OPPO Indonesia Pastikan Kehadiran Perangkat 5G di Kuartal Pertama 2022

Teknologi jaringan seluler generasi ke-5 telah hadir di Indonesia dan tahun 2022 ini diharapkan cakupan wilayah yang mendukung 5G semakin meluas. Tak sekedar lebih cepat, 5G juga memiliki latensi lebih rendah, serta membawa peningkatan kapasitas dan bandwith sehingga digadang-gadang akan berdampak luas pada cara orang menjalani hidup, bekerja, dan bermain game.

Tingginya potensi 5G membuat OPPO menjadikan 5G sebagai salah satu strategi yang akan dijalankan pada tahun 2022 ini. OPPO menjanjikan akan banyak perangkat 5G yang akan diluncurkan, yang tidak hanya berupa smartphone, seiring dengan perkembangan jaringan infrastruktur dan ekosistem 5G di Indonesia.

Tahun yang lalu, pada kuartal pertama OPPO mulai menujukkan geliat perangkat 5G di Indonesia. Kala itu, di 2021 tepat pada bulan Januari, smartphone Reno5 5G resmi meluncur di Indonesia. Lalu kapan perangkat 5G OPPO terbaru akan meluncur pada tahun ini?

Saat ini tim OPPO memang sedang mempersiapkan beberapa perangkat dengan teknologi terbaru akan diperkenalkan di Indonesia terutama pada tengah tahun pertama. Yang pasti, hampir sebagian besar perangkat tersebut akan berjalan pada jaringan 5G. Kami melihat kesadaran masyarakat terhadap teknologi ini sudah mulai terbangun. Ini terlihat pada permintaan perangkat 5G di tahun 2021, terutama pada Reno5 5G yang kala itu kami tambah jumlah produksinya akibat tingginya permintaan,” ujar Aryo Meidianto A, PR Manager OPPO Indonesia.

Perjalanan perangkat 5G OPPO di Indonesia telah terekam sejak tahun 2019, OPPO menjadi pionir panggilan video pertama kali dengan menggunakan jaringan 5G. Kala itu, OPPO menggunakan smartphone Reno yakni Reno 10x Zoom versi 5G. Panggilan video tersebut dapat berjalan lancar yang menghubungkan antara Indonesia dan Australia.

Kemudian di pertengahan 2020, OPPO memperkenalkan perangkat 5G ready yakni Find X dan Find X2 Pro. Sementara di 2021, OPPO menggebrak dengan meluncurkan lebih banyak smartphone 5G, termasuk Reno5 5G, Reno6 5G, Reno6 Pro 5G, Find X3 Pro dan OPPO A74 5G.

Reno5-5G-(2)
OPPO Reno5 Versi 5G

Porsi terbanyak perangkat 5G OPPO memang pada kelas menengah atas. Namun seiring hadirnya chipset 5G baru untuk smartphone menengah ke bawah, OPPO yakin kedepannya akan banyak perangkat 5G dengan harga yang lebih terjangkau.

Saat ini belum banyak informasi mengenai perangkat 5G baru yang akan meluncur di kuartal pertama tahun ini. “Yang pasti, jika tidak ada aral melintang, melihat perkembangan 5G di Indonesia sangat memungkinkan kita akan menaikan porsi perangkat 5G dan 4G berbanding sama besar 50:50,” tutup Aryo.

Poco M4 Pro 5G Adalah Penerus M3 Pro 5G, dengan Chipset dan Kamera Lebih Baik

Masih ingat dengan Poco M3 Pro 5G? Ia adalah smartphone 5G terjangkau yang menempatkan dirinya sebagai ‘The Real 5G Killer‘, dirilis setengah tahun lalu dan masuk Indonesia pada akhir Juni 2021 dengan harga mulai dari Rp2,8 juta.

Kini Poco telah mengumumkan penerusnya, Poco M4 Pro 5G dan tentu saja konektivitas 5G masih menjadi salah satu sorotan utamanya. Dibanding pendahulunya, aspek performa dan kamera meningkat cukup signifikan.

Poco M4 Pro 5G kini mengandalkan chipset MediaTek Dimensity 810 dengan modem 5G terintegrasi. SoC ini dibangun menggunakan teknologi proses 6 nm, dengan CPU octa-core yang terdiri dari 2x Cortex-A76 2.4 GHz, 6x Cortex-A55 2.0 GHz, dan GPU Mali-G57 MC2.

Sebagai pembanding, Poco M3 Pro 5G ditenagai MediaTek Dimensity 700 7 nm. Sementara, konfigurasi memorinya masih sama, RAM LPDDR4X dan penyimpanan internal UFS 2.2 berkapasitas 4 GB+64 GB dan 6 GB+128 GB. Namun M4 Pro 5G didukung dynamic RAM, yang memungkinkan pengguna menambah RAM virtual hingga 5 GB.

Beralih ke kamera, sektor ini sebetulnya bukan fitur andalan Poco M4 Pro 5G. Ia hanya mengemas dua kamera, tetapi kamera utamanya mendapatkan upgrade dari sensor 48 MP menjadi 50 MP dan ditemani kamera 8 MP dengan lensa ultrawide 119 derajat.

Bagian depan, ia mengemas DotDisplay 6,6 inci FHD+ dalam aspek rasio 20:9 dan punya punch hole kecil untuk menyisipkan kamera depan 16 MP. Masih menggunakan panel IPS dengan refresh rate 90 Hz dan touch sampling rate 240 Hz. Didukung kecerahan maksimum 450 nit dan diproteksi Gorilla Glass 3.

Desain dan warna Poco yellow yang khas masih dibawanya, opsi lain ada power black dan cool blue. Bagian atas di sekitar kamera belakang ada bingkai hitam bersama label Poco berukuran cukup besar.

Peningkatan lain ialah kecepatan pengisian dayanya mencapai 33W yang dapat mengisi baterai 5.000 mAh dari 0-100% dalam waktu 59 menit. Selain itu, ia memiliki dual speaker dan X-axis linear motor yang siap memberikan pengalaman gaming imersif.

Soal harga, model dasar Poco M4 Pro 5G dengan memori 4/64GB dijual €230 atau sekitar Rp3,7 jutaan. Sementara, varian atas 6/128 GB dibanderol €250 atau Rp4,1 jutaan.

Sumber: GSMArena

Gigabyte Ungkap Project Cielo, Konsep Gaming PC Portabel yang Dilengkapi 5G

Portabel bukanlah kata sifat yang kerap diasosiasikan dengan sebuah gaming PC. Namun itu tidak mencegah Gigabyte menggunakan kata tersebut dalam mendeskripsikan konsep gaming PC terbarunya.

Dinamai Project Cielo, perangkat ini pada dasarnya merupakan sebuah gaming PC portabel yang nyaris sepenuhnya wireless. Saya bilang nyaris karena ia tidak dibekali layar sendiri, dan itu berarti penggunanya masih perlu setidaknya satu kabel untuk menyambungkan perangkat ke monitor, TV, atau proyektor.

Sepintas bentuknya kelihatan seperti beberapa unit robot vacuum cleaner yang ditumpuk. Tiap-tiap tingkatan tersebut sebenarnya merupakan modul yang terpisah: modul PC di atas, modul baterai di tengah, dan modul speaker Bluetooth di bawah.

Menariknya, ketiga modul tersebut tidak selamanya harus digunakan secara bersamaan. Pengguna juga bisa memakai beberapa kombinasi yang berbeda, seperti misalnya modul PC dan speaker saja untuk pemakaian di rumah, atau modul speaker plus baterai saja untuk meramaikan acara pesta.

Daya tarik lain dari konsep ini adalah 5G. Ya, perangkat ini memiliki antena 5G yang terintegrasi ke sasisnya. Namun yang menarik perhatian saya pribadi adalah, di siaran persnya, Gigabyte ada menyebut bagaimana 5G di perangkat ini dapat memberikan akses instan ke layanan cloud gaming. Pertanyaan saya: kalau kinerjanya sudah mumpuni, kenapa masih harus mengandalkan cloud gaming?

Well, sayangnya Gigabyte tidak merincikan spesifikasi Project Cielo sama sekali, jadi kita pun belum punya gambaran seperti apa kinerjanya saat dipakai bermain judul-judul game AAA.

Gigabyte juga tidak menyinggung soal aspek upgradability dari Project Cielo; apakah komponen-komponennya bisa diganti dengan generasi yang lebih baru, entah secara tradisional atau via modul khusus seperti yang diterapkan oleh Razer dan Intel. Sejauh ini memang belum ada informasi-informasi semacam itu, mungkin karena status perangkatnya yang memang masih sebatas konsep.

Gigabyte melihat Project Cielo sebagai manisfestasi visi mereka akan masa depan PC gaming. Mereka percaya 5G bakal berperan besar dalam menghadirkan pengalaman PC gaming di mana saja dan kapan saja, dan desain non-konvensional seperti ini dibutuhkan demi visi tersebut.

Apakah Project Cielo bakal direalisasikan menjadi produk yang bisa dibeli konsumen ke depannya? Sejauh ini masih belum ada yang tahu.

Sumber: PC Gamer dan PR Newswire.

5G Adalah Kunci Utama Agar Cloud Gaming Bisa Mainstream

Tidak bisa dimungkiri, cloud gaming bakal merevolusi cara kita mengonsumsi video game. Dengan hanya bermodalkan smartphone dan koneksi internet yang cepat sekaligus stabil, kita bisa memainkan deretan game yang semestinya hanya sanggup dijalankan oleh PC dan console.

Meski menjanjikan, pada kenyataannya cloud gaming masih jauh dari kata mainstream. Berdasarkan laporan terbaru dari Niko Partners, pasar yang dapat dijangkau oleh cloud gaming di Asia diperkirakan hanya mencakup sekitar 150 juta orang, dan hampir separuhnya sendiri berasal dari Tiongkok.

Padahal, kita tahu bahwa Asia merupakan salah satu pasar gaming terbesar di dunia, dengan estimasi jumlah gamer sebanyak 1,5 miliar orang. Terlepas dari itu, pasar yang dapat dijangkau oleh cloud gaming di Asia diproyeksikan bisa menembus angka 500 juta orang di tahun 2025. Namun syaratnya, 5G harus mainstream lebih dulu.

Kenapa 5G? Karena pasar gaming Asia cenderung lebih besar di segmen mobile, sehingga wajar apabila sebagian besar gamer di kawasan Asia bakal mencicipi cloud gaming untuk pertama kalinya dengan menggunakan smartphone. Agar itu bisa terwujud, sebagian besar populasi perlu memiliki akses ke jaringan 5G terlebih dulu.

Bukan kebetulan kalau kemudian perusahaan-perusahaan telekomunikasi melihat cloud gaming sebagai salah satu use case utama 5G. Di Tiongkok misalnya, tiga provider terbesarnya — China Unicom, China Mobile, dan China Telecom — sudah menawarkan layanan cloud gaming kepada para pelanggannya.

Seiring cloud gaming bertambah mainstream, Niko Partners percaya sektor lain yang masih dalam lingkup gaming pun juga akan ikut bertumbuh, seperti misalnya live streaming, esports, playable ads, native cloud games, user generated content, dan masih banyak lagi.

Untuk sekarang, pasar cloud gaming yang paling berkembang di Asia ada di Korea, Jepang, dan Taiwan. Di antara ketiganya, Korea Selatan diyakini sebagai pasar yang paling matang untuk cloud gaming. Di sisi sebaliknya, Filipina, Malaysia, dan India adalah yang paling lambat perkembangan pasar cloud gaming-nya.

Cloud gaming juga bisa menguntungkan developer game mobile

Berkat cloud gaming, game mobile yang terkenal berat seperti Genshin Impact pun dapat dimainkan di perangkat low-end / miHoYo

Perlu dicatat, cloud gaming tidak hanya memungkinkan para gamer mobile untuk mengakses game PC maupun console saja, tapi juga memungkinkan mereka untuk memainkan game mobile kelas high-end di smartphone kelas low-end tanpa harus berkompromi dengan penurunan performa maupun kualitas grafik.

Ini berarti yang bisa menjangkau lebih banyak konsumen dengan bantuan cloud gaming bukan hanya developer game PC dan console saja, melainkan juga developer game mobile. Contohnya adalah miHoYo.

Beberapa bulan lalu, miHoYo sempat bekerja sama dengan penyedia solusi cloud WeLink untuk merilis versi cloud dari game andalannya, Genshin Impact, sehingga konsumen yang perangkatnya sudah berumur pun tetap bisa ikut memainkan game yang dikenal berat itu.

Berhubung game-nya tidak perlu diunduh dan diinstal melalui App Store ataupun Play Store, miHoYo pun jadi bisa menawarkan konten in-app purchase secara langsung ke pemain tanpa perlu melibatkan Apple dan Google sebagai perantaranya.

Alhasil, mereka bisa mendapat pemasukan yang lebih besar karena tidak dipotong 30% oleh Apple dan Google, dan yang perlu mereka bayar hanyalah jasa yang disediakan WeLink itu tadi. Singkat cerita, developer game mobile pun juga bisa diuntungkan oleh maraknya tren cloud gaming.

Sumber: Niko Partners. Gambar header: Microsoft.

Qualcomm Umumkan Platform 5G dan AI Khusus Drone

5G, jangan bosan mendengar kata ini terus disebut-sebut sampai beberapa tahun ke depan. Bukan cuma di ranah smartphone saja, melainkan juga di sejumlah kategori lain, tidak terkecuali drone.

Indikasinya adalah platform 5G khusus drone yang Qualcomm umumkan belum lama ini. Dinamai Qualcomm Flight RB5, platform ini dirancang untuk mempercepat pengembangan drone di ranah komersial, industrial, dan enterprise lewat sederet kapabilitas 5G dan AI.

Keberadaan 5G pastinya memungkinkan drone untuk mentransmisikan data dalam jumlah besar secara cepat, dan ini sangat esensial untuk keperluan-keperluan seperti inspeksi lapangan, pemetaan, maupun respon darurat. Berkat 5G, data yang direkam drone bisa langsung diolah secara real-time, tidak perlu menunggu drone-nya pulang terlebih dulu.

Di sisi lain, keberadaan AI dimaksudkan supaya drone dapat menentukan sendiri data-data apa saja yang paling berharga dan perlu ditransfer saat itu juga, mengurangi kepadatan traffic jaringan sekaligus memudahkan pekerjaan operator (tidak perlu menyortir data-datanya, memisahkan mana yang penting dan mana yang tidak).

Keuntungan lainnya adalah perkara jangkauan, sebab 5G memungkinkan drone untuk tetap sepenuhnya di bawah kendali operator meski posisinya sudah berada di luar jarak pandang. 4G saja sudah bisa merealisasikan hal ini, apalagi 5G.

Secara teknis, platform ini mengemas CPU 8-core, GPU, neural processing engine, dan image signal processor (ISP) yang siap mewujudkan perekaman dalam resolusi 8K maupun 4K 120 fps. Sebanyak 7 unit kamera sekaligus mampu ditanganinya, dan itu berarti fitur seperti object detection beserta collision avoidance pun juga dapat diwujudkan.

Qualcomm tidak lupa menyiapkan development kit yang dapat dijadikan sebagai referensi drone lengkap oleh para produsen. Meski sejauh ini baru ditujukan untuk segmen komersial, kita tidak perlu terkejut seandainya platform 5G dan AI ini juga akan merambah segmen consumer drone ke depannya.

Sumber: DPReview.

OPPO Resmikan Reno6 Series 5G, Lebih Stylish dan Powerful untuk Merekam Momen Portrait

OPPO kembali menghadirkan versi 5G dari perangkat Reno terbaru dan kali ini ia juga ditemani versi Pro-nya. Ya, OPPO telah resmi meluncurkan Reno6 Series 5G di Indonesia yang terdiri dari Reno6 5G dan Reno6 Pro 5G.

Sama halnya seperti Reno6 versi 4G, kedua smartphone 5G ini memiliki desain stylish bahkan lebih menarik. Pada Reno6 5G misalnya, ia punya bingkai tegas yang sekilas mirip ‘iPhone 12’. Sementara, Reno6 Pro 5G memiliki 3D curved display yang melengkung di sisi kiri dan kanan mengikuti kontur bodinya yang ramping.

Dari segi layar, Reno6 5G Series mengusung panel AMOLED 6,4 inci dan 6,5 inci (Pro) beresolusi FHD+ dalam rasio 20:9 dengan refresh rate 90Hz dan touch sampling rate 180Hz. Ada single punch hole di pojok kiri atas, untuk menempatkan kamera depan 32MP.

Untuk konfigurasi kamera belakangnya, Reno6 5G hanya mengandalkan tiga unit kamera saja yang meliputi kamera utama 64MP, kamera dengan lensa ultrawide 8MP, dan kamera macro 2MP. Sementara, Reno6 Pro 5G membawa kemampuan kamera yang lebih superior.

Terdapat empat unit kamera di belakang Reno6 Pro 5G, di mana kamera utamanya 50MP menggunakan sensor Sony IMX766 yang punya sensor berukuran besar 1/1.56 inci. Selain punya kamera ultrawide 16MP dan kamera macro 2MP, bagian paling seru pada kamera Reno6 ialah keberadaan kamera dengan lensa telephoto 13MP.

Tentu saja, Reno6 5G Series juga telah dilengkapi rangkaian fitur kamera canggih berbasis AI untuk merekam momen portrait. Sebut saja, Bokeh Flare Portrait Video untuk video dengan efek bokeh sinematik dan AI Highlight Video yang dapat meningkatkan kualitas video di kondisi menantang.

Aspek pembeda utama dari perangkat Reno6 5G Series ialah dapur pacu, Reno6 5G ditenagai oleh chipset 5G MediaTek Dimensity 900, didukung RAM 8 GB dan penyimpanan 128 GB, serta baterai 4300 mAh 65W SuperVOOC 2.0 yang mampu mengisi daya 100% hanya dalam 28 menit. Sedangkan, Reno6 Pro 5G mengandalkan chipset flagship Snapdragon 870 5G, dengan RAM 12 GB dan penyimpanan 256 GB, serta baterai 4500 mAh 65W SuperVOOC 2.0 yang dapat mengisi daya penuh dalam 31 menit.

OPPO Reno6 Series 5G ingin merangkul budaya anak muda melalui fotografi yaitu dengan kompetisi foto OPPO Renovators yang mengangkat tema ‘Forgotten Emotion’, esports dengan kolaborasi bersama Bigetron, dan musik dengan OPPO Reno6 Pro Fest. Patrick Owen, Chief Creative Officer, OPPO Indonesia, mengungkapkan, “OPPO Reno6 Series 5G menawarkan performa mumpuni dengan pilihan chipset MediaTek Dimensity 900 dan Qualcomm® Snapdragon™ 870 5G yang akan memberi kenyamanan baik untuk aktivitas profesional maupun gaming di sela waktu.”

OPPO Reno6 5G dibanderol dengan harga Rp7.999.000 dengan ketebalan 7,59 mm dan berat 182 gram tersedia dua warna, Aurora dan Stellar Black. Sedangkan, Reno6 Pro 5G dijual dengan harga Rp10.999.000, serta hadir dengan warna Lunar Grey dengan ketebalan 7,99 mm dan berat 188 gram. Keduanya tersedia di OPPO Gallery, OPPO Store, gerai partner smartphone yang menjual OPPO, dan e-commerce terkemuka termasuk Akulaku, Blibli, JD.ID, Lazada, Shopee dan Tokopedia.

Selama pre-order 19-27 Agustus 2021 dan program Flash Sale e-commerce 19 Agustus 2021, konsumen akan mendapatkan OPPO Band secara gratis untuk pembelian OPPO Reno6 5G dan OPPO Enco Air untuk pembelian OPPO Reno6 Pro 5G, serta penawaran khusus cashback Rp 750.000,00 bagi pengguna kartu kredit BRI, CIMB Niaga, Citibank, DBS, Mandiri, Standard Chartered, dan UOB TMRW via pembelian online di platform e-commerce.

[Review] Xiaomi Redmi Note 10 5G: Smartphone 5G Dimensity 700 Murah

Dengan hadirnya teknologi 5G, banyak sekali anggapan bahwa nantinya smartphone yang beredar akan memiliki harga tinggi. Memang, banyak perangkat 5G yang dijual di atas harga 5 jutaan. Namun, beberapa produsen smartphone saat ini berlomba-lomba untuk mengeluarkan perangkat 5G yang lebih bisa dijangkau oleh konsumen. Salah satunya adalah Xiaomi Redmi Note 10 5G.

Seri yang satu ini mungkin memiliki keluarga yang paling banyak yang pernah hadir di Indonesia. Hal tersebut mulai dari Redmi Note 10 Pro, Redmi Note 10, Redmi Note 10S, dan yang terakhir adalah Redmi Note 10 5G. Melihat dari penempatan harganya, Redmi Note 10 5G ada pada posisi di antara Redmi Note 10 dan Redmi Note 10s.

Menggunakan nama 5G tentu saja mengartikan bahwa perangkat ini mampu terkoneksi dengan jaringan yang baru digelar di Indonesia tersebut. Jaringan ini sendiri mampu menyalurkan data hingga hitungan gigabit per detik. Dan dengan menggunakan chipset dari Mediatek, membuat Redmi Note 10 5G menjadi perangkat 5G yang memiliki harga terjangkau. Tentunya, harga yang terjangkau akan membuat teknologi terbaru ini bisa digunakan oleh lebih banyak orang.

Perangkat yang datang ke meja pengujian DailySocial merupakan varian yang tertinggi dari Redmi Note 10 5G, dengan menggunakan RAM 8 GB dan internal 128 GB. Xiaomi Redmi Note 10 5G sendiri memiliki varian yang lebih rendah dengan RAM 4 GB dan internal 128 GB. Harga dari perangkat ini tentu saja masih dalam rentang dua jutaan.

Sub-Brand dari Xiaomi, yaitu Poco, juga memiliki perangkat yang sama persis spesifikasinya. Hanya saja, Xiaomi membedakannya dengan bentuk desain pada sisi belakangnya. Selain itu, Poco juga memiliki konfigurasi RAM dan penyimpanan internal yang berbeda pula. Harganya juga sedikit lebih murah jika dibandingkan dengan Redmi Note 10 5G.

Spesifikasi dari Redmi Note 10 5G yang saya dapatkan bisa dilihat pada tabel berikut ini

Redmi Note 10 5G
SoC Mediatek Dimensity 700
CPU 2× 2.2 GHz Cortex-A76+ 6× 2 GHz Cortex A-55
GPU Arm Mali-G57 MC2 950MHz
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 128 GB UFS 2.2
Layar 6,5 inci IPS 2400 x 1080 90Hz Gorilla Glass 3
Dimensi 161.8 x 75.3 x 8.9 mm
Bobot 190 gram
Baterai 5000 mAh
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 2 MP Macro, 2 MP depth, 8 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12

Untuk hasil dari CPU-Z, AIDA 64, dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Redmi Note 10 5G masih menggunakan pengisian daya dengan 18 watt. Selain itu, Xiaomi juga mencabut speaker stereo yang dihadirkan pada seri 10 ini. Kamera wideangle juga tidak dihadirkan pada perangkat 5G dengan harga yang terjangkau ini.

Unboxing

Inilah yang ada didalam paket penjualan smartphone Redmi Note 10 5G.

Desain

Kebanyakan smartphone yang masih masuk dalam satu keluarga akan memiliki desain badan yang sama. Namun, hal tersebut berbeda dengan Xiaomi Redmi Note 10 5G. Desain belakang dari perangkat yang satu ini berbeda dari Redmi Note 10 Pro, Redmi Note 10, dan Redmi Note 10s. Akan tetapi ada satu yang sepertinya akan lama dipakai oleh Xiaomi, yaitu logo Redmi yang dibuat kecil pada sisi kiri bawah.

Bobot dari Redmi Note 10 5G memang terasa cukup ringan, yaitu hanya 190 gram saja. Dimensinya juga dapat dibilang cukup ramping dengan ketebalan yang hanya 8,9 mm saja. Case belakangnya sendiri terbuat dari plastik polikarbonat. Untuk warna yang saya dapatkan adalah Graphite Gray.

Layar dari Redmi Note 10 5G menggunakan panel dengan tipe IPS. Layar ini menggunakan resolusi 2400×1080 dan memiliki refresh rate 90Hz yang nyaman untuk dipandang. Berbeda dengan pesaingnya, Xiaomi sudah memasangkan kaca yang lebih tahan terhadap goresan dari Corning, yaitu Gorilla Glass 3. Hal tersebut juga diperkuat lagi dengan lapisan anti gores yang sudah terpasang dari pabriknya.

Dengan harga yang terjangkau, Xiaomi ternyata tetap menghadirkan fitur NFC pada Redmi Note 10 5G. Hal ini akan membuat pengisian saldo kartu uang elektronik lebih nyaman saat terhubung dengan jaringan 5G dan tengah berada di jalan tol. Keamanannya juga cukup baik dengan menghadirkan sensor sidik jari yang berbarengan dengan tombol daya serta face unlock. Selain itu, perangkat ini juga memiliki emergency SOS yang bisa mengirimkan pesan langsung ke kontak yang sudah ditentukan dengan 5 kali menekan tombol daya.

Pada sisi sebelah kanan akan ditemukan tombol power yang tergabung dengan pemindai sidik jari serta tombol volume naik dan turun. Pada sisi kirinya terdapat sebuah slot nano SIM dengan microSD. Untuk bagian bawahnya, ditemukan microphoneslot USB-C, dan speaker. Di bagian atasnya terdapat port audio 3,5 mm, infra merah untuk remote, serta microphone kedua.

Xiaomi Redmi Note 10 5G menggunakan MIUI 12 (versi 12.0.3 pada saat saya uji) dengan basis sistem operasi Android 11. Pada sistem operasi yang satu ini, pengguna bisa memilih apakah menggunakan model app drawer atau tidak serta tombol navigasi dengan model tekan atau geser. Sayang memang, perangkat ini belum mendapatkan MIUI 12.5 yang memiliki tingkat responsivitas yang lebih baik lagi.

Jaringan LTE, 5G, dan WiFi

Menggunakan chipset Dimensity buatan Mediatek, menandakan bahwa perangkat ini mendukung jaringan data cepat 4G dan 5G. Pada Redmi Note 10 5G, jaringan 4G LTE yang didukung adalah band 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12, 17, 20, 28, 32, 38, 40, 41, dan 66 yang sudah mencakup seluruh operator yang ada di Indonesia. Untuk jaringan 5G, yang didukung adalah band NR 1, 3, 7, 8, 20, 28, 38, 40, 41, 66, 77, 78 SA/NSA.

Saya juga sudah mencoba terkoneksi dengan jaringan Telkomsel 5G yang menggunakan band N40 NSA. Hasilnya, perangkat ini bisa digunakan untuk melakukan download dengan kecepatan tinggi. Walaupun secara teoritis bisa mencapai kecepatan Gbps, namun yang saya dapatkan hanya sekitar 140-an Mbps dengan posisi pengujian tepat di belakang sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan.

Dengan menggunakan Dimensity 700, menandakan bahwa Redmi Note 10 5G juga mendukung fungsi Smart 5G Power Saving. Teknologi ini secara cerdas akan mengidentifikasi kekuatan sinyal di sekitarnya dan beralih antara 4G dan 5G tanpa jeda waktu peralihan. Hal tersebut akan menghasilkan konsumsi daya yang 30% lebih rendah dibandingkan dengan smartphone tanpa fitur Smart 5G.

Xiaomi Redmi Note 10 5G juga sudah mendukung WiFi 5 atau yang dikenal dengan 802.11 AC. Hal ini menandakan bahwa perangkat ini mampu terhubung dengan jaringan 5 GHz dari sebuah router WiFi. Kecepatannya sendiri tentunya juga lebih kencang dari WiFi pada jaringan 2.4 GHz.

Kamera: 48 MP Tanpa Wideangle

Xiaomi membenamkan empat buah kamera pada Redmi Note 10 5G, dengan tiga diantaranya yang dapat digunakan secara manual. Kamera utamanya menggunakan sensor 48 MP buatan OmniVision dengan OV48B 1/2″ dengan 0.8µm. Dengan menggunakan algoritma quad bayer, membuat hasilnya akan lebih baik pada resolusi 12 MP. Xiaomi tidak mengggunakan kamera ultrawide pada Redmi Note 10 5G.

Kamera utamanya ternyata menghasilkan gambar yang cukup baik. Saya bisa mendapatkan gambar yang tajam serta warna yang cukup baik hanya dengan sekali klik. Pada rentang harganya, tingkat noise yang dihasilkan cukup rendah dibandingkan dengan perangkat sekelasnya.

Kamera makro yang terpasang pada smartphone ini dibuat oleh Hynix dengan Hi-259. Hasilnya cukup lumayan dan cukup dapat diandalkan jika Anda menyukai pengambilan foto jarak dekat. Walaupun begitu, hasil fotonya tidak akan setajam kamera utamanya. Dan pengguna juga harus belajar yang cukup untuk mengetahui jarak pengambilan gambarnya.

Kamera depan dari Redmi Note 10 5G menggunakan sensor dengan resolusi 8 MP buatan OmniVision OV8856. Xiaomi tampaknya telah membuat sensor yang satu ini menjadi lebih tajam. Tingkat noise nya cukup kecil pada saat diluar ruangan, namun saat didalam akan cukup meningkat pada tempat yang gelap.

Pengujian

Redmi Note 10 5G menggunakan Meditek Dimensity 700. Dimensity 700 sendiri menggunakan dua core kencang Cortex A76 dengan kecepatan 2.2 GHz. Enam inti prosesor lainnya adalah Cortex A55 dengan kecepatan 2 GHz dan tentunya menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Mali-G57 MC2 buatan ARM dengan kecepatan 950 MHz.

Kinerja dari Dimensity 700 memang sudah tidak perlu lagi diragukan. Namun untuk membuktikannya, saya akan mengujinya dalam dua skenario. Menggunakan Cortex A76 menandakan bahwa perangkat ini bisa digunakan untuk bermain game. Selain itu, prosesor kencang juga akan nyaman dipakai untuk bekerja.

Bermain Game

Walaupun menggunakan Cortex A76, namun prosesor kencang tersebut hanya menggunakan dua core saja. Hal tersebutlah yang akan membatasi kinerjanya dalam bermain game yang ada. Namun, clock tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan Helio G95 yang masih 2 GHz saja.

Perangkat yang satu ini saya uji dengan menggunakan Genshin Impact. Sayangnya, PUBG pada Redmi Note 10 5G tidak terdeteksi untuk dapat berjalan pada 90 fps. Dengan kemampuan SoC Dimensity, tentu saja PUBG dapat dimainkan dengan kecepatan penuh. Dan sekali lagi, sayangnya, Apex Mobile belum dapat dijalankan pada platform Mediatek.

Genshin Impact saya jalankan pada profile lowest. Framerate juga saya pasang pada limit 60 fps. Hasilnya, perangkat ini berjalan dengan rata-rata 32 fps. Jika diperhatikan, memang hasilnya cukup rendah mengingat beberapa perangkat bisa berjalan di atas 40 fps. Jadi, mungkin ini adalah PR Xiaomi untuk meningkatkan kinerjanya.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari game Genshin Impact. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Untuk Bekerja

Kinerja dari Dimensity 700 memang sudah tidak perlu diragukan lagi dalam bekerja. Penggunaan aplikasi Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Telegram, Facebook, Tiktok, serta Chrome yang menggunakan banyak tab akan berjalan tanpa lag. Xiaomi sudah menggunakan teknologi UFS 2.2 pada perangkat ini yang memastikan kinerja baca dan tulis pada penyimpanan internalnya berjalan dengan cepat.

Saya juga sempat menggunakan aplikasi office pada perangkat ini, yaitu WPS. Hal tersebut saya gunakan untuk melakukan editing teks serta gambar untuk kebutuhan sekolah anak. Tentunya, saya tidak menemukan masalah yang berarti sehingga cukup cocok digunakan untuk melakukan editing teks pada saat sedang berada di jalan.

Editing video dan gambar pada perangkat ini juga tidak menemukan masalah. Konversi serta rendering tidak membuat perangkat ini panas. Hasilnya pun juga bisa diandalkan saat ingin melakukan editing cepat dengan menggunakan aplikasi bawaan mau pun pihak ketiga yang ada pada Google Play.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya akan menghadirkan kembali beberapa SoC yang hadir pada rentang harga dua-tiga jutaan. Chipset yang saya hadirkan adalah Snapdragon 845, Snapdragon 732G, serta Mediatek Helio G95. Hal ini tentu saja hanya sekedar untuk membandingkan kinerja dari tiap-tiap chipset. Walaupun konfigurasi tiap perangkat berbeda, namun pada akhirnya pengguna akan mendapatkan gambaran bagaimana kinerja dari sebuah smartphone secara utuh.

Berikut adalah hasil benchmarking dari perangkat Redmi Note 10 5G

Uji baterai: 5000 mAh

Menguji baterai, apalagi dengan kapasitas 5000 mAh, memang akan memakan banyak waktu. Sayangnya, aplikasi yang ada saat ini tidak merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian smartphone tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan seperti menonton video dan mendengarkan musik serta sosial media.

Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Redmi Note 10 5G dapat bertahan hingga 16 jam 10 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 18 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang lebih 2 jam.

Verdict

Walaupun belum merata, jaringan 5G saat ini sudah hadir di Indonesia. Oleh karena itu, perangkat pendukung seperti smartphone pun juga sudah harus tersedia di pasaran. Tidak hanya harus tersedia, perangkat tersebut juga harus bisa dijangkau oleh daya beli masyarakat Indonesia. Seperti halnya Xiaomi Redmi Note 10 5G yang saat ini sudah ada di pasaran.

Dengan menggunakan Dimensity 700, kinerjanya memang dapat diandalkan. SoC yang satu ini dapat menjalankan semua aplikasi dan game yang tersedia pada Google Play. Oleh karenanya, perangkat ini nyaman digunakan untuk bermain serta bekerja. Hal tersebut juga didukung dengan daya tahan baterai yang cukup panjang.

Kamera yang terpasang juga ternyata menghasilkan gambar yang dapat diandalkan pula. Walaupun tidak memiliki kamera wideangle yang sepertinya sudah menjadi standar smartphone saat ini, hal tersebut tidak membuat perangkat ini menjadi tidak menarik. Redmi Note 10 5G juga sudah memiliki NFC yang bisa diandalkan untuk mengisi kartu uang elektronik. Penggunaan Gorilla Glass 3 pada rentang harganya juga membuat perangkat ini menjadi lebih aman.

Xiaomi Redmi Note 10 5G dengan konfigurasi 8/128 GB dijual dengan harga online Rp. 2.999.000 dan offline Rp. 3.099.000. Versi dengan RAM 4 GB dijual lebih murah pada harga Rp. 2.699.000. Harga tersebut membuat Redmi Note 10 5G menjadi salah satu smartphone 5G termurah di Indonesia. Semoga saja, implementasi jaringan 5G dapat merata dengan cepat di Indonesia.

Sparks

  • Mendukung jaringan 5G tanpa harus di unlock
  • Harga yang terjangkau untuk teknologi 5G
  • Layar dengan refresh rate 90 Hz
  • Hasil kamera utama yang dapat diandalkan
  • Daya tahan baterai yang panjang
  • Kinerja Dimensity yang mumpuni untuk bermain dan bekerja
  • Gorilla Glass 3

Slacks

  • Speaker mono
  • Tanpa kamera wideangle
  • Dukungan game yang kurang untuk framerate 90 fps

MediaTek Mendominasi Pasar Chipset Mobile, Fokus Segmen 5G di Indonesia

Beberapa waktu lalu (28/07/2021), MediaTek mengadakan acara bertajuk ‘MediaTek Virtual Coffee Session‘ pertamanya tahun ini di Indonesia. Pada acara tersebut mereka berbagi informasi dan pengumuman terbaru, termasuk membahas pengembangan dan pembaruan 5G di Indonesia dan secara global, hingga gambaran umum tentang MediaTek.

VP Corporate Marketing MediaTek, Finbarr Moynihan mengungkapkan peningkatan pendapatan dan pertumbuhan pangsa pasar MediaTek dari tahun ke tahun dan kuartal sebelumnya. Pada tahun 2019, MediaTek tercatat memperoleh pendapatan sebesar US$8 miliar dan meningkat menjadi US$10,9 miliar di 2020. Mobile computing (mencakup smartphone dan laptop) menyumbang porsi terbesar mencapai 43-48% dari yang sebelumnya 30-35%.

Selain itu, pendapatan MediaTek pada kuartal kedua 2021 juga mengalami peningkatan dibanding kuartal pertama 2021, dari US$3,8 miliar naik menjadi US$4,4 miliar. Mobile phone menyumbang 57% dari total pendapatan dengan pertumbuhan 144% secara YoY, diikuti IoT 22%, smart home 14%, dan power IC 7%.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Counterpoint Research pada tahun 2020 hingga April 2021, MediaTek berhasil mendominasi pasar chipset mobile. Di tahun 2020, MediaTek menguasai pangsa pasar 32% dan Qualcomm di posisi kedua dengan 28%. Hingga April 2021, MediaTek memimpin untuk sementara dengan perolehan 37% dan Qualcomm dengan 31%.

Untuk pasar 5G, MediaTek memang memiliki portofolio chipset 5G Dimensity series yang kuat. Di tahun 2020 saja, mereka telah merilis Dimensity 1000/1000+, 800/820, 800U, 720, dan 700. MediaTek mengklaim telah mengirimkan lebih dari 45 juta unit chipset Dimensity di tahun 2020 dan sudah menenagai lebih dari 30 model smartphone 5G di seluruh dunia.

Secara global, pada tahun 2020 terdapat lebih dari 120 operator yang mengadopsi layanan 5G komersial dengan pengiriman smartphone 5G mencapai 200+ juta unit. Tahun 2021 ini diharapkan ada lebih dari 200 operator yang mendukung 5G dengan peningkatan pengiriman smartphone 5G hingga 500+ juta unit.

Di Indonesia sendiri, Telkomsel akhirnya meluncurkan layanan 5G komersial pada awal bulan Juni lalu. Diikuti oleh Indosaat Ooredoo yang mengumumkan layanan 5G komersial di Solo pada akhir Juni lalu. Beberapa smartphone 5G terbaru dengan chipset MediaTek pun sudah tersedia di Indonesia dan akan terus bertambah, daftarnya meliputi:

  • vivo V21 5G dengan chipset Dimensity 800U Rp5.799.000
  • Realme 8 5G dengan Dimensity 700 Rp3.199.000
  • Xiaomi Redmi Note 10 5G dengan Dimensity 700 Rp2.799.000
  • Poco M3 5G dengan Dimensity 700 Rp2.600.000
  • Samsung A22 5G dengan Dimensity 700 Rp3.299.000

OnePlus Nord 2 5G Ditenagai Chipset MediaTek Dimensity 1200 AI & Kamera 50MP Sony IMX766

OnePlus telah mengumumkan smartphone 5G terbarunya yang dirancang sebagai flagship killer, Nord 2 5G. Perangkat ini membawa sejumlah spesifikasi kelas atas sambil tetap mempertahankan harga pada kelas menengah.

Kali ini, OnePlus mengandalkan chipset 5G dari MediaTek yaitu Dimensity 1200 AI yang menawarkan performa mendekati flagship. Berpadu RAM 6GB, 8GB, atau 12GB dan penyimpanan internal 128GB atau 256GB.

MediaTek Dimensity 1200 AI sendiri diproduksi dengan teknologi proses 6nm TSMC. Membawa CPU octa-core dengan konfigurasi 1+3+4 dan GPU Arm Mali-G77 MC9. Prosesornya meliputi satu inti dengan Arm Cortex-A78 ultra-core hingga 3GHz untuk kinerja ekstrem, tiga inti super Arm Cortex-A78, dan empat inti efisiensi Arm Cortex-A55 2.0GHz.

Beralih ke layar dan kamera, OnePlus Nord 2 5G mengemas panel AMOLED 6,43 inci FHD+ dengan refresh rate 90Hz. Pada punch hole di pojok kiri atas, tersemat kamera depan 32MP. Sementara, kamera belakangnya berkonfigurasi triple camera.

Hal yang menarik ialah kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX766 beresolusi 50MP seperti yang terdapat pada smartphone flagship OnePlus 9 Pro. Termasuk mendapatkan optical image stabilization untuk bidikan dan video bebas goyang, serta Digital Overlap HDR (DOL-HDR) untuk membantu mensintensis data eksposur dari dua gambar menjadi satu bidikan akhir. Dua kamera sekundernya meliputi kamera 8MP dengan lensa ultrawide dan 2MP dengan lensa monokrom.

Sistem operasi yang dijalankan Oxygen OS 11.3 berbasis Android 11, OnePlus menjanjikan dua pembaruan Android utama dan tiga tahun pembaruan keamanan. Baterainya menggunakan dual-cell berkapasitas 4.500 mAh yang diklaim dapat bertahan selama dua hari dan didukung teknologi pengisian cepat 65W Warp Charge yang dapat mengisi penuh dari 0% hingga 100% hanya dalam waktu 30 menit.

Saat ini, penjualan pertama OnePlus Nord 2 5G tersedia di pasar Eropa dan India. Model dasar dengan konfigurasi 6GB/128GB dijual mulai dari €399 atau sekitar Rp6,8 jutaan dan tersedia dalam tiga warna yaitu Blue Haze, Gray Sierra, dan Green Woods.

Sumber: GSMArena

 

 

 

[Review]Vivo V21 4G vs V21 5G: Smartphone Kembar namun Berbeda “Jeroan”

Pada kuartal kedua tahun 2021, Vivo meluncurkan dua perangkat baru pada seri V. Kedua smartphone tersebut adalah Vivo V21 dan Vivo V21 5G. Jika dilihat dari penampilannya, kedua perangkat ini terlihat sama saja. Selain konektivitas 5G, apa yang menjadi pembeda dari kedua perangkat tersebut?

Saat sedang melakukan pengujian Vivo V21 5G, tiba-tiba Vivo juga menawarkan perangkat Vivo V21 4G untuk diuji. Saya pun juga langsung tertarik ingin membandingkan kedua perangkat tersebut. Beberapa rekan juga sering menanyakan perbedaan antara kedua perangkat tersebut. Dari pada saya harus menjelaskan satu per satu, lebih baik saya langsung bandingkan saja pada artikel ini.

Tentu saja, SoC kedua perangkat ini berbeda karena konektivitasnya terhadap jaringan yang baru di mulai di Indonesia tersebut. Untuk 5G, Vivo memercayakan SoC dari Mediatek. Sedangkan untuk versi 4G, Vivo menggunakan SoC buatan Qualcomm. Berikut adalah spesifikasi lengkap dari kedua perangkat yang saya dapatkan

Vivo V21 4G Vivo V21 5G
SoC Snapdragon 720G Dimensity 800U
CPU 2×2.3 GHz Kryo 465 Gold & 6×1.8 GHz Kryo 465 Silver 2×2.4 GHz Cortex-A76 & 6×2.0 GHz Cortex-A55
GPU Adreno 618 Mali-G57 MC3
RAM 8 GB
Internal 128 GB
Layar 6,44 inci 2400×1080 AMOLED (90Hz untuk 5G)
Dimensi 161.24 x 74.37 x 7.38 mm 159.68 × 73.90 × 7.29 mm
Bobot 171 gram 176 gram
Baterai 4000 mAh
Kamera Utama: 64/16 MP, Wide: 8 MP, Macro; 2 MP, Selfie: 44 MP
OS Android 11 dengan FunTouch OS 11.1

Pemindaian yang dilakukan pada CPU-Z, AIDA 64, dan Sensor Box adalah seperti di bawah ini (kiri adalah V21 4G dan kanan merupakan V21 5G)

Jika dilihat, maka Vivo V21 5G merupakan perangkat pertama di Indonesia yang menggunakan Dimensity 800U. Sedangkan untuk versi 4G, Vivo masih memilih Snapdragon 720G yang saat ini memang memiliki kinerja yang 11-12 dibandingkan dengan Snapdragon 732G.

Unboxing

Kedua perangkat ternyata memiliki isi kotak penjualan yang sama. Berikut adalah isinya

Desain

Dua saudara kembar ini memang didesain cukup cantik oleh Vivo. Selain ramping dan ringan, keduanya memang memiliki bentuk yang tidak bulky. Jika diletakkan berbarengan, maka kita tidak akan tau mana yang versi 4G dan 5G. Untuk unit yang saya dapatkan, pada V21 4G memiliki warna Roman Black dan yang 5G berwarna Dusk Blue.

Layar kedua perangkat memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,44 inci. Kedua smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED. Sayang memang, tidak ada informasi apakah keduanya sudah menggunakan pelindung seperti Gorilla Glass atau belum. Oleh karena itu, saya sangat menyarankan kepada para pemiliknya untuk melepas lapisan anti gores bawaan dan menggantinya dengan tempered glass atau hydrogel.

Pada bagian belakangnya akan ditemukan sebuah ruang kotak dengan tiga buah kamera dan sebuah LED Flash. Kamera utama dengan 64 MP berada pada sisi kanan atas. Kamera ultrawide ada pada bagian kiri serta kamera makro ada pada sebelah kanan. Pada bagian bawah akan ditemukan sebuah LED flash.

Tombol-tombol juga menjadi pembeda pada kedua smartphone dari Vivo ini. Pada Vivo V21 akan ditemukan tombol volume dan power pada sisi sebelah kanannya. Pada sisi yang sama di Vivo V21 5G juga ditemukan tombol yang sama, yaitu volume dan power.

Pada bagian kiri dari Vivo V21 bisa ditemukan slot SIM dan microSD, namun pada V21 5G tidak akan ditemukan slot apa pun. Pada bagian bawah dari Vivo V21 4G ditemukan port audio 3.5 mm, microphone, port USB-C, dan speaker. Berbeda dengan Vivo V21 5G yang menempatkan slot SIM hybrid di bagian bawahnya, diikuti dengan microphoneport USB-C, dan speaker. Tidak ditemukan port audio 3,5 mm pada V21 5G.

Kedua unit yang saya dapatkan sudah menggunakan sistem operasi Android 11. Antar muka yang digunakan juga sudah yang paling baru, dengan FunTouch OS 11.1. Pada antar muka terbarunya ini, Vivo tidak lagi menggunakan swipe ke atas untuk quick menu, melainkan untuk membuka app drawer. Jadi, saat ini pengalaman pada FunTouch OS sudah mirip dengan launcher bawaan Android 11.

Extended RAM

Kedua Vivo V21 juga sudah dilengkapi dengan fitur Extended RAM. Fitur ini sendiri sama dengan virtual memory yang selama ini digunakan pada perangkat komputer pada sistem operasi Windows dan Linux. Dengan fitur ini, pengguna bisa memakai ruang 3 GB pada penyimpanan internal untuk diisi dengan cache sehingga bisa menjalankan lebih banyak aplikasi dan melancarkan multitasking. Vivo sendiri mematok hanya 3 GB saja untuk melebarkan memory perangkatnya.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa fitur ini bisa mengurangi masa hidup dari penyimpanan internalnya. Seperti yang kita ketahui bahwa penyimpanan internal sebuah smartphone masih menggunakan NAND chip yang memiliki kuota penulisan/penulisan. Pihak Vivo pun mengatakan bahwa saat RAM tidak penuh, ruang Extended RAM tidak akan digunakan, sehingga penulisan pada ruang internal tidak akan terlalu sering.

Konektivitas

Hingga saat ini, saya belum mengetahui apakah Vivo V21 5G yang saya pegang sudah terbuka atau belum jaringan 5G-nya. Hal tersebut dikarenakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga cukup sulit untuk datang ke tempat yang memiliki titik 5G. Sebelum PPKM, saya juga sudah mencoba ke Pondok Indah Mall 2, namun ternyata perangkat ini belum dibuka jaringan 5G-nya.

Untuk jaringan 4G-nya, kedua smartphone ini mendukung band yang sama, yaitu 1, 3, 5, 8, dan 40. Pada saat jaringan 5G pada Vivo V21 5G dibuka, perangkat ini akan mendukung n1/n3/n7/n8/n28/n40/n41/n78, yang berarti dapat digunakan pada jaringan Telkomsel dan juga Indosat. Oleh karena itu, pengguna tidak lagi harus mengganti perangkat saat 5G sudah merata di Indonesia.

Kedua perangkat ini juga sudah memiliki NFC dan memiliki fitur untuk menyalin kartu ID yang tidak terenkripsi. Selain itu, perangkat ini juga sudah memiliki bluetooth versi 5.1. Untuk pemindaian lokasi, kedua perangkat juga sudah mendukung GPS, BEIDOU, GALILEO, dan GLONASS. Kedua Vivo V21 juga sudah memiliki konektivitas ke WiFi 5 GHz yang lebih kencang dibandingkan dengan jaringan 2,4 GHz.

Kamera: ISOCELL 2.0

Spesifikasi kamera yang terpasang pada kedua perangkat sepertinya sama. Vivo sendiri tidak memberikan informasi spesifik mengenai sensor mana yang digunakan. Akan tetapi, kedua Vivo V21 sudah menggunakan teknologi ISOCELL 2.0 dari Samsung. ISOCELL 2.0 sendiri akan meningkatkan penyerapan cahaya yang ditangkap saat mengambil foto.

Kamera utama dari kedua perangkat memang menghasilkan gambar yang bagus. Akan tetapi, sepertinya keduanya memiliki tone warna yang berbeda. Keduanya memiliki noise yang cukup sedikit serta detail yang juga bagus. Hasilnya bisa diandalkan untuk kebutuhan sehari-hari.

Berikut adalah hasil dari Vivo V21 5G dan V21 4G

Hasil dari kamera ultrawide yang ada memang tidak sebaik kamera utamanya. Walaupun begitu, hasilnya masih bisa diandalkan saat berfoto dengan tingkat cahaya yang baik. Noise-nya sendiri cukup baik untuk ukuran kamera ultrawide, dan detail yang dihasilkan juga lumayan baik.

Untuk kamera makro, well, hanya memiliki resolusi 2 MP. Jadi hasilnya juga bisa dibilang “seadanya” saja.

Untuk kamera selfie, Vivo menanamkannya dengan resolusi 44 MP. Hasil fotonya pun juga bagus. Detail yang terambil juga bagus serta tingkat ketajamannya yang bisa diandalkan. Warna yang dihasilkan juga cukup alami.

Pengujian

Vivo V21 5G menggunakan cip 5G baru dari Mediatek, yaitu Dimensity 800U. SoC ini sendiri menggunakan dua core kencang Cortex A76 dengan kecepatan 2.4 GHz. Enam inti prosesor lainnya adalah Cortex A55 dengan kecepatan 2 GHz dan tentunya menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Mali-G57 MC2 buatan ARM dengan kecepatan 850 MHz.

Untuk Vivo V21 masih menggunakan Snapdragon 720G. SoC ini sendiri menggunakan dua core kencang Kryo 465 Gold (Cortex A76) dengan kecepatan 2.3 GHz. Enam inti prosesor lainnya adalah  Kryo 465 Silver (Cortex A55) dengan kecepatan 1.8 GHz dan tentunya menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Adreno 618 dengan kecepatan 750 MHz.

Kedua SoC memang memiliki kinerja yang cukup tinggi. Akan tetapi saat melihat spesifikasinya, clock dari Dimensity 800U lebih unggul pada cluster performa sebanyak 100 MHz dan juga pada clock GPU-nya. Namun untuk mengetahui kinerjanya tentu harus dibuktikan dengan sejumlah pengujian. Saya menggunakan dua metode dalam menguji SoC dari realme 8 5G ini, yaitu dengan bermain game serta benchmark sintetis.

Bermain game

Dalam bermain game, keduanya memiliki kinerja yang cukup mirip. Dua-duanya juga akan mampu menjalankan semua game yang ada pada Google Play. Tentunya, SoC yang cukup kencang seperti ini akan digunakan oleh kebanyakan orang untuk memainkan aplikasi hiburan tersebut.

Dalam menguji perangkat ini untuk bermain, saya menggunakan satu  game yang saat ini sedang ramai diperbincangkan serta memiliki grafis yang dapat dibilang sangat berat. Game tersebut adalah Genshin Impact. Untuk menguji perangkat ini, saya bermain selama 30 menit dengan setting lowest dan menggunakan framerate 60 fps.

Pada Vivo V21 5G, Genshin dapat dijalan dengan rata-rata framerate 43 fps. Untuk Vivo V21, saya dapat menjalankan game dengan rata-rata framerate di 40 fps. Tentunya dengan perolehan framerate seperti ini, game tersebut dapat dimainkan dengan cukup nyaman.

Sayangnya, GameBench sepertinya belum mendukung Funtouch 11.1. Hal tersebut dapat terlihat dari tidak dapatnya aplikasi ini untuk diaktivasi melalui komputer. Oleh karena itu, sayangnya, saya hanya bisa menampilkan hasil uji dari benchmark sintetis saja

Untuk Bekerja

Dengan menggunakan dua SoC yang memiliki kinerja baik seperti Dimensity 800u serta Snapdragon 720G, sepertinya tidak perlu lagi diragukan saat menggunakannya untuk bekerja. Jujur saja, pengujian ini memang memakan waktu paling lama karena saya harus menggunakan aplikasi Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang selalu saya gunakan sehari-hari.

Hasilnya, seperti kebanyakan perangkat Android yang sudah saya uji, tidak ditemukan masalah sama sekali. Apalagi pada Vivo V21 5G yang sudah mendukung 90 Hz, membuat mata saya nyaman saat menggunakannya selama beberapa hari. Akan tetapi, hal tersebut tentu akan menguras baterainya.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya akan menghadirkan kembali beberapa SoC yang hadir pada rentang harga tiga jutaan. Chipset yang saya hadirkan adalah Snapdragon 732G, serta Mediatek Helio G95. Hal ini tentu saja hanya sekedar untuk membandingkan kinerja dari tiap-tiap chipset. Walaupun konfigurasi tiap perangkat berbeda, namun pada akhirnya pengguna akan mendapatkan gambaran bagaimana kinerja dari sebuah smartphone secara utuh.

Berikut adalah hasilnya

Uji baterai 4000 mAh

Untuk menghadirkan uji baterai, Vivo V21 5G saya set pada refresh rate 60 Hz. Hal ini untuk membandingkan langsung baterai 4000 mAh yang ada di kedua perangkat pada setting yang sama. Perangkat ini sendiri sudah menggunakan layar FHD+ yang sudah pasti bakal memakan daya baterai.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, Vivo V21 5G bisa bertahan hingga 18 jam 11 menit dan Vivo V21 mencapai lebih lama lagi, yaitu 20 jam 25 menit. Saat sudah mencapai 0%, saya langsung mengisi baterainya dengan menggunakan charger bawaan. Kedua perangkat dapat diisi hingga penuh dalam waktu sekitar 1 jam.

Verdict

Dengan hadirnya jaringan 5G di Indonesia tentu saja membuka harapan baru untuk dapat terkoneksi internet dengan kecepatan tinggi. Namun dilain pihak, jaringan 4G sudah lebih merata dan sudah cukup untuk mobilitas sehari-hari. Untuk menghadirkan pemecahan masalah tersebut, Vivo pun mengeluarkan dua buah smartphone yang ada pada keluarga yang sama, yaitu Vivo V21 dan Vivo V21 5G.

Kinerja kedua perangkat ini memang dapat diandalkan untuk kebutuhan sehari-hari. Dimensity 800u memang sedikit lebih unggul dari Snapdragon 720G, namun keduanya sudah cukup untuk menjalankan game berat yang saat ini tersedia pada Google Play. Aplikasi-aplikasi lainnya seperti untuk melakukan editing video dan gambar juga dapat berjalan dengan baik pada kedua perangkat tersebut.

Kamera dari kedua smartphone juga memiliki hasil tangkapan yang cukup baik. Hasil tangkapannya dapat diandalkan untuk menyimpan momen sehari-hari. Kamera depannya pun juga bisa digunakan dengan baik saat mengambil gambar selfie. Perangkat ini juga memiliki NFC yang mampu mengisi kartu uang elektronik secara instan tanpa perlu ke ATM serta menyalin kartu ID Anda.

Vivo V21 5G dijual dengan harga Rp. 5.799.000 dan untuk versi 4G-nya dijual pada harga Rp. 4.399.000 saja. Untuk mendapatkan konektivitas 5G, rentang harganya adalah Rp. 1.400.000. Hal tersebut tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna, apakah membutuhkan future proof 5G atau cukup dengan 4G saja.

Sparks

  • Kedua smartphone memiliki kinerja yang tinggi
  • Refresh rate 90 Hz pada Vivo V21 5G
  • Kamera pada kedua perangkat menghasilkan gambar yang bagus
  • FunTouch 11.1 yang cukup responsif
  • NFC bisa menyalin kartu yang tidak dienkripsi
  • Daya tahan baterai yang cukup panjang
  • Kamera selfie yang tajam

Slacks

  • Speaker masih mono
  • Vivo V21 5G tidak memiliki port audio 3.5 mm
  • Layar tidak memiliki lapisan pelindung
  • Vivo V21 5G masih terkunci 5G-nya