Segala Hal yang Sudah Diketahui Tentang Game Respawn Selanjutnya, Star Wars Jedi: Fallen Order

Siapa sangka Apex Legends yang diluncurkan secara mendadak berhasil mencuri perhatian pecinta shooter dalam waktu singkat. Sebelumnya, banyak orang hanya mengenal Respawn sebagai studio pencipta Titanfall yang didirikan oleh mantan penggagas Call of Duty. Namun kini, mereka menjadi salah satu tim developer terseksi pemegang franchise battle royale favorit jutaan gamer.

Tentu saja, kesuksesan itu bukan sekadar hasil kerja satu dua tahun. Jauh sebelum Respawn berdiri, para talenta yang ada di belakangnya telah berkiprah di ranah pengembangan game  selama belasan tahun. Dan beberapa bulan sebelum eksistensi Apex Legends diketahui, khalayak tengah menanti update terkait game besar mereka selanjutnya yang tak berhubungan dengan Titanfall. Anda mungkin sudah tahu, proyek tersebut ialah permainan bertajuk Star Wars Jedi: Fallen Order.

Gerak-gerik penggarapan game Star Wars sudah terdengar sejak 2014, ketika mantan staf Sony Santa Monica Stig Asmussen memutuskan untuk bergabung dengan Respawn. Asmussen adalah developer yang punya andil besar dalam pembuatan trilogi God of War, punya pengalaman sebagai lead environment artist, art director dan menjadi creative director di God of War III.

Baru dua tahun setelahnya, tepatnya ketika Star Wars Day berlangsung, Asmussen mengonfirmasi bahwa ia dan rekan-rekannya tengah mengerjakan permainan petualangan single-player berperspektif orang ketiga di jagat Star Wars. Judulnya sendiri diungkap langsung oleh CEO Respawn Vince Zampella secara santai dari bangku penonton di tengah-tengah presentasi E3 2018. Pengumuman tak terduga itu membuat fans Star Wars berteriak girang.

Kabar baiknya tak berhenti sampai di sana karena Star Wars Jedi: Fallen Order akan mendarat tak lama lagi. Electronic Arts dan Respawn Entertainment telah membenarkan agenda peluncuran game di musim gugur tahun ini. Berdasarkan info dari Lucasfilm di The Star Wars Show episode tanggal 28 Februari kemarin, developer berencana untuk mengungkap segala detail mengenai Fallen Order di acara Star Wars Celebration yang diadakan di kota Chicago tanggal 11 April nanti – termasuk tanggal rilisnya.

Di Fallen Order, Anda akan bermain sebagai seorang Padawan yang berhasil menyelamatkan diri dari perintah pembantaian para Jedi dari Kaisar Palpatine, Order 66. Itu artinya, game mengusung latar belakang era pasca Revenge of the Sith. Nama sang Padawan belum diketahui, tapi gelar tersebut mengindikasikan tokoh utama yang belum berpengalaman. Dalam perjuangannya, ia akan pergi ‘menjelajahi galaksi’.

Dalam pengerjannya, Stig Asmussen diberi tanggung jawab memimpin tim baru yang difokuskan pada proyek Fallen Order. Perlu diketahui bahwa permainan telah mulai dikembangkan sebelum EA mengakuisisi Respawn, dan ada peluang di negosiasi tersebut, Respawn meminta Electronic Arts untuk memberikan mereka keleluasaan dan kebebasan…

Via VentureBeat.

Sphero Berhenti Produksi Robot BB-8, Lightning McQueen dan Spider-Man

Meski fokus utamanya adalah di bidang pendidikan, nama Sphero mungkin lebih dikenal sebagai produsen miniatur robot BB-8 dari Star Wars yang ‘bernyawa’. Sayangnya, mainan yang mendongkrak reputasinya itu justru bakal segera dipensiunkan.

Kepada The Verge, Paul Berberian selaku CEO Sphero mengonfirmasi bahwa mereka sudah tidak lagi memproduksi BB-8 dan hanya tinggal menunggu stoknya habis. Bukan cuma BB-8, produk lain yang merupakan hasil kolaborasinya dengan Disney macam Sphero Lightning McQueen dan Sphero Spider-Man juga akan ikut dipensiunkan.

Sphero Lightning McQueen

Ada tiga alasan di balik keputusan berat yang diambil Sphero. Yang pertama, kemitraannya dengan Disney memang cuma untuk jangka waktu tiga tahun saja. Kedua, modal yang dibutuhkan untuk memproduksi mainan berlisensi ini kelewat besar jika dibandingkan dengan laba yang didapat, sebab Disney juga selalu mengambil sebagian dari hasil penjualannya.

Yang dimaksud modal sebenarnya bukan terbatas pada biaya lisensi saja. Sphero Lightning McQueen misalnya, membutuhkan biaya pengembangan yang besar sebab Sphero juga harus membayar pengisi suara karakter aslinya. Tidak hanya itu, tim Sphero juga harus bekerja sama dengan tim Pixar guna meracik ekspresi wajah sekaligus pergerakan tubuh yang tepat buat robot tersebut.

Sphero Spider-Man

Alasan yang ketiga, mainan-mainan semacam ini sangat bergantung terhadap hype. Penjualannya terbukti laris ketika film yang bersangkutan dirilis, namun seiring waktu minat konsumen pun terus menurun. Sebagai contoh, meski Sphero BB-8 laku hingga jutaan unit, data yang diberikan Sphero menunjukkan bahwa pembelinya hanya menggunakannya sebentar saja.

Menurut Paul, hampir semua penggemar Star Wars sudah membeli Sphero BB-8, jadi bisa dibilang konsumen mereka sudah habis, setidaknya sampai ada film Star Wars baru yang dirilis. Ini berbanding terbalik dengan robot edukatif bikinan Sphero, yang menurut Paul justru bertambah populer dari tahun ke tahun.

Sumber: The Verge.

Star Wars: Project Porg Diumumkan untuk Magic Leap, Ibaratnya Tamagotchi tapi dalam Medium AR

AR headset Magic Leap One memang baru dipasarkan ke kalangan developer saja selagi ekosistem kontennya dibangun. Terkait konten ini, Magic Leap rupanya telah ‘mengamankan’ dua franchise dengan popularitas yang mendunia. Yang pertama adalah Angry Birds, dan yang kedua Star Wars.

Namun jangan keburu membayangkan Anda bisa menyulap sofa di ruang tamu menjadi kokpit pesawat X-wing Starfighter dengan Magic Leap. Konten bertema Star Wars ini lebih mengarah ke lucu-lucuan daripada keren. “Porg” adalah kata kuncinya.

Bagi yang tidak tahu, Porg adalah makhluk sejenis unggas berpenampilan imut-imut yang pertama muncul di film “Star Wars: Episode VII – The Force Awakens”. Dalam permainan berjudul “Star Wars: Project Porg” ini, pengguna Magic Leap diajak berinteraksi langsung dengan penghuni planet Ahch-To itu di kediamannya masing-masing.

Pemain pada dasarnya bakal memelihara sejumlah Porg, memberinya makan, mengajaknya bermain dan mengawasinya satu per satu. Konsepnya kurang lebih seperti Tamagotchi, akan tetapi dengan tema Star Wars dan dalam medium augmented reality. Di sepanjang permainan, pemain akan dipandu oleh robot C-3PO, lengkap dengan pengisi suara aslinya.

Yang unik dari Project Porg adalah kemampuan makhluk-makhluk tersebut untuk bereaksi terhadap objek fisik yang ada di sekitarnya. Ini dikarenakan ada aset AR yang ditambatkan pada masing-masing objek, sehingga kumpulan Porg itu dapat, misalnya, tertidur selagi menonton TV.

Star Wars: Project Porg dikembangkan oleh ILMxLAB, divisi hiburan immersive Lucasfilm. Rencananya, Project Porg bakal dirilis di bulan Desember mendatang secara cuma-cuma buat seluruh pengguna Magic Leap One.

Sumber: Variety dan ILMxLAB.

LittleBits Droid Inventor Kit Tawarkan Keseruan Merakit dan Memprogram Robot R2-D2 Milik Sendiri

Pertama kali menonton Star Wars: Episode IV – A New Hope, saya ingat pada saat itu langsung muncul keinginan untuk memiliki robot R2-D2 sendiri. Setahun yang lalu, sebuah perusahaan inovatif bernama LittleBits mencoba mewujudkan fantasi banyak penggemar Star Wars itu melalui Droid Inventor Kit, yang mempersilakan kita untuk merakit robot kesayangannya sendiri-sendiri.

Produk tersebut terbukti sukses dan menerima banyak penghargaan. Namun yang lebih penting, ada banyak elemen edukatif yang tersemat di dalamnya. Sekarang, LittleBits malah ingin memperdalam aspek tersebut dengan mengintegrasikan fungsi coding.

LittleBits Droid Inventor Kit

Jadi usai merakit robotnya, anak-anak (orang dewasa juga boleh sebenarnya) dapat lanjut melakukan kustomisasi melalui software. Jangan bayangkan tahap coding-nya rumit, sebab yang dipakai adalah proyek Scratch Blocks hasil kolaborasi MIT dan Google, di mana coding bisa dilakukan melalui interface drag-and-drop di smartphone.

Aspek coding ini pada dasarnya bakal mengajarkan kepada anak-anak cara kerja komponen-komponen elektronik di dalam robotnya masing-masing. Mereka pun bebas membubuhkan ‘kepribadian’ ekstra dengan menambahkan motif pencahayaan atau efek suara baru.

Menyisipkan aspek coding ke dalam sebuah permainan belakangan memang sudah menjadi tren yang cukup populer. Akan tetapi bagian terbaiknya, fungsi coding ini tetap bisa dinikmati oleh mereka yang sudah terlanjur membeli Droid Inventor Kit sebelum ini. Bagi yang belum, silakan siapkan dana $100.

Sumber: Engadget.

Penjualan Star Wars Battlefront II Mengecewakan, EA Malah Akan Mengembalikan Microtransaction?

Loot box sudah lama diusung dalam video game, tapi kesuksesan penerapannya di Overwatch menyebabkan game shooter Blizzard itu jadi kiblat penyajian loot box di judul-judul blockbuster di periode 2016 sampai 2017. Namun implementasi ‘prize crate‘ yang kelewatan di Star Wars Battlefront II membuat metode ini dibenci gamer, bahkan dianggap sebagai praktek judi.

Tingginya respons negatif pemain terhadap loot box di Battlefront II memaksa Electronic Arts untuk menonaktifkan sistem monetisasi ini, meski masih terbuka kemungkinan buat dihadirkan lagi. Dan berdasarkan informasi terbaru, kontroversi loot box ternyata berdampak signifikan pada penjualan game serta pemasukan perusahaan.

Berdasarkan pengakuan CFO Blake Jorgensen pada Wall Street Journal, sang publisher hanya berhasil menjual sembilan juta kopi Battlefront II di musim liburan kemarin. Padahal, target EA adalah 10 juta kopi. Jorgensen menyalahkan drama loot box sebagai penyebab utamanya. Sembilan juta kopi memang tidak terlihat buruk, tetapi tetap terbilang rendah jika dibandingkan dengan total penjualan Battlefront pertama dalam satu triwulan, yang mencapai 13 juta kopi.

Wall Street Journal juga menginformasikan bahwa pemasukan sang publisher  hanya meningkat tipis dibanding di periode liburan tahun lalu, dari US$ 1,15 ke US$ 1,16. Berita baiknya, penjualan digital Star Wars Battlefront II memperlihatkan peningkatan dibanding pendahulunya, memakan porsi 37 persen dari total penjualan, versus 32 persen buat Battlefront pertama.

Kabar buruknya, Electronic Arts menyatakan rencana untuk mengembalikan fitur monetisasi di Battlefront II ‘dalam beberapa bulan lagi’. Sang CFO tidak memberi tahu kapan tepatnya loot box (atau sistem sejenis) akan diimplementasikan, hanya bilang ‘jika mereka merasa telah siap’. Dahulu, keluhan utama dari adanya microtransaction adalah hal ini memberi keunggulan gameplay bagi pemain yang bersedia membayar lebih banyak.

EA turut melaporkan beberapa informasi lain, terutama terkait jumlah pemain game-game-nya. Kabarnya, komunitas FIFA di console naik jadi 42 juta gamer, pemain FIFA Mobile meningkat ke 26 juta orang, lalu angka player base FIFA Ultimate Team melompat 12 persen. Selanjutnya, Battlefield 1 sukses menghimpun 25 juta pemain, kemudian gamer The Sims 4 juga melonjak 35 persen.

Sebagai penggemar Star Wars, saya memang punya rencana untuk meminang Battlefront II jika harganya sudah murah dan merasa yakin praktek loot box tak akan kembali. Namun dengan munculnya berita ini, sepertinya saya harus mengurungkan niat tersebut.

Via PC Gamer & Gamespot.

Smartphone OnePlus 5T Edisi Terbatas Star Wars Diumumkan

Meski pelepasan permainan Star Wars Battlefront II di bulan November kemarin tidak sebaik harapan kita, demam Star Wars akan kian menjadi setelah The Last Jedi tayang di layar lebar. Produsen mainan, barang fashion, hingga perangkat elektronik sudah pasti siap merayakannya dengan melepas produk-produk bertema jagat fiksi ilmiah kreasi George Lucas itu.

OnePlus tampaknya memutuskan untuk turut serta memeriahkan pesta Star Wars. Dalam festival Bengaluru Comic Con di India akhir minggu lalu, produsen smartphone asal Shenzhen itu menyingkap edisi terbatas dari produk flagship  OnePlus 5T bertema Star Wars. Tema tersebut tak hanya diterapkan pada rancangan di luar, tapi juga diaplikasikan pada aspek software-nya.

Dari sisi desain, OnePlus 5T Star Wars Limited Edition sedikit berbeda dari varian standarnya. Anda tetap mendapatkan bagian wajah ber-frame hitam, namun versi Star Wars ini mengusung punggung berwana putih. Di sana, Anda akan kembali menemukan logo OnePlus berada di bawah sensor pemindai sidik jari, kemudian ada modul kamera ber-layout kapsul di pojok kiri atas – mirip iPhone 7 Plus.

Perbedaan paling mencolok terletak pada kehadiran branding Star Wars di area bawah sisi belakang. Penggunaan outline merah di font tersebut senada dengan logo Star Wars di Last Jedi – pertama kalinya Lucasfilm menggunakan warna merah di logo film. Selain itu, OnePlus juga mengimplementasikan warna ini di alert slider, sehingga bagian itu tampak kontras dengan latar belakang putih.

Selain membuatnya berbeda dari tipe hitam serta varian merah ‘lava’ yang OnePlus umumkan di akhir November kemarin, kombinasi warna putih dan hitamnya segera mengingatkan fans Star Wars pada seragam Stormtrooper. Di dalam, handset akan menyajikan beragam elemen Star Wars; mulai dari wallpaper, efek visual di UI, hingga audio (tebakan saya, tak jauh dari suara tembakan blaster, lightsaber, atau R2-D2).

Untuk sekarang, belum diketahui seberapa banyak unik OnePlus 5T Star Wars Limited Edition yang sudah produsen siapkan dan berapa harganya. Berdasarkan laporan situs berita India TechPP, produk ini akan meluncur pada tanggal 16 November, sehari setelah momen penayangan perdana Star Wars: The Last Jedi di Amerika. Sayangnya ada indikasi kuat produk ini baru akan tersedia buat India saja.

Spesifikasi hardware Star Wars Limited Edition ini kabarnya hampir serupa dengan OnePlus 5T edisi standar, tetapi hanya tersedia pilihan RAM 8GB dan penyimpanan 128GB.

Via GSMArena. Tambahan: Forum OnePlus.

Microtransaction Tampaknya Akan Kembali Hadir di Star Wars Battlefront II

Terlepas dari segala upaya DICE menggarap Star Wars: Battlefront II agar lebih baik dibanding pendahulunya, permainan shooter ini dirundung masalah sejak momen pelepasannya. Sistem progres permainan ini ternyata sangat kompleks, tapi intinya, pemain harus melakukan proses grinding yang menjemukan agar bisa mengakses karakter terkenal seperti Darth Vader atau Luke Skywalker.

Gamer juga sangat kecewa pada kehadiran sistem microtransaction via loot box yang secara nyata memengaruhi keseimbangan permainan. Electronic Arts mencoba menjustifikasi keputusan mereka, namun penjelasan mereka di Reddit malah mendapatkan lebih dari 680 ribu downvotedownvote terbanyak di sepanjang sejarah Reddit. Dan pada akhirnya, EA menghapuskan sistem store ‘untuk sementara waktu’.

Tergerak karena kehebohan yang ditimbulkan oleh masalah ini, Belgium Gaming Commision (Komisi Gaming Belgia) mulai melangsungkan investigasi terhadap praktek penjualan item secara acak di dalam Battlefront II. Dari temuan mereka, badan tersebut memutuskan bahwa sistem loot box yang berpilar pada uang dan elemen adiktif video game adalah praktik perjudian.

Sentimen ini juga senada dengan opini Perwakilan Negara Bagian Hawaii Chris Lee. Dalam pernyataannya, Battlefront II bisa diibaratkan seperti kasino online bertema Star Wars yang didesain buat menjebak dan mendorong anak-anak mengeluarkan uang. Bagi Lee, sistem loot box ialah praktik berbahaya yang berpeluang memberikan dampak negatif bagi keluarga di Amerika.

Namun sepertinya hal itu tidak bisa menyetop langkah EA untuk mengimplementasi kembali micropayment di Battlefront II. Dalam konferensi di Credit Suisse belum lama ini, chief financial officer Electronic Arts Blake Jorgensen menyampaikan bahwa mereka belum menyerah, dan masih punya rencana buat membubuhkannya lagi di sana. Hanya waktunya saja yang belum ditentukan.

“Saat ini kami masih mengawasi bagaimana gamer menikmati permainan,” kata Jorgensen, dikutip oleh Eurogamer. “Kami mencoba mempelajari, apakah ada mode yang membuat microtransaction lebih menarik; lalu apa pendapat konsumen mengenainya, serta mencari tahu cara mereka memainkannya. Kami tengah memahami dan mendengarkan masukan komunitas sebelum memutuskan cara menerapkannya.”

EA sendiri meniadakan microtransaction di Battlefront sebagai respons dari keluhan pemain. Gamer merasa sistem ini menyebabkan adanya mekanisme pay-to-win – kian banyak mengeluarkan uang, maka Anda akan semakin unggul dalam permainan.

“Nyatanya, ada beberapa tipe pemain dalam game,” sanggah Jorgensen. “Beberapa dari mereka punya lebih banyak uang dibanding waktu, tapi sebagian lagi memiliki lebih banyak waktu kosong ketimbang uang. Kami ingin mencoba menyeimbangkannya.”

Tambahan: Gamespot dan Eurogamer.

Star Wars Bloxels Bantu Anda Ciptakan Video Game Sendiri Tanpa Programming

Video game adalah karya seni, dan seperti karya seni lainnya, komposisi utamanya melibatkan imajinasi dan kreativitas. Hanya saja, dalam kasus pengembangan video game, dibutuhkan juga kemampuan programming yang cukup andal.

Namun zaman sudah berubah. Di tahun 2017 ini, Anda bisa menciptakan video game sendiri hanya dengan bermodalkan imajinasi dan kreativitas. Bukan sembarang game, melainkan yang epic karena bertema Star Wars. Inilah premis utama yang ditawarkan oleh Star Wars Bloxels.

Dikembangkan oleh Mattel dan Pixel Press, Star Wars Bloxels sebenarnya ditujukan untuk anak-anak berusia 8 tahun ke atas – meski saya yakin para gamer sekaligus penggemar Star Wars juga bakal tertarik untuk memainkannya. Untuk memahami cara kerjanya, kita harus membahas satu per satu komponennya.

Star Wars Bloxels

Setiap Star Wars Bloxels datang dengan satu papan plastik berisikan lubang 13 x 13. Lubang-lubang ini bisa diisi dengan kubus warna-warni yang jumlah totalnya ada 320 biji. Kubus-kubus inilah yang Anda pakai untuk menyalurkan imajinasi dan kreativitas dalam menciptakan game Star Wars versi Anda sendiri.

Setiap warna kubus mewakili elemen yang berbeda dalam game. Total ada delapan warna yang tersedia. Kubus berwarna kuning misalnya, berfungsi untuk menempatkan koin untuk diperoleh oleh sang lakon. Kemudian ada kubus hijau untuk menempatkan terrain alias daratan, lalu kubus biru untuk area air.

Kubus berwarna ungu mewakili musuh yang akan menghadang laju sang karakter utama, sedangkan kubus putih mewakili elemen cerita dari game – bisa berupa checkpoint, text bubble atau garis finish. Selesai menyusun kubus-kubus tersebut, waktunya membuka aplikasi Star Wars Bloxels di perangkat Android atau iOS.

Star Wars Bloxels

Aplikasi inilah yang akan menerjemahkan susunan kubus-kubus itu tadi menjadi sebuah level dalam game secara otomatis. Anda masih bisa melakukan kustomisasi lebih lanjut, seperti mengganti grafik atau latar belakangnya, atau menambahkan dialog agar jalan ceritanya lebih berkesan.

Selesai dengan itu semua, waktunya memainkan game pixel art platformer rancangan Anda sendiri. Anda juga memiliki opsi untuk membagikan kreasi Anda tersebut untuk dimainkan oleh publik, dan Anda pun bebas menjajal levellevel kreasi pengguna lain, termasuk yang dibuat oleh kru Bloxels sendiri.

Star Wars Bloxels

Seperti yang saya bilang, programming sama sekali tidak diperlukan di sini. Yang diperlukan hanyalah pemahaman akan konsep perencanaan linear, sebab dan akibat, dan tentu saja logika, untuk bisa menciptakan suatu level yang playable.

Star Wars Bloxels pada dasarnya memungkinkan pemainnya untuk menciptakan gambaran atas game yang hendak mereka buat dengan mudah. Anggap saja ini sebagai mainannya para programmer generasi mendatang, dengan peran dan dampak yang kurang lebih sama seperti Lego sebagai sumber inspirasi para arsitek dan engineer.

Star Wars Bloxels saat ini sudah dipasarkan seharga $50 – aplikasinya gratis – namun sayang baru di Amerika Serikat dan Jepang saja.

Sumber: Engadget dan The Next Web.

Nvidia Mempersembahkan Kartu Grafis Monster Edisi Terbatas Star Wars Seharga $ 1.200

Setidaknya ada dua hal yang ditunggu para penggemar Star Wars di akhir tahun 2017: peluncuran game Star Wars Battlefront II minggu depan, dan waktu penayanganThe Last Jedi pada tanggal 15 Desember nanti. Aksesori, pakaian dan mainan Star Wars akan kembali diburu buat merayakan momen ini, namun para gamer hardcore mungkin sedang mencari sesuatu yang berbeda.

Jika kebetulan Anda sedang membangun PC atau berniat meng-upgrade komputer, Nvidia punya penawaran menarik. Belum lama, perusahaan teknologi grafis asal Santa Clara itu memperkenalkan edisi kolektor Nvidia Titan Xp, kartu grafis konsumen paling high-end mereka. Berbeda dari varian biasa, GPU tersebut dirancang dengan begitu istimewa agar mengusung tema Star Wars.

Nvidia Titan Xp Star Wars Collector’s Edition terdiri dari dua pilihan: versi Jedi Order dan Galactic Empire, demi memenuhi permintaan dua kubu fans. Salah satu aspek spesial di kartu grafis ini adalah arahan desainnya. GPU mangadopsi wujudlightsaber, dibekali warna case dan LED berbeda. Varian Jedi Order mempunyai tubuh kelabu dan LED hijau, sedangkan Galactic Empire memiliki casing hitam dan LED merah.

Nvidia Titan XP Star Wars 3

Nvidia Titan XP Star Wars 5

Varian Jedi Order dan Galactic Empire terlihat senada sekaligus kontras. Penampilan mereka bukan sekedar dibedakan oleh warna, tapi juga pada dimensi dan peletakan LED, serta logo (Jedi atau Imperial) di tengah fan. Selanjutnya branding ‘Titan X Collector’s Edition ada di sisi depan, dan ‘Star Wars’ berada di pelat belakang.

Nvidia Titan XP Star Wars 2

Nvidia Titan XP Star Wars 6

Performanya sendiri tak berbeda dari Nvidia Titan Xp standar. Titan Xp Star Wars Collector’s Edition menjanjikan peningkatan performa tiga kali lipat Titan X Maxwell, serta dukungan teknologi game terkini dan pengalaman VR ‘next-gen‘. Di dalam, GPU menyimpan 3.840-CUDA core, berlari di kecepatan 1,6GHz, mampu menghasilkan kinerja grafis 12-TFLOP (dua kali Xbox One X). Ia juga dipersenjatai memori GDDR5X 12GB, berjalan di kecepatan 11Gbps.

Nvidia Titan XP Star Wars 1

Nvidia Titan XP Star Wars 4

Titan Xp juga ditopang sistem pendingin berteknologi vapor chamber, dibubuhkan pada tubuh aluminium die-cast. Solusi ini tidak memakan banyak ruang sehingga produsen bisa lebih leluasa bermain-main dengan desain, serta membuatnya lebih efisien dalam membuang panas.

Uniknya lagi, Nvidia menawarkan kedua Titan Xp Star Wars Collector’s Edition di harga serupa versi standar, yaitu US$ 1.200. Namun satu konsumen hanya diperkenankan membeli satu unit saja. Gerbang pre-order sudah dibuka sejak kemarin, dan produk ini akan tersedia pada tanggal 14 November.

Samsung Ciptakan Robot Pembersih Debu Bertema Star Wars

Saya yakin Anda tidak pernah membayangkan produk semacam ini bisa eksis: robot penghisap debu alias vacuum cleaner berwajah Darth Vader. Namun semua itu sejatinya mungkin terjadi saat kita mulai mendekati perilisan film Star Wars baru di penghujung tahun nanti.

Adalah Samsung yang berjasa merealisasikan fantasi para penggemar Star Wars yang mengimpikan sang Dark Jedi untuk membersihkan lantai kediamannya ini. Tidak cuma Darth Vader, Samsung juga menghadirkan varian lain dengan penampilan putih-hitam ala Stormtrooper.

Samsung PowerBot VR7000 Star Wars

Pada dasarnya vacuum cleaner robotik edisi khusus Star Wars ini memiliki fitur yang sama persis seperti Samsung PowerBot VR7000. Perangkat dilengkapi sensor untuk mendeteksi berbagai rintangan selama ia menjalankan tugasnya, dan ketika berada di ujung ruangan, fitur Edge Clean Master akan otomatis aktif untuk membersihkan area tersebut.

Terkait fungsi paling utamanya, yakni menghisap debu di atas permukaan datar, VR7000 juga dapat mendeteksi jenis permukaan (karpet atau kayu misalnya) secara otomatis, lalu menyesuaikan daya hisap yang optimal dengan sendirinya. Kombinasi sensor dan kamera memungkinkan perangkat untuk membuat pemetaan digital atas rumah pengguna dan menentukan rute pembersihan yang paling efisien.

Samsung PowerBot VR7000 Star Wars

Khusus varian Darth Vader, tersedia konektivitas Wi-Fi dan remote control khusus. Juga eksklusif untuk varian Darth Vader adalah suara bernafas yang sangat ikonik dari sang tokoh antagonis yang akan terdengar ketika perangkat dinyalakan. Sejumlah efek suara unik lain juga tersedia, termasuk pada varian Stormtrooper.

Samsung bilang kalau mereka bekerja sama langsung dengan para fans dalam mengembangkan PowerBot VR7000 Star Wars, mulai dari tahap perencanaan, desain, produksi, pemasaran sampai distribusi. Varian Stormtrooper dibanderol $699, sedangkan varian Darth Vader $799 karena mengemas Wi-Fi. Pemasarannya akan dimulai pada 5 November, sayang baru di AS saja.

Sumber: Samsung dan The Verge.