Qlue Dukung Pemerintah Kota Probolinggo Wujudkan Smart City

Qlue kembali menunjukkan diri sebagai salah satu layanan dengan inovasi yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah dalam pengelolaan kota secara digital. Yang terbaru adalah dideklarasikannya Probolinggo Smart City akhir September lalu. Salah satu langkah awal untuk mewujudkannya adalah dengan diresmikannya Probolinggo Command Center.

Command Center milik pemerintah Probolinggo ini nantinya bisa dipergunakan untuk menyajikan informasi mengenai keadaan kota lengkap dengan kemampuan integrasi data dan aplikasi hingga analisis data, sehingga nantinya pengelolaan kota diharapkan bisa lebih efektif dan efisien.

VP of Sales Qlue Indonesia yang turut hadir dalam acara soft launching Probolinggo Command Center mengatakan:

“Qlue mengapresiasi keberanian dan langkah nyata Pemerintah Kota Probolinggo dalam mewujudkan smart city. Karena seperti kita ketahui, mewujudkan sebuah smart city dibutuhkan komitmen kuat dari pemerintah, serta partisipasi yang besar dari warga. Berharap dengan komitmen yang sudah dideklarasikan oleh Pemerintah Kota Probolinggo ini, warga Probolinggo menjadi lebih peduli terhadap keadaan kotanya sehingga tercipta sinergi yang kuat antara Pemerintah dengan Warga yang dilengkapi dan dimudahkan bantuan teknologi.”

Selain Probolinggo Command Center pihak Qlue juga berharap ke depan platform smart city milik pemerintah Probolinggo juga dilengkapi dengan penggunaan aplikasi Qlue oleh warga sebagai salah satu kanal aspirasi sehingga platform dapat dimaksimalkan menjadi pusat data serta analisis berbasis laporan warga. Hal tersebut nantinya diharapkan bisa menjadi dasar yang kuat bagi para pemimpin untuk pengambilan keputusan dalam pemerintahan kota Probolinggo.

Sementara itu di sisi lain Rukmini selaku Walikota Probolinggo memberikan keterangan bahwa penandatanganan MoU Smart City ini menjadi salah satu bukti bahwa Pemerintah Kota Probolinggo sangat peduli untuk memenuhi kebutuhan kota dengan dukungan TIK. Ia berharap ke depannya dengan penerapan konsep Smart City di Probolinggo pihaknya bisa memaksimalkan pelayanan masyarakat untuk menjadi lebih baik lagi.

Untuk informasi selain aplikasi pelaporan warga Qlue juga memiliki Qlue Help Desk, sebuah dashboard untuk memantau pelaporan dan keluhan sehingga bisa ditangani dengan cepat dan juga memiliki inovasi di bidang Internet of Things (IoT) yakni Qlue Smart Trash Bin, sebuah teknologi baru yang nantinya akan terintegrasi dengan dashboard Jakarta Smart City.

Telkomsel Dukung Adopsi Smart City Kota Tangerang dengan T-Bike dan T-Drive

Telkom Group menjalin kerja sama dengan pemerintah kota Tangerang dalam rangka mendukung penguatan ekosistem smart city di kota tersebut. Di Tangerang Telkomsel akan menghadirkan layanan M2M (Machine to Machine) melalui produk T-Bike dan T-Drive yang diperuntukkan bagi keseharian kerja petugas lapangan Pemerintah Kota Tanggerang.

Dijelaskan General Manager Account Management Jabodetabek Jabar Telkomsel Nyoman Adiyasa, konsep smart city sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap pemerintah daerah untuk diterapkan ketika akan mengelola sebuah sistem pemerintahan yang mengaplikasikan perkembangan teknologi digital terbaru.

Salah satu bentuk kontribusi Telkomsel yang diberikan di Kota Tangerang adalah memberikan free trial layanan M2M Telkomsel yakni T-Bike dan T-Drive untuk dapat digunakan sebagai perangkat pendukung kerja petugas lapangan Pemerintah Kota Tangerang. Pada tahap awal Telkomsel akan menyerahkan lima belas unit perangkat T-Bike untuk kendaraan sepeda motor operasional dan dua buah unit T-Drive yang akan diaplikasikan pada mobile ambulance dan mobil jenazah milik Pemerintah kota Tangerang. Selanjutnya apa yang diberikan Telkomsel akan mampu mendukung operasional kerja 104 petugas lapangan.

Perangkat aplikasi T-Bike dan T-Drive juga akan terintegrasi dengan aplikasi smart city yang sedang dikembangkan Pemerintah Kota Tangerang, SIGAP. Sebuah layanan yang dirancang sebagai fasilitas monitoring kinerja seluruh petugas lapangan Pemerintah Kota Tangerang secara online dan mampu menerima feedback dari masyarakat secara real time.

“Dukungan layanan digital Telkomsel dalam mendorong percepatan dan penguatan ekosistem smart city di Kota Tangerang ini merupakan kelanjutan dari komitmen Telkomsel bersinergi membangun ekosistem smart city di kota-kota sebelum bersama sejumlah pemerintah daerah seperti Pemkot Bogor, Pemkot Bekasi, Pemkot Bandung dan beberapa lainnya. Kami berharap layanan serta produk digital Telkomsel tak hanya dimanfaatkan sebagai layanan komersil namun juga bisa mendukung sistem tata kelola pemerintah daerah yang terintergrasi dengan teknologi terbaru,” tutup Adiyasa.

Indosat Ooredoo dan Lintasarta Berkomitmen Pada Pengembangan Smart City dengan Solusi City Care

Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, Indosat Ooredoo dan Linstasarta tidak mau ketinggalan meramaikan teknologi Internet of Things (IoT) dengan sejumlah solusi yang dihadirkan dalam rangka membantu percepatan semangat smart city di Indonesia. Dalam ajang Indonesia Smart City Forum yang digelar kemarin, tanggal 2-3 September 2016 di Bandung, Indosat Ooredoo dan Lintasarta kembali menegaskan komitmen mereka dalam penerapan smart city di Indonesia.

Indosat Ooredoo dan Lintasarta memperkenalkan City Care, sebuah platform smart city yang diklaim akan memberikan kemudahan bagi pemerintah kota untuk mengembangkan dan mengintegrasikan berbagai aplikasi layanan kota dengan konsep open platform dan open data model. Selain itu dengan adanya open community ini nantinya pemerintah kota dapat mendorong partisipasi aktif para pengembang lokal atau putra daerah untuk membangun aplikasi kota dan mengintegrasikannya ke dalam City Care dari Indosat Ooredoo dan Lintasarta.

Disampaikan Direktur dan Chief Wholesale & Enterprise Officer Indosat Ooredoo Herfini Haryono, Indosat Ooredoo dan Lintasarta melihat bahwa kebutuhan solusi smart city tidak bisa hanya dipenuhi oleh satu pengembang saja, oleh karena itu Indosat Ooredoo dan Lintasarta menhadirkan sebuah platform yang bersifat open yang dapat diaplikasikan dan dikembangkan secara bersama-sama dengan pengembang solusi yang lain. Herfini juga berharap dengan adanya open platform ini mampu membantu percepatan implementasi dan pengembangan solusi smart city yang berkesinambungan dapat terjadi.

Hal yang kurang lebih sama juga disampaikan oleh President Direktur Lintasarta Arya Damar. Arya memastikan nantinya aplikasi-aplikasi di dalam sistem dapat direplikasi dan dibagikan kepada pemerintah daerah lainnya sehingga tidak perlu membuat aplikasi baru untuk setiap daerah.

“Hal ini akan mendukung percepatan implementasi smart city di berbagai daerah di seluruh Indonesia, sehingga dari berbagai smart city akan menjadi smart nation,” ujarnya.

Sejauh ini Lintasarta juga memiliki sejumlah solusi lain yang mendukung penerapan smart city, di antaranya adalah Intelligence Command Center (ICC) dan Intelligence Video Analytics (IVA). ICC merupakan ruang kendali terpadu yang menampilkan informasi dari berbagai aplikasi di internal SKPD. serta masukan langsung dari masyarakat (melalui sosial media, call center, dan aplikasi tanggap darurat).

Sementara untuk  solusi Intelligence Video Analytics (IVA) memaksimalkan infrastruktur IT daerah seperti CCTV untuk fungsi pengawasan serta penegakan hukum di lingkungan masyarakat melalui komponen intelligence computing. Solusi-solusi di atas dapat mendukung pemimpin daerah cepat dalam mengambil sebuah keputusan dalam rangka percepatan pembangunan daerah.

“Komitmen Indosat Ooredoo dan Lintasarta adalah untuk menjadi yang terdepan dalam memberikan solusi ICT bagi masyarakat Indonesia dalam mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Dengan implementasi Smart City yang kami tawarkan dapat mendukung terciptanya kota pintar yang memberikan layanan publik yang lebih cepat, transparan, berintegrasi, dan mendukung gaya hidup yang ‘Go Digital’,” tutup Herfini.

Pemerintah Kota Sukabumi Gandeng Indosat Ooredoo Implementasi Smart City

Setelah sebelumnya hadir di kota Pekanbaru dengan perpustakaan digital yang diberi nama i-pekan, kini Indosat Ooredoo kembali menggandeng pemerintah Kota Sukabumi meluncurkan aplikasi perpustakaan digital i-Sukabumi. Aplikasi perpustakaan digital yang dibangun oleh Aksaramaya ini diserahkan kepada Pemerintah Kota Sukabumi bersama dengan donasi 2500 judul buku dalam bentuk digital dari Indosat Ooredoo. Sebelumnya Aksaramaya telah membawa konsep media sosial ke sistem i-Jakarta.

“Dengan menyediakan solusi City Dashboard sehingga pemerintah kota dan juga masyarakatnya dapat dengan segera mendapatkan manfaat Smart City dan juga perpustakaan digital i-Sukabumi untuk mendukung Smart Society,” kata President & Director Indosat Ooredoo Alexander Rusli.

Sesuai dengan komitmen dari Indosat Ooredoo yaitu mendukung transformasi kota menjadi Smart City dan dengan solusi Single Window City Dashboard yang lengkap ditambah dengan aplikasi perpustakaan digital, Indosat Ooredoo mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Kota Sukabumi dengan menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk ujicoba platform Smart City antara Indosat Ooredoo yang diwakili oleh Alexander Rusli, President & CEO, dan Pemerintah Kota Sukabumi yang diwakili oleh H. Mohamad Muraz, S.H, M.M, Walikota Sukabumi.

Aplikasi perpustakaan digital i-Sukabumi ini menjadi tahap awal untuk mewujudkan Smart City dengan mendorong minat baca masyarakat Sukabumi khususnya agar dapat diwujudkannya Smart Society yang menjadi salah satu pilar Smart City berbasis teknologi Informasi. Perpustakaan digital pertama di Jawa Barat ini kini memiliki koleksi buku elektronik yang sangat lengkap dan langsung dapat dinikmati oleh masyarakat dengan mengakses aplikasi i-Sukabumi secara gratis.

“Peluncuran i-Sukabumi disertai dengan penandatanganan MoU Smart City ini adalah bukti bahwa Pemerintah Kota Sukabumi sangat peduli terhadap pemanfaatkan perkembangan teknologi solusi ICT untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakatnya,” kata Walikota Sukabumi H. Mohamad Muraz, S.H, M.M.

Salah kaprah smart city di Indonesia

Dalam dua tahun ke belakang, jargon “smart city” sedang jadi tren di kalangan pemerintahan di Indonesia. Beberapa kota sudah mulai menginisiasi program “smart city” ini dengan berbagai pendekatan dan eksekusi yang juga beragam. Smart city menjadi nilai jual para pemimpin daerah karena menjanjikan suatu hal yang baru dan membuat orang bebas berkreasi. Namun setelah dua tahun, ada beberapa hal yang menjadikan program smart city di beberapa tempat di Indonesia menjadi salah kaprah: Smart city bukan masalah teknologi.

Ada beberapa daerah yang sudah menginisiasi program smart city secara eksplisit maupun tidak, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Semarang, Bogor, Bekasi, dan kota-kota lain sedang bersiap diri, seperti Banjarmasin, Manado, dan lainnya. Saya mencoba mengambil beberapa sampel pendekatan berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan dari beberapa kota yang sudah dan sedang berinisiasi.

Semua berawal dari keinginan membuat pemerintahan yang memberikan pelayanan publik yang lebih baik kepada warganya: kemudahan dalam pengurusan surat atau izin, kemudahan pengaduan masyarakat, transparansi pelayanan, meningkatkan kecepatan pelayanan publik, angkutan umum yang lebih dapat diandalkan, peningkatan keamanan, dan lainnya. Cara yang dilakukan untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik ini adalah dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Simpelnya, kata kunci smart city di Indonesia: IT, pelayanan publik, efisiensi, efektif, transparansi.

Namun ada hal yang terlewat dari pendekatan eksekusi smart city di Indonesia: Inisiasi berfokus pada apa yang terlihat.

Aplikasi, CCTV, ruang command center, pembangunan area berjudul technopolis/technopark, dan hal yang terlihat lainnya menjadi pendekatan yang biasanya dilakukan pemerintah daerah.

Padahal untuk melancarkan program smart city di Indonesia, ada banyak PR yang tak terlihat.  Hal ini adalah fenomena gunung es. Ada banyak persyaratan dan kondisi yang harus dicapai sehingga teknologi dan pembangunan ruangan atau area fisik bisa membantu kinerja dari program smart city.

Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal penting yang biasanya terlewat oleh para inisiator smart city di pemerintahan: Standard operating procedure dan tata kelola IT dan data.

Standard operating procedure

Smart city bukan tentang teknologi. Smart city bukan cuma aplikasi, punya CCTV banyak, command center yang mewah, free Wi-Fi, atau bentuk teknologi kekinian lainnya yang selalu digembar-gemborkan.

Jika dengan program smart city teknologi dianggap solusi. maka program itu pasti gagal. Teknologi bukanlah solusi, namun hanya berbentuk enabler sehingga suatu problem bisa diselesaikan dengan lebih efisien dan efektif.

Yang paling penting justru proses bisnisnya. Jika sepakat bahwa smart city dijalankan untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik, maka PR-nya adalah bagaimana standard operating procedure (SOP) dalam pelayanan publik dapat diselesaikan dengan lebih baik menggunakan teknologi.

Contohnya begini, Bandung Command Center pernah mendemokan penanganan aplikasi pelaporan kedaruratan. Pertanyaannya, sejauh mana prosedur penanganan ini bisa bantu menyelesaikan masalah. Seberapa cepat petugas bisa langsung datang ke tempat kejadian perkara setelah seseorang melaporkan ada kondisi darurat di kota? Siapa saja stakeholder yang terkait dengan penanganan hal ini? Bagaimana pihak polisi terlibat dalam penanganan ini, sedangkan polisi adalah pihak di luar Pemerintah Kota.

Contoh lain, saat kejadian bom Sarinah di Jakarta. Karena belum ada prosedur yang terkait dengan kondisi serangan bom, tim di Jakarta Smart City tidak bisa melakukan apa-apa karena tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan secara terstruktur. Pada akhirnya semua berjalan menurut insting dan sebagai evaluasi diperkuatlah SOP sehingga tidak terulang lagi kasus ketidaktahuan ini.

Contoh lain lagi, saat kota punya command center, apa saja yang bisa dilakukan di sana, monitor besar yang ada di ruangan tersebut mau diisi oleh apa? Fungsinya apa saja?

Seharusnya semua ini berawal dari pembuatan SOP. Misalkan dalam pembuatan izin, dibutuhkan 3 proses: proses A, B, dan C. Keseluruhan proses ini membutuhkan waktu 10 hari kerja karena proses B memakan waktu 80% dari total. Lalu dengan adanya teknologi, proses B dapat selesai dalam hitungan menit, sehingga 3 proses ini bisa selesai dalam 1 jam. Baru di sini teknologi masuk sebagai enabler dari proses yang ada. Ini baru cerdas.

Tata kelola IT dan data

Problem klasik pemerintah adalah silo. Belum ada integrasi dan interoperabilitas di level sistem IT dan juga data di pemerintahan yang sudah terstandarisasi.

Data inti pembangunan hanyalah dua. Jika dua data ini sudah dikelola dengan baik, maka data lain yang mereferensi pada data ini juga akan lebih baik dari sisi kualitas. Data inti pembangunan itu: data kependudukan dan data geospasial. Data pendidikan, ekonomi, perpajakan, perizinan, dan lainnya pasti harus punya referensi ke data kependudukan dan geospasial.

Permasalahannya, bahkan dua data inti saja belum dikelola dengan baik. Bagaimana penggunaannya, bagaimana data ini disimpan, bagaimana jika terjadi duplikasi, siapa saja yang boleh mengakses data ini dan sejauh mana sistem IT pemerintahan harus mereferensi data ini. Hal ini biasanya belum ada jawabannya di pemerintah daerah.

Integrasi antar sistem IT yang ada di pemerintahan juga masih sangat minim. Contoh carut marutnya di antara lain: Dinas A membuat Peta X, dinas B membuat peta Y, kedua peta ini ternyata saling konflik karena me-refer pada data yang berbeda. Ada juga kasus suatu sistem informasi pemerintahan mengumpulkan NIK sendiri, sedangkan NIK ini seharusnya mereferensi pada data kependudukan yang dikelola oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Selama belum diatur tata kelola IT dan data di pemerintahan, mau buat 1000 aplikasi sekalipun, aplikasi itu juga tidak akan bermanfaat karena tidak ada integrasi dan interoperabilitas di antara sistem dan data yang ada.

Dua hal ini menurut saya adalah PR besar dari semua pihak yang terlibat dalam inisiasi smart city di Indonesia. Prinsip yang harus selalu dipegang adalah teknologi hadir untuk membantu meningkatkan kualitas proses bisnis, bukan proses bisnis yang mengikuti teknologi. Jangan sampai daerah-daerah lain yang memulai program smart city hanya terpaku pada teknologi kekinian saja. Harus dimulai dari pertanyaan mengapa saya harus menjalankan program ini dan apa tujuan saya harus mencanangkan program smart city.

Saya melihat dinamika inisiasi smart city di Indonesia akan lebih berwarna lagi. Makin banyak pemimpin daerah yang ingin memperbaiki kualitas pelayanan publiknya khususnya dan secara umum memperbaiki kualitas hidup daerahnya. Jangan lupa untuk jangan sampai salah kaprah dan terbuai dengan kecanggihan teknologi semata.


Disclosure: Artikel tamu ini ditulis oleh Prasetyo Andy Wicaksono dan pertama kali dimuat di laman Medium-nya dengan penyuntingan.

Prasetyo adalah Head of IT Development di Jakarta Smart City, unit pengelola kota pintar pemerintah provinsi DKI Jakarta. Ia bisa dikontak via LinkedIn.

Pemerintah Kota Pekanbaru Gandeng Indosat Ooredoo untuk Solusi Smart City

Di hari jadinya yang ke 232, Pemerintah Kota Pekanbaru menghadiahi masyarakatnya dengan meluncurkan perpustakaan digital yang diberi nama i-Pekan. Aplikasi yang dikembangkan Aksaramaya, pengembang i-Jakarta tersebut juga akan dilengkapi dengan 4000 judul buku dalam bentuk digital yang dipersembahkan oleh Indosat Ooredoo. Tak hanya itu Pemerintah Kota Pekanbaru juga bekerja sama dengan Indosat Ooredoo untuk solusi smart city.

Untuk informasi, Aksaramaya membawa konsep media sosial ke sistem i-Jakarta. Dengan semangat menumbuhkan minat baca masyarakat, sistem ini tampaknya juga akan diadopsi di i-Pekan milik Pemerintah Kota Pekanbaru. Aplikasi i-Pekan ini diklaim akan menjadi aplikasi perpustakaan digital pertama di pulau Sumatera dengan koleksi buku terlengkap. Dengan hadirnya aplikasi ini Pemerintah Kota Pekanbaru berharap bisa mendorong minat baca masyarakat Pekan baru agar terwujud smart society yang menjadi salah adu pilar smart city.

Selain memberikan bantuan berupa buku digital Indosat Ooredoo juga menanda tangani kesepakatan dengan Pemerintah Kota Pekanbaru untuk uji coba platform smart city dengan sistem Single Window City Dashboard. Nantinya sistem ini akan bisa dimanfaatkan untuk memantau situasi dan laporan masyarakat secara digital dalam satu layar.

Fitur-fitur yang ada di dalamnya meliputi fitur GIS untuk menampilkan data demografi ke dalam peta, integrasi aplikasi pemerintah kota (e-gov, e-tax dll) menjadi dalam satu dashboard, integrasi solusi cluster seperti smart light, smart cctv, smart bin dan smart traffic dengan IOT Controller dan fitur dispatch yang mampu mendelegasikan tugas ke pejabat pemerintah kota secara online.

Walikota Pekanbaru Dr H. Firdaus ST MT menjelaskan bahwa kesepakatan yang terjalin antara Pemerintah Kota Pekanbaru dan Indosat Ooredoo merupakan bukti bahwa Pemerintah Kota Pekanbaru ingin meningkatkan pelayanan masyarakat dengan mengandalkan solusi ICT.

“Harapan kami dengan penerapan konsep smart city di Pekanbaru ini, pemerintah kota akan lebih cepat, lebih tepat, dan lebih transparan dalam memberikan layanan masyarakat yang jauh lebih baik”, ujarnya.

Sementara itu President & Director Indosat Ooredoo Alexander mengungkapkan pihaknya mendukung sepenuhnya penerapan smart city di Indonesia dengan menyediakan solusi City Dashboard untuk pemerintah kota.

“Komitmen Indosat Ooredoo adalah untuk menjadi yang terdepan dalam memberikan solusi ICT bagi pelanggan kami untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Bagi Indosat Ooredoo, implementasi smart city adalah suatu lompatan layanan menuju masyarakat yang lebih baik, lebih aman, lebih nyaman, lebih transparan sehingga kami mendukung sepenuhnya penerapan smart city di Indonesia dengan menyediakan solusi City Dashboard sehingga pemerintah kota dan juga masyarakatnya dapat dengan segera mendapatkan manfaat smart city dan juga e-library i-Pekan untuk mendukung smart society ,” ujarnya.

Aplikasi Angkuts Resmi Hadir di Google Play

Aplikasi Angkuts yang sudah banyak diberitakan di berbagai media akhirnya tanggal 23 Mei kemarin resmi meluncurkan Apps di Google Play. Angkuts, yang merupakan akronim dari Angkut Sampah didesain untuk menyelesaikan permasalahan sampah di kota Pontianak dengan pendekatan digital.

Menurut informasi dari Public Relation Angkuts Uthamy Ayuningrum saat ini Kota Pontianak menghasilkan kurang lebih 300 ton sampah, dan 30 persennya adalah sampah organik yang sebenarnya bisa dimanfaatkan. Berangkat dari sana Angkuts dengan teknologi mencoba membantu masyarakat di Pontianak untuk memilah sampah mereka agar sampah yang sampah yang bisa dimanfaatkan kembali terpisah dengan sampah-sampah lainnya.

Dengan memasang aplikasi Angkuts pada smartphone warga Pontianak bisa menghubungi pihak Angkuts. Kemudian Angkuts akan datang untuk mengumpulkan sampah anorganik seperti botol plastik, gelas air mineral, kertas HVS, koran dan kaleng alumunium untuk kemudian dibeli pihak Angkuts dan diolah lebih lanjut.

Contoh barang / sampah yang diangkut
Contoh sampah yang diangkut

Angkuts dengan solusi berbasis teknologinya mencoba turut serta dalam membangun ekosistem smart city dengan layanannya. Selain berupaya untuk mengedukasi masyarakat mengenai sampah dan cara pengelolaannya, Angkuts juga berupaya memanfaatkan sampah-sampah yang selama ini dinilai tidak ada gunanya menjadi sesuatu yang berguna. Sayangnya belum ada informasi seperti apa pemanfaatan sampah yang telah dikumpulkan oleh pihak Angkuts.

Selain membeli sampah anorganik milik warga, Angkuts juga menyediakan layanan lain yakni layanan antar barang atau paket. Layanan logistik ini bekerja seperti layanan logistik kebanyakan. Dengan menggunakan aplikasi angkut driver akan langsung menuju tempat untuk mengambil barang yang akan diantarkan. Untuk layanan ini pihak Angkuts mengenakan tarif flat untuk 10 km sebesar Rp 10.000 dan dikenakan biaya Rp 1.500 / km jika sudah melewati 10 km.

Saat ini untuk mengembangkan layanan dan solusi masalah sampah, Angkuts yang berada di bawah naungan PT Angkuts Kreatif Indonesia juga sedang berupaya untuk menjalin kerja sama dengan beberapa pihak. Salah satunya adalah pemerintah kota Pontianak dan beberapa kelompok masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

City113 Menjadi Aplikasi Pelaporan Warga untuk Surabaya

Penerapan e-government di pemerintahan kota di Indonesia belum sepenuhnya merata. Pemanfaatan teknologi pun belum sepenuhnya diterapkan untuk membantu jalannya pemerintahan di Indonesia. Tim City 113 melihat ini sebagai sebuah peluang. Mereka menawarkan sebuah layanan Software as a Services yang bisa memudahkan sistem kerja pemerintahan.

City113 bekerja dengan menampung semua keluhan atau laporan dari masyarakat untuk selanjutnya dilapor ke dinas terkait. Selanjutnya masing-masing dinas memiliki tanggung jawab untuk merespon keluh tersebut.  Itulah mengapa City113 membutuhkan kerja sama dari pemerintah daerah untuk mendapatkan sebuah sistem pemerintahan yang cepat tanggap.

Saat ini, startup yang digagas oleh 4 orang anak muda, Tito Febrian, Degananda, M. Furqon, dan Nabilah F, masih dalam tahap alpha atau masih dalam tahap pengembangan. Mereka juga membuka kesempatan bagi masyarakat untuk bergabung sebagai tester aplikasi mereka yang tersedia untuk platform Android. Tergabung dalam startup inkubator Start Surabaya menjadikan City113 menjadikan kota Surabaya sebagai studi kasus pertama mereka.

City113 meski masih belum dalam tahap final sudah menyiapkan beberapa fitur yang akan menjadi salah satu kelebihan mereka dibanding aplikasi sejenis lainnya. Fitur-fitur meliputi crowdsourcing untuk validasi laporan, gamifikasi untuk menarik minat masyarakat untuk menggunakan, crawling dari Twitter, dan peta real time.

Fitur Crowdsourcing sengaja diimplementasikan untuk memberikan kesempatan kepada pengguna lain untuk mengoreksi laporan yang masuk yang dirasa atau terbukti hoax atau sudah tidak relevan.  Sedangkan gamifikasi diberikan untuk memacu pengguna untuk aktif dan memberikan mereka reward yang berhubungan dengan perkotaan.

“Crawling dari Twitter adalah fitur untuk mendapatkan laporan dari akun Twitter yang memang fokus untuk pelaporan masyarakat seperti akun e100ss di Surabaya. (Sedangkan) Peta real time menunjukkan terjadinya laporan tersebut sehingga masyarakat mengetahui ada apa saja yang terjadi di sekitar tempat dia berada atau tempat tinggalnya,” jelas Tito kepada DailySocial.

Sebagai aplikasi yang menargetkan partisipasi warga memang seharusnya didesain dengan cara yang mudah dan tentu harus diimbangi dengan pemerintah yang cepat tanggap. Berkaca pada sistem serupa yang sudah lebih dulu diterapkan di Jakarta, melalui Qlue, warga cenderung akan merasa sebuah aplikasi pelaporan warga berguna jika pemerintah benar-benar menanggapi keluhan mereka.

Pendanaan dan Inisiatif Qlue Hadirkan Layanan Smart City Berbasis IoT

Platform monitoring pelayanan publik Qlue beberapa waktu lalu baru saja mendapatkan suntikan pendanaan Seri A dari Arya Stiadharma melalui perusahaan Angle Investor milik Prasetia Dwidharma. Pendanaan yang didapat beberapa waktu selang peluncuran aplikasi SmartCities tersebut bernilai lebih dari $ 1 juta, sehingga mendongkrak valuasi Qlue menjadi $ 8 juta. Menurut penuturan CEO Qlue Rama Raditya pendanaan tersebut akan banyak difokuskan untuk pengembangan human resources, sehingga dalam waktu dekat Qlue akan banyak melakukan hiring (terutama engineer) guna menggemukkan timnya.

Proses pendanaan yang dipimpin oleh Setiadharma tersebut turut menempatkan sebuah perusahaan konsultan keuangan bernama Juvisk untuk membantu operasional back office Qlue. Ketika ditanya apakah ini artinya Qlue akan mengencangkan monetisasi, Rama menyanggah, bahwa kegiatan monetisasi tetap akan berproses sesuai dengan yang sudah berjalan sebelumnya. Back office tersebut akan banyak membantu kegiatan Qlue yang kini mulai berekspansi di seluruh Indonesia bersama SmartCities.

Pasca meningkatnya valuasi, Qlue tetap ingin fokus dengan misi utamanya, yakni mengembangkan platform komunikasi publik dengan pemangku kepentingan di daerahnya masing-masing. Namun Qlue juga sedang terus berinovasi mengembangkan produk smart city berbasis IoT (Internet of Things), khususnya untuk diterapkan di wilayah perkotaan. Misalnya yang sudah mulai terdesain ialah pengembangan traffic lamp yang terhubung ke sebuah command center, kotak sampah pintar, dan juga air polution detector. Berbagai otomatisasi ini dinilai akan menjadi makin “viral” ketika smart city menjadi sebuah kebutuhan di perkotaan.

Qlue sendiri cukup percaya diri untuk melakukan ekspansi. Rata-rata banyak sekali kota di Indonesia yang begitu bersemangat dengan inisiatif smart city-nya. Terlebih penerapannya di ibukota Qlue juga memiliki track record yang cukup gemilang. Rama menyampaikan bahwa sampai saat ini Qlue (di Jakarta) sudah memiliki lebih dari 500 ribu pengguna, dengan persentase pengguna aktif mencapai 80 persen.

“Orang di sini memang paling suka kalau disuruh komplain layanan publik,” ujar Rama dalam candanya.

Terkait dengan portofolio aplikasi SmartCities, inisiatif ini yang akan dijadikan modal besar Qlue untuk merangkul seluruh perkotaan di Indonesia, mendukung inisiatif smart city yang ingin diusung. ATSI (Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia) turut mendukung SmartCities, melalui berbagai program pengembangan smart city-nya, para provider tersebut juga terdorong untuk mengimplementasikan aplikasi SmartCities di berbagai penjuru nusantara.

SmartCitites masih memiliki core yang sama, yakni menjembatani publik dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Qlue berusaha untuk memaksimalkan kandungan konten lokal dan mengkombinasikan dengan berbagai informasi seputar berbagai pelayanan publik yang bermanfaat bagi masyarakat. Platform SmartCities baru dapat digunakan oleh pengguna Android di beberapa kota di luar Jakarta, termasuk Kota-kota tersebut adalah Bandung, Makassar, Bali, Manado, Surabaya, Bogor, Depok, Palembang, Bekasi, Yogyakarta, Pekanbaru dan Semarang.

Rama turut menceritakan bahwa sejauh ini kota ekspansi Qlue yang sudah menunjukkan traksi pengguna yang besar di luar Jakarta adalah Makassar, Manado, Solo, Bekasi dan Depok. Menurutnya faktor terbesar dari kesuksesan sebuah digitalisasi layanan publik adalah semangat pemimpin daerah masing-masing. Karena pemimpin memang menjadi tonggak berdirinya inovasi di sebuah daerah.

QLUE Luncurkan Aplikasi Bantu Pemerintah Kota Terapkan Smart City

QLUE kembali melengkapi portofolio solusi untuk layanan pemerintahan dengan menghadirkan aplikasi SmartCities. Aplikasi ini diluncurkan dengan tujuan untuk mendukung konsep Smart City yang diharapkan bisa menyeluruh di wilayah Indonesia. Aplikasi ini didesain untuk memudahkan komunikasi antara warga dan pemerintah kota secara digital dan mudah.

Sejauh ini QLUE dikenal berkat aplikasi pelaporan warga yang sudah diterapkan di beberapa kota besar seperti Jakarta. Dengan hadirnya aplikasi SmartCities ini menandakan bahwa QLUE memang berarah untuk memberikan solusi digital untuk membantu pemerintah.

Dalam pengembangan aplikasi SmartCities ini QLUE telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak, seperti perlahan-perusahaan besar, startup maupun asosiasi dalam skala global. Sejauh ini ada 13 kota yang sudah bisa memanfaatkan aplikasi terbaru QLUE yang saat ini tersedia hanya untuk platform Android. Kota-kota tersebut adalah Jakarta, Bandung, Makassar, Bali, Manado, Surabaya, Bogor, Depok, Palembang, Bekasi, Yogyakarta, Pekanbaru, dan Semarang.

“Tujuan dari SmartCities adalah untuk mendorong pengembangan kota cerdas di Indonesia. Secara garis besar, kota cerdas merupakan kota yang dapat tumbuh dengan sendirinya ke arah tujuan yang positif dengan memanfaatkan komponen teknologi informasi, infrastruktur dan governance yang melibatkan pemerintah, industri dan masyarakat,” tulis pihak QLUE dalam rilis yang kami terima

Seluruh aplikasi SmartCities di asing-masing kota juga disebutkan sudah dilengkapi dengan konten lokal secara Virtual Reality (VR) 360 yang meliputi konten pariwisata, tempat umum, berita terbaru dan keluhan masyarakat yang sebagian sudah diintegrasikan dengan sistem pemerintahan kota masing-masing sehingga masyarakat bisa mengakses informasi keluhan warga secara real time.

“Kami akan terus bekerja sama dengan kota-kota besar di Indonesia untuk memaksimalkan pengembangan sistem smart city dan dapat bergabung segera dengan SmartCities sehingga tujuan kota-kota cerdas lebih cepat tercapai,” ujar CEO Qlue Rama Raditya.

Rama juga menyebutkan SmartCities ini tidak hanya sekedar aplikasi yang dapat mengakses informasi dari pemerintah, aplikasi ini dirancang dengan tujuan untuk mendorong masyarakat untuk aktif melaporkan masalah kota melalui aplikasi QLUE sehingga pemerintah dapat mengetahui dan memetakan titik-titik lokasi masalah kota dari laporan warga.

“Dengan adanya SmartCities.ID ini, kami ingin membuat perubahan yang lebih baik dan lebih cepat menjadikan Indonesia sebagai Smart Nation,” tutup Rama.