Perjuangan Layanan Prabayar Digital Menjadi Pilihan Konsumen

Selama satu dekade terakhir, operator telekomunikasi bereksperimen mencari formula yang tepat untuk meningkatkan kinerja bisnisnya. Sejak kemunculan layanan over-the-top (OTT) di Indonesia, operator mengembangkan berbagai model layanan demi mendatangkan pelanggan baru dan peningkatan ARPU.

Sejumlah operator pernah menjajal bisnis e-commerce dan uang digital. Mereka gagal mengembangkan bisnis yang sustainable. Sejak dua tahun lalu, operator kembali hadir dengan strategi baru. Kali ini bukan menciptakan layanan digital. Mereka justru menghadirkan layanan yang masih di koridor core business-nya, tetapi dengan pendekatan berbeda.

Operator memperkenalkan layanan prabayar berbasis digital. Dikatakan demikian karena berbagai aktivitas transaksi pengguna dilakukan sepenuhnya melalui aplikasi. Di sini, operator menawarkan proposisi nilai yang unik untuk dapat mengakomodasi kebutuhan pasar yang suka mencoba cara-cara baru.

Misalnya saja, konsumen bisa mengkustomisasi kartu SIM, atau istilahnya pilih ‘nomor cantik’ melalui aplikasi. Demikian juga pembelian dan registrasi kartu. Cara ini sudah pasti berbeda dengan yang biasa kita lakukan; membeli starter pack dan pulsa di counter-counter.

Saat ini, konsumen punya tiga pilihan brand prabayar digital, yakni by.U, Live.On, dan MPWR. Tadinya ada empat, tetapi Switch Mobile memutuskan untuk menyetop layanannya sejak awal 2021.

Pertanyaannya, apakah layanan prabayar digital mampu bertahan dengan hiruk-pikuk industri telekomunikasi yang semakin jenuh? Pada laporan ini, DailySocial menghimpun berbagai perspektif terkait fenomena prabayar digital dan proyeksinya di masa depan.

Mengubah branding operator

Sebagaimana dikatakan di atas, layanan telekomunikasi identik dengan metode konvensional. Sebetulnya, ide-ide mendigitalisasi proses ini sudah tercapai mengingat operator punya aplikasi masing-masing yang berfungsi untuk menyediakan pembelian paket data atau pulsa. Tetapi, ini bukan ini tujuannya.

Menurut mantan Direktur Utama Telkomsel Emma Sri Hartini saat itu, by.U dapat membawa “penyegaran” bagi industri telekomunikasi yang lebih familiar dengan kehadiran merek kartu lama. Ia menilai by.U dapat merangkul generasi anak muda tanpa perlu dikaitkan erat dengan Telkomsel yang selama ini sering diasosiasikan sebagai kartu seluler mahal.

Alasan lainnya adalah generasi anak muda masa kini cenderung tidak ingin didikte kebutuhan layanannya alias product-driven. Kartu prabayar digital menawarkan kustomisasi layanan yang dinilai dapat memenuhi kebutuhan pengguna di segmen tersebut.

Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys sebelumnya sempat mengatakan hal senada. Merek seluler digital ini dapat diposisikan sebagai produk yang betul-betul baru tanpa perlu dikaitkan dengan merek existing induknya.

PR besar meningkatkan awareness

Jika dirunut berdasarkan stempel waktunya, by.U menjadi produk prabayar digital pertama yang diluncurkan di Indonesia (Oktober 2019). Kemudian disusul oleh Switch Mobile (Maret 2020), Live.On (Oktober 2020), dan MPWR (Desember 2020). Hampir dua tahun berselang, apakah produk-produk tersebut mampu mendisrupsi keberadaan kartu-kartu yang sudah lama beredar di pasaran? Apakah branding dan pendekatan baru dapat mencuri perhatian konsumen?

Hipotesis di atas sebetulnya dapat dipatahkan dengan mudah mengingat layanan Switch Mobile keburu dihentikan di usia yang belum genap setahun. Pihak Switch tidak merinci alasan di balik penutupan ini. Kita bisa saja berasumsi layanan ini gagal di pasaran. Mungkin juga diakibatkan konsumen tidak terbiasa menikmati layanan seluler dengan cara baru. Atau bisa saja kurangnya awareness akibat situasi pandemi Covid-19 yang menyulitkan penyedia layanan memasasarkan produk secara offline.

Asumsi lainnya, pasar seluler memang sudah jenuh sehingga sulit untuk memperoleh traction secara signifikan. Ditambah lagi, target pasarnya saja segmented, bukan mass market.

Mengutip Katadata, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengguna kartu seluler mencapai 341,28 juta di 2019, turun dari 435,1 juta di 2017. Penetrasinya melampaui jumlah penduduk dengan 269,6 juta jiwa di 2019.

Platform Provider Rating
by.U Telkomsel 4.5 (5M+ downloads)
Live On XL Axiata 3.7 (100K+ downloads)
MPWR Indosat Ooredoo 2.7 (1M+ downloads)
Switch Mobile Smartfren Terminated

Kami mencoba memvalidasi hal ini ke setiap penyedia layanan prabayar digital, tetapi sebagian besar enggan membagikan datanya. Hanya Telkomsel yang mau mengungkap sedikit informasinya. Disampaikan by.U Principal Growth Lead Riko Ringgoanto, pengguna by.U mencapai 2,5 juta setelah dua tahun meluncur. Artinya, by.U baru berkontribusi 1,4% dari total 169,2 juta pelanggan Telkomsel di semester I 2021.

Menurut Riko, pencapaian itu sudah melebihi ekspektasi awal. Target ini bahkan sudah memperhitungkan faktor Covid-19 di mana konsumen cenderung mengurangi pengeluarannya. Dengan capaian jumlah dan engagement pengguna saat ini, ia menyebut by.U sudah product-market fit.

Awareness masih menjadi PR besar kami selama dua tahun ini. Karena Covid-19, kami jadi sulit untuk memasarkan iklan dan event offline. Tetapi, kami terus gencar lakukan digital placement, masuk ke komunitas anak muda di daerah, dan mengadakan webinar. Karena by.U digital only, kelihatannya jadi kurang wara-wiri. Memang promoting lewat kanal offline tetap tidak tergantikan di Indonesia. Jika situasi membaik, kami bersiap promoting di lokasi offline, seperti MRT dan KRL,” paparnya.

Sementara, Head of External Communications XL Axiata Henry Wijayanto  mengakui hal serupa. Meski kegiatan pemasaran menjadi terbatas, pihaknya melihat ada dampak positif di mana masyarakat kini mulai terbiasa beraktivitas secara digital.

“Tantangan serupa dihadapi semua digital telco brand, yaitu bagaimana meningkatkan awareness dan kredibilitas. Apalagi masuk sebagai merek baru, hal-hal ini akan kerap muncul. Kami akan terus meningkatkan kemitraan berkelanjutan untuk mendorong kebutuhan konsumen beraktivitas secara digital,” ujar Henry kepada DailySocial.

Mampukah mendisrupsi?

Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi menilai kemunculan prabayar digital akan sulit mendisrupsi merek prabayar yang sudah lebih lama muncul. Selain terlalu banyaknya produk prabayar saat ini, mayoritas masyarakat Indonesia tampakya lebih menginginkan produk yang lebih sederhana dan mudah diingat. Maka itu, kemunculan produk baru dinilai akan sulit bertahan.

“Di beberapa negara, operator digital seperti model MVNO masuk dengan pendekatan komunitas. Tetapi di sini masih kurang berhasil. Ada produk [prabayar] yang masuk ke segmen komunitas anak muda, akhirnya bubar. Mungkin perlu dicoba untuk masuk ke komunitas yang lebih luas, seperti keagamaan, pemotor, atau musik. Konsep ini pernah berhasil di beberapa negara,” paparnya.

Saat ini setidaknya Indonesia punya lebih dari sepuluh merek kartu seluler, baik kartu prabayar maupun pascabayar. Demi mendorong efisiensi dengan persaingan pasar seluler saat ini, beberapa operator pun mulai merampingkan merek layanannya.

Mengutip Liputan6.com, Telkomsel akhirnya menggabungkan merek prabayar dari SimPATI, Loop, dan Kartu AS menjadi Telkomsel Prabayar. Menurut riset internal yang dilakukan selama setahun terakhir, Telkomsel melihat segmentasi pelanggan menjadi kurang relevan di era digital. Pihaknya kini lebih fokus menghadirkan paket sesuai kebutuhan dan minat pelanggan.

Sementara itu, Pengamat Telekomunikasi dari ITB Ian Josef Matheus justru memberikan perspektif berbeda. Alih-alih hadir dengan merek dan pendekatan baru, operator sebaiknya memberikan pemahaman lebih kepada konsumen bahwa biaya dikeluarkan pascabayar dan prabayar akan sama saja.

“Prabayar memang berkontribusi terbesar terhadap pemasukan operator seluler. Namun, kartu prabayar sebaiknya dibuat dalam satu brand saja dan memang yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Ini agar tidak menimbulkan kebingungan bagi pelanggan atau calon pelanggan dengan kelebihan yang digabungkan,” katanya kepada DailySocial.

Selain itu, operator sebetulnya bisa mengembangkan inovasi lebih bagi pascabayar karena ARPU-nya dinilai lebih menjamin pendapatan operator. Misalnya, menyediakan pembayaran on-demand baik volume-based atau time-based untuk aplikasi digital yang dikembangkan operator seluler.

“Sayangnya, operator belum punya killer product yang popularitasnya bisa menyamai WhatsApp, Zoom, atau Telegram. Padahal, aplikasi milik sendiri bisa menekan trafik keluar dan mengefisiensikan biaya pengeluaran. Kalaupun tidak bisa mengembangkan sendiri, setiknya operator dapat berkolaborasi dengan ekosistem digital untuk mendorong peningkatan ARPU,” tambahnya.

Perspektif responden

DailySocial kembali berkesempatan melakukan mini survey dari sudut pandang pengguna. Sebagai disclaimer, survei ini tidak sepenuhnya mencerminkan fakta dan permasalahan yang ada di lapangan. Survei ini dilakukan untuk menampilkan perspektif pengguna terkait pemakaian layanan prabayar digital, serta upaya kami memvalidasinya ke penyedia layanan terkait.

Survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan prabayar digital sebagai nomor sekunder untuk kebutuhan mobile data atau internet. Responden juga mengaku tidak berencana untuk menjadikannya sebagai nomor utama.

Beberapa responden mengaku belum mau menggunakannya karena sejumlah alasan antara lain, malas instal aplikasi, tidak tertarik, ribet, dan terlalu banyak nomor. Sebanyak 40% responden mengaku tidak berminat mencoba prabayar digital di masa depan, sebanyak 40% menjawab berminat, dan 20% menjawab mungkin saja.

Sumber: Mini Survey DailySocial
Sumber: Mini Survey DailySocial

“Sebelum diluncurkan, kami sadar by.U bakal digunakan sebagai nomor sekunder, dan sejak awal kami tidak mencoba menjadikan by.U sebagai nomor utama. Menurut riset internal kami, spending paling banyak justru di nomor sekunder. Makanya, kami coba menghadirkan reward, free kuota, dan fitur-fitur tambahan (musik, podcast, dan lain-lain) untuk meningkatkan engagement pengguna. Jadi, mereka tidak cuma sekadar bertransaksi saja,” papar Riko.

(+) (-)
Bisa pilih nomor sendiri Kecepatan internet tak sesuai yang dijanjikan
Kartu SIM bisa dikirim ke rumah Pengiriman kartu SIM lama
Beli kuota tambahan untuk aplikasi tertentu Pengiriman kartu SIM dikenai biaya ongkir
Masa aktif selamanya Aplikasi sering bekerja lambat
Registrasi SIM melalui aplikasi Sulit menghubungi customer service
Paket data unlimited tanpa FUP Kecepatan internet unlimited hanya 2 Mbps
Bisa beli kartu SIM di marketplace Paket data sering berubah
Harga paket data terjangkau Ragu bisa digunakan di remote area

Ragam perspektif pengguna terkait layanan prabayar digital / Mini Survey DailySocial

Kami juga berbincang dengan dua narasumber anonim terkait penggunaan Live.On dan MPWR. Masing-masing memiliki concern yang sama dengan user experience meski isu yang dialaminya berbeda.

Menurut pengguna Live.On, kecepatan internetnya terbilang bagus karena sinyal dan kapasitas di areanya termasuk kuat. Harga paket pun menurutnya cukup relatif terjangkau, tidak lebih mahal dari Telkomsel, tetapi tidak jauh lebih murah juga dari operator induknya XL. Akan tetapi, user experience Live On dari sisi pembayaran dinilai kurang maksimal.

“Saya pakai Live.On untuk nomor sekunder di perangkat berbeda. Ketika melakukan pembayaran, jadinya ribet karena semua aplikasi e-wallet sudah terpasang di perangkat utama. Mau tak mau harus dilakukan di perangkat yang sama karena ada sinkronisasi. Seharusnya, pembayaran itu tinggal memasukkan nomor e-wallet saja sehingga bisa langsung diatur,” ujar seorang pengguna.

Sementara, pengguna MPWR  juga mengaku tidak memiliki masalah pada sinyal dan internet. Namun, ia menilai aplikasi MPWR kurang responsif dan seamless. Tampilannya pun dinilai agak berbeda dengan aplikasi kebanyakan yang biasanya hadir dengan mode scroll ke atas dan bawah.

“Tampilan MPWR malah menyamping jadi rasanya kurang enak. Menurut saya, aplikasi myIM3 justru lebih baik daripada MPWR. Kok malah kalah sama aplikasi induknya, padahal tagline [MPWR] itu kan digital.” Tuturnya.

Cara Daftar dan Registrasi Ulang Kartu Smartfren 2021

Sebelum menikmati layanan, penting untuk Anda tahu bagaimana cara daftar dan registrasi kartu Smartfren dan juga cara registrasi ulang berlaku hingga 2021. Pasalnya sejak tahun 2017 lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mewajibkan semua pelanggan operator seluler untuk melakukan registrasi.

Continue reading Cara Daftar dan Registrasi Ulang Kartu Smartfren 2021

Realme Gelar 5G Summit, Bakal Meluncurkan smartphone 5G Murah

Realme baru-baru ini mengadakan sebuah acara yang bertemakan layanan 5G dengan nama realme 5G Summit. Melalui tema “Most Affordable 5G for Everyone”, realme mempertemukan para pemimpin industri dari penyedia jaringan, lembaga penelitian, dan vendor komponen, serta produsen perangkat untuk berbagi wawasan mereka mengenai beberapa topik terkait 5G. Di antaranya mengenai kesiapan pasar Indonesia menyambut era 5G, bagaimana prediksi pertumbuhan 5G di Indonesia, pertumbuhan bisnis dan market share 5G, realisasi dan implementasi 5G di Indonesia, serta bagaimana 5G mampu diserap oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Berdasarkan data Google yang dipaparkan dalam gelaran realme 5G Summit Indonesia, Penggunaan layanan digital di Indonesia berkembang pesat dari sebelum dan sesudah merebaknya pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, konsumen baru untuk layanan Internet atau ekonomi digital sekitar 37% dengan rata-rata 3,6 jam waktu yang dihabiskan per hari berdasarkan penggunaan pribadi. Namun, sejak pandemi hingga saat ini, angka ini terus tumbuh hingga 93% dengan rata-rata 4,7 jam waktu yang dihabiskan per hari berdasarkan penggunaan pribadi. Persentase ini diprediksi masih akan ada di angka yang tinggi bahkan pada masa pasca-Covid, dan pastinya lebih tinggi dari sebelum masa pandemi. Pertumbuhan ini akhirnya didukung oleh berita positif tentang pengumuman 5G pada Januari 2021, di mana 5G resmi diluncurkan di Indonesia.

Palson Yi, Marketing Director realme Indonesiamengungkapkan bahwa realme menargetkan 1 juta pengguna 5G di Indonesia. Realme yakin target ini mampu tercapai mengingat keberhasilan realme dalam 2,5 tahun yang mampu melampui target pengguna 4G secara global. Di Indonesia sendiri, sejak kehadirannya di pasar Indonesia pada tahun 2018, realme telah berhasil mencapai 10 juta pengguna hingga tahun 2021.

“Kita lihat dari data yang juga divalidasi oleh tren pencarian menurut Google Indonesia, pasar Indonesia berkeinginan mencari smartphone 5G yang terjangkau. Pada titik ini realme berusaha untuk menjawab permintaan masyarakat di Indonesia dengan berkomitmen membawa perangkat 5G yang lebih terjangkau dalam waktu dekat,” ujar Palson.

Realme sendiri bakal meluncurkan perangkat 5G mereka yang memiliki harga terjangkau. Smartphone yang nantinya akan bernama realme 8 5G ini akan menggunakan SoC buatan Mediatek dengan Dimensity 700. Dalam menguji perangkat 5G-nya, realme bekerja sama dengan Smartfren yang sebentar lagi juga bakal meluncurkan jaringan 5G.

“Smartfren akan bekerja sama dengan realme guna melakukan pengujian terhadap setiap produk 5G realme yang akan datang. Bersama-sama, kami bertujuan untuk mewujudkan ekosistem 5G yang memberikan dampak besar pada msayarakat da industri, termasuk mewujudkan layanan 5G yang terjangkau bagi semua orang dalam jajaran perangkat realme,” ungkap Sukaca Purwokardjono, Deputy CEO Mobility, PT Smartfren Telecom Tbk.

Seperti yang kita ketahui, Smartfren sendiri mendapatkan tambahan 10 MHz pada jaringan 2300 MHz. Tambahan blok ini nantinya juga bakal dipakai oleh Smartfren dalam menggelar jaringan 5G yang bersamaan dengan 4G mereka yang ada saat ini. Oleh karena bekerja sama dengan realme, bisa jadi nantinya smartphone pertama yang bisa terkoneksi dengan jaringan 5G dari Smartfren adalah realme 8 5G.

Realme 8 5G sendiri sudah mendapatkan tanggal peluncurannya. Oleh janji realme mengenai peluncuran perangkat 5G terjangkau, sepertinya perangkat ini akan berada di kisaran 2-3 jutaan. Sayangnya, kita harus menunggu terlebih dahulu sampai realme benar-benar meluncurkannya dalam waktu dekat, yaitu pada tanggal 16 Juni 2021. So, stay tuned!

Smartfren Luncurkan GOKIL MAX: Kuota Lokal dengan Cakupan Lebih Besar

Saat ini beberapa operator sudah menawarkan paket yang kuotanya terbagi atas kuota lokal dan nasional. Sayangnya, cakupan wilayah kuota lokal biasanya cukup kecil sehingga pada saat keluar kota akan memakan kuota nasional. Hal tersebut membuat Smartfren mengeluarkan paket yang bernama Gokil Max.

Paket baru ini memiliki keunggulan berupa kuota lokal yang besar, ditambah kuota nasional yang sesuai kebutuhan pelanggan, serta ekstra kuota malam yang sangat melimpah. Kuota ini bisa digunakan untuk semua jenis aplikasi dan tidak dikelompok-kelompokkan seperti hanya untuk Youtube atau Whatsapp saja.

Djoko Tata Ibrahim, Deputy CEO Smartfren mengatakan, “Smartfren Gokil Max memberikan pengalaman internet maksimal untuk generasi muda Indonesia. Dengan kecepatan penuh dan kuota besar yang bisa dipakai untuk segala aplikasi, siapapun bisa dengan mudah memakai koneksi internet untuk mendobrak batas demi menciptakan karya-karya gokil serta mewujudkan cita-cita.”

Pelanggan Smartfren bisa mendapatkan paket Gokil Max dalam bentuk voucher data, kartu perdana, maupun paket data yang tersedia di aplikasi MySmartfren. Gokil Max sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu  Gokil Max Rp30.000 dengan Kuota Lokal 6 GB, Kuota Nasional 3 GB, dan Extra Kuota Malam 30 GB (01.00-05.00 WIB) untuk masa berlaku 30 hari; Gokil Max Rp50.000 dengan Kuota Lokal 14 GB, Kuota Nasional 7 GB, dan Extra Kuota Malam 50 GB (01.00-05.00 WIB) untuk masa berlaku 30 hari; serta Gokil Max Rp70.000 dengan Kuota Lokal 24 GB, Kuota Nasional 12 GB, dan Extra Kuota Malam 70 GB (01.00-05.00 WIB) untuk masa berlaku 30 hari.

Cakupan wilayah untuk kuota lokal juga diklaim lebih banyak dari pesaing Smartfren. Smartfren mengklaim bahwa kuota lokal memiliki area cakupan yang sangat luas, meliputi banyak kota, kabupaten, bahkan provinsi, Jadi pelanggan yang memiliki rumah dan bekerja pada kantor di dua kota yang berbeda tidak akan menggunakan kuota nasional yang lebih kecil.

Kuota malam tidak unlimited?

Bulan Januari yang lalu, Smartfren mengumumkan bahwa semua paket yang mereka luncurkan bakal memiliki kuota malam unlimited. Hal tersebut berarti bahwa kecepatan internet malam yang biasanya ada pada jam 1 malam hingga 5 pagi akan full speed. Namun pada Gokil Max, ternyata Smartfren memberikan kuota hingga 70 GB. Apakah paket ini tidak mendapatkan unlimited kuota malam?

Bapak Djoko pun menjawab bahwa paket Gokil Max tidak mendapatkan unlimited kuota malam. Hal ini akan membedakan antara paket Unlimited, Nonstop, dan Gokil Max. Hal tersebut tentu saja ditujukan untuk pangsa pasar pengguna internet yang berbeda-beda. Smartfren ingin menjangkau kebutuhan masyarakat akan kebutuhan kuotanya, sesuai dengan profesinya masing-masing, dan kemampuan daya belinya masing-masing.

Hal tersebut juga dikarenakan segmen masyarakat di Indonesia cukup berbeda-beda. Bahkan untuk kebutuhan internet, ada yang membelinya secara harian, mingguan, dan bahkan bulanan. Budget untuk terkoneksi ke internet serta pola pakainya juga berbeda-beda. Jadi, Smartfren menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut.

Cara Mengaktifkan Booster Unlimited Smartfren

Saat ingin menikmati kecepatan akses internet setelah batas pemakaian wajar yang sudah terlampaui mungkin Anda cukup bingung bagaimana cara. Pada dasarnya, hal tersebut bisa Anda lakukan dengan mengaktifkan booster unlimited. Untuk itu, simak cara mengaktifkan booster untuk layanan unlimited Smartfren.

Continue reading Cara Mengaktifkan Booster Unlimited Smartfren

5 Cara Mengecek Nomor Telepon Smartfren Terbaru 2021

Smartfren bukan operator baru, tapi sayangnya, masih banyak yang belum tahu bagaimana cara cek nomor Smartfren, khususnya mereka pengguna yang baru beralih ke Smartfren. Faktanya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melihat nomor Smarftren Anda sendiri.

Continue reading 5 Cara Mengecek Nomor Telepon Smartfren Terbaru 2021

OPPO Gelar 5G Academy Sebagai Ajang Sosialisasi Sekaligus Edukasi Mengenai Teknologi Jaringan 5G di Indonesia

Kehadiran OPPO Reno5 5G secara resmi di Indonesia bisa dilihat sebagai indikasi awal bahwa implementasi teknologi jaringan seluler generasi kelima di negara ini sudah semakin dekat. OPPO memang masih mengunci konektivitas 5G di perangkat tersebut, akan tetapi mereka berkali-kali menegaskan bahwa mereka bakal langsung membukanya begitu jaringan 5G di sini memang sudah masuk tahap komersialisasi.

OPPO rupanya tidak mau menyia-nyiakan waktu untuk sebatas menunggu. Hari ini, 4 Februari 2021, mereka menggelar acara OPPO 5G Academy, dengan tema perbincangan mengenai 5G dari sisi teknologi dan infrastruktur di edisi pertamanya ini. Selain awak media, kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini juga diikuti oleh kalangan mahasiswa, komunitas, maupun para konsumen Reno5 5G itu sendiri.

“OPPO 5G Academy menjadi sebuah platform OPPO Indonesia untuk melakukan edukasi mengenai jaringan 5G kepada masyarakat. Pada acara ini, masyarakat akan mendapatkan gambaran mengenai teknologi dan manfaat 5G. OPPO juga mengundang stakeholder jaringan 5G, pada acara perdana ini dihadiri oleh Qualcomm dan Smartfren Telecom. Acara ini sekaligus menjadi ajang perkenalan teknologi 5G OPPO dan juga perangkat yang sudah mendukung teknologi ini yakni OPPO Reno5 5G,” tutur Aryo Meidianto, PR Manager OPPO Indonesia.

OPPO Reno5 5G / OPPO Indonesia
OPPO Reno5 5G / OPPO Indonesia

Aryo di sini hadir sebagai narasumber yang mewakili pihak penyedia perangkat. Dua narasumber lainnya adalah Shannedy Ong, Country Director Qualcomm Indonesia yang mewakili pihak penyedia teknologi, dan Sukaca Purwokardjono, Deputy CEO Mobility Smartfren Telecom yang mewakili pihak penyedia jaringan. Ada cukup banyak hal yang dibahas, utamanya gambaran umum mengenai teknologi 5G, baik dari sisi perkembangan teknologi, implementasi, kegunaan dan pemanfaatan jaringan ini di masa depan.

Sebagai pihak yang menyediakan teknologinya, Qualcomm siap bekerja sama dengan mitra OEM dan ODM untuk meluncurkan perangkat 5G di Indonesia seperti OPPO yang menggunakan Snapdragon 765G pada Reno5 5G. “Jaringan 5G akan memberikan banyak keuntungan bagi konsumen, terutama untuk kecepatan, latensi yang lebih rendah, dan biaya per bit yang lebih rendah,” papar Shannedy Ong.

Di saat yang sama, pihak operator juga menjadi bagian penting dalam struktur pengembangan jaringan 5G sebagai penyedia layanan, dan Smartfren adalah salah satu operator yang sudah sangat siap menyediakannya. “Kami yakin implementasi 5G di Indonesia akan menjadi game changer bagi industri sekaligus memberikan manfaat besar pada konsumen. Agar manfaat tersebut dapat terwujud, diperlukan sinergi dari seluruh stakeholder dalam ekosistem telekomunikasi,” jelas Sukaca Purwokardjono.

Modem 5G untuk rumahan bikinan OPPO / OPPO Indonesia
Modem 5G untuk rumahan bikinan OPPO / OPPO Indonesia

Sentimen yang ditunjukkan ketiga pihak ini pada dasarnya adalah, mereka semua sudah sangat siap menghadapi komersialisasi 5G, dan sekarang hanya tinggal menunggu pemerintah menetapkan regulasinya. Menurut Aryo, acara OPPO 5G Academy ini merupakan bentuk nyata kolaborasi antara penyedia device, penyedia teknologi, dan penyedia jaringan, sekaligus membuktikan bahwa mereka sudah 100% siap.

Shannedy berharap komersialisasi 5G di Indonesia bisa terjadi tahun ini juga, dengan catatan semuanya berjalan sesuai rencana. Sementara itu, Sukaca memprediksi antara akhir 2021 atau awal 2022. Dalam waktu dekat, Smartfren sendiri masih akan melakukan uji coba jaringan 5G lagi.

Ketiga narasumber juga sepakat bahwa manfaat 5G nantinya tidak hanya bisa dirasakan oleh kalangan enterprise saja, tetapi juga kalangan konsumen secara umum. Spesifiknya, mereka akan merasakan peningkatan dari sektor hiburan; kegiatan seperti streaming film, cloud gaming, maupun upload video pasti akan sangat terbantu oleh tingginya kecepatan sekaligus rendahnya latensi yang ditawarkan oleh konektivitas 5G.

Juga menarik adalah pembahasan singkat mengenai bagaimana teknologi-teknologi lama akan ditinggalkan di era 5G. Teknologi seperti jaringan 2G misalnya, bisa saja tereliminasi di saat 5G sudah mainstream, apalagi mengingat kita sekarang sudah bisa melangsungkan panggilan telepon via jaringan data. Contoh lainnya adalah expansion slot di smartphone, yang ke depannya mungkin akan ditinggalkan karena konsumen sudah bisa sepenuhnya mengandalkan cloud storage berkat 5G.