Go-Jek Akuisisi Marketplace Layanan Kesehatan India Pianta

Go-Jek kembali melakukan akuisisi startup asal India dalam jumlah yang tidak diungkap. Berbeda dengan proses akuisisi sebelumnya yang menitikberatkan untuk membenahi back-end Go-Jek, kali ini startup yang diakuisi adalah marketplace untuk layanan kesehatan bernama Pianta. Sebagai informasi, Go-Jek sendiri merupakan bagian dari grup investor di HaloDoc, startup Indonesia yang bergerak di sektor kesehatan.

Sebelum mengakuisisi Pianta, di bulan Februari 2016 kemarin Go-Jek telah mengakuisisi dua startup asal India bernama C24 Engineering dan CodeIgnition. Tujuan dari akuisisi tersebut adalah untuk membenahi sistem back-end Go-Jek yang sering mengalami glitch ketika pengguna melakukan order.

Sedangkan proses akuisisi Pianta kali ini memiliki tujuan yang berbeda, yakni untuk mendukung langkah Go-Jek yang ingin terjun di sektor kesehatan. Go-Jek sendiri adalah investor HaloDoc, startup Indonesia yang bergerak di sektor kesehatan. Go-Jek berkolaborasi dengan Apotik Antar untuk menghadirkan layanan Go-Med dan akuisisi ini diharapkan bisa memperkuat langkah Go-Jek masuk ke layanan kesehatan on-demand.

[Baca juga: Go-Jek Bukukan Rp. 7.3 Triliun Pendanaan Baru Untuk Dominasi Pasar]

Dikutip dari ETtech, Managing Director Go-Jek Engineering India Sidu Ponnappa mengatakan, “Go-Jek [sedang] bergerak untuk meluncurkan produk on-demand kesehatan yang masih memiliki isu di pengiriman dan logistik, sedangkan itu merupakan keahlian Pianta.”

“Tim inti Pianta berasal dari Ola dan Flipkart, dan pengalaman mereka di sektor logistik dan pembayaran sangat sejalan dengan tujuan kami dan apa yang kami rencanakan untuk dicapai di kuartal mendatang,” lanjutnya.

Pianta didirikan pada tahun 2015 oleh  Swaminathan Seetharaman (ex-Ola), Ganesh Subramanian (ex-Ola), dan Nitin Agarwal (ex-Flipkart) dan telah menerima seed funding dalam jumlah yang tidak diungkap dari pendiri Freecharge Kunal Shah dan Sandeep Tandon di awal tahun ini.

Melalui akuisisi ini, delapan orang anggota tim Pianta akan bergabung dengan engineering center Go-Jek di Bangalore, India. Dengan demikian, jumlah tim engineering Go-Jek yang akan membantu operasional Go-Jek di Asia akan menjadi enam puluh orang.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Majalah Digital Higo Permudah Penerbit Temukan Pembacanya

Perlu disadari, geliat teknologi digital yang pesat turut membuat beberapa majalah cetak terus berguguran karena kalah cepat dalam menyajikan berita terkini. Kini penerbit tidak bisa hanya mengandalkan penjualan majalah berbentuk fisik saja, tapi harus bertransformasi ke digital. Higo hadir dengan semangat ingin membantu nadi penerbit majalah agar mampu bertransformasi menyesuaikan dinamika pasar.

Secara resmi Higo diluncurkan pada Juli 2016 dan kini tersedia dalam bentuk aplikasi untuk Android dan iOS. Saat ini Higo sudah bekerja sama dengan 50 majalah baik dari lokal maupun luar negeri. Beberapa di antaranya Nylon, Property Inside, Truck Magz, Franchise, C&R dan beberapa lainnya.

Glennarta Hioe selaku CEO dan Founder Higo, mengatakan Higo memberikan pengalaman membaca yang unik dengan keunggulan konsep tiles. Setiap artikel dapat dikunjungi dengan satu sentuhan. Selain itu, majalah yang dihadirkan sudah beresolusi tinggi dan memiliki personal algoritma untuk mengetahui minat pembaca sehingga dapat menampilkan majalah sesuai selera.

Glennarta juga berharap Higo dilirik oleh penerbit sebagai alternatif penjualan majalah untuk menekan ongkos cetak yang semakin hari makin tinggi harganya.

“Sedangkan dari sisi pembaca, kami berharap Higo bisa membantu mereka yang ingin membaca majalah kapanpun dan di manapun,” ujarnya kepada DailySocial.

Pembeda Higo dengan pemain majalah digital lainnya adalah pihaknya menyediakan data analitik yang bisa menjadi bahan riset majalah dalam membuat artikel-artikel sesuai minat pembaca. Hal itu bertujuan agar informasi yang disampaikan dalam majalah tetap up-to-date dan bisa berkompetisi dengan media informasi lainnya.

“Tantangannya bagi majalah itu mereka sulit berkompetisi karena informasinya sudah usang. Dengan adanya data analitik ini, penulis majalah bisa memantau artikel mana yang disukai pembaca, bagaimana tren pembaca dalam memilik topik bacaan, agar artikel di majalah bisa tetap relevan.”

Sediakan layanan HigoSpot

Tak sampai di situ, Higo juga menerapkan strategi bisnis yang terbilang cukup baru di dunia majalah digital yakni membuat layanan HigoSpot. Layanan ini merupakan kerja sama antara Higo dengan merchant seperti cafe, restoran, salon, hotel dan lounge.

Konsep bisnisnya, merchant membeli beberapa majalah dengan harga bundling. Kemudian, majalah bisa diakses secara gratis oleh pelanggan yang berada di tempat tersebut dan memberikan referensi ke teman-temannya. Otomatis, dengan konsep bisnis seperti ini bisa menekan cost merchant dalam memberikan service dan mengurangi rak majalah.

“Sehingga, merchant tidak perlu pusing untuk penyimpanan majalah yang telah lama karena semuanya sudah masuk ke dalam database Higo. Kami ingin mengubah rak majalah tradisional ke digital.”

Dengan solusi tersebut, dapat meningkatkan jumlah pendapatan maupun pembaca bagi penerbit. Saat ini HigoSpot sudah tersebar di 150 titik merchant di wilayah Jakarta.

Higo menargetkan sampai akhir tahun ini dapat menggandeng majalah-majalah terbitan dari penerbit MRA Media Group dan Trinaya Media. Rencananya, Higo ingin mengembangkan fitur e-wallet agar memudahkan pengguna saat berbelanja majalah di aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

iPaymu Luncurkan Bayar Disini

iPaymu, layanan pembayaran online lokal, baru-baru ini meluncurkan tools baru dengan skema peer to peer (P2P) untuk UKM lokal dinamai Bayar Disini. Lewat tools ini, pengguna bisa mengirimkan atau mengumpulkan uang lewat link saja. Diharapkan tools tersebut bisa membantu pengusaha UKM dalam meningkatkan omzet bisnis mereka.

Riyeke Ustadiyanto, CEO dan Founder iPaymu, menjelaskan dasar pendirian Bayar Disini berdasarkan pengalaman yang terjadi di masyarakat, ketika harus melakukan pembayaran lewat bank transfer yang penuh risiko dan rentan fraud atau penipuan. Dengan bank transfer tidak ada otomatisasi yang bisa menandakan apakah pembeli sudah melakukan pembayaran atau belum, sehingga harus ada pelaporan dari pembeli atau penjual untuk melakukan pengecekan.

Ini tercermin dari hasil riset iPaymu, sekitar 80% UKM di Indonesia melakukan transaksi melalui media sosial dan chat app seperti Facebook, BBM, Whatsapp, dan Line.

“Sejatinya, e-commerce itu tidak memerlukan bank transfer karena sangat rentan terjadi fraud apabila mereka menyebarluaskan nomor rekeningnya. Kami ingin bantu mereka dengan menyediakan Bayar Disini, seluruh proses transaksi hanya dilakukan lewat link dalam email saja. Itu lebih aman,” ujarnya kepada DailySocial, Selasa (20/9).

Bayar Disini diharapkan bisa menjadi jembatan bagi UKM dengan perbankan untuk sistem pembayarannya. BayarDisini diklaim bisa meningkatkan penjualan 10x lipat dari penjualan online saja. Kelebihan lainnya, pengguna tidak dibebankan biaya bulanan. Pengguna pun dengan mudah bisa menerima pembayaran tanpa harus melakukan konfirmasi.

Untuk menggunakan tools ini, pengguna cukup memberikan ID kepada pembeli berupa email yang berisi link dan dapat diklik sebagai pengiriman uang. Layanan ini mempermudah pedagang online hanya menggunakan satu akun yang terhubung dengan 137 bank dan bisa menerima pembayaran dari kartu kredit.

Siap garap sektor offline

Perlu diketahui, tools terbaru ini melengkapi layanan yang ditawarkan iPaymu yang gencar menggarap pasar e-commerce. Sebelumnya, iPaymu sudah meluncurkan Escrow (Rekening Bersama White Label), HUB iPaymu: Affiliate User Network, dan Program #rameORDER 2016: Meningkatkan Traffic.

Pria yang kerap disapa Keke ini menjelaskan seluruh tools tersebut memiliki dibuat dengan menyesuaikan kebutuhan e-commerce yang berbeda-beda. Ambil contoh, untuk Escrow bertujuan untuk melindungi setiap transaksi penjualan atau pembelian barang dan jasa antara user dengan komunitas. Sementara, HUB iPaymu bertujuan untuk jangkauan bisnis dengan membangun afiliasi.

Sekadar informasi, jumlah merchant yang sudah tergabung menggunakan iPaymu kini sudah menyentuh angka 44.310.

Tools yang kami bangun sudah disesuaikan dengan kebutuhan e-commerce sebab kebutuhan mereka beda-beda meski ranah bisnisnya sama.”

Sebelum akhir tahun ini, pihaknya menargetkan akan meluncurkan sistem pembayaran untuk jalur offline dengan memakai konsep mobile point of sale (mPOS). Sasaran penggunanya adalah pedagang pasar. Nantinya pengguna hanya membutuhkan handphone dan toggle yang bisa dipakai untuk menggesek kartu ATM.

Dia mengaku konsep mPOS yang akan dikembangkannya ini agak mirip dengan aplikasi Squirrel. “iPaymu tidak hanya mengerjakan area digital saja, tapi juga ingin menggarap sektor offline sebab pedagang itu tidak bisa secara langsung diajak berjualan online. Rencananya sebelum akhir tahun ini sudah bisa diluncurkan,” pungkasnya.

Mengenal Jasaku, Marketplace Penyedia Jasa On-Demand

Pemain marketplace jasa on-demand kini mulai kedatangan pemain baru yakni PT Jasaku Adiguna Sejahtera (Jasaku). Dengan model bisnis yang mirip namun tak serupa dengan pemain yang sebelumnya sudah hadir, Jasaku mengklaim ingin memberikan pendekatan yang berbeda untuk konsumen Indonesia dengan memberikan layanan real-time order.

Kepada DailySocial Founder dan CEO Jasaku Fanny Setiadi Faizal menjelaskan bahwa Jasaku memiliki jargon “Make Life Easier”, artinya pengguna dapat memilih sendiri jasa dan vendor yang sesuai dengan keinginan. Untuk melakukan proses pemesanan, pengguna tinggal memasukkan lokasi, waktu dan nantinya akan langsung keluar daftar vendornya.

Adapun lokasi vendor sudah disesuaikan dengan lokasi pengguna, hal ini berguna untuk menjamin jam kedatangan vendor dapat tepat waktu. Sekaligus mengurangi beban biaya yang harus dikeluarkan vendor. Pengguna dapat memilih vendor yang menyediakan jasa sesuai dengan kebutuhan dan harga per jasa sudah tercantum dalam aplikasi.

[Baca juga: Daftar Startup Penyedia Aneka Jasa On Demand Asli Indonesia]

Konsep kerjanya berbeda dengan marketplace penyedia jasa seperti Seekmi. Pengguna mengajukan permintaan, kemudian dalam beberapa jam pengguna akan menerima 3-5 penawaran dari penyedia jasa dengan estimasi harga dan kontak info.

“Berbedanya dengan kami, sistem layanan Jasaku itu real-time. Kami ingin meringkas waktu dengan mempermudah user dalam mengambil keputusan untuk jasa yang dibutuhkan. Sebab kebutuhan sehari-hari itu sifatnya urgent dan perlu dipenuhi dalam rentang waktu yang cepat. Kami juga memberikan fixed price per jasa, sehingga lebih akurat,” Jumat (16/9).

Apabila dalam proses order vendor tiba-tiba tidak bisa memenuhi pemesanan, pengguna akan mendapat notifikasi untuk melakukan pemesanan ulang. Sementara itu, untuk sistem pembayarannya sementara ini masih menggunakan pembayaran tunai.

Saat ini sudah ada 30 jenis jasa yang tersedia di Jasaku dengan total vendor mencapai 237. Dari 30 jenis jasa yang tersedia, Jasaku memiliki lima kategori jasa yang hampir setiap hari digunakan masyarakat, di antaranya home care, car care, pet care, personal care dan emergency. Ke depannya Jasaku akan terus menambah jasa lainnya untuk bisa dimasukkan ke aplikasi. Namun pihaknya memerlukan studi terlebih dahulu untuk memeriksa tingkat demand dari masyarakat.

Untuk pembagian komisi, dari total transaksi jatah untuk vendor sebesar 85% dan sisanya untuk pihak Jasaku. Vendor yang tertarik bergabung ke Jasaku, minimal mereka harus berbentuk tim, bila sudah berbentuk perusahaan berbadan hukum harus memberikan bukti Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

“Nanti akan ada penandatanganan nota kesepakatan (MoU) antara kami dengan pihak vendor sebelum mereka kami akuisisi.”

Target Jasaku untuk sempurnakan sistem pembayaran

Fanny melanjutkan, pihaknya menargetkan untuk sistem pembayaran Jasaku nantinya sudah bisa terintegrasi dengan DOKU Wallet. Rencananya bila proses mulus pada Oktober pengguna Jasaku sudah dapat menggunakan DOKU Wallet sebagai alat pembayarannya. Nantinya setiap pengguna Jasaku otomatis memiliki ID DOKU. Mereka juga akan mendapat cashback bila menggunakan aplikasi Jasaku.

Sementara itu dari sisi vendor, Jasaku menargetkan ingin menambahnya sampai 500 hingga 1.000. Untuk pengguna, diharapkan bertambah menjadi 1.000-2.500 per bulannya dari posisi saat ini 4.806 orang.

Di sisi trafik pengguna, diharapkan bisa tumbuh menjadi 20% sampai 30% per harinya dari posisi saat ini masih 10%. Untuk mencapai target tersebut, Jasaku melakukan pemasaran secara dua jalur, online dan offline. Sudah ada beberapa agenda pemasaran offline yang akan dilakukan, misalnya mengikuti acara di mal dan pusat keramaian umum.

Saat ini Jasaku baru bisa dinikmati oleh masyarakat di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Tahun ini ditargetkan secara bertahap akan menambah kota baru mulai dari Bogor dan Bandung. Tahun depan direncanakan Jasaku akan masuk ke Surabaya dan Yogyakarta.

Perlu diketahui, Jasaku mulai beroperasi pada September 2015. Kemudian mulai hadir dalam bentuk aplikasi di Playstore pada 17 Juli 2016, menyusul versi iOS pada 1 Agustus 2016.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Point Rewards” Pomona dan Pendekatan O2O untuk “Offline Retailer”

Dunia e-commerce tengah tumbuh dengan seksi di Indonesia dan banyak membantu para pebisnis offline meningkatkan penjualan produknya. Tapi di sisi lain, e-commerce juga memberi dampak signifikan terhadap turunnya arus kunjungan pelanggan di toko-toko offline. Permasalahan ini yang sekarang coba diselesaikan oleh Pomona, aplikasi mobile dengan konsep point reward.

Pomona adalah aplikasi mobile yang memberikan penggunanya kesempatan untuk menangkap hadiah nyata seperti pulsa, voucher, bahkan gawai secara gratis dengan mengumpulkan poin dari toko-toko offline yang dikunjungi. Sederhananya Pomona merupakan aplikasi online yang mencoba membawa trafik untuk offline (konsep O2O) atau bisa diposisikan seperti Pokemon Go untuk pebelanja.

[Baca juga: Berkenalan dengan Aplikasi Diskon Berbasis Lokasi Korting]

CEO dan Co-Founder Pomona Benz Budiman mengatakan, “Anda bisa menyebut kami ‘Pokemon Go for Shopper’. Kalau dengan game tersebut pengguna dapat menangkap monster virtual, dengan Pomona kalian bisa menangkap poin yang bisa ditukarkan dengan berbagai hadiah nyata seperti pulsa, voucher, bahkan gawai secara gratis.”

“Misi utama Pomona adalah membuat pengalaman belanja offline menjadi lebih rewarding, fun, dan personal. Kami memberikan insentif nyata yang bisa didapatkan dengan melakukan aktivitas yang sudah menjadi bagian dari hidup Anda,” lanjutnya.

Latar belakang dimulainya Pomona

Antarmuka aplikasi Pomona / DailySocial
Antarmuka aplikasi Pomona / DailySocial

Pomona mulai dikerjakan oleh Benz dan rekannya Ariawan Suwendi (CTO) pada Desember 2015 dan resmi diluncurkan pada Mei 2016 lalu. Benz sendiri sebelumnya telah membuat aplikasi Gesek, sedangkan Ariawan memiliki pengalaman 10 tahun bekerja di Sillicon Valley. Sid Nandy yang memiliki pengalaman karir di Rocket Internet juga disebutkan Benz akan segera bergabung sebagai CMO.

Benz menjelaskan latar belakangnya memulai Pomona adalah ketika beberapa bulan lalu pihaknya  menyadari bahwa lebih mudah membuat orang membeli ketika mereka ada di toko dibandingkan dengan saat mereka melihat iklan di tempat lain. Tingkat konversinya pun disebut Benz cukup tinggi, mencapai 20-95 persen saat seseorang berada di toko fisik dibandingkan saat melihat iklan online yang hanya mencapai 0,5-3 persen.

[Baca juga: Loyalbox Mengadopsi Strategi “Hyperlocal Marketing”]

Benz mengatakan, “Penemuan ini menggarisbawahi pentingnya ‘lalu lintas kaki’ ke peningkatan penjualan. […] Kami validasi hipotesis ini dengan berbicara ke pemilik toko. Ketika berbicara dengan lebih banyak dari mereka, kami menemukan banyak toko-toko sadar bahwa menarik orang-orang untuk masuk ke toko tidak mudah.

“Jika ‘lalu lintas kaki’ itu penting, mengapa toko tidak memberi hadiah kepada pembeli untuk mengunjungi toko mereka? […] Di sinilah Pomona masuk. Untuk pemilik toko, Pomona adalah platform untuk menarik pembeli, mendatangkan trafik, memberi rewards, dan [seharusnya] meningkatkan angka penjualan. Untuk pengguna, Pomona menjadi aplikasi yang meningkatkan pengalaman belanja dan mendapatkan hadiah secara gratis,” lanjutnya.

Rencana dan target yang ingin dicapai

QR Code Pomona & Partner Merchant / DailySocial
QR Code Pomona & Partner Merchant / DailySocial

Pomona mengklaim saat ini sudah bekerja sama dengan lebih dari 200 toko offline yang berada di Jakarta. Pun operasionalnya masih terbatas di Jakarta, tetapi Benz juga menyebutkan bahwa kota-kota lain sudah ada dalam pipeline mereka.

Melalui 200 toko offline rekanan Pomona inilah pengguna bisa mengumpulkan poin yang nantinya bisa ditukarkan dengan hadiah. Caranya sederhana, auto check-in saat berkunjung ke toko rekanan, QR code check-in di toko rekanan tanpa perlu bertransaksi, dan saat melakukan pembelian. Untuk proses verifikasi pengguna yang benar-benar membeli promo, staf dari toko akan memasukkan kode sandi atau promo untuk verifikasi transaksi yang terjadi.

Benz mengatakan, “Sejak meluncur di bulan Mei 2016, kami mendapatkan 20 ribu total unduhan. Kami berharap bisa mendapatkan lebih dari 50 ribu unduhan pada akhir tahun ini dengan tingkat pengguna aktif mingguan 40 persen. Kami yakin dapat melampaui target ini dengan beberapa rekanan yang akan bergabung seperti Mall Artha Gading pada akhir September.”

“Berpegang pada [keinginan] pengguna Pomona, mereka ingin cara yang lebih mudah untuk mendapatkan poin dan mendapatkan hadiah. Dalam konteks ini, kami berencana untuk meningkatkan rekanan merchant setidaknya [hingga] 500 pedagang,” ujar Benz lebih jauh.

Pekerjaan rumah yang tersisa

Pomona sebenarnya bukan satu-satunya pemain di ranah aplikasi yang ingin membawa peningkatan lalu lintas pengunjung dan penjualan pada toko-toko offline. Sebelumnya sudah ada Loyalbox, Stamps, dan juga Korting yang mencoba untuk mencicipi kuenya. Namun, tidak ada yang benar-benar bisa menunjukkan taringnya di sini.

[Baca juga: Runtuhnya Era Retailer Tradisional]

Konsumen sekarang ini sudah terlanjur nyaman dengan cara yang ditawarkan oleh para pelaku e-commerce yang ada di Indonesia. Apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta yang praktis membuat para pebelanja bisa menghindari macet hingga berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan sebuah produk.

Meski Pomona mengambil momentum dan positioning yang bagus bersamaan dengan fenomena Pokemon Go, tetapi pekerjaan rumah mereka masih banyak. Selain menambah rekanan merchant, Pomona dan para pelaku di kolam ini harus mampu memberi kampanye, rewards, atau mungkin membuka kanal baru yang benar-benar bisa membuat konsumen mau datang ke toko.

Application Information Will Show Up Here

Pendekatan Red Dot Payment di Ranah Solusi Pembayaran Indonesia (UPDATED)

Setelah mendapatkan pendanaan yang dipimpin MDI Ventures, layanan pembayaran online asal Singapura Red Dot Payment (RDP) mulai melakukan ekspansinya secara regional. Fokus utama RDP sendiri adalah untuk membantu bisnis di sektor travel, charity, dan insurance. Dengan kondisi pasar yang sudah cukup penuh di sektor solusi pembayaran, RDP akan mencoba pendekatan yang berbeda dengan kustomisasi.

Managing Director Red Dot Payment Randy Tan mengatakan, “Jelas sektor pembayaran adalah pasar yang kompetitif di luar sana, tidak terkecuali di Indonesia. Namun kami berencana untuk lebih menjadi lebih baik dari yang lain dengan mengambil pendekatan yang berbeda dan tidak diambil oleh pihak lain yaitu kustomisasi.”

“Sebagai payment gateway premium, kami harus bisa menyelaraskan apa yang klien kami butuhkan dan minta dari perspektif pembayaran. Dengan demikian, dari sudut pandang ini kami bisa memposisikan diri sendiri dan menjadi pemain yang menonjol di pasar,” lanjutnya.

Terkait dengan fokusnya pasar RDP di sektor travel, charity, dan insurance, Randi mengungkapkan bahwa pihaknya melihat pasar tersebut belum begitu tersentuh di sisi solusi pembayaran online. Ini dilihat Randy sebagai kesempatan awal untuk menjangkau dan membangun fondasi yang kuat di pasar Indoensia yang kompetitif.

“Karena Indonesia adalah negara terbesar dalam hal populasi, di Asia Tenggara, maka sejumlah besar peluang dapat bertumbuh dalam waktu dekat dan kami bersemangat menunggu jendelanya untuk terbuka,” ujar Randy.

Red Dot Payment sendiri didirikan pada tahun 2011 oleh Randy yang memiliki latar belakang karier sebagai mantan eksekutif Visa dan Herman Santoso (CTO) yang sebelumnya pernah berkarier di First Data. Selain di Singapura, Red Dot Payment kini sudah beroperasi di Thailand dan Indonesia.

Sebagai pemain baru di pasar Indonesia yang sudah cukup penuh dengan pemain-pemain besar seperti Veritrans, Doku, Faspay, hingga NICEPay dari Korea Selatan, ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan RDP. Mereka harus bisa memahami kompleksitas sektor pembayaran di Indonesia dan juga bisa mengakomodasi berbagai kemungkinan jenis pembayaran karena rendahnya kepemilikan kartu kredit di Indonesia.

Sebagai permulaan, Randy bertujuan untuk bisa menciptakan awareness yang lebih besar untuk RDP agar bisa menjakau pangsa pasar yang lebih luas. Di saat yang bersamaan, pihaknya juga ingin bisa menarik lebih banyak talenta berbakat dan perhatian entitas tertentu di Indonesia.

“Dari sana, kami berniat untuk tumbuh lebih besar, dalam hal sebagai perusahaan dan produk yang dapat kami tawarkan kepada klien potensial. Ini adalah keinginan utama yang ingin kami capai setealh apa yang telah kami tetapkan untuk dilakukan dan mulai,” tandas Randy.

Updated: Ada perbaikan penulisan untuk jabatan, yang sebelumnya kami tulis sebagai CEO, dan riwayat karir Randy Tan dengan rekannya sebelum mendirikan Red Dot Payment.

Inisiasi Kemudahan Pembayaran, HaloDoc Gandeng Asuransi Allianz utuk Pemesanan Obat secara On-Demand

Startup teknologi kesehatan HaloDoc hari ini mengumumkan kemitraan pertamanya dengan perusahaan asuransi Allianz. Nantinya semua nasabah asuransi Allianz, baik individu atau grup, bisa memesan obat melalui aplikasi HaloDoc hanya dengan menyertakan foto dokumen keanggotaan asuransi Allianz dan resep. Obat akan diantar langsung dengan menggunakan Go-Jek langsung ke alamat yang dituju.

“Kerja sama ini berawal dari ide saya yang mendekati langsung pihak Allianz untuk bisa bekerja sama dalam hal layanan kesehatan untuk nasabah Allianz dengan memanfaatkan teknologi milik HaloDoc,” kata Jonathan saat sesi temu media.

Layanan lain yang bisa dinikmati melalui aplikasi HaloDoc adalah proses klaim asuransi yang hanya berlangsung selama 7 hari kerja saja. Hal ini lebih cepat dari waktu yang sebelumnya ditentukan Allianz, yaitu 14 hari kerja.

“Kami melihat fitur ApotikAntar yang dimiliki oleh aplikasi HaloDoc memiliki kesamaan tujuan dengan Allianz Life yang akan membantu nasabah memesan obat berdasarkan resep dokter secara digital langsung ke alamat mereka,” kata Managing Director Allianz Health & Corporate Solutions Todd Swihart.

Kerja sama Allianz dan HaloDoc ini tidak memiliki batas waktu kontrak dan rencananya akan terus berjalan. Fitur ApotikAntar menjadi yang pertama yang dimanfaatkan Allianz dalam aplikasi HaloDoc. Harapannya kemitraan ini akan terus bertambah, seiring dengan layanan lainnya yang akan dikembangkan HaloDoc.

“Dengan seribu apotik di 14 kota di Indonesia yang telah bergabung dengan Halodoc diharapkan bisa menambah jumlah pengguna HaloDoc yang berasal dari nasabah Allianz. Hingga kini HaloDoc telah memiliki 75 ribu pengguna yang telah mengunduh aplikasi HaloDoc sejak diluncurkan bulan April silam,” kata Jonathan.

Mendapat dukungan Kementerian Kesehatan dan berencana mengimplementasikan BPJS

Jonathan juga memaparkan pengalaman positifnya sejak meluncurkan HaloDoc April lalu. Selain baru saja mendapatkan pendanaan Seri A, HaloDoc mengklaim mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan.

“Kementerian Ksehatan dalam hal ini mendukung perubahan teknologi dan semua layanan harus mengadopsi teknologi yang ada. Dalam hal ini yang ditawarkan oleh Halodoc,” kata Jonathan.

Salah satu rencana jangka panjang yang akan dilancarkan adalah mengimplementasikan layanan kesehatan BPJS ke dalam aplikasi HaloDoc.

“Tentunya rencana ini masih terlalu dini untuk dibicarakan karena membutuhkan proses serta perencanaan yang cukup banyak. Namun demikian untuk ke depannya HaloDoc ingin membantu pemerintah dalam hal memberikan layanan kesehatan secara digital untuk semua masyarakat di Indonesia,” tutup Jonathan.

Application Information Will Show Up Here

Menjangkau Lebih Banyak Jumlah pelanggan, Grivy Lancarkan Kemitraan dengan Perusahaan Terkemuka

Bertujuan menjangkau lebih banyak pengguna di Indonesia, platform lelang travel and leisure activity online pertama di Asia Tenggara Grivy kembali menggandeng beberapa brand dan startup terkemuka. Sebagai layanan yang menyediakan fasilitas terpadu untuk penawaran, voucher/deals serta teknologi terkini, Grivy mengklaim mampu menjadi layanan terlengkap bagi perusahaan yang membutuhkan satu platform untuk membantu mendongkrak penjualan mereka.

Kepada DailySocial, CEO Grivy Jan Oudeman mengungkapkan saat ini masih kesulitan untuk meyakinkan masyarakat Indonesia untuk menggunakan layanan dari Grivy. Hal tersebut yang kemudian memperlambat pertumbuhan pelanggan di Grivy.

“Diharapkan dengan kerja sama yang kami jalin dengan Telkomsel, Samsung, Zomato, Line dan Okezone bisa menambah lebih banyak jumlah pengguna Grivy, mengingat model bisnis kami adalah berdasarkan transaksi, kami harus memastikan telah memiliki channel distribusi yang besar untuk merchant kami (selain dari channel Grivy),” kata Jan.

Jan juga menambahkan sebelumnya sulit bagi Grivy untuk melancarkan kerja sama dengan merchant terkait dengan klaim dan proses reedem, namun dengan bantuan dari partner semua kendala tersebut saat ini bisa ditangani. Sebanyak 95% penawaran yang Grivy tempatkan di channel partner bisa terjual dalam beberapa jam saja.

“Di sisi merchant kami pastikan penawaran dan promosi kampanye mereka telah siap di channel mitra kami dan bahwa semua hal operasional diurus oleh kami juga. Merchant kebanyakan menyukai perihal keuangan, operasional, dan departemen mereka yang lain harus berurusan dengan hanya satu partner saja yang membuat komunikasi dan implementasi lebih mudah,” kata Jan.

Tantangan melakukan akuisisi pengguna

Kurangnya edukasi serta masih rendahnya penggunaan layanan pembelian voucher atau deals di kalangan masyarakat mainstream, merupakan tantangan utama yang masih kerap di hadapi oleh Grivy hingga saat ini. Masih mengandalkan cara-cara yang organik, Grivy enggan untuk melakukan promosi digital secara masif dan sepenuhnya memanfaatkan kerja sama dengan para partner dan tentunya merchant tanpa mengeluarkan biaya promosi.

“Akuisisi pengguna adalah tantangan terbesar kami. Karena kami menjalankan bisnis kami pada margin yang sangat rendah (mengambil rate 5%-10 % per voucher yang dijual/ di-redeem) dengan  memperhatikan volume untuk membuat unit ekonomi bekerja,” kata Jan.

Sejak tahun 2016 Grivy mengklaim lebih banyak mendapatkan kepercayaan dari merchant setelah melihat kinerja yang telah dilancarkan Grivy. Diharapkan hal tersebut bisa mengajak lebih banyak lagi perusahaan terkemuka di Indonesia dan secara global untuk bergabung dengan Grivy dan tidak hanya mengandalkan pengguna dari partner yang strategis. Ke depannya Grivy ingin menarik perhatian bank dan layanan food delivery untuk bisa bergabung menjadi merchant di Grivy.

“Hingga akhir tahun 2016 Grivy menargetkan akan mendapatkan sekitar 10 ribu merchant, sementara untuk target pengguna kami tidak bisa menyebutkan berapa, karena saat ini Grivy sedang dalam proses penggalangan dana untuk tahap selanjutnya,” kata Jan.

Terkait dengan teknologi yang dikembangkan Grivy memiliki mesin yang bisa merekomendasi pengembangan roadmap yang membuat penawaran lebih relevan bagi pengguna. Semakin banyak pengguna mengunjungi situs atau aplikasi Grivy, semakin baik Grivy memahami profil pengguna tersebut. Sehingga rekomendasi bisa  lebih personal memberikan penawaran kepada pengguna berdasarkan preferensi dan lokasi pengguna.

“Selain itu, kami telah memfokuskan pada pemasaran konten awal dan akan meningkatkan upaya kami untuk menemukan saluran distribusi yang lebih [luas] untuk mendapatkan lebih banyak pengguna untuk membaca konten kami dan klik pada penawaran yang relevan,” tutup Jan.

Application Information Will Show Up Here

PopBox Jalin Kerja Sama dengan Dimo untuk Solusi Pembayaran

Layanan loker pintar PopBox belum lama ini telah menjalin kerja sama dengan Dimo untuk solusi pembayaran. Melalui kerja sama tersebut, masyarakat kini bisa berbelanja online melalui PopBox dan melakukan pembayaran menggunakan metode Pay By QR yang disediakan Dimo. Kerja sama ini telah dijalin sejak Mei 2016 dan pembayaran bisa dilakukan melalui aplikasi Uangku, Simobi, atau aplikasi lainnya yang terhubung denga sistem Pay by QR dari Dimo.

CEO PopBox Asia Adrian Lim mengatakan, “Kami selalu mencoba mencari produk atau fitur baru untuk memberikan pelayanan kepada konsumen melalui layanan loker kami. […] PopBox saat ini juga tengah tumbuh secara agresif dengan menambah jumlah loker di berbagai lokasi, sedangkan Dimo ingin membuat metode Pay by QR menjadi mainstream. Jadi, yang bisa kami lakukan adalah saling melengkapi satu sama lain karena pada akhirnya kami percaya dengan customer engagement physically.”

[Baca juga: Dimo Bertaruh pada Platform Berbasis QR]

CEO Dimo Brata Rafly menambahkan, “Kami melihat kesamaan visi dengan PopBox untuk membuat orang lebih mudah dan nyaman dalam berbelanja online. Dari sisi Dimo, kami memberikan teknologi pembayaran yang memungkinkan orang-orang untuk membayar tanpa menggunakan cash. Sedangkan dari sisi PopBox ini sama saja dengan memberikan kemudahan dan kenyamanan berbelanja produk secara online. […] Saya percaya bahwa kami tidak bisa sendirian untuk menangani pasar karena terlalu besar, jadi kami perlu bekerja sama dengan perusahaan lain yang memiliki kesamaan visi.”

Melalui kerja sama ini masyarakat umum kini bisa berbelanja online melalui loker PopBox dan membayar secara cashless. Prosesnya terbilang mudah. Melalui menu belanja yang ada di loker PopBox, Anda bisa segera berbelanja secara online dan membayar melalui aplikasi yang menyediakan sistem pembayaran Pay by QR dari Dimo seperti Uangku dan Simobi. Produk yang dipesan nantinya bisa di ambil di loker tempat transaksi terjadi atau di loker yang dipilih sesuai dengan keinginan konsumen.

Kategori produk dalam menu Bllanja di loker PopBox yang bisa dibeli dengan Pay by QR Dimo / DailySocial
Kategori produk dalam menu Bllanja di loker PopBox yang bisa dibeli dengan Pay by QR Dimo / DailySocial

Kategori produk yang tersedia saai ini adalah Beauty & Care, Cosmetics, Gadget, Household, Snack dan Toys. Sementara daftar produk yang bisa dibeli berasal dari rekanan e-commerce yang telah menjalin kerja sama dengan pihak PopBox.

Loker pertama yang menjadi pilot project dari kerja sama ini ada di kawasan Sinarmas Land Plaza, Thamrin, Jakarta. Ke depannya, jumlah loker dengan layanan Pay by QR sendiri dijanjikan untuk terus ditambah jumlahnya.

Pada dasarnya, menu Blanja sudah tersedia di seluruh loker PopBox yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Tapi tidak semua sudah berfungsi sebagaimana mestinya karena di loker PopBox yang ada di Pasar Minggu yang sempat saya coba, menu Blanja hanya menampilkan halaman putih polos saja. Tidak ada produk apapun yang ditampilkan.

[Baca juga: Zalora Jalin Kerja Sama dengan PopBox]

“Kami juga masih belajar untuk memahami pasar saat ini dan terbuka terhadap siapa saja partner yang ingin produknya di feature. […] Masih ada banyak hal yang harus kami kerjakan agar potensinya bisa maksimal,” ujar Adrian.

Loker pintar PopBox sendiri saat ini sudah tersebar di wilayah Jabodetabek dan jumlahnya masih akan terus di tambah. Ke depannya, Adrian juga mengungkap akan mencoba untuk menjajaki pasar Malaysia.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal HelloBeauty, Marketplace Khusus Layanan Make Up Professional

Kebutuhan make up professional untuk acara besar seringkali menjadi masalah karena banyak faktor. Bisa jadi karena sulit mendapat model make up yang cocok dengan selera, harga yang terlalu mahal atau sulit menyesuaikan jadwal dengan perias. Kini dengan hadirnya marketplace HelloBeauty, diharapkan masalah tersebut bisa terpecahkan.

HelloBeauty didirikan pada 20 Juni 2016 oleh Dennish Tjandra dan Pradana Dyaksa. Kepada DailySocial Dennish menerangkan bahwa HelloBeauty saat di tengah berjalan mematangkan proses bisnis, bahkan sebelumnya sempat mengalami pivot. Awalnya HelloBeauty berupa situs beauty on-demand, mirip seperti Go-Glam milih Go-Jek. Kemudian setelah mendapat feedback dari berbagai rekan, akhirnya HelloBeauty menjelma jadi marketplace untuk pemesanan jasa make up professional.

“Kami meyakini HelloBeauty dapat berkontribusi positif dalam membantu ekosistem beauty service yang saat ini masih fragmented. Dengan pemesanan secara online, kini mencari jasa MUA (make up artist) jadi lebih mudah dan instan,” ujar Dennish.

Sistem kerjanya sama persis dengan online marketplace pada umumnya. Ada daftar profil MUA yang bisa ditelusuri, kemudian ada portofolio hasil make up yang terpampang dalam profil mereka. Selain itu juga ditampilkan pricelist sesuai dengan jasa yang diinginkan, mulai dari basic make up hingga make up untuk acara pernikahan.

Konsumen juga dapat memeriksa ketersediaan MUA, apakah mereka bisa bekerja pada hari yang diinginkan. Bila belum, konsumen bisa langsung melakukan pemesanan, bahkan hingga dari jauh-jauh hari. Menariknya dari total booking yang masuk, sekitar 40% di antaranya untuk kebutuhan pernikahan di luar kota, dan pelaksanaannya baru tahun depan sejak pemesanan.

Seorang klien sedang dirias oleh make up artist / HelloBeauty
Seorang klien sedang dirias oleh make up artist / HelloBeauty

Kurang lebih saat ini sudah ada 200 MUA yang sudah tergabung di HelloBeauty. Mereka terdiri dari MUA di berbagai level, ada yang masih tergolong pendatang baru dan ada juga sudah memiliki nama besar. Sebut saja nama-nama MUA tenar seperti Arsya Nafisa, Niken Nicula, Sri Dewita, VAmakeupartist by Vanny Adelina, dan lain-lain.

Tim HelloBeauty pernah melakukan survei, dari Instagram saja sekurangnya ada 2.000 MUA yang menawarkan jasanya, dan itu hanya di Jakarta saja. Sementara untuk di luar Jakarta jumlahnya bisa mencapai angka 4.000 MUA.

“Data itu baru kita dapat dari hasil surfing di Instagram saja, belum ke media sosial lainnya. Artinya, potensi untuk jaring lebih banyak MUA sangat terbuka lebar, namun ini butuh proses edukasi,” ujar Dannish.

Disebutkan juga keuntungan untuk MUA bila bergabung di HelloBeauty, mereka akan meningkatkan online marketing exposure, bertemu dengan klien baru, mendapat professional tools guna memaksimalkan bisnis lewat sistem kalender online dan menjadi sebuah personal instant booking channel.

Tampilan situs HelloBeauty / HelloBeauty
Tampilan situs HelloBeauty / HelloBeauty

Ke depannya HelloBeauty akan menyediakan sistem pembayaran berupa kartu kredit sehingga memungkinkan konsumen untuk dapat mencicil. Selain itu juga ingin mengintegrasikan profil MUA dengan akun Instagram mereka masing-masing. Sementara ini, untuk pembayaran masih menggunakan sistem cash on delivery (COD) ke MUA bersangkutan dan bank transfer.

“Dari HelloBeauty, kami berharap MUA bisa meningkatkan jumlah klien dengan menggaet pasar yang sebelumnya sulit dicapai hanya dari cerita dari mulut ke mulut,” ungkap Dennish.

Untuk MUA yang tertarik bergabung, mereka harus memiliki portofolio yang sudah terpajang dalam media sosial. Artinya, MUA yang bergabung bukanlah orang-orang yang baru belajar make up. Nantinya tim HelloBeauty akan mensortir siapa saja yang layak bergabung. Untuk sistem pembagian hasilnya, dari total booking perolehan untuk MUA adalah 85% dan HelloBeauty sebesar 15%.

Cari investor baru untuk perkuat bisnis

HelloBeauty saat ini baru berumur lima bulan, selama pendiriannya seluruh investasinya dilakukan dengan dana sendiri atau bootstrapping. Untuk menggencarkan brand HelloBeauty, kini tim HelloBeauty sedang mencari investor baru agar dapat menyuntikkan dana segar ke perusahaan.

Dennish mengungkapkan seluruh dana yang akan didapat nantinya akan dipergunakan untuk pengembangan produk, merekrut tenaga baru, dan kegiatan marketing misalnya mengadakan event gathering.

“Saat ini sudah ada beberapa pendekatan dengan beberapa venture capital, sedang diproses. Seluruh dana nantinya akan kita salurkan untuk pengembangan bisnis, termasuk membuat aplikasi untuk smartphone,” pungkas Dennish.