Sennheiser PC 373D Manjakan Gamer dengan Surround Sound dan Mikrofon Noise Cancelling

Dalam sebuah permainan tim, komunikasi merupakan salah satu faktor yang perlu diprioritaskan. Itulah mengapa tidak sedikit gamer yang sangat pilih-pilih soal gaming headset, terutama mereka yang kerap terlibat dalam turnamen esport profesional.

Sesi gaming casual saja sebenarnya juga memerlukan komunikasi, khususnya dalam game macam Overwatch yang banyak mengandalkan kerja sama tim. Kalau Anda tengah mengincar gaming headset anyar, Sennheiser punya salah satu kandidatnya.

Spesialis audio asal Jerman tersebut baru saja mengumumkan Sennheiser PC 373D, sebuah gaming headset kelas flagship yang menyimpan sejumlah fitur menarik. Utamanya adalah teknologi Dolby Surround Sound 7.1 dan mikrofon noise cancelling.

PC 373D datang bersama sebuah Surround Doungle sehingga pengguna bisa berganti mode antara surround dan stereo dengan menekan satu tombol saja. Terkait noise cancelling, Sennheiser telah menerapkan algoritma khusus untuk memastikan suara pengguna terdengar jelas tanpa diganggu background noise.

Kombinasi warna hitam dan merah sudah sangat melekat dengan aura gaming / Sennheiser
Kombinasi warna hitam dan merah sudah sangat melekat dengan aura gaming / Sennheiser

Desainnya bersifat open-backed, yang berarti suara yang dihasilkan akan sedikit bocor dan dapat terdengar orang lain di satu ruangan yang sama. Pun begitu, desain open-backed ini juga berarti telinga pengguna bisa tetap adem meski telah menjalani sesi gaming yang cukup lama. Mendukung hal tersebut adalah bantalan ear pad besar berbahan velvet yang lembut dan empuk.

PC 373D turut menyimpan fitur ekstra yang tak kalah menarik, seperti misalnya software pendamping yang menawarkan empat mode equalizer: Off alias netral, Music, Esport dan Game. Di samping itu, mic-nya bisa dilipat ke atas dan input suara pun akan otomatis di-mute.

Sennheiser PC 373D akan dipasarkan seharga $260. Pilihan warnanya cuma satu, yakni hitam dengan aksen merah yang merupakan kombinasi umum di ranah gaming gear.

Sumber: The Verge dan Sennheiser.

Sennheiser PXC 550 Wireless Andalkan Noise Cancelling Adaptif dan Baterai Super-Awet

Dahulu hanya ada tiga atribut yang wajib dipertimbangkan dari sebuah headphone: desain, kenyamanan dan kualitas suara. Namun di era headphone Bluetooth, kriterianya bertambah satu, yakni daya tahan baterai. Itulah yang ingin disajikan Sennheiser lewat headphone nirkabel terbarunya, PXC 550 Wireless.

Pertama-tama, mari menilik aspek desain dan kenyamanannya. Dalam merancang PXC 550, Sennheiser mengaku telah melakukan survey terhadap ratusan telinga konsumen guna menghasilkan bentuk earcup dan headband yang stylish sekaligus nyaman dikenakan dalam durasi cukup lama.

Tepat di sisi salah satu earcup-nya, tertanam panel sentuh yang bisa dimanfaatkan untuk mengontrol volume maupun jalannya musik; pengguna hanya perlu mengusap menggunakan jarinya ke atas, bawah, kiri atau kanan guna menavigasikan headphone bertipe over-ear ini.

Earcup milik Sennheiser PXC 550 Wireless bisa ditekuk menjadi lebih ringkas agar mudah dibawa-bawa / Sennheiser
Earcup milik Sennheiser PXC 550 Wireless bisa ditekuk menjadi lebih ringkas agar mudah dibawa-bawa / Sennheiser

Sennheiser juga menyadari bahwa noise cancelling merupakan fitur yang perlahan menjadi standar dalam beberapa tahun terakhir. Untuk itu, mereka menerapkan teknologi noise cancelling adaptif, dimana peredaman suara akan semakin intensif ketika suara di sekitar pengguna semakin berisik.

Hebatnya, meski fitur noise cancelling ini sedang diaktifkan, PXC 550 diyakini sanggup menyala hingga 30 jam nonstop. Dibandingkan dengan Bose QuietComfort 35 yang baru dirilis bulan lalu, headphone tersebut ‘hanya’ bisa beroperasi selama 20 jam saja.

Soal kualitas suara, PXC 550 mengandalkan sepasang driver dengan respon frekuensi 17 – 23.000 Hz, didukung oleh konektivitas Bluetooth 4.2 yang irit daya serta NFC untuk memudahkan proses pairing. Tidak kalah menarik adalah fitur automatic pause, dimana musik akan otomatis dihentikan ketika pengguna melepas headphone dari telinganya.

Dilihat sebagai satu paket, Sennheiser PXC 550 Wireless ditujukan untuk pengguna yang kerap berpergian, terutama berkat fitur noise cancelling adaptif dan baterainya yang awet. Kalau Anda termasuk salah satunya, siapkan dana sebesar $400 untuk meminangnya mulai pertengahan bulan Juli ini.

Sumber: Digital Trends dan Sennheiser.

Sennheiser Gelar Acara Sound Forum Kedua dan Perkenalkan Dua Headphone Premium

Sennheiser kembali mengadakan acara Sound Forum untuk kedua kalinya. Setelah sebelumnya digelar akhir tahun 2015 kemarin, kali ini Sennheiser tidak hanya mengajak para awak media menikmati headphone buatan mereka tetapi mengumumkan ketersediaan dua headphone premium mereka di pasar Indonesia. Acara sendiri dilaksanakan di hotel Morrissey Jakarta, tanggal 20 April 2016.

Dua headphone premium yang diperkenalkan adalah headphone HD 800 S yang bertipe open dan over the ear, sedangkan satu lagi adalah HD 630VB yang bertipe close dan over the ear. Untuk headphone yang kedua, DailySocial sempat mengulasnya dan menuliskan hands-on yang bisa Anda baca di tautan ini.

Untuk headphone HD 630 VB pihak Sennheiser menyebutkan bahwa harga jualnya di Indonesia adalah 8.3 juta rupiah. Hands-on untuk perangkat ini bisa Anda baca di tautan di atas, tulisan kali ini akan lebih membahas acara sound forum yang kedua serta pengalaman singkat menggunakan HD 800 S.

sennheiser
Sennheiser Sound Forum 2016

Sound forum yang kedua

Ng Chee Soon, President & Managing Director Sennheiser Asia, yang membuka acara Sound Forum 2016 kemarin menjelaskan bahwa acara ini diselenggarakan sebagai bagian dari komitmen Sennheiser ke pasar Indonesia. Menurut rencana acara ini akan di selenggarakan secara rutin.

Di sesi tanya jawab di akhir acara, Soon juga menyebutkan bawah Sennheiser melihat produk mereka sesuai denagn pasar Indonesia. Kita ketahui bahwa nama brand ini cukup populer di sini, salah satunya adalah karena menghadirkan range produk yang cukup luas dan beragam, mulai dari yang entry level sampai yang untuk para audiophile.

Sennheiser juga cukup optimis dengan berbagai produk premium mereka. Keoptimisan ini bisa terlihat dari digelarnya acara sound forum yang merupakan acara pertama di regional dengan tipe ini. Selain itu range produk yang luas dari Sennheiser memberikan journey bagi konsumen yang juga luas, misalnya saja ketika mereka mencoba produk Sennheiser untuk entry level, ketika pengatahuan tentang sound mereka bertambah, bisa upgrade ke model atau tipe lebih tinggi.

Meski demikian, bagi saya sendiri, luasnya pilihan produk di sisi lain memberikan sedikit kebingungan karena perbedaan nama yang sulit diingat dan terkadang mirip serta menjadikan brand ini kurang eksklusif karena digunakan oleh ‘semua umat’.

Learning session produk Sennheiser 

Jika acara sound forum yang pertama lebih memfokuskan pada tips untuk memilih headphone a la Sennheiser, acara kali ini lebih ditonjolkan pada pengalaman penggunaan dan membandingkan headphone tipe open dan close. Tentunya selaran dengan pengenalan dua produk headphone premium di acara yang sama, yang terdiri dari dua tipe ini.

Di ajang ini para awak media di ajak untuk mengikuti beberapa sesi hands-on, mulai dari membedakan tipe headphone jenis open dan close sampai mencoba headphone premium terbaru.

sennheiser
Sennheiser PX 100 II

Open and close entry level headphone 

Salah satu fokus experience yang ingin diberikan adalah tentang perbedaan antara headphone close dan open. Bagi Anda penggemar headphone tentunya tidak asing lagi dengan istilah ini. Sennheiser mengajak saya dan rekan lain untuk mendengarkan sepotong lagu dari beberapa genre dengan menggunakan Sennheiser PX 100 – II untuk headphone jenis terbuka dan PX 200 – II untuk merasakan tipe headphone tertutup.

Secara sederhana, headphone dengan tipe terbuka memberikan sirkulasi udara, suara dari luar akan terdengar dan musik yang diputar pun akan terdengar oleh orang lain. Sedangkan tipe close kebalikannya. Pemilihan untuk dua jenis headphone ini tentunya akan tergantung dari selera musik yang ingin didengarkan. Headphone open biasanya menghasilkan suara yang lebih natural sedangkan yang tipe close menghasilkan suara bass yang lebih terasa.

Waktu atau tempat untuk menggunakan headphone ini pun akan menentukan pilihan dari tipe headphone, apakah PX 100 – II (open) atau PX 200 – II (tertutup). Perwakilan Sennheiser menjelaskan bahwa untuk tipe headphone terbuka direkomendasikan untuk mendengarkan musik di rumah atau home private use, karena bersifat terbuka yang artinya suara musik akan terdengar keluar dan suara luar pun akan terdengar, jadi membutuhkan lokasi yang lebih sepi atau tenang.

Sedangkan tipe tertutup direkomendasikan untuk mendengarkan saat traveling atau di luar ruangan. Bentuk pad headphone yang tertutup memungkinkan suara luar dan dari dalam terisolasi sehingga tak akan begitu mengalami kendala saat mendengarkan di luar ruang.

sennheiser
Sennheiser PX 200 II

Dua headphone yang dicoba ini hadir dengan jenis on ear yang artinya tidak menutu telinga secara penuh, beberapa kelebihan dari sisi desain adalah ringan, bisa dilipat serta pad (baik busa di PX 100 – II atau synsthetic leather di PX 200 – II) bisa diganti.

Open and close premium headphone 

Masih tentang open dan close headphone, setelah mencoba yang entry level, kali ini pengalaman yang ingin dibagikan adalah untuk premium headphone, mereka adalah HD 600 yang bertipe terbuka dan HD 630VB yang bertipe tertutup. Kualitas suara jelas meningkat tetapi pengalaman yang berhubungan dengan jenis musik yang cocok serta rekomendasi lokasi untuk mendengarkan hampir serupa.

Headphone Sennheiser HD 600  menghadirkan bagian yang memungkinkan suara musik terdengar ke luar dan suara luar terdengar saat mendengarkan lagi, berbeda dengan HD 630VB yang mengisolasi suara serta dilengkapi dengan kontrol untuk ‘menaik turunkan’ kadar bass.

sennheiser
Sennheiser HD 600

Saat mencoba, pengalaman yang saya rasakan atas HD 600 adalah suara keluar saat mendengarkan musik cukup terasa yang mengindikasikan bahwa headphone ini lebih cocok untuk didengarkan di ruang private. Desain pad yang memanjang memberikan kenyamanan sedangkan desain dan material yang hadir gabungan antara metal dan plastik. Musik akustik yang didengarkan terasa lebih nyaman, headphone ini akan lebih cocok untuk musik ‘lembut’ seperti akustik atau Jazz.

sennheiser
Sennheiser HD 630VB

Sedangkan untuk HD 630 BV desain pad-nya bulat dan tertutup, terasa cukup nyaman dan suara bass yang dihasilkan lebih dalam. Headphone ini bisa dilipat, mendukung perangkat iOS dan Android dengan switch yang mudah dijangkau serta lebih cocok untuk musik EDM atau musik yang membutuhkan punch bass yang lebih terasa. Desan material sendiri gabungan antara plastik dan metal. Bahan pad synthetic leather.

Open headphone yang lebih premium, HD 800 S

Tiba akhirnya mencoba headphone premium yang pada acara resmi diluncurkan untuk pasar Indonesia, Sennheiser HD 800 S. Tipe headphone ini adalah tipe open, menghasilkan suara yang lebih natural dan lebih detail.

sennheiser
Sennheiser HD 800 S

Pengalaman saya sendiri saat mencoba, meski bertipe open tetapi suara luar tidak terlalu terasa saat mendengarkan musik. Lalu untuk musik akustik sound-nya terasa luas, pemisahaan elemen sound juga terasa, vokal pun cukup celar. Headphone ini akan lebih cocok untuk musik akustik atau soft musik dan mungkin juga musik rock tetapi akan kurang pas untuk musik EDM atau elektronik.

Dari desain sendiri material metalnya cukup kentara meski di beberapa bagian dipadukan dengan plastik. Bentuk pad yang lonjong dan cukup besar juga menjadikan lebih terasa nyaman. Bahan pad dari kain yang terasa premium, bisa juga disesuaikan dengan bentuk kepala bagian pinggir agar pas di telinga. Sayangnya saya merasa bagian atas gagang headphone ini terasa kurang premium.

sennheiser
Sennheiser HD 800 S

Headphone HD 800 S ini juga hadir dengan dua kabel, unbalance serta balance. Tipe kabel balance menghadirkan suara yang lebih real, seperti mendengarkan langsung. Meski demikian, layaknya headphone premium maka suara musik yang dihadirkan akan lebih maksimal jika di dengarkan menggunakan amplifier premium serta kualitas file musik yang juga tinggi.

sennheiser
Sennheiser HD 800 S

Kekurangan satu lagi yang agak cukup terasa saat pengalaman mencoba beberapa headphone Sennheiser ini adalah pilihan musik yang dihadirkan tidak banyak dan beberapa hanya sepenggal atau bukan lagu lengkap. Tidak ada musik rock sebagai contoh termasuk musik full band electric.

Satu lagi yang cukup menarik dari sesi sound forum adalah blind test, para awak media ditutup matanya dan diberikan beberapa pilihan earphone untuk potongan lagu yang sama untuk merasakan kualitas earphone premium dari Sennheiser. Saya sendiri ternyata memilih headphone Sennheiser entry level bukan yang highend, bisa jadi karena pilihan selera saya lebih cocok untuk jenis earphone tertentu.

Menjadi menarik tentunya ketika peluncuran atau pengenalan produk baru yang tersedia untuk pasar Indonesia dibalut dengan acara ujicoba perangkat, meski dengan keterbatasan yang ada jenis acara seperti ini tentunya bisa memberikan pengalaman dan gambaran lebih detail tentang suatu produk tertentu.

Meski demikian, tentu saja untuk produk headphone atau earphone, waktu yang singkat tidak bisa menjadi rujukan utama karena butuh waktu tertentu untuk bisa menilai dan memilih headphone yang cocok. Namun, hands-on singkat bisa jadi acuan awal untuk melakukan pilihan. Jenis musik serta alat memutar juga tentunya akan memberikan pengaruh, belum lagi amplifier sebagai alat tambahan untuk memutar musik juga akan berpengaruh pada hasil suara yang keluar.

sennheiser
Sennheiser HD 800 S

Untuk harga dua produk terbaru Sennheiser yang hadir di pasar Indonesia adalah HD 800 S dijual dengan harga 27 juta rupiah sedangkan HD 630VB dijual dengan harga 8.3 juta rupiah.

sennheiser
Perwakilan Sennheiser Asia dan PT. Astrindo Senayasa

 

Sennheiser Topang Virtual Reality Melalui Teknologi Ambeo

Pengenalan open headphone pada konsumen oleh Sennheiser puluhan tahun lalu melambungkan perusahaan Jerman tersebut sebagai brand audio papan atas. Selain tak berhenti mengembangkan produk high fidelity premium, ternyata Sennheiser juga memperlihatkan ketertarikan terhadap ranah yang belakangan mendapatkan perhatian besar: virtual reality.

Berkat kerja keras Oculus VR, Valve dan HTC, sebentar lagi khalayak umum dengan mudah bisa menikmati VR. Dan dari sana, kita bisa menerka, kulitas konten serta keberagaman periferal kendali akan meningkat. Namun bidang reproduksi suara tampaknya merupakan faktor yang kurang memperoleh perhatian. Dan karena alasan itulah, Sennheiser mengembangkan sebuah teknologi ‘3D immersive‘. Diungkap di CES 2016 silam, mereka menamainya Ambeo.

Sennheiser Ambeo adalah solusi yang didesain spesifik buat menopang virtual atau augmented reality, sehingga penyajian suara sama-sama realistisnya dengan elemen visual. CEO Dr. Andreas Sennheiser memberi penjelasan pada Digitial Trends bahwa Ambeo ialah ‘payung’ untuk beberapa tipe konfigurasi audio immersive berbeda. Prosedur diterapkan saat merekam, mixing, ketika memproses suara, serta tentu saja dalam penyuguhan output.

Ambeo memanfaatkan kombinasi teknologi berbeda, misalnya playback 9.1, playback di headphone, kemudian proses perekaman via microphone virtual reality. Ketika head-mounted display virtual reality dirancang buat mengelabui pengelihatan pengguna, seolah-olah mereka berada di tempat lain, Ambeo diramu untuk memperdaya indra pendengaran kita.

Tak cuma suara yang begitu akurat serta menyeluruh, Ambeo sanggup mengangkat detail-detail kecil. Ia sangat efektif buat menyajikan konser musik digital. Di CES, Ambeo dipadukan bersama headphone HD-630VB serta headset Samsung Gear VR. Digital Trends mengaku, penempatan audio di ruang virtual sangat mengagumkan. Ketika kepala digerakkan, ia sanggup melacak arah datangnya suara instrumen musik secara sempurna. Bahkan dari arah belakang.

Namun tentu saja, virtual reality tak bisa lepas dari tema gaming, dan Sennheiser sadar akan hal tersebut. Mereka menggandeng Soulpix dan mengimplementasikannya dalam Eden – demo proof of concept bertenaga Unreal Engine 4. Melalui algoritma khusus, sumber bunyi-bunyian di permainan jadi sangat mudah dideteksi.

Andreas Sennheiser menuturkan, “Engine rendering suara 3D yang Sennheiser gunakan di Eden memungkinkan transisi mulus antara dunia nyata dan audio virtual. Teknologi ini akan menjadi dasar masa depan suara 3D di aplikasi augmented reality.”

Kabar gembiranya, teknologi Ambeo rencananya akan hadir di produk audio tidak lama lagi, diperkirakan tiba tahun ini.

Sumber tambahan: Sennheiser.com.

Hands-On dengan Headphone Sennheiser, HD 630VB dan Seri Momentum

Dalam acara media sound forum yang diadakan Sennheiser beberapa waktu lalu, tidak hanya mendapatkan informasi tentang panduan memilih headphone a la Sennheiser tetapi saya juga berkesempatan untuk mencoba berbagai headphone yang dipajang di acara tersebut. Beberapa diantaranya akan coba saya bahas di artikel ini.

Menikmati headphone memang tidak bisa dalam waktu singkat. Penggemar alat untuk mendengarkan audio bisa jadi mengenal istilah burn-in untuk menggambarkan bahwa perangkat headphone akan bisa memberikan hasil suara maksimal jika sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Belum lagi file musik serta perangkat yang digunakan untuk memutar musik dan alat tambahan, seperti amplifier, juga akan berpengaruh pada hasil audio yang dikeluarkan.

Untuk itu artikel ini memang bukan sebuah review tetapi lebih ke hands-on atau pengalaman singkat saya ketika mencoba beberapa headphone Sennheiser. Ada banyak tipe atau seri yang Sennheiser bawa di acara media sound forum, mulai dari on ear, in ear sampai yang over ear. Baik yang dilengkapi bluetooth atau yang wire. Saya tidak terlalu menyukai bentuk earphone in ear, jadi saat acara kemarin saya hanya mencoba beberapa headphone on ear dan over ear.

Sennheiser HD 630VB

sennheiser HD 630 VB

Headphone yang satu ini, dijelaskan saat presentasi pada acara, disebut sebagai headphone audiophile pertama dari Sennheiser yang mendukung output audio dari smartphone. Belum masuk ke Indonesia dan harganya sudah bisa dipastikan akan premium, alias 5 juta ke atas.

Yang pertama kali mencuri perhatian dari HD 630VB bisa jadi adalah tampilan luar. Desain pad-nya terasa begitu besar, mengingatkan saya pada headphone Philips jadul. Namun desain bulky ini terbayar ketika Anda mulai menempatkannya di telinga Anda. Bundaran speaker yang bulat menutup dengan pas telinga Anda. Pinggiran pad yang ditutup bahan leather bagi sebagian pengguna mungkin tidak senyaman busa, tetapi tetap nyaman.

Busa pada bagian gagang atau pegangan yang bersentuhan ke bagian atas kepala juga menambah empuk saat dipakai. Cocok untuk penggunaan dalam waktu lama. Bahan dari headphone ini sendiri adalah gabungan beberapa bahan seperti plastik dan aluminium, dan balutan bahan kulit untuk pad baik dikuping atau penahan kepala. Penggabungannya menurut saya cukup menyenangkan, memberikan desain modern yang hadir dengan warna abu (metalik).

Sennheiser HD 630 VB

Dari suara sendiri, saya mendapatkan bahwa headphone ini memiliki bass yang cukup terasa tetapi tidak terlalu keras, dan terasa deep serta powerfull dari sound yang dihasilkannya. Untuk fitur tambahan, di bagian pinggir salah satu pad terdapat pengaturan kekuatan bass yang bisa diakses. Mirip seperti volume tapi untuk bass dan sisi powerfull suara. Jadi jika Anda ingin bass-nya agak berkurang bisa diatur ke miminal, lalu jika ingin mendengarkan lagu yang membutuhkan bass kuat bisa diatur ke maksimal.

Mendukung penggunaan smartphone tetapi untuk segmen audiophile menjadikan headphone ini harus memiliki sisi portabilitas yang tinggi. Meski bentuknya cukup besar namun foldable alias spekaer pad bisa ditekuk, lebih compact untuk dibawa kemana pun.

Sennheiser HD 630 VB

Pengalaman singkat mencoba Sennheiser HD 630VB kemarin cukup menyenangkan. Output suara yang diberikan juga cukup baik, meski saya hanya menggunakan layanan streaming lagu dari Deezer untuk memutar musik. Bisa jadi hasilnya akan lebih baik jika menggunakan file musik yg lebih ‘bagus’ dan bantuan amplifier.

Seri Momentum

Sennheiser Momentum

Headphone lain yang saya coba pada acara media sound forum Sennheiser beberapa waktu lalu adalah seri Momentum 2. Kalau melihat keterangan produk yang dipajang ada 3 produk yang tersedia untuk dicoba, Momentum 2i on ear, Momentum 2G over ear dan Momentum 2 over ear (yang menurut penjelasan perwakilan distributor memiliki fitur bluetooth). Dua yang disebutkan awal diperuntukkan bagi pemutar perangkat iOS (tipe i) dan Android (tipe G).

Saya lebih banyak mencoba seri Momentum 2 karena merasa bahwa suara bass yang dihasilkan lebih terasa dibandingkan yang seri untuk perangkat bergerak – 2i dan 2G, meski di sisi lain suara yang dihasilkan tidak terlalu deep.

Desain pad-nya yang lonjong memberikan efek nyaman tertentu dibandingkan yang tipe over ear bentuk bulat. Bahan leather yang membalut pad serta gagang juga memberikan kenyamanan saat menggunakan.

Sennheiser Momentum

Dari sisi desain, build dari headphone ini adalah gabungan plastik untuk rumah sepaker dan besi untuk gagang headphone. Momentum 2 cocok untuk penggunaan mobile karena bisa dilipat. Satu hal dari sisi desain yang tidak saya suka adalah perpaduan warna antara bagian luar dan bagian dalam pad. Warna busa yang coklat agak muda terasa ‘norak’ dan kurang pas dengan desain keseluruhan headphone.

Sennheiser Momentum

Di unit yang saya coba, ada fitur pengaturan suara yang terletak di bagian bawah salah satu speaker dan ada pula tombol dengan logo bluetooth. Menurut penjelasan salah satu perwakilan retailer Sennheiser di Indonesia, perangkat yang tipe ini bisa digunakan secara wireless, tapi saya tidak mencobanya. Saat mendengarkan lagu menggunakan kabel, tombol bluetooth coba saya aktifkan, dan power suara yang dihasilkan menjadi semakin kuat dan terasa seperti ada noice cancelling yang diaktifkan.

Seri HD

sennheiser 4 sennheiser 3

Selain dua perangkat headphone di atas, saya mencoba sebentar pula beberapa headphone lain seperti HD 221 dan HD 471G. Untuk yang HD 221 suara yang dihasilkan cukup terasa untuk bass, detail suara lain pun juga cukup meski tidak terasa deep. Sedangkan utuk HD 471G terasa kurang bagi saya meski bass-nya cukup terasa.

Dari sisi desain, balutan plastik yang dibawa kedua perangkat ini bisa jadi tidak ada yang terlalu istimewa, meski model yang dihadirkan mencoba untuk menghadirkan bentuk modern.

Saya harus mengakui bahwa saya bukan penggemar Sennheiser, alasannya produk ini terlalu umum alias produk sejuta umat. Tetapi rasa penasaran saya akhirnya membuat saya membeli satu produk entry level earphone (model earbud), dan saat digunakan, ternyata hasil suara yang diberikan cukup baik. Padahal itu produk entry level yang harganya tidak mahal.

Saya juga hadir beberapa kali dalam sesi rilis headphone dan mencoba singkat produk Sennheiser, salah satu acara rilis yang saya hadiri adalah adalah seri Urbanite. Saya sempat pula me-review untuk waktu agak lama seri Fidelio M1. Pengalaman mencoba beberapa produk ini cukup mengubah penilaian saya pada produk Sennheiser. Apalagi produk seperti Fidelio, Momentum dan HD 630VB yang hadir dengan desain cukup keren, membuat produk sejuta umat ini mendapat sentuhan desain yang premium dan ciamik. Signature suara bass yang dimiliki Sennheiser juga konsisten dijaga dan dihadirkan pada berbagai produk mereka.

Menjadi menarik tentunya melihat pergerakan selanjutnya dari Sennheiser, apalagi saat berbincang dengan perwakilan distributor bahwa disebutkan merek ini akan mencoba untuk mulai fokus menyasar pengguna mid dan high level. Meski demikian, saya yakin beberapa produk laris untuk entry level yang mereka miliki, akan sulit ditinggalkan oleh Sennheiser.

Tips Memilih Headphone dari Sennheiser

Sennheiser baru saja menggelar acara Media Sound Forum 2015 di Jakarta. Acara yang diselenggerakan di Comma Co-Working Space ini menjadi acara media sound forum pertama yang diselenggarakan di Sennheiser di Indonesia.

Dalam acara yang diadakan siang hari itu dipresentasikan beberapa hal, seperti sejarah Sennheiser yang tahun ini genap 70 tahun oleh Ada Yen, Marketing Executive Sennheiser Asia, perkembangan file musik yang berhubungan dengan pemilihan headphone serta tips atau panduan dalam memilih headphone yang dipandu oleh Wee Hong, Product Marketing Manager Sennheiser Asia.

Dalam artikel ini akan kami sajikan ulasan tentang tips atau panduan dari Sennheiser bagi Anda pembaca setia DS/lifestyle yang ingin memiliki headphone. Artikel akan lebih banyak menampilkan foto presentasi saat acara kemarin.

Dalam awal presentasinya, Wee Hong tidak lupa menjelaskan beberapa perkembangan cara dan spesifikasi audio dari waktu ke waktu. Dulu kita mendengarkan dari CD, lalu ke MP3 dan kini ke streaming serta high quality sound. Bahkan layanan streaming pun telah ada beberapa yang menyediakan akses ke lossless file audio atau hi-res format. Beberapa album dari musisi terkenal jaman dulu juga di-remastered untuk menghadirkan kualitas audio yang lebih baik.

Pekembangan audio ini sendiri akan berhubungan dengan pemilihan headphone karena selain selera, pilihan desain dan kualitas teknis headphone-nya sendiri, tambahan alat seperti amplifier, pemutar file musik serta file audio yang digunakan juga akan memberikan pengaruh kenyamanan mendengarkan musik.

Sennheiser media forum

Panduan atau tips dari Sennheiser yang akan disajikan di artikel ini, berdasarkan penjelasan dari acara kemarin. Mencakup panduan dasar dari memilih headphone dan akan berguna bagi Anda, terlebih bagi mereka yang baru memasuki dunia audiophile, sedang mencari pilihan yang tepat untuk mendengarkan musik atau ingin meningkatkan pengalaman audio Anda.

Beberapa tahap yang bisa dilakukan dalam memilih headphone agar sesuai dengan preferensi sobat DS adalah mulai dari menentukan musik apa yang ingin atau akan didengarkan, lalu kapan akan mendengarkan musik alias dimana headphone akan digunakan, kemudian menentukan pula selera pilihan jenis headphone termasuk desain.

Setelah itu apakah akan menggunakan yang berkabel atau wireless, lanjut ke alat apa yang akan digunakan untuk mendengarkan musik dan akhirnya pilih merek dan seri yang Anda ingin miliki.

Sennheiser music forum

Tentukan musik apa yang ingin didengarkan

Mari kita bahas yang pertama, yaitu menentukan tipe musik apa yang Anda gemari atau yang akan ada dengarkan menggunakan headphone. Pilihan musik akan menentukan pilihan headphone, misalnya headphone untuk mendengarkan musik live tidak akan memberikan fitur pemecahan suara dari headphone yang diperuntukkan bagi musik EDM (electronic dance music).

Ada tiga kelompok genre yang bisa dikategorikan untuk memudahkan pilihan. Lebih lengkap bisa cek gambar berikut ini:

Sennheiser music forum

Sennheiser music forum

Sennheiser music forum

Jadi pilihan atau preferensi musik apa yang akan didengarkan akan memberikan peran yang cukup besar atas headphone jenis apa yang akan dimiliki. Jika Anda menyukai musik yang lebih menonjolkan suara, komposisi musik dan kejernihan alunan musik yang dikeluarkan maka pilihan karateristik headphone yang memunculkan suara hangat, sound staging yang bagus dan suara yang jernih untuk instrumen adalah yang bisa Anda pilih.

Lalu jika Anda lebih suka musik Rock maka headphone dengan karakteristik yang lebih menonjolkan suara bass dan gitar electric dengan rhythm yang kuat yang bisa dipilih. Dan jika Anda lebih suka dengan musik elektronik yang biasanya lebih menonjolkan bass yang kuat maka pilihlah headphone dengan karakter tersebut.

Di Sennheiser sendiri beberapa pilihan tipe (dari sekian banyak) yang mencakup beberapa karakter ini telah disediakan. Misalnya untuk penyuka musik jazz dan rock bisa memilih tipe seri Sennheiser Momentum, sedangkan untuk musik electronic bisa memilih tipe Sennheiser Urbanite.

Sennheiser media forum

Kapan menggunakan headphone

Panduan yang kedua adalah mengenai kapan dan dimana lokasi Anda akan mendengarkan musik. Apakah saat commuting atau perjalanan di transportasi publik menuju tempat kerja atau sekolah, di pesawat, di rumah atau sambil menemani kerja di kantor Anda.
Sennheiser media forum

Desain yang diinginkan

Setelah Anda mengetahui preferensi kapan headphone itu digunakan, maka akan berlanjut ke pilihan selera desain dari headphone tersebut, apakah earphone in ear, headphone on ear atau over the ear. Beberapa penjelasan detail bisa Anda lihat di bawah ini:

Sennheiser media sound forum

P51125-140259

P51125-140336

P51125-140356

In ear (masuk ke lubang kuping) lebih mudah dibawa dan biasanya mampu menahan suara dari luar, sedangkan on ear (berada pas di telinga) lebih kecil ukurannya dari over ear (menutup semua telinga) dan biasanya tidak membuat kuping terlalu panas karena berada ‘di atas’ kuping, tidak menutupi semuanya. Dan untuk over ear headphone, suara yang dihasilkan bisa lebih ‘kaya’ lebih baik untuk menahan suara dari luar dibandingkan on ear, dan bisa memberikan bass yang lebih kuat.

Dalam penjelasannya, Wee Hong juga menambahkan bahwa jika Anda lebih suka dengan suara bass dan tekanan suara yang lebih kuat bisa memilih in ear, sedangkan on ear lebih compact dari over ear, lebih cocok bagi yang menggunakan anting, sama yang menggunakan kacamata. Sedangkan over ear lebih comfort, penyuka musik akustik bisa memilih jenis ini, selain itu akan lebih nyaman untuk penggunaan lebih lama.

Open atau closed headphone

Jika sudah menentukan pilihan maka tahapan selanjutnya – masih berhubungan dengan desain – adalah menentukan tipe. Beberapa pilihan tipe headphone antara lain open atau closed atau headphone dengan bagian pad tertutup atau terbuka.

P51125-140819

P51125-140833

P51125-140928

Seperti yang bisa dilihat di atas, untuk headphone tipe terbuka akan menghadirkan suara lebih natural tetapi suara musik yang didengarkan bisa keluar dan suara dari luar pun bsa terdengar. Sedangkan tertutup bisa lebih mengisolasi suara, cocok untuk mendengarkan musik di suasana apapun dan bisa memberikan suara bass yang lebih baik.

Headphone dengan desain open lebih cocok untuk penggunaan di rumah, untuk musik unplugged dan bisa lebih nyaman untuk penggunaan waktu yang lama. Sedangkan yang close cocok untuk mereka yang mendengarkan saat commuting karena suara tidak keluar, dan lebih kuat bass serta level suaranya.

Wire atau wireless

Selain tipe yang di atas, ada pula tipe lain yang bisa memberikan pilihan lain bagi Anda, yaitu yang menggunakan kabel atau wireless. Selain hasil suara yang akan diberikan headphone seperti ini yang harus diperhatikan pula adalah kegunaannya, misalnya apakah akan digunakan di kantor atau rumah. Jika di rumah apakah akan digunakan di ruang tertentu (ruang musik misalnya) atau sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa jadi jauh dari stasion headphone (untuk jenis headphone tertentu).

P51125-141109

P51125-141431

P51125-141548

Music player apa yang digunakan

Panduan terakhir adalah menentukan pemutar musik yang digunakan. Untuk yang terakhir ini bisa jadi akan lebih ditujukan untuk para audiophile yang bisa jadi lebih paham untuk output atau kualitas bermacam pemutar musik. Tetapi pengetahuan ini juga penting bagi pemula (seperti saya) sebagai pengetahuan umum dan untuk pintu belajar lebih lagi tentang audio dan pilihan headphone. Karena siapa tau kita telah membeli headphone mahal untuk memberikan kualitas suara yang baik tetapi salah dalam memilih alat pemutar musik itu sendiri.

P51125-142041 - Copy

P51125-142019

P51125-142022 - Copy

Di Sennheiser sendiri, dalam acara media sound forum kemarin juga disebutkan bahwa mereka kini telah memiliki jajaran headphone yang dikhususkan untuk berbagai perangkat pemutar, termasuk perangkat iOS dan Android. Misalnya saja seri Momentum 2i untuk dukungan atas perangkat pemutar musik iOS dan versu yang Momentum 2G untuk perangkat pemutar musik Android.

Headphone untuk olahraga

Selain apa yang disebutkan di atas, ada satu lagi penggunaan headphone yang kini semakin populer, yaitu untuk olah raga. Tipe yang banyak digunakan in ear meski ada pula yang berolahraga dengan tipe on ear.

P51125-144356 - Copy
P51125-144118 - Copy

Untuk kegiatan olahraga, Sennheiser sendiri memiliki lini buat kebutuhan ini yang terdiri dari 4 produk berbeda. Salah satu faktor yang diperhatiin adalah tidak gampang jatoh saat digunakan (terutama saat berkeringat), kabelnya tahan lama serta earbud yang antibakteri.

Demikian tips atau panduan secara umum untuk memilih headphone a la Sennheiser. Salah satu faktor penentu dalam memilih headphone adalah preferensi atau selera (baik dari musik yang sering didengarkan atau desain headphone) kita masing-masing. Selain itu, jika suka dengan brand tertentu, pilihan tipe yang banyak dari brand tertentu bisa juga membantu memilih.

Untuk Sennheiser sendiri, mereka bisa dikatakan punya semua lini untuk semua segmen. Misalnya saja untuk mereka dengan budget terbatas ada HD 231, untuk yang ingin menikmati musik lebih baik ada HD 471, untuk mereka stylish jetsetter yang ingin mendapatkan kualitas sura premium ada seri Momentum (termasuk in ear, on ear dan over ear). Lalu untuk mereka yang menyikain bass serta tampilan urban ada seri Urbanite, sedangkan untuk olahraga ada seri sport.

Sebenarnya Sennheiser juga baru saja memperkenalkan sebuah headphone (super) premium yang berharga $55 ribu, yaitu Orpheus. Ada pula yang menarik perhatian, yaitu Sennheiser HD 630VB, merupakan headphone yang ditujukan untuk para audiophile, dan merupakan audiophile headphone pertama dari Sennheiser yang bisa di drive dari pemutar musik ponsel. (Pengalaman hands-on akan ditulis di artikel lain).


SENNHEISER - Media Sound Forum Fact Sheet #1

 

 

 

SENNHEISER - Media Sound Forum Fact Sheet #2

PS: mohon maaf jika kualitas foto presentasi kurang baik, tetapi semoga masih terbaca dan memberikan manfaat. 

Sennheiser Mulai Pasarkan Lini Earphone Sports di Indonesia

Setelah memperkenalkan Momentum In-Ear yang ditujukan untuk para penikmat musik yang tak mau berkompromi, Sennheiser kini beralih ke pasar pencinta olahraga. Pabrikan audio yang berdiri dengan nama Laboratorium Wennebostel ini mengungkap kehadiran lini earphone Sports untuk pasar tanah air. Continue reading Sennheiser Mulai Pasarkan Lini Earphone Sports di Indonesia

Sennheiser Momentum In-Ear Resmi Hadir untuk Para Penikmat Musik Indonesia

Melengkapi lini headphone Momentum-nya yang mendulang banyak prestasi, Sennheiser memperkenalkan Momentum In-Ear untuk para penikmat musik tanah air. Sama seperti varian Momentum lainnya, in-ear headphone terbaru dari Sennheiser ini menawarkan kombinasi yang mantap antara gaya kontemporer, material premium dan kualitas suara tanpa kompromi. Continue reading Sennheiser Momentum In-Ear Resmi Hadir untuk Para Penikmat Musik Indonesia

Sejarah Perjalanan Sennheiser: Dari Perusahaan Kecil Menjadi Pemimpin Industri Audio dalam Skala Global

Anda sudah mengenal, atau bahkan menjadi pelanggan setia Sennheiser dalam berburu headphone maupun mikrofon. Namun tahukah Anda jika pada awalnya perusahaan asal Jerman ini tidak bergerak pada bidang audio? Untuk itu, mari bersama-sama mengamati sejarah singkat perjalanan Sennheiser dari masa ke masa. Continue reading Sejarah Perjalanan Sennheiser: Dari Perusahaan Kecil Menjadi Pemimpin Industri Audio dalam Skala Global

Sennheiser Perkenalkan Empat Headphone In-Ear Seri CX Generasi Baru

Tidak bisa dipungkiri, nama Sennheiser selalu teringat saat sedang mendiskusikan perangkat audio. Alasannya sebenarnya sederhana: ahli audio asal Jerman ini memiliki sederet headphone dalam berbagai jenis dan rentang harga yang luas, mulai dari yang terjangkau (murah) hingga yang berharga selangit. Continue reading Sennheiser Perkenalkan Empat Headphone In-Ear Seri CX Generasi Baru