Qlapa Amankan Pendanaan Seri A dari Aavishkaar Frontier Funds dan Kapan Lagi Network

Hari ini salah satu bisnis e-commerce asal Indonesia yang menawarkan barang-barang kerajinan “Qlapa” mengumumkan pendanaan Seri A yang diraihnya. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Aavishkaar Frontier Funds (AFF) dari India dan terlibat juga investor sebelumnya Kapan Lagi Network (KLN) namun dengan persentase minor.

Tidak ada angka yang diinformasikan untuk pendanaan kali ini. Yang jelas disampaikan oleh CEO Qlapa Benny Fajarai bahwa pendanaan kali ini akan digunakan untuk meningkatkan layanan dan juga menambah talenta-talenta yang ada.

Sebagai informasi, sebelumnya dalam seed funding Qlapa juga berhasil mendapatkan suntikan dana dari Global Founders Capital (GFC), Kapan Lagi Networks (KLN) dan Budi Setiadharma (Angel). Dan dalam kurun waktu satu setengah tahun Qlapa disebutkan telah berhasil mengalami peningkatan dan mulai mendapatkan tempat di pasar.

“Kami sangat senang dengan progres ini dan dengan pendanaan putaran ini kami akan dapat dengan cepat memperluas sisi supply dan demand marketplace kami, “ ujar Benny kepada DailySocial.

Dalam perjalanannya sejauh ini Qlapa telah mempunyai lebih dari 4000 pengrajin yang dikurasi dalam platformnya. Mereka juga menyebutkan telah berhasil menjual lebih dari 65000 barang-barang kerajinan.

Qlapa masih percaya diri untuk bisa terus menjalankan bisnisnya. Karena selain harga yang “masuk akal”, mereka juga menjalin kerja sama dengan pengrajin-pengrajin terbaik. Dengan demikian produk yang dihasilkan merupakan produk terbaik dan unik sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Qlapa juga tidak menarik keuntungan terlalu tinggi, 10% dari setiap transaksi merupakan angka yang dirasa cukup untuk barang-barang yang dijual.

Sementara untuk rencana ke depan Benny menjelaskan pihaknya ingin melipatgandakan jumlah tim dan juga berencana untuk segera pindah ke kantor yang lebih besar.

“Kami akan memperluas ke beberapa kategori seperti food dan beverages (makanan tradisional dan lainnya),  peralatan mandi dan kecantikan (sabun handmade dan lainnya),” imbuh Benny.

Frame A Trip Mudahkan Wisatawan Temukan Fotografer Lokal di Tempat Tujuan

Budaya jalan-jalan ke tempat wisata atau traveling sudah mulai tumbuh di Indonesia, khususnya kalangan remaja. Hal ini membawa peluang usaha tersendiri bagi beberapa sektor. Salah satu yang mencoba peruntungannya adalah Frame A Trip (FRIP). Sebuah bisnis digital yang mempermudah pencarian fotografer profesional untuk traveling.

Bisnis ini merupakan bisnis yang dirintis oleh Dian Sastrowardyo, Michael Tampi, Arief Subardi, Hermawan Sutanto, dan Damon Hakim. Mereka berusaha menangkap kegemaran wisatawan mengabadikan kegiatan liburan mereka dan membagikannya ke situs jejaring sosial.

Konsep FRIP didesain untuk bisa menghubungkan fotografer profesional lokal di tempat tujuan wisata baik di dalam atau luar Indonesia dengan wisatawan. Para fotografer profesional tadi akan mengabadikan momen para wisatawan selama dua jam dengan harga yang sudah ditentukan di awal. Konsep ini akan terasa lebih hemat dibanding membawa fotografer dari negara asal karena akan menambah biaya akomodasi.

Saat ini FRIP yang mulai beroperasi sejak Desember tahun 2016 silam sudah memungkinkan wisatawan untuk memilih fotografer di 45 kota tujuan wisata di dunia. Mereka juga berkesempatan untuk memilih fotografer yang sesuai dengan selera mereka sendiri sebagai bentuk layanan yang dipersonalisasi oleh FRIP.

Nantinya wisatawan yang menggunakan layanan FRIP akan mendapatkan foto dengan kualitas tinggi yang bisa langsung diunduh, dicetak atau dibagikan ke media sosial. Jaminan foto berkualitas ini didapat karena FRIP mengedepankan rekam jejak fotografer dan ketertarikan mereka terhadap dunia traveling.

Selain memberikan kemudahan bagi para wisatawan FRIP ini juga akan berperan sebagai platform bagi para fotografer lokal untuk menawarkan jasa mereka sekaligus memberikan dampak positif bagi tempat-tempat wisata yang dikunjungi. Hadirnya FRIP ini diharapkan mampu mengembangkan ekosistem digital di Indonesia.

“Untuk itu kami pun ingin mengundang para fotografer untuk bergabung dalam platform FrameATrip untuk mengangkat industri fotografi lokal dan wisata secara bersamaan,” terang Dian Sastrowardoyo

Sementara itu dijelaskan co-founder Frame A Trip Michael Tampi di tahun pertamanya ini FRIP akan fokus pada edukasi industri Holiday Photography dan akan lebih banyak lagi bekerja sama dengan para fotografer.

SBM ITB Miliki Situs Marketplace The Greater Goods untuk Pasarkan Produknya

Industri kreatif dan UKM Indonesia bertumbuh dengan cepat. Banyaknya sekolah bisnis dan pengusaha-pengusaha mudah menjadi salah satu alasan di belakangnya. Salah satu teknologi yang berperan mengubah potensi bisnis industri kreatif dan UKM ini adalah situs e-commerce berkonsep marketpalce.

Peluang ini juga yang dilihat oleh SBM (School of Business and Management) ITB dengan menghadirkan situs thegreatergoods.id. Sebuah situs marketplace yang berisikan produk-produk dari keluarga SBM ITB, baik itu mahasiswa, alumni, maupun dosen.

Bukan menjadi rahasia umum bahwa marketplace atau situs e-commerce sekarang ini bisa berperan sebagai etalase yang bisa menjangkau banyak konsumen. Ibaratnya sebuah lemari kaca yang bisa dilihat di mana pun dan kapan pun. Dilengkapi dengan sistem pembayaran marketplace menjelma sebagai pasar digital yang bisa menjangkau setiap pengguna di seluruh belahan dunia. Yang menghambatnya mungkin hanya akses logistik atau pengiriman barang.

The Greater Goods yang digagas SBM ITB ini memiliki peran demikian. Membantu produk-produk terbaik dari keluarga SBM ITB untuk dikenal banyak orang, mendunia. Setiap produk yang dipajang dan diperjual-belikan di The Greater Goods merupakan hasil seleksi. Hal ini dilakukan untuk menjamin dan memastikan SBM ITB dan The Greater Goods tidak menjajakan produk abal-abal yang memiliki kualitas rendah. Ada pun yang menjadi pertimbangan adalah kualitas produk atau layanan, konsistensi, dan kapasitas produksi dan keberlanjutan penyediaan jasa. Dalam pengembangan marketplace The Greater Goods SBM ITB dibantu oleh BNI, selaku penyedia sistem dan payment gateway di marketplace ini.

Dina Dellyana Director The Greater Goods sekaligus dosen SBM ITB kepada DailySocial menjelaskan,

“Selayaknya marketplace lainnya, mahasiswa, alumni, atau dosen bisa mendaftar dan membuka toko di sini. Namun bedanya, kita ada proses seleksi, hingga hanya yang kami anggap layak yang bisa mendaftarkan produk atau layanannya di sini. Kita juga ada tim kurator yang membantu memilah mana yang memenuhi syarat.”

Dari pengamatan DailySocial sampai berita ini ditulis The Greater Goods memang menampilkan beberapa kategori yang cukup terbilang komplit. Mulai dari kelengkapan fashion seperti sepatu dan tas, makanan dan minuman, buku, hingga kategori desain dan layanan lainnya. Hanya saja beberapa dari kategori tersebut masih kosong. Sebagai sekolah bisnis terobosan yang dilakukan SBM ITB ini patut diapresiasi. The Greater Goods bisa menjadi awal yang baik untuk bisnis memperkenalkan produk mereka.

Aplikasi “Dating” Cinlok Dikemas dengan Konsep Traktiran

Salah satu kategori aplikasi atau layanan yang hadir berkat viral-nya teknologi digital di Indonesia adalah aplikasi kencan atau dating. Aplikasi ini mulai banyak bermunculan dengan berbagai konsep. Salah satu yang terbaru adalah aplikasi “Cinlok”.

Berbeda dengan aplikasi kencan yang sudah ada, Cinlok memungkinkan para pengguna mentraktir pasangan yang diajak kencan. Langkahnya sederhana, tinggal menentukan tanggal dan restoran yang diinginkan, tunggu siapa yang menawarkan diri, kemudian pilih yang cocok. Pengguna bisa kencan, sekaligus ditraktir.

Jika aplikasi kencan yang lain mempertimbangkan variabel dan beberapa hal lainnya untuk mengidentifikasi kecocokan pasangan aplikasi ini justru membuka peluang untuk siapa saja yang menerima tawaran untuk diajak kencan, makan malam bersama. Alasan yang diberikan adalah Cinlok membuka peluang pengguna langsung bertatap muka langsung dan saling berbincang di makan malam dibanding terlalu banyak menghabiskan waktu untuk chatting.

Aplikasi Cinlok bekerja dengan mewajibkan setiap penggunanya masuk menggunakan akun Facebook. Kemudian pengguna diminta untuk melengkapi foto profil dan data, untuk validitas data harus diisi. Selanjutnya pengguna bisa menawarkan atau menanggapi dating rooms yang ada. Untuk urusan data restoran, pihak Cinlok menggunakan data-data dari Zomato.

Cinlok juga menerapkan sistem koin. Pengguna bisa membeli koin untuk menikmati fitur-fitur premium yang ada di aplikasi Cinlok.

Layanan ini dikembangkan PT Magna Digital Lab sejak Februari tahun ini. Meski tergolong baru, Cinlok disebut memiliki penerimaan yang bagus dengan adanya puluhan ribu download dalam waktu satu bulan terakhir. Kondisi ini membuat Magna Digital Lab merencanakan untuk menambah model bisnis ke arah business to business.

Cinlok, melalui salah satu tim marketing mereka, Rahmi, menyebutkan bahwa target mereka adalah orang-orang yang terlalu sibuk hingga tidak ada waktu untuk mencari pasangan. Dengan konsep yang ada Cinlok hanya membantu pengguna menemukan orang yang cocok untuk kemudian diajak makan malam. Pengguna diklaim perlu mengenali pribadi pasangan kencan dengan sendirinya.

Application Information Will Show Up Here

PopLegal Bantu Pengurusan Dokumen Legal dan Hukum dengan Medium Digital

Mengurus perizinan, legal dan dokumen-dokumen hukum lainnya kerap menjadi permasalahan bagi perorangan atau usaha kecil menengah di Indonesia. Ketidaktahuan dan minimnya informasi sering menjadi penyebabnya. Permasalahan ini justru menjadi sebuah peluang bagi sebagian orang, salah satunya adalah mereka yang berada di belakang PopLegal.

PopLegal merupakan sebuah layanan yang bisa membantu penggunanya mendapatkan dokumen perjanjian bisnis dan legal, memperoleh for administrasi, dan mengolahnya secara real time. Fungsi-fungsi tersebut dihadirkan khusus dalam paket layanan PopLegal.

Minimnya kesadaran hukum dan akses ke informasi mengenai legal dan hukum di masyarakat yang masih minim menjadi salah satu alasan utama PopLegal didirikan. Berbalut teknologi terkini khas bisnis rintisan atau startup PopLegal menjanjikan akses informasi dan dokumen tentang legal dan hukum secara mudah.

PopLegal sendiri bekerja layaknya platform yang menyajikan penyederhanaan proses pembuatan dokumen bisnis dan legal melalui fitur-fitur yang mereka miliki. Selain itu PopLegal juga akan bertindak sebagai penyedia informasi normatif terkait permasalahan hukum umum yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dengan mengutamakan kebutuhan terharap pengguna individu dan UMKM.

Dalam keterangannya kepada DailySocial, PopLegal sampai saat ini memiliki tim khusus untuk masalah legal. Kurang lebih ada lima orang profesional yang menjadi tim Legal Architect yang siap untuk membantu semua pengguna PopLegal.

PopLegal dan fitur-fiturnya

Mudah dan real-time adalah kunci dari layanan yang coba diupayakan oleh PopLegal. Untuk mewujudkan hal itu mereka telah menyiapkan beberapa fitur antara lain, Doc-Gen (Document Generator) yang berfungsi memudahkan pengguna membuat dokumen perjanjian, legal atau lainnya. Dalam Doc-Gen telah disiapkan untuk membantu pengguna menyusun kalimat-kalimat perjanjian di dalamnya.

Fitur selanjutnya adalah Document Management System. Fitur ini membantu pengguna mengelola dokumen mereka dan mengeditnya secara real-time. Pengguna juga bisa mengundang dan berbagai dengan pengguna lain yang bersangkutan dalam pembuatan dokumennya.

Fitur terakhir yang menjadi andalan adalah PopSupport. Sebuah fitur yang memungkinkan pengguna menyelesaikan masalah mengenai legal dan hukum. Seperti kesulitan mencari advokat, notaris, dan lain-lain.

Untuk tahun ini startup yang juga merupakan peserta program akselerasi GnB Accelerator periode kedua ini masih berusaha untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya dokumen legal dan hukum sekaligus memperkenalkan layanan PopLegal. Mereka juga berencana untuk menjalin kera sama dengan asosiasi-asosiasi di Indonesia, khususnya di Jakarta.

ClickSquare dan 7th Sky Foundation Siapkan Creative Hub di Bandung

Indonesia tengah berada pada posisi semangat tinggi dalam menggerakkan potensi industri kreatif digital. 7th Sky Foundation, sebuah yayasan yang berada di Bandung, sedang merencanakan pembangunan creative hub yang rencananya akan bertempat di ClickSquare. Ada beberapa jenis industri kreatif yang masuk dalam rencana program mereka, salah satu dan yang paling besar adalah sektor teknologi informasi.

7th Sky Foundation bekerja dengan membagi programnya ke dalam beberapa komite. Programnya dimulai dengan mengumpulkan komunitas-komunitas untuk berkumpul dan menjalin hubungan satu sama lain untuk memudahkan kolaborasi maupun sharing ilmu yang mereka miliki. Creative hub yang direncanakan ini juga nantinya akan berperan mirip seperti inkubasi startup, lengkap dengan proses transfer ilmu di dalamnya.

Salah satu orang yang bertanggung jawab atas komite IT untuk program ini Andry Alamsyah. Kepada DailySocial, ia bercerita bahwa creative hub dan program pengembangan komunitas ini akan berusaha memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang. Saat ini menurut Andry pihaknya di komite IT telah mencoba menggandeng beberapa komunitas IT untuk menjadi bagian program. Creative hub tersebut nantinya diharapkan bisa menjadi sarana yang tepat untuk akselerasi talenta-talenta yang ada sekaligus memberikan kesempatan untuk bekerja sama.

Banyaknya komite dan sektor kreatif yang tengah diupayakan yayasan 7th Sky. Khusus untuk IT yang berada di bawah tanggung jawab Andry, kedaulatan IT akan menjadi visi utama mereka. Baik itu dari segi data maupun aplikasi.

Untuk misi, pria yang kesehariannya juga aktif sebagai dosen Telkom University ini menjelaskan:

“Misi kita (untuk) tingkatkan potensi mereka melalui edukasi, kolaborasi, dan inkubasi, sehingga muncul talent yang kompetitif dan punya jiwa entreprenuer. Nantinya keluarnya akan jadi bentuk startup. Mereka melihat permasalahan di sekitar, muncul idenya.”

Apa yang dilakukan 7th Sky Foundation dengan program creative hub ini adalah cerminan bahwa potensi ekonomi digital Indonesia mulai dipandang banyak pihak. Andry sendiri berharap akan ada beberapa startup yang lahir dari program yang dijalankannya tahun ini.

TemanUsaha Hubungkan UMKM dan Penyedia Pinjaman

Sektor teknologi finansial atau lebih dikenal dengan fintech memang menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk iklim startup di Indonesia. Wajar jika akhirnya banyak penggiat startup yang mengembangkan layanan di sektor ini. Salah satunya adalah TemanUsaha. Startup yang juga lolos sebagai salah satu peserta dalam program akselerator Muru-D ini berusaha menjadi jembatan antara UMKM dan kredit perbankan.

Layanan TemanUsaha berbentuk aplikasi mobile yang nantinya bisa diakses oleh UMKM dengan mudah. Sistem TemanUsaha akan menghubungkan penggunanya dengan tenaga marketing dari bank atau institusi keuangan lainnya baik dari Koperasi, multi finance Company atau perusahaan P2P lending. Dengan banyaknya bisnis UMKM di Indonesia dan berbagai macam pinjaman dari perbankan, TemanUsaha berusaha menjadi alternatif solusi untuk mempertemukan keduanya.

CEO TemanUsaha Muhammad Arif Mahfudin memaparkan bahwa TemanUsaha  berkeinginan untuk membantu bisnis UMKM untuk tumbuh dengan memberikan kemudahan akses untuk mendapatkan kredit yang terjangkau dari perusahaan pembiayaan tepercaya.

Sejauh ini TemanUsaha sudah bermitra dengan beberapa perusahaan penyedia pinjaman, di antaranya adalah BPR dana berkah lestari yang menyediakan pinjaman untuk usaha atau konsumtif dengan jaminan BPKB atau sertifikat, Bess Finance melayani pinjaman dengan agunan BPKB mobil atau sepedar motor, dan PT SME yang melayani pinjaman personal. Bukan tidak mungkin TemanUsaha segera menambah daftar mitra mereka dalam beberapa waktu mendatang.

“Kami mendapatkan komisi dari bank yang sudah bekerja sama yaitu persentase dari total pinjaman yang disetujui oleh bank. dan kami juga mendapatkan revenue dari bank yang mempromosikan produknya melalui platform teman usaha,” ujar Arif tentang model bisnis mereka.

TemanUsaha dan program Muru-D

TemanUsaha merupakan salah satu startup asal Indonesia yang terpilih menjadi peserta program akselerator Muru-D, sebuah program yang diinisiasi oleh perusahaan internasional Telstra. TemanUsaha menjadi perwakilan Indonesia bersama dengan Zelos dan Amtiss.

Sekitar 6 bulan lamanya berada dalam program akselerator, di Maret tahun ini TemanUsaha mulai merintis bisnis di Indonesia dengan menjalankan layanan mereka di Jabodetabek.

“Kami ingin membantu UMKM untuk berkembang yaitu mereka yang menjalankan bisnis mikro dengan pengajuan pinjaman maksimal 500 juta [Rupiah]. untuk saat ini kami baru bisa melayani Jabodetabek saja dan ke depannya akan ekspansi ke daerah lain,” tukas Arif.

PestaDiskon Suguhkan Direktori Informasi Diskon dan Promo

Salah satu bisnis yang ramai namun susah “ditembus” untuk startup di Indonesia adalah diskon. Tak sedikit startup di Indonesia hadir dengan menyuguhkan informasi disko, tak banyak pula yang akhirnya gulung tikar. Namun hal tersebut tidak mengurangi kepercayaan diri PestaDiskon meluncur di masyarakat. Sebuah layanan yang mempunyai tujuan untuk menjadi rujukan penggunanya dalam mencari diskon.

PestaDiskon sendiri merupakan bagian dari Citra Manunggal Group, sebuah perusahaan di bidang IT service dan e-commerce yang sudah berdiri sejak tahun 2004. Daya tarik diskon dan promo di mata masyarakat yang masih tinggi dinilai menjadi salah satu alasan yang tepat dalam pengembangan PestaDiskon. Hadirnya PestaDiskon Diklaim sebagai layanan yang mengakomodir keinginan masyarakat terhadap informasi diskon dan promo yang valid.

“Diskonnya beragam mulai dari fashion, kuliner. Alat rumah tangga, kecantikan dan kesehatan, promo kartu kredit di bank, gadget, hiburan dan traveling dan berbagai macam diskon lain,” ujar CEO PestaDiskon Aditya Rahardi.

Optimis karena konsep bisnis yang diusung

Di Indonesia sebenarnya sudah banyak layanan diskon atau promo. Banyak pula yang akhirnya tutup. Nama-nama seperti Groupon dan Ensogo (sebelumnya bernama LivingSocial) dulu sempat menghiasi persaingan layanan penyedia informasi diskon dan promo. Semuanya kini sudah tidak lagi menjajakan diskon. Selain itu nama-nama seperti Lakupon, Picodi, dan Evoucher adalah beberapa layanan penyedia informasi diskon yang masih bertahan.

PestaDiskon sendiri ketika ditanya mengenai peluang mereka diterima masyarakat mengindikasikan kepercayaan diri. Tamara selaku perwakilan PestaDiskon menyebutkan pihaknya sangat optimis karena saat ini pasar dari PestaDiskon belum ada yang mengisi. Kerja sama dengan beberapa tenant di mall menjadi salah satu alasan mereka ingin menjadi “The Number #1 Indonesian Mall Directory”.

“Model bisnis kita adalah B2B di mana kita bekerja sama dengan mall. Kenapa mall? Karena di dalam mall terdapat berbagai macam tenant yang sering mengadakan promo untuk menjaring atau mengakusisi pengguna mereka,” papar Aditya.

Selain bentuk kerja sama, PestaDiskon juga optimis dengan aplikasi mobile mereka. Diterangkan Tamara, fitur utama di aplikasi mobile PestaDiskon adalah geolocation map. Fitur ini memudahkan pengguna untuk mencari info diskon atau event di sekar mereka. Fitur ini dinilai menjadi salah satu cara untuk menyuguhkan informasi diskon yang efisien.

Application Information Will Show Up Here

Tarkam Apps Fasilitasi Tim Futsal untuk Mencari Lawan Tanding

Dalam tiga tahun belakangan pengembangan aplikasi mobile Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bentuknya pun mulai beragam. Salah satu yang baru meluncur di penghujung bulan Januari tahun ini adalah Tarkam Apps. Sebuah aplikasi yang disiapkan sebagai media informasi dan bertanding tim-tim amatir futsal. Aplikasi akan menyimpan data pemain, data klub futsal, lengkap dengan jadwal dan informasi lainnya, termasuk fitur untuk mengajukan dan menerima tantangan dari klub lain untuk bertanding.

Konsep dasar aplikasi ini mempertemukan tim amatir satu dengan yang lain. Pengguna diperkenankan mengelola timnya, mengisi jadwal bermain, komposisi tim, hingga status tim. Selain mempertemukan tim futsal, aplikasi ini juga disiapkan sebagai jembatan pemain futsal amatir untuk menemukan tim untuk bermain. Aplikasi ini juga bisa membantu pengguna yang hobi bermain futsal untuk menemukan lawan dan kawan bertanding dengan mudah.

“Cara kerja aplikasi untuk saat ini masih fitur beta di mana setiap user bisa membuat tim mereka sendiri, lalu mengundang anggota timnya, lalu mencari lawan tanding untuk bermain sesuai lokasi terdekat atau yang mereka pilih. Apabila user mempunyai jadwal main yang rutin mereka bisa menjadi host di mana dia bisa input jadwal main mereka, tanggal, jam dan hari lalu di lapangan mana. User juga bisa menyertakan harga lapangannya akan share atau free to play untuk lawannya. Setelah mereka berhasil match dengan lawan mainnya akan muncul di fitur match day supaya orang lain mengetahui bahwa ada tim yang akan segera bertanding. Setelah bermain pun user bisa meng-update hasil pertandingan mereka dan para pengguna aplikasi Tarkam dapat melihat hasil pertandingan itu,” terang CEO Tarkam Evan Sebastian.

Saat ini status aplikasi Tarkam Apps sendiri masih terus dikembangkan untuk menyempurnakan dan melengkapi fitur-fitur yang ada. Selain tersedia di Google Play, Tarkam Apps juga berencana meluncur untuk perangkat iOS.

Penggunaan aplikasi Tarkam Apps
Penggunaan aplikasi Tarkam Apps

Rencana pengembangan selanjutnya

Meski belum genap berusia satu tahun, Evan sudah merancang pengembangan aplikasi ini. Ia bercerita bahwa ke depan Tarkam Apps diharapkan mampu menjadi database yang lengkap untuk klub dan pemain futsal di Indonesia. Lengkap dengan statistik bertanding dan kemampuan masing-masing pemainnya.

Untuk mencapai ke titik itu, Evan menjelaskan pihaknya masih sangat fokus pada pertumbuhan pengguna. Rencana-rencana pemasaran sudah disiapkan untuk mengenalkan aplikasi ini ke pada khalayak ramai.

Untuk melengkapi fitur di aplikasi Tarkam Apps, Evan menyiapkan fitur terintegrasi dengan penyedia lapangan futsal untuk memastikan jadwal dan ketersediaan lapangan. Evan sendiri mempunyai mimpi untuk mengintegrasikannya dengan seluruh penyedia lapangan di Indonesia, hanya saja untuk tahap awal pihaknya masih fokus untuk kawasan Jabodetabek.

“Bentuk nyata Tarkam dalam mendukung perkembangan sepak bola dan futsal di Indonesia adalah dengan memberikan inovasi melalui perkembangan teknologi. Fitur- fitur yang ada di Tarkam berfungsi menjadi media yang memfasilitasi para pengguna agar lebih mudah memainkan olahraga ini. Harapan kami banyak anak bangsa yang mampu mewujudkan cita-citanya melalui aplikasi Tarkam untuk menjadi atlet sepak bola dan futsal profesional,” tukasnya.

Application Information Will Show Up Here

Black Garlic Hadirkan Paket Berlangganan Mingguan dan Perbarui Situs

Startup yang menghadirkan catering online dengan menu sehat dan rekomendasi dari chef ternama masih terbilang sedikit jumlahnya. Salah satu brand yang terbilang eksis di segmen ini adalah Black Garlic. Setelah secara resmi menghadirkan paket berlangganan pertengahan tahun 2016 lalu, awal tahun 2017 ini Black Garlic memperbarui situs dan mobile site yang lebih user-friendly untuk kenyamanan pengguna melakukan pemesanan.

“Hingga kini kami telah memiliki seribu pelanggan aktif setiap minggunya yang kerap memesan paket pilihan di Black Garlic. Secara demografi kebanyakan pelanggan setia kami adalah ibu rumah tangga berumur 26-40 tahun. Kebanyakan dari mereka tidak bisa atau tidak mahir memasak dan ingin menyuguhkan makanan sehat dan lezat bagi suami dan anak di rumah,” kata CEO Black Garlic Michael Saputra kepada DailySocial.

Perubahan lain yang juga dilakukan Black Garlic adalah meniadakan sistem pesanan satuan sehingga sistem pemesanan menjadi sepenuhnya berlangganan mingguan. Box bahan makanan dijadwalkan untuk dikirim tiap minggu ke rumah pelanggan.

Black Garlic mengklaim pilihan baru tersebut membuat harga lebih murah dan tanpa komitmen. Selain itu untuk pelanggan yang enggan berlangganan dengan Black Garlic selanjutnya bisa menghentikan program berlangganan kapan saja.

“Black Garlic membuat kegiatan memasak untuk keluarga semakin mudah dan menyenangkan. Bahan makanan dikemas dan ditakar sesuai porsi, disertai panduan cara masak yang membuat siapa saja bisa masak. Format berlangganan mingguan ini telah terbukti sukses dan sangat digemari pelanggan kami karena sesuai dengan kebutuhan keluarganya,” kata Michael.

Fokus ke customer retention

Sejak berdiri tahun 2015 lalu, hingga kini Black Garlic sudah melayani lebih dari 16 ribu rumah tangga di Jabodetabek, dan terus berkomitmen agar semua kalangan bisa memasak tanpa harus direpotkan dengan pembelian bahan. Masih akan terus fokus kepada wilayah Jabodetabek, Black Garlic akan meningkatkan brand awareness dan customer retention.

“Target kami selanjutnya adalah untuk terus berinovasi dalam kualitas dan jumlah produk yang kami tawarkan setiap minggunya kepada pelanggan kami. Ke depannya kami juga akan memperluas kerja sama kami dengan para chef dan brand di seluruh Indonesia untuk memajukan gerakan kembali memasak di rumah,” tutup Michael.