Amplitude, Vidio dan Pluang Terapkan Strategi Product-led Growth untuk Bangun Customer Retention

Sebagai perusahaan rintisan, tentunya mencapai growth yang cepat jadi salah satu tujuan yang didambakan. Nyatanya tidak semudah itu, terlebih melihat persaingan industri digital yang kian ramai.

Menjawab keresahan tersebut, DailySocial.id berkolaborasi dengan Amplitude mengundang Karina Gunawan, Enterprise Account Executive Amplitude, Robert Tan, VP of Pluang dan Dhiku Hadikusuma Wahab, Chief Product Officer of Vidio dalam acara webinar #SelasaStartup yang bertajuk: “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth”, bersama pada Selasa, 18 Januari 2022 lalu.

Bagaimana produk digital yang kita buat lebih dipilih?

Untuk mengatasi persoalan ini, para pemain di industri digital pun ramai-ramai menerapkan strategi product-led growth. Perusahaan yang melakukan strategi product-led growth lebih cepat bisa menjadi lebih lebih efisien dan scalable dalam mengakuisisi, mengelola engagement, retention dan loyalitas user, terlebih di tengah kompetisi industri digital, menarik pengguna untuk mencoba dan tetap ‘sticky’ terhadap produk bisnis Anda menjadi satu tantangan tersendiri.

Dalam diskusi ini, kami mendatangkan platform wealthtech Pluang, yang baru saja berhasil meraih pendanaan tambahan di putaran lanjutan Seri B senilai $55 juta atau setara Rp787 miliar pada Januari 2022 ini. Selain itu perwakilan dari perusahaan yang masuk dalam jajaran centaur, Vidio, juga turut menceritakan pengalaman mereka serta berbagi tips dan best practice membangun growth bisnis perusahaan digital sukses tersebut.

Melengkapi diskusi ini, tak luput perusahaan pionir digital optimization penyedia layanan data dan analisis produk, Amplitude, turut hadir memberikan pandangan bagaimana strategi product-led growth dapat memacu pertumbuhan startup digital

“Saya melihat banyak startup merasa belum ready […]. Padahal, karena kompetisi makin cepat dan customer juga ekspektasinya makin tinggi, makanya penting untuk cepat melakukannya (product-led growth) di awal,” terang Karina.

Amplitude juga membuka kesempatan bagi para perusahaan rintisan melalui program scholarship. Para startup diberikan akses data komprehensif dan support dari tim Amplitude secara gratis selama satu tahun. Program ini bisa Anda ikuti di tautan ini atau email melalui [email protected].

Penasaran bagaimana sepak terjang ketiga perusahaan ini membangun growth?

Simak webinar #SelasaStartup “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth” selengkapnya di sini!

Startup Edtech Schoters: Pandemi Percepat Akselerasi, Pasar Makin Matang

Salah satu sektor startup yang mengalami pertumbuhan saat pandemi adalah platform edtech. Bukan hanya di Indonesia, namun secara global platform yang menggabungkan edukasi, teknologi dan bisnis mampu menarik perhatian target pengguna hingga investor.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial mengundang Founder & CEO Schoters Radyum Ikono, untuk berbagi suka duka dan harapan sebagai penggiat startup yang menyasar sektor edtech di Indonesia saat ini dan ke depannya.

Pandemi percepat akselerasi

Saat Schoters baru didirikan sekitar tahun 2018, banyak tantangan yang dihadapi. Mulai dari edukasi hingga pemasaran dan cara tepat untuk memperkenalkan produk dan layanan yang dihadirkan kepada target pengguna.

Schoters adalah platform yang membantu siswa lulusan SMA/K dan profesional yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. Impian sang pendiri adalah, agar lebih banyak lagi siswa Indonesia yang merasakan pengalaman berharga saat melanjutkan studi di luar negeri.

“Ketika pandemi bulan Maret 2020 lalu secara langsung memaksa banyak pengguna untuk mengadopsi kegiatan belajar-mengajar secara online. Termasuk di dalamnya produk dan layanan yang ditawarkan oleh Schoters.”

Terkait dengan makin banyaknya platform serupa yang mulai muncul ke permukaan, ternyata tidak menjadi kendala bagi platform seperti Schoters untuk terus tumbuh. Hal tersebut menurut Radyum justru menjadi tanda yang positif, meskipun persaingan harus lebih sengit lagi.

“Saya melihat dengan makin banyaknya platform baru yang bermunculan bisa menjadi pertanda bahwa pasar sudah mulai matang dan teknologi yang kami tawarkan ternyata memang sangat relevan saat ini. Ke depannya kami melihat akan menjadi signal yang baik bagi platform edtech untuk terus tumbuh, untuk bisa menciptakan ekosistem yang lebih baik lagi.”

Radyum menambahkan, makin banyaknya pemain serupa yang mencoba menyasar sektor edutech juga bisa memberikan ruang lebih dan kesempatan kepada para investor untuk memberikan investasi. Karena pada akhirnya, meskipun sifatnya tidak recurring seperti layanan e-commerce, namun dengan strategi yang tepat dan penggunaan yang sangat relevan saat ini, bisa menjadikan platform edtech menarik untuk dijajaki.

Edukasi, teknologi, dan bisnis

Sebagai lulusan terbaik DSLaunchpad tahun 2020, Schoters merasakan benar pentingnya menciptakan relasi yang baik antara pemain startup edtech lainnya. Sebagai startup yang bukan hanya berupaya untuk mencari profit, platform seperti Schoters juga memiliki misi sosial, untuk bisa mempermudah proses belajar dan edukasi kepada masyarakat luas secara online.

Jika dulunya proses ini hanya terbatas kepada offline saja, namun startup seperti Ruangguru telah membuktikan bahwa edukasi disandingkan dengan teknologi dan bisnis bisa tetap tumbuh dan berjalan dengan baik.

“Tentunya saya memberikan apresiasi kepada Belva Syah Devara pendiri Ruangguru. Karena dengan platform yang mereka tawarkan mampu menjadikan startup edtech lebih mainstream dan diterima dengan baik oleh pasar. Kesuksesan mereka yang kemudian menjadi inspirasi saya untuk mendirikan Schoters,”kata Radyum

Impian Radyum untuk Schoters adalah, agar bisa menjadi platform end-to-end yang kemudian bisa membantu siswa untuk mewujudkan impian mereka studi di luar negeri. Hal tersebut tentunya akan dihadirkan oleh Schoters melalui berbagai produk dan pilihan layanan hingga teknologi yang memudahkan semua proses.

“Sepanjang 1 sampai 2 tahun terakhir saya melihat perkembangan startup edtech makin baik di Indonesia. mengikuti apa yang sudah terjadi di negara lain, saya melihat ke depannya platform edtech makin pesat pertumbuhannya di Indonesia,” kata Radyum.

Application Information Will Show Up Here

CDC UI Kembali Adakan Ekspo Beasiswa, Kewirausahaan, dan Karier

Career Development Center Universitas Indonesia (CDC UI) bekerja sama dengan Klob akan menyelenggarakan UI Career, Scholarship & Entrepreneurship Virtual Expo (UI CSE Expo) pada tanggal 4-7 November 2020. UI CSE Expo biasanya dilakukan dalam dua kali setahun, yakni setelah wisuda UI dilakukan pada semester ganjil dan semester genap.

Perhelatan ini ditargetkan akan diikuti oleh berbagai perusahaan dan instansi guna menjembatani kebutuhan para lulusan akan pekerjaan, jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memperkenalkan bisnis atau kewirausahaan yang dimiliki kepada khalayak yang lebih luas.

Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya (free entry) dengan rincian acara sebagai berikut:

  1. UI Career, Scholarship & Entrepreneurship Virtual Expo 2020 yang akan terselenggara bulan November nanti merupakan event yang akan dilaksanakan untuk ke-30 kalinya dan merupakan pertama kalinya diselenggarakan secara virtual sebab kondisi pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung saat ini.
  2. Empat kegiatan akan diselenggarakan secara virtual di UI Career, Scholarship & Entrepreneurship Virtual Expo 2020 selama tanggal 4-7 November 2020, yaitu:
  • Pameran Karier: pada website Klob, pengunjung dapat mengakses virtual booth dari perusahaan yang berpartisipasi pada acara ini dan melakukan job/intern application. Pengunjung juga dapat melakukan interaksi atau bertanya-tanya kepada perusahaan melalui fitur chat yang disediakan.
  • Pameran Beasiswa: pengunjung dapat mengakses virtual booth dari institusi yang berpartisipasi pada acara ini dan melihat informasi mengenai beasiswa yang tersedia, serta melakukan scholarship application.
  • Pameran Kewirausahaan: pengunjung dapat mengakses virtual booth dari startup yang berpartisipasi pada acara ini—baik startup dari mahasiswa maupun alumni—dan mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai startup yang dibina, produk-produknya, dan peluang untuk melakukan kolaborasi.
  • Webinar/Seminar Karier: pengunjung dapat mengikuti Webinar/Seminar Karier yang akan menghadirkan pembicara yang ahli pada bidangnya dan juga turut menghadirkan perwakilan dari perusahaan yang berpartisipasi dalam acara ini untuk memberikan informasi dan tips seputar dunia karier.
  1. Acara ini tidak dipungut biaya, pengunjung dapat langsung mengakses virtual booth untuk menikmati pameran melalui website Klob. Namun, untuk bisa mengikuti mata acara Webinar/Seminar Karier, pengunjung harus mendaftarkan diri terlebih dahulu di website Klob mulai tanggal 28 Oktober 2020. Setelah melengkapi data, peserta akan menerima email konfirmasi dan tautan ke Zoom yang dapat diakses pada hari H sesuai jadwal yang tertera.

Pengunjung yang tertarik untuk mengikuti dan mengetahui lebih lanjut terkait acara ini, dapat mengakses akun Instagram resmi UI Career, Scholarship & Entrepreneurship Virtual Expo 2020 ( @careerexpo.ui ) untuk mendapatkan informasi selengkapnya.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner UI CSE Expo 2020

Schoters Accommodates Student’s Requirements to Pursue Education Abroad

In an objective to help high school/vocational graduates and professionals who want to pursue a higher-level education, Radyum Ikono (CEO) and Muhammad Aziz (COO) created Schoters. Operating since January 2019, this edutech platform is formed as a marketplace accommodating users to get access to education abroad.

“I see many Indonesians from high school students to professionals who want to study abroad to get a better-quality education. However, there is limited access to information and preparation. We then created Schoters as a platform that provides end-to-end solutions for everyone who wants to study abroad in various countries,” Ikono said.

Schoters platform offers some features, such as campus registration consulting and scholarships, TOEFL / IELTS preparation, test preparation such as SAT / GRE / GMAT, document translation services, other foreign language courses (German, Japanese, Korean, Arabic), installment assistance, and tuition payment. Schoters intends to solve any problems faced by prospective students. In addition to being accessible through the website, Schoters also provides an application on the Android platform.

“Schoters’ business model is a marketplace that involves partners with expertise in specific services. Schoters takes fees from each transaction made by students to these partners,” Ikono said.

Available for everyone

Regarding the key features that distinguish Schoters with previous platforms, Ikono highlighted some companies engaged in similar business sectors tend to reach only the upper middle segment. Therefore, it is perceived that studying abroad is expensive and only affordable for certain classes.

“At Schoters, we present an affordable alternative preparation service, that anyone can make their dream of studying abroad come true. In addition, unlike Schoters which already full online, some other companies are still opening and outreach conventional offline-based classes (with branches in big cities),” Ikono said.

To date, Schoters has more than 200 thousand active users throughout Indonesia. They noted many students from outside the city who are yet to have access by other service providers.

“The fun thing is when they took part in the Schoters program and finally managed to go abroad for Bachelor, Master, or Doctoral degree. Schoters currently has helped students get hundreds of admissions on campus and scholarships in more than 15 countries. Starting from Japan, United Kingdom (UK), Australia, New Zealand, Korea, China, Russia, the Netherlands, Switzerland, Thailand, Malaysia and so on,” Ikono added.

In the near future, the company plans to raise Pre-Series A fund. During the Covid-19 pandemic, it is quite affecting the course of the company’s business. However, Schoters claims to solve it with a special strategy.

“Using the right marketing strategy, the team managed to make a turnaround, which is uniquely attract many students to come and study at Schoters for more productive time during work and study at home. It s enough said, there is no significant negative impact from The Covid-19 pandemic to our business,” Ikono said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Schoters Jembatani Kebutuhan Pelajar Lanjutkan Pendidikan ke Luar Negeri

Bertujuan untuk membantu siswa lulusan SMA/K dan profesional yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Radyum Ikono (CEO) dan Muhammad Aziz (COO) kemudian mendirikan Schoters. Beroperasi sejak Januari 2019, platform edutech ini berbentuk marketplace yang memberikan kemudahan kepada penggunanya untuk mendapatkan akses pendidikan di luar negeri.

“Saya melihat bahwa begitu banyak warga Indonesia dari pelajar SMA hingga profesional yang ingin kuliah ke luar negeri untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Namun demikian, akses terhadap informasi dan persiapannya sangat terbatas. Kami kemudian mendirikan Schoters sebagai platform yang memberikan end-to-end solution untuk siapa pun yang ingin study abroad ke negara manapun,” kata Ikono.

Fitur-fitur yang ditawarkan pada platform Schoters adalah konsultasi pendaftaran kampus dan beasiswa, persiapan TOEFL/IELTS, persiapan tes seperti SAT/GRE/GMAT, layanan penerjemahan dokumen, kursus bahasa asing lainnya (Jerman, Jepang, Korea, Arab), hingga bantuan cicilan pembayaran uang kuliah. Schoters ingin agar masalah apapun yang dihadapi oleh calon siswa dapat dibantu untuk diatasi. Selain bisa diakses melalui situs web, Schoters memiliki aplikasi untuk platform Android.

“Model bisnis Schoters adalah marketplace yang melibatkan mitra yang memiliki keahlian dalam jasa-jasa yang spesifik. Schoters mengambil fee dari setiap transaksi yang dilakukan oleh siswa terhadap mitra tersebut,” kata Ikono.

Menjangkau seluruh kalangan

Disinggung apa yang membedakan Schoters dengan layanan serupa yang sudah hadir lebih dulu, Ikono menegaskan beberapa perusahaan pada sektor study abroad lainnya cenderung hanya menyentuh segmen menengah ke atas. Sehingga dipersepsikan bahwa kuliah ke luar negeri itu mahal dan hanya terjangkau untuk kalangan tertentu.

“Di Schoters, kami menyajikan alternatif layanan persiapan yang terjangkau, sehingga siapa pun bisa mewujudkan mimpinya untuk kuliah ke luar negeri. Selain itu, berbeda dengan Schoters yang sudah full online, beberapa perusahaan lain di sektor study abroad masih membuka kelas dan outreach konvensional berbasis offline (dengan cabang-cabang di kota besar),” kata Ikono.

Hingga saat ini Schoters telah memiliki lebih dari 200 ribu pengguna aktif, yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Schoters mencatat, banyak para siswa berasal dari kota-kota yang umumnya tidak dijangkau oleh penyedia layanan lainnya.

“Yang menyenangkan juga adalah ketika mereka mengikuti program Schoters dan akhirnya berhasil berangkat ke luar negeri untuk jenjang S1, S2 maupun S3. Saat ini Schoters telah membantu siswa mendapatkan ratusan acceptance pada kampus dan beasiswa di lebih dari 15 negara. Mulai dari Jepang, United Kingdom (UK), Australia, New Zealand, Korea, Tiongkok, Rusia, Belanda, Swiss, Thailand, Malaysia dan lain sebagainya,” kata Ikono.

Dalam waktu dekat, perusahaan berencana melakukan penggalangan dana untuk tahapan Pra- Seri A. Selama pandemi virus Covid-19 berlangsung saat ini, cukup mempengaruhi jalannya bisnis perusahaan. Namun Schoters mengklaim telah mengakalinya dengan strategi khusus.

“Dengan strategi marketing yang tepat, tim berhasil melakukan turnaround, yang justru uniknya banyak siswa yang datang dan ingin belajar di Schoters karena ingin mengisi waktu produktif selama masa bekerja dan belajar di rumah. Dapat dikatakan bahwa secara bisnis, tidak ada dampak negatif yang signifikan dari pandemi Covid-19 ini,” kata Ikono.

Application Information Will Show Up Here

Universitas Indonesia Kembali Adakan Pameran Karier dan Beasiswa

Career Development Center Universitas Indonesia (CDC UI), pusat pengembangan karir dan kualitas sumber daya manusia di bawah Direktorat Hubungan Alumni Universitas Indonesia mengadakan pameran karier dan beasiswa bertajuk “UI Career & Scholarship Expo XXVI 2018”.

Kegiatan ini mengundang lebih dari 70 perusahaan/instansi yang sedang mencari tenaga kerja untuk berpartisipasi dengan melakukan pameran, presentasi perusahaan, rekrutmen dan wawancara. Selain itu, terdapat 15 lembaga/universitas pemberi dana beasiswa dan 15 tenant entrepreneurship.

Kegiatan diharapkan dapat membantu para job seeker untuk mendapatkan informasi pekerjaan sesuai dengan bakat dan minat mereka serta membantu perusahaan untuk mendapatkan pelamar yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Pada kegiatan ini, para job seeker akan bertemu langsung dengan pihak perusahaan, mulai dari proses lamaran hingga seleksi diadakan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 22 September 2018 di Balairung Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok. Acara ini gratis dan terbuka untuk umum. Langsung datang dan registrasi di tempat. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi website: http://cdc.ui.ac.id/uiexpo.

Pameran Karier dan Beasiswa
UI Career & Scholarship Expo XXVI 2018

Disclosure: DailySocial merupakan media partner UI Career & Scholarship Expo XXVI 2018

Dicoding and Google Provide 1000 Scholarship for Lecturers and Students

In order to expand app developer community in Indonesia, Google partners with Dicoding, a learning platform [programming class] in Indonesia. It creates opportunities for a scholarship to learn Android app development in the Android Developer Expert provided by Dicoding. There will be modules, curriculum, and mentoring by experts.

This scholarship is addressed for students and lecturers of information technology wants to deepen their ability in the field of programming. Scholarships will be awarded to the eligible candidates.

The candidates are to attend online class for 90 days with curriculum and modules compiled by the experts and to be mentored by Dicoding and Google Developer Experts through professional discussion and code review.

There are 125 modules, 35 videos and 24 quizzes provided in Bahasa, from material testing, debugging, to Enhanced System Integration. In addition, the candidates will also get the printed book of “Becoming an Android Developer Expert” published exclusively by Dicoding and a picodiploma certificate from Dicoding whether the entire module is completed in the class.

“By partnering with locals such as Dicoding, we look forward to participating in Indonesia’s digital economy management, which easily developed by innovative, cutting-edge developers,” William Florance, Google Product Relations Group Developer, explained.

This partnership is Google’s support to help Indonesia in advancing the digital economy. They believe to have found the right partner with the same vision to educate and train Indonesia’s app developers.

Google team on its official page mentioned:

“Through the partnership with locals such as Dicoding, we look forward for a real contribution to Indonesia’s digital economy, a whole covered system ready to use with qualified app developers.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Dicoding dan Google Berikan 1000 Beasiswa untuk Dosen dan Mahasiswa (UPDATED)

Dalam upayanya mengembangkan komunitas app developer di Indonesia, Google menjalin kerja sama dengan Dicoding, salah satu platform belajar atau kursus pemrograman di Indonesia. Kerja sama ini mewujudkan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa untuk belajar pengembangan aplikasi Andorid di kursus Android Developer Expert yang disediakan Dicoding. Dalam kursus itu nantinya akan disediakan modul, kurikulum, dan pendampingan oleh ahlinya.

Beasiswa ini ditujukan bagi para mahasiwa dan dosen pengajar di bidang teknologi informasi yang ingin memperdalam kemampuan mereka di bidang pemrograman. Beasiswa akan diberikan kepada mereka yang memenuhi syarat dan terpilih.

Nantinya mereka yang terpilih berhak mengikuti belajar secara online selama 90 hari dengan kurikulum dan modul yang disusun oleh ahlinya dan dapat dibimbing oleh Dicoding dan para Google Developer Expert melalui diskusi dan code review secara profesional.

Sementara itu dari pihak Dicoding, Founder Dicoding Narenda Wicaksono menyampaikan bahwa kerja sama dengan Google ini memungkinkan mahasiswa dan dosen IT yang mendapatkan beasiswa akan berkesempatan mendapatkan pembelajaran dengan standar global dan pengetahuan terkini tentang pembuatan produk digital di platform Android.

“Saat dosen IT memiliki kemampuan yang memiliki standar global maka Indonesia akan lebih banyak mencetak talenta digital handal dari universitas yang mampu menjawab tantangan global dan supply developer yang relevan dengan kebutuhan industi,” terang Narenda.

Dalam masa belajar itu juga disediakan 125 modul, 35 video dan 24 kuis dalam bahasa Indonesia, mulai dari materi testing, debugging, hingga Enhanced System Integration. Selain pembelajaran online, penerima beasiswa juga akan mendapatkan buku cetak “Menjadi Android Developer Expert” yang diterbitkan khusus oleh Dicoding dan sertifikat picodiploma dari Dicoding jika berhasil menyelesaikan keseluruhan modul dalam kelas tersebut.

“Dengan kolaborasi dengan mitra lokal seperti Dicoding kami berharap dapat berkontribusi untuk pengelolaan ekonomi digital yang kuat di Indonesia, yang mudah dikembangkan oleh gelombang inovatif, cutting edge developers,” terang Developer Product Group Google University Relations William Florance.

Kolaborasi ini juga menjadi salah satu bentuk dukungan Google untuk membantu Indonesia terutama untuk memajukan ekonomi digital. Dalam laman resminya pihak Google merasa mereka menemukan mitra yang tepat karena memiliki visi yang sama untuk mendidik dan melatih pengembang aplikasi di Indonesia.

Tim Google di laman resminya menyebutkan:

“Melalui kolaborasi dengan mitra lokal seperti Dicoding, kami berharap dapat memberikan kontribusi nyata untuk ekonomi digital Indonesia, sebuah perekonomian yang siap untuk maju dengan ketersediaan talenta pengembang aplikasi yang berkualitas.”

Update : penambahan informasi dan komentar dari pihak Dicoding

 

UI Career & Scholarship Expo Kembali Diselenggarakan

Career Development Center Universitas Indonesia (CDC UI), pusat pengembangan kerier dan kualitas sumber daya manusia di bawah Direktorat Hubungan Alumni Universitas Indonesia, akan segera melangsungkan pameran karier dan beasiswa dalam “UI Career & Scholarship Expo XXIV 2017”.

Kegiatan ini mengundang puluhan perusahaan/instansi yang sedang mencari tenaga kerja untuk berpartisipasi dengan melakukan pameran, presentasi perusahaan, rekrutmen dan wawancara. Selain itu akan ada juga lembaga dan universitas pemberi dana beasiswa yang akan menyuguhkan pameran dan mempresentasikan mekanisme beasiswa yang ditawarkannya kepada pengunjung.

Pengunjung UI Career & Scholarship Expo XXIV 2017 merupakan alumni dan mahasiswa dari berbagai universitas terkemuka yang berada di daerah Jabodetabek dan sekitarnya. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu para job seeker untuk mendapatkan informasi pekerjaan sesuai dengan bakat dan minat mereka serta membantu perusahaan untuk mendapatkan pelamar yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Pada kegiatan ini, para job seeker akan bertemu langsung dengan pihak perusahaan, mulai dari proses lamaran hingga seleksi diadakan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Expo ini bakal dilaksanakan hari Kamis s/d Sabtu, tanggal 14-16 September 2017 di Balairung Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok. Informasi dan pendaftaran dapat ditemukan melalui laman resminya di laman http://cdc.ui.ac.id/uiexpo.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner UI Career & Scholarship Expo XXIV 2017

Hacktiv8 Berikan Beasiswa Penuh untuk Pembaca DailySocial

Untuk menjawab kebutuhan industri terhadap perkembangan teknologi digital yang cukup pesat, perlu diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia (SDM) dengan skill yang sesuai. Sebelumnya diberitakan, terjadi ketimpangan antara supply dan demand di Indonesia bagi lulusan perkuliahan yang ingin bekerja di perusahaan berbasis digital.

Permasalahan ini akhirnya menjadi multidimensional, karena melibatkan pemerintah, institusi, dan mahasiswa itu sendiri. Daripada berlarut-larut mencari siapa yang salah, seluruh pihak perlu terlibat untuk menciptakan solusi yang nyata dengan melakukan langkah percepatan.

Hacktiv8 sebagai lembaga pelatihan pemrograman intensif untuk menjadi full stack developer di Jakarta, melakukan kerja sama dengan portal berita DailySocial mengadakan beasiswa penuh bagi pembaca menjadi peserta didik baru untuk menjadi seorang developer handal.

Hacktiv8 mensyaratkan usia calon pelamar antara 20 sampai 30 tahun dan telah menyelesaikan pendidikan SMA atau sederajat. Selain itu, peserta harus dapat mengikuti kelas intensif yang diadakan selama 12 minggu tanpa cuti, dengan durasi 11 jam per harinya.

Adapun kelasnya sendiri dimulai pada 29 Agustus 2016. Calon peserta yang berminat bisa mengisi formulir registrasi lewat tautan ini dan sertakan alasan mengapa anda adalah kandidat yang tepat untuk menerima beasiswa paling lambat 11 Agustus 2016. Sesi wawancara akan dilakukan mulai tanggal tersebut. Pengumuman pemenang beasiswa dilakukan pada 15 Agustus 2016.

Pihak Hacktiv8 membatasi peserta didik hanyalah yang berdomisili di wilayah Jabodetabek, sama sekali belum terdaftar sebagai peserta Hacktiv8, dan belum pernah/sedang menerima beasiswa di program lainnya, misalnya Women in Tech atau College Scholarship.

Penerima beasiswa juga tidak bisa menyerahkan hadiahnya kepada orang lain, diuangkan, atau ditransferkan sisanya apabila tidak lulus.

Hacktiv8 merupakan portofolio startup perusahaan modal ventura lokal RMKB Ventures.

Tunggu apalagi? Raih beasiswanya dengan mendaftarkan diri Anda sekarang.