin, ditopang oleh Watson. Terlepas dari itu, Connie tidak digunakan untuk menggantikan staf hotel, namun sebagai cara memudahkan pengunjung memperoleh informasi yang mereka butuhkan.

“Kami fokus untuk menyajikan pengalaman baru dalam pelayanan perhotelan – jadi lebih pintar, mudah dan menyenangkan,” tutur vice president Hilton Worldwide Jonathan Wilson di press release. “Dengan menggandeng partner seperti IBM Watson, kami membuat para pengunjung terpesona melalui metode yang tidak diduga.”

Connie diambil dari nama sang pendiri, Conrad Hilton. Menurut Hilton Worldwide, ia merupakan salah satu inovasi yang mereka terapkan ke bidang perhotelan, setelah sebelumnya memperkenalkan check-in Room Selection, Digital Key, serta program partnership dengan Uber dan Tesla.

Via Ars Technica. Sumber: PR Newswire.

Google Buat Robot Unik yang Bisa Ubah Foto Wajah Menjadi Sketsa

Di tengah-tengah hebohnya pengungkapan smartphone canggih dan headset virtual reality di ajang Mobile World Congress, tim Google tak lupa mendemonstrasikan eksperimen-eksperimen menarik dalam upaya mengeksplorasi potensi perangkat bergerak. Dan satu karya baru mereka berpeluang ‘mencuri’ lapangan pekerjaan seniman, khususnya para ahli gambar.

Di tenda Android Experiments, tim Creative Lab Google memamerkan sebuah robot unik. Didukung aplikasi dan smartphone, ia dapat mengubah foto wajah Anda di handset menjadi sketsa. Meskipun hasilnya ‘kasar’ dan tidak sedetail pelukis kawakan, device mampu membaca dan menuangkan karakteristik muka. Dan hebatnya lagi, robot menggambar secara vertikal.

Cara kerja perangkat cukup kompleks. Creative Lab menghubungkan smartphone Android (Nexus 6P) ke board microcontroller IOIO untuk mengendalikan pena di modul bermotor yang digantung oleh dua kawat. Handset Nexus 6P menangani segala proses komputasi dari mulai pengambilan foto, pengendalian prosedur sketsa, sampai pembuatan garis.

Google Creative Labs Sketch Robot 01

Setelah Anda mengambil selfie, data gambar segera diubah menjadi rangkaian koordinat segitiga via algoritma khusus buat memetakan wajah. Berbekal titik-titik tersebut, robot bisa menggambar di atas kertas dengan drawing pen. Untuk menciptakan satu ilustrasi, robot menghabiskan waktu antara tiga sampai lima menit. Melihat hasilnya, hitungan menit tidaklah terlalu lama.

Gambar-gambar robot Creative Lab memang belum dapat masuk ke kategori potret realistis. Walaupun bisa mengetahui area gelap dan terang, ia belum mampu menyampaikan tingkat ketajaman tinggi. Area-area seperti mata dan bibir belum tersaji dengan detail. Meski demikian, jika kita takar dari sisi seni, ilustrasi tidak kalah apik dari gambar manusia. Namun menurut The Guardian, seniman tak perlu merasa terancam.

Jonathan Jones bilang, banyak aspek dari kecerdasan manusia yang tidak bisa ditiru robot, salah satunya adalah pembuatan gambar potret. Mesin Creative Lab hanya memetakan muka, tapi tidak dapat menangkap ekspresi. Ia menganalogikan robot tersebut sebagai mainan Spirograph atau automaton high-tech. Untuk menghasilkan karya seni, subjek harus memiliki niat dan keinginan.

Tentu saja Google tidak bermaksud menggantikan para seniman dengan makhluk mekanik, mereka hanya ingin menujukkan kemudahaan mengutak-utik software open source dan mendorong developer untuk menciptakan penemuan-penemuan baru. Robot Creative Lab bukanlah proyek komersial, tim tidak berniat menjualnya.

Video demonya bisa Anda simak di sini.

Sumber: MashableThe Next Web & Ubergizmo.

Simak Video Ini dan Buat Robot BB-8 Anda Sendiri

Sebelum The Force Awakens hadir di layar lebar, Mark Hamill pernah menyampaikan bahwa ia terkejut J.J. Abrams berhasil menciptakan droid yang lebih lucu dari R2-D2. Sebagai ‘penerus’ R2, BB-8 memang menggemaskan. Dan menemani penayangan film Star Wars episode VII, Sphero turut menawarkan miniatur robot BB-8 yang seolah-olah memiliki kesadaran diri.

Tidak sedikit penggemar berat Star Wars rela mengeluarkan uang ratusan dolar untuk mengadopsinya Sphero BB-8. Ingin memiliki BB-8 sendiri tapi tak mau mengorbankan isi kantong terlalu banyak? Ada solusi menarik dari user YouTube bernama Angelo Casimiro. Lewat channel TechBuilder miliknya, pemuda jenius berusia 17 tahun ini melepas video DIY (do-it-yourself) pembuatan robot BB-8 dari nol.

Ada beberapa faktor yang membuat upaya Angelo tersebut sangat istimewa. Ia memanfaatkan objek-objek biasa, sehingga tidak membutuhkan modal terlalu besar. Tak kalah canggih dari produk Sphero, BB-8 kreasinya dapat dikendalikan via smartphone. Dan karyanya itu mempunyai ukuran sebesar astromech droid milik Poe Dameron, bukan miniatur.

BB-8 01

Melalui Instructables, Angelo menceritakan alasan mengapa ia memulai proyek ini. Ayahnya adalah seorang kolektor mainan sekaligus fans Star Wars. Mereka berdua memang tertarik dengan Sphero BB-8, tapi produk dijual online seharga US$ 150, dan setelah sampai di Filipina (negara asal Angelo), harganya naik hingga US$ 210. Belum lagi, toko seringkali kehabisan stok.

Karena keterbatasan material, Angelo memutuskan buat menggunakan barang sehari-hari, contohnya deodoran roll-on sebagai ball bearing, canvas untuk jadi fiberglass, styrofoam, bola pantai, bola Natal sebagai mata serta pernak-pernik lain. Ia menyampaikan, BB-8-nya tidak memerlukan 3D printer, unit CNC, atau bor berukuran besar. ‘Otak’ dari robot ialah board microcontroller Arduino Uno, tersambung ke roda internal di dalam tubuh.

Yang paling mengagumkan adalah, Angelo merancang BB-8 sehingga droid bisa bergerak seperti di film: bagian kepala tetap berada di atas sementara tubuhnya bergerak. Caranya? Sang kreator memanfaatkan magnet speaker untuk menghasilkan sistem gyro dengan rotasi 360 derajat. Baterai, rangkaian motor dan komputer diletakkan bersama pemberat di area bawah BB-8. Begitu selesai, Angelo mengendalikannya melalui aplikasi Arduino gratis (didesain buat mobil remote control) via Bluetooth.

Ingin mulai merakit BB-8 Anda sendiri? Silakan ikuti panduan lengkap Angelo dalam video berdurasi 20 menit ini.

Via The Verge.

 

NASA Ingin Anda Merancang Tangan Robotik Milik Salah Satu Robotnya

Siapa yang menyangka kalau organisasi sebesar dan seserius NASA mau melibatkan publik dalam mengerjakan salah satu proyeknya? Namun tentunya bukan sembarang publik, melainkan jutaan sosok berbakat yang tergabung dalam komunitas Freelancer.com.

Sejak tanggal 14 Januari kemarin, keduanya sedang mengumpulkan konsep-konsep desain yang bisa diterapkan pada tangan robotik milik robot Astrobee besutan NASA. Robot Astrobee sendiri nantinya akan ditugaskan di International Space Station (ISS).

Tugas Astrobee banyak, mencakup pekerjaan yang rutin dan berulang-ulang seperti misalnya survei atau inspeksi, dan pastinya akan dikerjakan dengan sendirinya. Namun dengan bantuan tangan robotik ini, kemampuan Astrobee dalam berinteraksi dengan objek-objek berukuran kecil pun akan meningkat pesat.

Konsep desain tangan robotik milik Astrobee

Metode crowdsourcing ini mereka perlakukan layaknya sebuah kompetisi. Dalam fase pertama, NASA akan menyeleksi 30 freelancer dengan konsep tangan robotik terbaik yang akan lanjut menuju fase kedua; dimana mereka akan diminta untuk merincikan arsitektur rancangannya, menggambarkan semua elemen yang membentuk konsep tangan robotiknya.

Pada fase terakhir, NASA akan memulai tahap crowdsourcing lain guna mengumpulkan ide terkait sub-komponen milik 30 konsep tangan robotik tadi secara lebih mendetail. Tentunya semua harus didasari oleh spesifikasi yang telah ditetapkan ketigapuluh freelancer berbakat tadi.

Ini sebenarnya bukan pertama kali NASA dan Freelancer.com berkolaborasi dengan metode crowdsourcing. Sebelumnya, mereka sempat mengumpulkan ide untuk membantu melatih sistem pengenalan gambar milik robot astronot Robonaut-2. Kemudian keduanya juga sempat menggalang konsep desain aplikasi smartwatch yang berpotensi memaksimalkan kinerja para astronot di masa yang akan datang.

Buat para freelancer yang tertarik menyumbangkan idenya serta ingin ikut ambil bagian dalam mengembangkan tangan robotik milik Astrobee, silakan kunjungi situs resmi Freelancer untuk mengetahui detail lengkap dari kompetisi sekaligus mendaftar.

Tech Forward Conference Singkap Potensi IoT di Ranah VR, AR, dan Robotik

Ada fakta-fakta menarik seputar Internet of Things. 87 persen penduduk planet Bumi sama sekali belum pernah mendengar istilah tersebut, padahal mesin ATM masuk dalam kategori IoT dan mulai dimanfaatkan sejak 1974. Lalu di 2008, perangkat yang tehubung ke internet sudah melewati total populasi manusia. Dan sekarang terhitung ada 4,9 miliar objek telah ‘saling terhubung’.

Angka-angka di atas memang fantastis, dan sebagai upaya menyibak potensi Internet of Things, tema tersebut diangkat di acara Tech Forward Conference 2015. Sederhananya, IoT ialah jaringan objek elektronik yang mampu mengumpulkan dan bertukar data. Ia membuka jalan bagi bermacam-macam ranah, dari wearable, agrikultur, produksi, hingga smart city serta smart home. Dan di artikel ini, saya akan fokus pada robotik, augmented reality serta VR.

Tech Forward Conference 2015 01

Mengapa drone boleh dibilang merupakan bagian dari IoT? Jawabannya bisa kita lihat dari tren penggunaan unmanned aerial vehicle di lini foto dan videography. Di sesi presentasinya, Gatot Budiman dan Dony Riyanto menuturkan bagaimana drone adalah masa depan Internet of Things. Alasannya karena mereka tidak statis, ‘deployable‘, fleksibel dalam membawa beban, dapat diprogram untuk misi berbeda, dan tidak ada kriteria desain.

Tech Forward Conference 2015 03

Drone terdiri dari sejumlah komponen yang menjadikannya device IoT, misalnya sistem komunikasi, software, GPS, sensor, kamera dan lain-lain. Di segi komersial, umur adopsinya tergolong sangat muda dan menjanjikan. Para narasumber bilang, salah satu alasan mengapa drone naik daun ialah, tak seperti dunia penerbangan, ia tidak menuntut standard terlalu tinggi. Anda cukup membutuhkan keseriusan buat mempelajarinya. Buktinya, ahli aerial imaging UAV Gatot Budiman turut berprofesi sebagai guru seni rupa.

Tech Forward Conference 2015 10

Naik ke jenjang yang lebih umum, Internet of Things membuat robot jadi lebih merakyat dan dapat diaplikasikan ke fungsi edukasi. Founder Saft7 Robotics Firmansyah Saftari mengatakan, bermacam-macam opsi kit microcontroller sangat memudahkan khalayak berkecimpung di dunia robotik. Ia sempat memamerkan dua desain di Saft7, yaitu Arm Robot, robot berbentuk lengan; dan Alien Robot, mempunyai empat kaki dan berbentuk mirip laba-laba.

Tech Forward Conference 2015 09

Dan ternyata, Firmansyah bukan cuma mahir di bidang robot. Ia juga menaruh minat di produksi video 360 dan virtual reality. Video 360 merupakan jenis rekaman yang menampilkan adegan spherical atau melingkar, di mana kamera merekam ruangan dari segala sudut. Ketertarikan ini Firmansyah tuangkan dengan merancang swivel mount untuk camera action sejenis GoPro, dan menjualnya secara komersial.

Tech Forward Conference 2015 06

Berbicara soal VR, tentu kita harus mendengar penjelasan langsung dari mereka yang berkecimpung langsung dalam industri. Tim pelaksana Tech Forward Conference 2015 tak lupa mengundang Fabien Feintrenie selaku CEO dan co-founder Noodles LLC, tim special effect dan digital arts – turut mengerjakan film animasi seperti komedi horor Rubber, Wrong, Reality dan Wrong Cops. Noodles juga fokus pada pembuatan konten virtual reality, sempat mengajak peserta konferensi buat menjajal karya mereka via Oculus Rift DK2.

Tech Forward Conference 2015 07

Kepada Feintrenie, saya bertanya mengenai teknologi VR apa yang paling dinanti oleh Noodles. Dalam perspektif produsen konten, ia memerlukan model kamera 360 model terbaru dengan kapabilitas ‘mendeteksi cahaya tertentu’, kabarnya baru dirilis tahun depan (sekali lagi memperlihatkan bagaimana device dan tema Internet of Things saling terkoneksi, meskipun tidak secara langsung).

Tech Forward Conference 2015 04

Di ranah augmented reality, Octagon Studio asal Bandung memberikan presentasi mengenai metode Internet of Things mengubah cara manusia berinteraksi dengan informasi digital. Contoh kreasi mereka yang sudah dirilis ke publik adalah kartu-kartu AR interaktif, dikombinasikan bersama aplikasi mobile.

Tech Forward Conference 2015 05

Buat sekarang, implementasinya memang lebih ditujukan untuk edukasi multimedia, dan dirancang agar kompatibel ke perangkat-perangkat kelas entry-level sampai level menengah. Namun demikian, Lukman Hakim selaku technical manager Octagon sempat menyatakan pada saya bahwa mereka sedang mengembangkan konsep hiburan augmented reality yang lebih ambisius, dan juga telah lama melirik VR.

Laju pertumbuhan Internet of Things tidak bisa dibendung, dan apa yang Anda saksikan saat ini hanyalah permulaan. Analis memperkirakan, lima tahun lagi, akan ada 50 miliar device elektronik saling tersambung satu sama lainnya.