Zenius Plans Business Growth, to Rocus on Tech Development and Content Production

The huge market potential in the edtech sector in Indonesia has encouraged Zenius to accelerate business growth in order to acquire more students while raising positive retention.

Zenius’ CEO Rohan Monga told DailySocial, after receiving US$20 million Series A funding (around 260 billion Rupiah), the company plans to develop technology, increase the variety of content, as well as recruit talent to strengthen the team. Aside from Northstar Group, Kinesys Group and BeeNext also participated in this round.

“The power of online learning platform positioned is the ability to analyze and diagnose each student based on collected data. Using a personal approach, it is expected to provide students with improved abilities. In order to create technology, it requires a very large cost.

The company also plans to launch massive marketing activities. Regarding marketing activities, Rohan said it will be similar to other players, all online and offline activities will be carried out as authentic. Zenius’ engineer team are based in Indonesia and India, with the objective to build technology that supports business processes.

Zenius focus as an edtech platform

zenius

Prior to the CEO position, Rohan Monga was a former Gojek’s COO and contributed to establishing first Indonesia’s decacorn at the early stage. He also the angel investor for Zenius’ seed funding. The sharp vision and mission of Zenius’ Co-Founder, Sabda PS who currently serves as Chief Educational Officer at Zenius, is one reason Monga is digging into the edtech sector in Indonesia.

“I am very enthusiastic about Sabda’s vision and Zenius team to present an even better online learning platform. This is in line with my experience mission in the technology era and my passion for social impact,” Monga said.

Was founded in 2004, Zenius claims to have formulated a learning approach using technology that prioritizes conceptual understanding and thinking model. The basic competency is to form a deep understanding of scientific concepts, not just a matter of remembering and memorizing.

Therefore, students should ideally have a good mindset after learning and be able to adapt and find solutions to the current problems they’re facing. The thinking ability is quite essential for future generations to adapt, collaborate and compete.

“I am very happy and glad for Monga to join Zenius. Monga, with his character that is focused on solutions and has deep insight and extraordinary experience in his field, is the most appropriate person for this role. I hope to encourage Zenius’ growth to continue improving the education sector in Indonesia,” said Sabda.

Zenius offers several types of products, the core business is Zenius.net, an online learning website contains more than 80 thousand leaning videos and hundreds of thousands of practice question

Zenius has several types of products, with the main product being Zenius.net, an online learning website that contains more than 80 thousand learning videos and hundreds of thousands of practice questions for elementary and high school levels that have been adapted to the national curriculum. Throughout 2019, the site has been accessed by more than 12.8 million users. Zenius has also launched mobile applications on Google Play and the App Store.

“I predict within the next 2-3 years there will be more and more edtech startups in Indonesia to bring new innovations around the online learning platform with diverse skills material to formal education as we have,” Rohan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Strategi Pertumbuhan Bisnis Zenius, Fokus Kembangkan Teknologi dan Produksi Konten

Besarnya potensi pasar sektor teknologi pendidikan di Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa Zenius awal tahun ini ingin mempercepat proses pengembangan bisnis, agar bisa merangkul lebih banyak siswa sekaligus mendapatkan retention positif.

Kepada DailySocial CEO Zenius Rohan Monga mengatakan, usai mendapatkan pendanaan seri A sebesar US$20 juta (sekitar 260 Miliar Rupiah), perusahaan berencana mengembangkan teknologi, meningkatkan variasi konten, sekaligus merekrut talenta untuk memperkuat tim. Selain Northstar Group, investor lain yang turut berpartisipasi dalam pendanaan adalah Kinesys Group dan BeeNext.

“Kekuatan dari online learning platform adalah kemampuan untuk melakukan analisis dan diagnosis masing-masing siswa berdasarkan data yang masuk. Dengan pendekatan personalisasi, diharapkan bisa meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih baik lagi. Untuk bisa menciptakan teknologi tersebut tentunya dibutuhkan biaya yang sangat besar.”

Perusahaan juga berencana untuk melancarkan kegiatan pemasaran yang masif. Disinggung apakah kegiatan pemasaran akan serupa dengan pemain lainnya, Rohan menyebutkan semua kegiatan online dan offline akan dilakukan secara autentik. Zenius juga telah memiliki tim engineer berbasis di Indonesia dan India, berfungsi untuk membangun teknologi yang menyokong proses bisnis.

Fokus Zenius sebagai platform edtech

Sebelum menjabat sebagai CEO, Rohan Monga pernah menempati posisi COO Gojek dan turut membantu membangun decacorn pertama Indonesia tersebut di fase awal. Ia juga menjadi angel investor untuk pendanaan tahap awal Zenius. Ketajaman visi dan misi yang dimiliki oleh Co-Founder Zenius Sabda PS yang saat ini menjabat sebagai Chief Eductaional Officer di Zenius, menjadi alasan Rohan tertarik menyelami sektor edtech di Indonesia.

“Saya sangat antusias dengan pandangan yang dimiliki oleh Sabda dan tim Zenius untuk menghadirkan online learning platform lebih baik lagi. Hal tersebut sejalan dengan misi pengalaman saya di dunia teknologi dan passion saya terhadap social impact,” kata Rohan.

Berdiri sejak 2004, Zenius mengklaim telah merumuskan pendekatan belajar dengan teknologi yang mengutamakan pemahaman konseptual dan pembentukan daya nalar. Kompetensi dasar yang ingin dibentuk adalah pemahaman mendalam mengenai konsep keilmuan, bukan hanya soal mengingat dan menghafal.

Sehingga setelah belajar pembelajar idealnya dapat memiliki pola pikir yang baik dan mampu beradaptasi serta mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Kemampuan berpikir ini juga yang nantinya dibutuhkan oleh generasi masa depan untuk beradaptasi, berkolaborasi dan bersaing.

“Saya sangat senang dan turut mengucapkan selamat atas bergabungnya Rohan ke Zenius. Rohan dengan karakternya yang fokus pada solusi serta memiliki wawasan mendalam dan pengalaman yang luar biasa di bidangnya adalah orang yang paling tepat untuk peran ini. Saya berharap dapat terus mendorong pertumbuhan Zenius untuk terus memajukan dunia pendidikan di Indonesia,” kata Sabda.

Zenius memiliki beberapa jenis produk, dengan produk utama berupa Zenius.net, sebuah situs web pembelajaran online yang memuat lebih dari 80 ribu video pembelajaran dan ratusan ribu latihan soal untuk jenjang SD-SMA yang telah disesuaikan dengan kurikulum nasional. Sepanjang tahun 2019, situs tersebut telah diakses oleh lebih dari 12,8 juta pengguna. Zenius juga telah meluncurkan aplikasi mobile di Google Play dan App Store.

“Saya prediksi dalam waktu 2-3 tahun ke depan akan makin banyak lagi startup edtech di Indonesia yang menghadirkan inovasi baru seputar online learning platform dengan materi skill yang beragam hingga formal education seperti yang kami miliki,” kata Rohan.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Zenius Dongkrak Bisnis dan Jangkau Lebih Banyak Pengguna

Startup edtech Zenius mulai agresif menarik pengguna baru dengan membuka akses lebih dari 80 ribu konten secara cuma-cuma. Strategi ini bisa dikatakan usaha perusahaan mengukuhkan posisinya sebagai pionir edtech di Indonesia sejak 15 tahun beroperasi.

Co-Founder Zenius Sabda PS mengatakan, strategi ini bisa dikatakan radikal, namun sudah mendapatkan persetujuan dari semua pemangku kepentingan di perusahaan. Dia juga belum memastikan rentang waktu program ini akan berlangsung.

“Terkait monetisasinya, biar kita yang pikirkan nanti. Yang pasti Kami selalu berusaha untuk jadi market leader,” ujarnya, Rabu (18/12).

Pertimbangan ini diambil salah satunya karena riset internal yang dilakukan perusahaan. Disebutkan dampak yang dirasakan pelajar adalah lebih memahami ilmu pengetahuan dan tidak mendikotomi ilmu hanya dipelajari di sekolah, sehingga efeknya lebih terasa dan bisa diterapkan dalam sehari-hari.

“Dari temuan itu, makanya kami buka aksesnya supaya semakin banyak orang-orang yang ketagihan untuk belajar.”

Sabda juga memaparkan kinerja Zenius sejak Januari 2011 hingga Desember 2019. Di antaranya, situs Zenius.net telah dikunjungi 51 juta pengguna unik, meningkat tajam dari awal berdiri hanya 268 ribu kunjungan saja.

Lalu ada 1 juta pengguna terdaftar di aplikasi, lebih dari 200 juta kali video diputar secara online, paket soal sudah diunduh 3 juta kali,  dan aplikasi telah diunduh lebih dari 500 ribu kali sejak dirilis pada Maret 2019.

Sebagai pionir vertikal edtech, Zenius merumuskan pendekatan pembelajaran efektif demi menciptakan sumber daya manusia yang unggul di masa depan. Perusahaan fokus pada pemahaman konseptual dan pembentukan daya nalar, sehingga kompetisi dasar yang ingin dibentuk adalah pemahaman mendalam mengenai konsep keilmuan.

Bukan hanya soal mengingat dan menghafal. Dengan demikian, pelajar dan pembelajar diproyeksikan untuk memiliki pola pikir yang baik dan mampu beradaptasi serta mencari solusi atas masalah yang dihadapi.

“Untuk menyesuaikan dengan sistem pendidikan, kami tetap memasang target praktikal agar pelajar tetap memenuhi target nilai di sekolah. Yang kita selipkan sebagai core materialnya adalah perkembangan intelektual. Bila fundamentalnya sudah benar, ujian apapun pasti bisa.”

Dengan misi di atas, Sabda mengaku pihaknya cukup percaya diri dengan tingkat persaingannya dengan pemain di ranah sejenis. Semua konten disusun oleh tim in-house Zenius, dengan menekankan aspek dampak yang ingin dihasilkan. Lantaran, menurutnya bisnis di dunia pendidikan tidak bisa sembarang, ada pertanggung jawabannya.

“Saingan kita justru di media sosial dan game, bagaimana caranya buat konten semenarik mereka tapi jauh buat mereka produktif. Ketika semua ini sudah teruji dan terbukti kualitasnya, kita enggak akan takut untuk jauh lebih terekspos [publik].”

Rencana bisnis berikutnya

Sabda enggan merinci lebih dalam bagaimana target berikutnya untuk pengembangan Zenius pada tahun depan. Termasuk juga mengenai rumor soal pendanaan dari Northstar Group yang diterima perusahaan. Ia hanya menyebut tahun depan akan menjadi tahun yang ramai karena ada banyak inisiatif yang akan dilakukan.

“Urusan backend Zenius pasti akan banyak pengumuman, nanti dikabari lagi karena ada banyak sekali program yang mau kita lakukan tahun depan.”

Dia juga menyebut saat ini internal perusahaan sedang adakan restrukturisasi, ada penambahan talenta baru dalam jumlah banyak untuk mewujudkan ambisi perusahaan. Jumlah karyawan terus bertambah, untuk guru saja diperkirakan telah lebih dari 60 orang.

Zenius tidak hanya memiliki Zenius.net untuk media belajar online berbasis situs dan aplikasi. Mereka juga memiliki bimbel offline Zenius Center dan platform untuk training karyawan bernama Agora.id berisi konten edukasi vokasi.

Perusahaan juga menjual konten video secara offline bernama Zenius Box, berupa server intranet yang memuat konten produksi Zenius tanpa harus terhubung dengan internet.

“Kami ada konten dari SD, SMP, SMA dan SMK, nantinya dengan kemerdekaan akses edukasi dari kami pasti akan jauh lebih banyak hal-hal yang mereka butuhkan, kita bisa masuk ke sana,” pungkas Sabda.

Application Information Will Show Up Here

EdTech Startup Zenius Reportedly Raises 283 Billion Rupiah from Northstar Group

A trusted source comes with information that the edtech platform, Zenius, one of the firsts in this industry, has received funding worth $20 million (around 283 billion Rupiah) from Northstar Group (probably through its venture capital). Zenius’ CEO, Sabda PS avoids making any comment on this issue.

The edtech sector is currently evolving. Tech-based education platforms aim to enhance the quality of student learning, not limited to classroom activities.

Without any specific player dominating the market, Ruangguru is said to lead in this vertical and one of the centaurs with over $100 million valuations according to the Startup Report 2018. They’re projected to be the next unicorn. Aside from tutoring, they’ve expanded to some other segments, such as Ruangkerja for employees and Skill Academy for those who want to learn non-academic subjects.

The raised funding, supposed to be the first external funding for the company based on Crunchbase, will tighten up the competition and innovation in the edtech sector to have better solutions.

Was founded in 2007, Zenius is a paid online course targeting all academic levels, starting from elementary school up to SBMPTN (Joint Entrance Exam for Public University). The subscription fees vary from 172 thousand Rupiah per month up to 650 thousand Rupiah per year. Zenius is said to create over 80 thousand education videos.

After this funding, Gojek’s former COO, Rohan Monga is to be appointed as the new CEO. Sabda PS will take the Chairman position, and the other two co-founders (Medy Suharta and Wisnu OPS) are still helping the company grow.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Startup Teknologi Pendidikan Zenius Dikabarkan Raih Pendanaan 283 Miliar Rupiah dari Northstar Group

Kami mendapatkan informasi dari sumber terpercaya jika platform teknologi pendidikan (edtech) Zenius, salah satu yang tertua di industri ini, mendapatkan pendanaan sebesar $20 juta (sekitar 283 miliar Rupiah) dari Northstar Group (atau melalui modal ventura yang dikelolanya). CEO Zenius Sabda PS menolak berkomentar saat kami hubungi terkait hal ini.

Sektor edtech memang sedang menggeliat. Platform edukasi berbasis teknologi berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, tidak hanya melulu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Meski belum ada pemimpin pasar yang benar-benar mendominasi, Ruangguru bisa dibilang sedang unggul di vertikal ini dan telah menjadi salah satu centaur bervaluasi di atas $100 juta berdasarkan data Startup Report 2018. Mereka bahkan digadang-gadang bakal menjadi salah satu unicorn baru. Selain fokus di segmen bimbel, Ruangguru telah memperluas jangkauan ke beberapa segmen lain, misalnya Ruangkerja untuk para pegawai dan Skill Academy untuk mereka yang ingin memperdalam skill di luar akademik.

Pendanaan yang diperoleh Zenius ini, mungkin pendanaan eksternal pertama yang diperoleh perusahaan per data Crunchbase, akan mendorong persaingan dan inovasi yang lebih ketat di sektor edtech untuk mengeksekusi solusi-solusi terbaik.

Didirikan tahun 2007, Zenius adalah layanan “bimbel online” berbayar yang menyasar semua tingkatan pendidikan, dari SD sampai persiapan ujian SBMPTN. Biaya berlangganannya mulai dari 172 ribu Rupiah per bulan hingga 650 ribu Rupiah per tahun. Disebutkan Zenius sudah memiliki lebih dari 80 ribu video pendidikan.

Pasca perolehan pendanaan ini, mantan COO Gojek Rohan Monga disebut bakal didapuk jadi CEO baru. Sabda PS bakal menjadi Chairman perusahaan, sementara dua co-founder lain (Medy Suharta dan Wisnu OPS) akan tetap berkiprah di Zenius.

Application Information Will Show Up Here