Menentukan Gaji Founder untuk Startup Tahap Awal

Ada sebuah kondisi yang akan selalu dialami oleh founder startup baru, khususnya bagi yang baru saja berhasil membukukan pendanaan pertamanya, baik dalam pre-seed atau seed funding. Kondisi yang dimaksud ialah saat founder harus menentukan nasibnya sendiri di startup yang didirikan, tentang menentukan berapa gaji yang harus ia dapatkan setiap bulannya.

Terkesan sepele namun hal itu kadang membuat bimbang, pasalnya sebagai founder biasanya berpikiran untuk memanfaatkan investasi yang dimiliki sebaik-baiknya untuk pertumbuhan. Namun di sisi lain ia juga butuh memenuhi kebutuhan kesehariannya, pada akhirnya founder tetap harus membayar gajinya sendiri, bernegosiasi dengan diri sendiri untuk menentukannya.

Tapi tenang, umumnya setelah startup berkembang pesat dan memiliki dewan direksi, kebimbangan tersebut akan sirna. Pasalnya di titik tersebut gaji founder sebagai eksekutif pun sudah ditentukan oleh top-level management dalam bisnis berdasarkan perhitungan-perhitungan startegis. Untuk tahap awal, semua masih harus dipikirkan sendiri.

Hal terburuk yang dilakukan ialah menentukan secara tidak terukur gaji yang ia peroleh sendiri. Beberapa lainnya mengikuti tren data yang ada, namun kadang juga tidak bisa menjadi patokan utama, karena masing-masing bisnis memiliki kultur dan kapabilitas berbeda. Yinon Weiss selaku Founder & CEO CarDash –sebuah startup seed stage asal Silicon Valley—menceritakan pengalaman terbaiknya dalam menentukan gajinya sendiri.

Penetapan batas bawah: memastikan tidak mengganggu produktivitas

Yang sangat dibutuhkan oleh founder untuk startup tahap awal adalah kerja keras dan pemikirannya. Jangan sampai konsentrasi untuk dua hal tersebut terganggu dengan urusan finansial pribadi, apalagi bagi yang sudah berkeluarga. Setidaknya titik batas bawah harus bisa mencukupi kebutuhan harian, sehingga pada saat bekerja tidak terganggu kekhawatiran terhadap hal-hal lainnya.

Batas bawah ini adalah tentang nilai minimal yang sebaiknya diterima. Syaratnya harus dapat memenuhi kebutuhan yang paling mendasar untuk kehidupan sehari-hari. Tidak ada ukuran pasti, founder startup dengan berbagai keadaan berbeda harus dapat mengidentifikasi kebutuhannya di sini.

Penetapan batas atas: memastikan tidak berlebihan

Tidak ada salahnya membayar diri sendiri sebagai founder dengan nominal yang terlalu banyak, namun kembali lagi ke semangat awal membangun bisnis, bukankah uang yang ditransfer banyak ke rekening itu tidak lebih baik diputar maksimal untuk pengembangan bisnis? Setiap rupiah yang diinvestasikan adalah motivasi founder untuk membalikkan menjadi sebuah keuntungan yang lebih besar. Jika founder tidak yakin dengan hal itu, sejak awal seharusnya tidak memilih menjalankan startup.

Pada dasarnya, penentuan batas atas dan bawah tadi untuk membuat nominal yang dikeluarkan lebih terukur. Prinsipnya ketika seorang founder mendapatkan gaji yang pas dari usaha yang ia bangun, kebutuhannya tercukupi. Beberapa founder bahkan mengungkapkan ketika di awal gajinya cukup rendah, ia semakin sadar akan pengorbanan, dan memotivasinya untuk lebih sukses.

Pada akhirnya ada sebuah pertanyaan kritis yang perlu dijawab: ketika founder membayar gajinya lebih sedikit dan memasukkan lebih banyak uang untuk modal startupnya, apakah akan meningkatkan peluang kesuksesan? Jika jawabannya iya, maka berjuanglah. Keyakinan tersebut akan membawa startup membahagiakan founder secara lebih baik. Karena sebagai founder keputusannya bukan saja yang terbaik bagi dirinya sendiri, melainkan juga untuk bisnis yang didirikan.

Cara Mudah untuk Memvalidasi Ide Produk atau Bisnis

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memvalidasi ide pengembangan produk. Selain mendiskusikan dengan ahli atau mentor bisnis, pengembangan MVP (Minimum Viable Product) dinilai menjadi cara yang lebih terukur. MVP menjadi sebuah mekanisme untuk memperkenalkan ide produk dan fungsionalitas intinya sedini mungkin kepada publik. Penting dilakukan untuk mengurangi risiko produk tersebut tidak ada penggunanya.

MVP dapat dirilis dalam berbagai macam metode, di antaranya A/B Testing (peluncuran versi Alpha atau Beta dari aplikasi), penjelasan melalui landing page, survei dan riset, hingga pembuatan video demo produk. Untuk startup di tahap awal yang biasanya memiliki anggota tim yang sedikit dan waktu yang sempit untuk melakukan pengujian –karena jika gagal harus secepat mungkin agar bisa beralih ke ide lainnya, tentu harus mencari cara yang paling cepat dan efisien.

Konten berbasis “Demand Validation Video” bisa dicoba, dipadukan dengan optimasi media sosial untuk publikasi. Hal yang perlu dilakukan ialah buat sebuah desain produk sesuai dengan ekspektasi ide, dan paparkan bagaimana fungsionalitas produk tersebut bekerja. Lebih baik lagi jika sebelumnya sudah dilakukan pengembangan tahap awal, sehingga video tersebut berisi demo produk yang dikembangkan.

Selanjutnya manfaatkan media sosial seperti Twitter atau Facebook untuk mempublikasikan video tersebut. Tambahkan sebuah keterangan yang bersifat “menjual” dalam mempublikasikan video tersebut. Untuk memastikan capaian yang besar, jika perlu gunakan layanan iklan dengan menargetkan pangsa pasar yang ingin dirangkul melalui inovasi tersebut.

Ini ada sebuah contoh menarik, dari sebuah pengembang yang menyampaikan MVP melalui video di Twitter.

Ia memaparkan melalui tulisan di Twitter, bahwa sebuah aksesoris harus multifungsi bisa digunakan untuk pembayaran. Dan video memberikan gambaran tentang contoh bagaimana sistem tersebut bekerja. Sangat jelas dan mudah dipahami. Maka selanjutnya serahkan kepada publik untuk menilai. Terkait apakah akan ada penerimaan atau tidak, itu adalah jawaban yang dibutuhkan dari sebuah MVP.

Dari studi kasus di atas, kebetulan produk mendapatkan penerimaan yang cukup baik. Komentar yang diberikan dalam Reply menunjukkan sentimen baik atas hipotesis yang diunggah. Kemudian jumlah Retweet juga memvalidasi bahwa ide tersebut cocok diaplikasikan, sehingga orang lain ingin berbagi tentang inovasi ini kepada rekannya. Ini sebenarnya serupa dengan video MVP yang cukup legendaris dari Dropbox.

Proposisi nilai telah divalidasi dengan umpan balik yang didapat dari media sosial. Sebenarnya di titik ini sudah bisa ditentukan, apakah pengembangan produk perlu diprioritaskan ke depan atau tidak. Jika masih butuh meyakinkan diri lagi, bisa langsung mewawancara narasumber yang terlibat dalam percakapan di media sosial, tanyakan mengapa mereka tertarik atau mengapa mereka menganggap solusi tersebut kurang penting.

Baca juga:

Lima Hal yang Perlu Ditekankan Saat Merekrut Talenta Baru

Perekrutan talenta startup masih menjadi pekerjaan rumah yang cukup kompleks untuk dipecahkan. Merekrut saja mungkin tidak sulit dengan target kuantitas, namun ketika yang dicari adalah anggota tim yang memiliki visi sama dan kompetensi yang mumpuni mungkin tidak mudah.

Meskipun sulit, ada beberapa hal yang bisa dilakukan startup untuk bisa mendatangkan talenta yang sesuai, baik secara kompetensi maupun keselarasan dengan visi. Lima tips berikut dapat diikuti startup sebagai upaya menjaring talenta terbaik – dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Pencarian kandidat dilakukan secara berkelanjutan

Sederhananya, tampung sebanyak mungkin calon kandidat untuk masing-masing job desk yang ada. Cara yang paling umum dilakukan ialah membuka pintu selebar-lebarnya melalui sistem job-listing online, yakni dengan menampung sebanyak mungkin resume atau CV dari kandidat pekerja. Cara ini cukup efektif karena startup bisa memiliki opsi dan pertimbangan yang lebih banyak.

Namun tidak mudah juga bagi startup baru. Karena mekanisme ini umumnya baru bisa dilakukan setelah brand startup memiliki nilai yang signifikan di mata publik, atau harus menawarkan benefit yang sangat menggiurkan bagi para calon pelamar.

Membagikan visi startup

Selain iming-iming yang sifatnya materi, sebenarnya startup juga dapat membagikan visinya, baik secara langsung empat mata dalam diskusi ataupun disampaikan dalam berbagai kesempatan seperti konferensi. Untuk itu penting juga bagi startup untuk melakukan show off di atas panggung, mengikuti berbagai ajang – menjadi narasumber. Karena di sana ada kesempatan untuk meyakinkan orang-orang (bisa jadi calon talenta) tentang visi startup tersebut.

Pada kenyataannya ada banyak orang yang berminat ke gabung ke sebuah startup karena rasa segan, baik dengan visi yang dimiliki startup ataupun founder.

Fokus ke kemampuan, bukan hanya kredensial

Terkadang untuk posisi tertentu – khususnya di bagian teknis, fokus pencarian kandidat bisa didasarkan pada kemampuan yang dimiliki kandidat tersebut. Caranya bisa memberikan soal ujian yang relevan. Karena untuk hal teknis, kemampuan praktis kadang bermanfaat. Sehingga kalaupun kandidat belum memiliki kredensial atau track record bagus di sana-sini, bisa juga dipertaruhkan asalkan kompetensi sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

Rasa memiliki berpengaruh pada kinerja

Ekuitas atau kepemilikan bisa menjadi nilai tambah untuk membuat pekerja nyaman dan betah untuk berinovasi di sana. Dengan rasa memiliki, maka keinginan membangun menjadi lebih kuat. Namun bukan berarti harus diumbar, tawarkan pada saat yang tepat, ketika seseorang sudah berada di titik tertentu. Artinya meyakinkan talenta tersebut bahwa pintu kepemilikan terbuka untuk siapa saja, yang memberikan sumbangsih baik bagi bisnis.

Jangan berhenti memotivasi

Founder memegang peran kunci di sini. Motivasi tidak selalu terkait kata-kata indah yang disampaikan sehari-hari, namun bisa berupa pemaparan fakta tentang laju bisnis yang membaik, penerimaan inovasi, atau memberikan kesempatan bagi para talenta untuk mengeksplorasi hal-hal baru. Sampaikan nilai-nilai tentang ini pada para kandidat, sehingga mereka tahu bahwa tempat yang didatangi adalah yang terbaik untuk masa depannya.

Belajar Menjadi Seorang Pemimpin

Salah satu tantangan founder startup di tahap awal adalah menyatukan tim. Belum lagi anggota tim yang ada adalah orang-orang baru dalam kehidupan mereka. CEO BodeTree Chris Myers menuliskan pengalamannya dalam mendirikan startup dan mengambil peran dalam tim. Menurutnya sebuah tim startup membutuhkan founder yang berperan sebagai seorang pemimpin, bukan seorang teman.

Menghindari konflik hanya memperburuk keadaan

Yang membedakan teman dan pemimpin dalam diri sebuah pendiri startup adalah cara mereka menyelesaikan masalah. Dari pengalamannya, Chris lebih memilih menyelesaikan masalah dibanding dengan menghindarinya. Meski harus menguras energi permasalahan apa pun harus diselesaikan dengan cara dibicarakan atau didiskusikan, tidak dibiarkan menguap begitu saja.

Selalu ingat bahwa startup tidak hanya soal diri sendiri

Chris dalam artikelnya juga menyebutkan bahwa kepemimpinan serupa dengan parenting. Mengelola tim juga diperlukan masa-masa membiarkan anggota tim untuk tumbuh dewasa dengan sendirinya, tanpa harus selalu didorong dari belakangan. Beri mereka ruang untuk berkreasi, biarkan mereka tumbuh, pemimpin hanya perlu mengawasi dan mengingatkan jika ada sesuatu yang terlewat atau terjadi kekurangan.

“Jika Anda tidak meletakkan harapan kepada tim, dorong keluar dari zona nyaman mereka, dan pertahankan orang-orang yang bertanggung jawab, Anda gagal dalam peran Anda yang paling penting sebagai pemimpin. Mencoba menjadi teman terbaik semua orang adalah tindakan egois yang fundamental,” tulis Chris.

Menjadi pemimpin bukan tentang diri sendiri, kepemimpinan adalah tentang membantu orang menjadi sebaik mungkin. Itu bisa diartikan sebagai mampu melangkah dan melakukan apa pun demi kebaikan tem sesulit apa pun itu.

Kepemimpinan adalah kesendirian

Banyak orang yang menanggap menjadi pemimpin artinya semua tim akan melayani sementara seorang tim duduk bagaikan raja yang damai. Menjadi seorang pemimpin justru sebaliknya, ia menjadi orang yang paling diandalkan dalam satu organisasi, sebagai pertimbangan dan orang yang memiliki kemampuan pemecahan masalah.

Menurut Chris menjadi seorang pemimpin berarti mengedepankan anggota tim dibanding diri sendiri dan apa pun juga. Hal itu membutuhkan disiplin tinggi, pengorbanan dan keberanian. Sebagai seorang pemimpin sudah menjadi hal lumrah jika tidak selalu disukai oleh orang-orang di sekitar, tapi dalam sebuah tim mereka membutuhkan tim, bukan seorang teman.

Lima Hal yang Dapat Dioptimalkan Startup dari Board Member

Board member atau board advisory bisa didefinisikan sebagai orang-orang yang berada di jajaran penasihat atau komisaris sebuah bisnis. Di startup jajaran board member bisa datang dari investor, tokoh senior yang sengaja direkrut, atau mentor yang ditunjuk khusus untuk menemani bisnis berproses. Melalui peran board member –selain dalam memberikan pengarahan langsung terhadap startup, ada beberapa hal yang umumnya dapat diikuti untuk membangun budaya bisnis yang lebih baik.

Mendampingi startup fokus pada tujuan akhir

Dengan pengalaman yang sudah dilalui, board member dapat mengembalikan fokus startup yang sudah mulai tidak menentu. Mereka akan memberikan arahan agar tujuan bisnis tetap pada trek awal sesuai visi. Sikap ini kadang memang mudah goyah, terlebih untuk founder yang masih baru, jadi di situlah peran sosok senior, dengan penjelasan mengenai setiap risiko yang mungkin akan ditemui jika bisnis tidak fokus pada tujuan awal.

Memperluas akses kerja sama

Relasinya yang luas memungkinkan bermanfaat bagi startup untuk mengakselerasi bisnis, baik untuk membuka peluang pendanaan baru ataupun membawa pada kemitraan strategis dengan perusahaan atau tokoh penting yang terkait dalam bisnis. Melalui networking saja kadang founder masih akan kesulitan menembus akses ke orang-orang penting, terlebih regulator. Sosok senior di board member akan banyak membantu dalam peran ini.

Membantu penyusunan strategi berkembang

Sebagai startup pemula biasanya memiliki hal-hal yang tidak terduga di bawah kendali bisnisnya. Termasuk persaingan yang dapat mempengaruhi asumsi mereka dalam mendirikan bisnis. Seperti teknologi baru, perubahan perilaku pelanggan, perubahan peraturan dan tekanan pesaing adalah salah satu ancaman yang dapat menyerang setiap saat.

Para board member dapat berkontribusi menyumbangkan ide bagi pengusaha untuk menangani suatu masalah pada isu-isu strategis, seperti diskusi lini bisnis, model bisnis, strategi penetapan harga dan pendanaan. Tujuan dari strategi board member adalah menyediakan kerangka kerja yang nantinya akan menjadi keputusan perusahaan.

Memantau perkembangan bisnis

Traksi adalah bagian penting bagi bisnis, untuk meningkatkannya diperlukan pemantauan bisnis yang tepat. Mengacu pada proses bisnis yang berlangsung. Karena pada dasarnya strategi perkembangan bisnis membutuhkan improvisasi sesuai pada kebutuhan pelanggan dan pasar.

Memberi masukan terkait perekrutan

Terakhir yang dimiliki dewan direktur dalam mencapai kesuksesan startup adalah mampu merekrut atau mempertahankan kandidat. Tidak mengherankan, jika perusahaan menemukan dan mempertahankan personil berkinerja tinggi di semua departemen sangat sulit. Dalam hal ini, dewan direktur menjadi sumber pendorong yang berharga untuk membantu mengisi peran tertentu, terutama di tingkat eksekutif.

 

Kiat Memulai Karier Profesional di Lingkungan Startup

Seiring dengan berbagai kemajuan yang ada di industri startup –mulai dari akses pendanaan yang mudah, hingga akselerasi yang kian cepat—menjadikan bisnis ini pilihan bagi seseorang untuk memulai karier, termasuk kalangan fresh graduate. Tidak jarang startup yang mau memberikan gaji yang besar atau kenyamanan yang istimewa dengan ragam fasilitas bekerja dan bersantai di kantor.

Bekerja di startup juga banyak dinilai menjadi sebuah cara yang tepat untuk mengasah kemampuan diri, karena gesitnya laju bisnis kadang memaksa seseorang untuk dapat bekerja dan berinovasi lebih ekstra. Sehingga banyak orang kini mulai mempertimbangkan startup untuk tempat berkarier. Lalu bagaimana kiat menemukan startup yang tepat untuk bekerja, atau setidaknya bisa “menawarkan diri” untuk direkrut, berikut beberapa tips yang dapat diikuti.

Berpartisipasi dalam komunitas atau jaringan startup

Keterlibatan aktif dalam komunitas atau jaringan startup akan mendekatkan seseorang pada peluang karier di lini bisnis tersebut. Tidak hanya mengikuti sesi yang digelar secara langsung, namun termasuk bergabung dalam komunitas yang ada di media sosial atau kanal lainnya. Jika sudah memiliki portofolio atau kompetensi tertentu, maka layak ditunjukkan ketika ada kesempatan berdiskusi mengenai topik terkait.

Kanal komunitas dapat dimanfaatkan untuk “menjual diri”, karena kadang bagian sumber daya manusia di startup pun kesulitan menemukan talenta yang tepat. Dengan menunjukkan kemampuan kita, setidaknya akan masuk ke dalam daftar referensi yang dapat diperhitungkan ketika startup terkait membutuhkan. Atau tatkala kita mendaftarkan diri secara mandiri, setidaknya kompetensi yang dimiliki sudah tidak diragukan lagi.

Mencari informasi secara mandiri

Informasi seputar kesempatan karier umumnya dicantumkan dalam situs resmi startup. Atau kunjungi situs media yang spesifik membahas startup, umumnya di sana akan ada informasi seputar lowongan pekerjaan dari startup. Dari situ kita dapat melihat detail informasi, mengenai posisi apa yang dibutuhkan serta kualifikasinya. Melalui media itu juga sebenarnya kita dapat mengetahui sepak terjang startup, untuk mengetahui sepesat apa bisnis yang sudah berjalan –misal dalam kaitannya dengan ekspansi bisnis atau kredibilitas founder.

Ikuti sesi diskusi atau seminar khusus startup

Acara-acara yang membahas startup juga patut diikuti, di sana ada banyak pemahaman yang akan diajarkan mengenai lingkungan kerja di startup. Banyak tips juga yang bisa didapat untuk dapat bermanuver dengan berbagai kemajuan teknologi. Salah satu acara rutin yang dapat dihadiri adalah #SelasaStartup, diskusi yang menghadirkan tokoh-tokoh startup digital Indonesia yang akan spesifik membagikan ilmu seputar keahlian mereka.

Dengan mengikuti acara semacam ini juga menjadi kesempatan untuk melakukan networking langsung dengan para founder dan tokoh penting lainnya di dalam startup.

Kiat CEO Sepulsa, dari Programmer Menjadi Founder

Di era perkembangan teknologi seperti saat ini, profesi programmer banyak sekali dibutuhkan oleh bisnis, baik di tingkat korporasi maupun startup. Mungkin sering mendengar juga kabar, sebagian perusahaan bahkan berinvestasi mahal dengan membayar gaji dengan jumlah yang luar biasa untuk seorang programmer. Peranannya sangat kunci, dalam pengembangan produk atau sistem dalam bisnis digital.

Selain bisa mendapatkan jenjang karier yang cukup menawan, dengan memiliki kemampuan programmer juga dinilai dapat menjadi fondasi yang kuat untuk membangun usaha rintisan. Salah satunya seperti diungkapkan oleh Co-Founder & CEO Sepulsa Ananto Wibisono dalam sesi presentasinya di acara diskusi mingguan DailySocial #SelasaStartup. Ananto sendiri dulunya dikenal sebagai programmer.

Di presentasinya, Ananto banyak memaparkan bahwa kemungkinan seorang programmer menjadi pendiri startup sangat mungkin, mengingat produk berbasis teknologi menjadi basis utama sebuah startup digital. Ananto juga memaparkan beberapa tips bagi para programmer yang akan mempersiapkan diri untuk menjadi pendiri startup, berikut ulasannya:

Mendapatkan pengarahan dari mentor

Kendati startup digital memang didasari dari sebuah produk teknologi, namun memiliki pemahaman menyeluruh tentang startup itu sendiri menjadi sebuah keharusan. Cara paling efektif ialah dengan memilih dan mendapatkan mentor yang tepat untuk memberikan nasihat atau gambaran umum tentang kiat memulai bisnis. DNA bisnis startup memang teknologi, namun banyak aspek lain yang perlu menyokong, misalnya dari sisi permodalan, bisnis, pemasaran dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, dari sisi soft-skill juga perlu berbagai penyesuaian, terlebih saat seseorang tersebut akan memimpin langsung usaha rintisan yang didirikan. Ada banyak aspek non-teknis yang harus disiasati untuk mampu menggerakkan laju sebuah tim.

Memahami berbagai bidang kerja

Memimpin sebuah bisnis tidak hanya dibutuhkan kemampuan teknis memprogram saja. Lebih dari itu perlu sedikit demi sedikit memahami bidang kerja lain, misalnya di bagian pengembangan bisnis, operasional bahkan sumber daya manusia. Menjadi pendiri sekaligus CEO menurut Ananto harus mampu menyusun strategi dari beragam aspek bisnis. Jadi pemahaman secara menyeluruh perlu dipahami sebelum benar-benar memutuskan memulai bisnis.

Membangun budaya tim

Budaya tim menjadi aspek pertama yang wajib diprioritaskan ketika startup sudah dimulai. Karena hal ini akan berpengaruh langsung pada kekuatan dan performa tim. Dengan gaya berpikir yang sistematis, idealnya mantan programmer dapat menyajikan budaya kerja yang lebih efektif dan transparan. Pun demikian dalam optimasi teknologi dalam produktivitas bisnis.

“Jika ingin memiliki perusahaan teknologi, sebaiknya memulai menggunakan teknologi sebagai sistem membangun budaya di perusahaan tersebut,” ungkap Ananto.

Sebagai pemimpin perusahaan harus mampu mendefinisikan suatu budaya dari organisasi yang bisa mewujudkan visi startup. Budaya yang kuat itu bukan hanya sekedar menciptakan hubungan harmonis di lingkungan kerja, tetapi memberikan pola agar individu semakin berkembang dan lebih produktif.

Application Information Will Show Up Here

Tiga Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Memulai Startup Game

Banyak pilihan produk yang dapat dikembangkan oleh startup digital, salah satunya game. Di Indonesia sendiri startup game juga cukup berkembang, tidak hanya di Jakarta melainkan sampai di daerah seperti Bandung ataupun Yogyakarta. Kesempatannya cukup terbuka lebar, karena disasarkan langsung kepada konsumen –khususnya pengguna ponsel pintar. Dan untuk produk game sendiri, lifecycle-nya cukup kencang, sehingga membuka kesempatan kepada para pengembang untuk menghadirkan inovasinya.

Tidak cukup berbekal kemampuan teknis dan desain saja, ternyata ada beberapa hal lain yang perlu dimatangkan sebelum seseorang memutuskan untuk membangun startup yang fokus pada produk game. DailySocial berkesempatan untuk mewawancara beberapa pengembang game yang sudah terbukti mampu menghasilkan produk bagus. Ketika mengawali debut, mereka mengaku, ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Frida Dwi atau akrab dipanggil Ube, seorang pengembang game dari Yogyakarta.

“Langkah awal dapat dimulai dengan jeli melihat kesempatan yang ada, sehingga memicu inovasi untuk mengembangkan produk yang disukai. Termasuk mengamati kemampuan internal, terkait kelebihan dan kelemahan tim, sampai strategi monetisasi yang akan dilakukan kelak,” ujar Ube.

Lebih lengkapnya, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang ingin mengembangkan startup dengan produk game, berkaca pada fase awal yang pernah dilalui beberapa pengembang gam lokal.

Diawali dengan menganalisis pasar

Analisis pasar perlu dilakukan untuk mengawali debut, karena dasarnya startup game adalah perpaduan yang kental antara bisnis dengan kreativitas. Dari sisi kreativitas, debut pertama startup game adalah membangun awareness, salah satu strategi yang bisa dilakukan ialah melihat tren terkini. Seperti dicontohkan beberapa game yang diluncurkan menyesuaikan “isu terkini” di masyarakat, contohnya Tahu Bulat.

Secara bisnis startup pengembang game juga perlu menyadari dari awal tentang potensi pasar yang ada. Hal ini memicu munculnya beberapa pertanyaan, contohnya: jika mengembangkan game untuk anak-anak bagaimana prospeknya? Apakah game tersebut lebih baik dibuat dalam model gratis atau freemium? Dan lain sebagainya.

Menentukan konsep pengembangan

Setelah tahap analisis pasar, di tengah persaingan industri game, yakinkan diri sebelum bersaing. Jika tim yang dapat sudah berjalan buatlah konsep, sehingga tim dapat mencairkan ide untuk buat prototipe yang sekaligus menjadi ilustrasi game yang akan di luncurkan.

Setelah tahap analisis pasar, langkah selanjutnya ialah menentukan konsep. Dalam sebuah startup game, konsep tersebut akan berpengaruh secara keseluruhan. Jika konsep yang dipilih adalah game kasual, maka diperlukan tim yang mampu berkreasi –baik dari sisi desain, cerita ataupun pemrograman—untuk menyusun genre tersebut. Konsep dalam startup game adalah sebuah visi.

“Tim yang dibentuk haruslah solid, punya satu visi yang sama untuk project yang dibuat, karena tim yang berisi individu kuat, tidak selalu berarti akan menghasilkan produk yang baik dalam waktu yang reasonable. Diperlukan seorang project manager yang mampu mengelola flow dari proses produksi,” terang Dicky selaku Co-Founder Visionesia.

Menciptakan strategi pemasaran

Setelah konsep direncanakan dengan baik, selanjutnya tim perlu memikirkan strategi distribusi atau pemasaran yang akan dilakukan. Ini berkaitan erat dengan konsep dan riset pasar yang sebelumnya dilakukan. Pemasaran kadang harus dilakukan secara spesifik, menyesuaikan target pasar.

“Cara pemasaran yang kami tempuh saat ini dengan menggunakan media sosial, membangun Fans Page, dan mempublikasikan kemajuan dari proses development. Juga aktif di forum-forum yang berhubungan dengan pengembang game, baik regional maupun internasional,” ungkap Dicky.

Mengatasi Ketakutan Ketika Memulai Bisnis

Mengawali sebuah bisnis selalu dibarengi dengan perasaan mendebarkan, terkadang takut. Takut tidak bisa berkembang atau bahkan takut bisnis yang dikelola langsung gagal atau tidak diterima oleh masyarakat. Ketakutan-ketakutan ini sebenarnya merupakan sebuah hal wajar, hanya saja perlu mencari beberapa cara untuk keluar dari rasa takut untuk mendapatkan sebuah keyakinan.

Berikut beberapa tips untuk mengubah ketakutan menjadi sebuah keyakinan untuk memulai sebuah bisnis.

Memvalidasi ide dan memperkirakan waktu

Validasi ide adalah tahapan pertama yang harus diselesaikan seorang pebisnis. Karena jika tidak hal ini akan menimbulkan efek selanjutnya yang akhirnya menjadikan bisnis sia-sia. Andrew Tanyono, pendiri Promogo, sebuah layanan car advertising berbagi pengalamannya kepada DailySocial ketika memulai bisnisnya.

Menurutnya dua pertanyaan kunci harus dilalui, yakni menanyakan soal “apakah ini sebuah masalah ?” dan “apakah masalah ini butuh solusi?”. Menurutnya dua pertanyaan tersebut adalah kunci melangkah ke tahap selanjutnya.

Hal lain yang bisa mengurangi keraguan bahkan ketakutan memulai bisnis adalah soal waktu. Pertimbangkan waktu untuk memulai, pelajari pasar dan kebiasaan pengguna.

“Saya merasa ide Promogo ini tidak akan jalan kalau dimulai 3-4 tahun yang lalu. Timing adalah faktor besar yang meyakinkan saya. Ide Promogo bisa berjalan seperti sekarang karena saya lihat ada kesempatan di maraknya taxi online. Pengemudi dan pemilik mobil bisa mendapatkan uang tambahan dengan melakukan hal yang sama setiap harinya. Dan tentunya untuk brand, mereka ingin mobil yang berstiker merek ada di jalan pada setiap jamnya (pagi, siang, sore dan malam),” cerita Andrew.

Berlandaskan data

Ketakutan biasanya bersumber dari asumsi. Untuk menganulir hal tersebut cara yang bisa ditempuh adalah memperbanyak data. Mulai dari analisis pasar hingga menghitung kekuatan atau kelebihan dibanding dengan pesaing. Intinya bermodal data. Ini juga yang dilakukan oleh Alamsyah Cheung, pendiri Fox Logger, penyedia layanan GPS tracker yang kini sedang mencoba mengembangkan bisnisnya.

Alamsyah menuturkan, sebagai seorang pebisnis kegagalan bisa menjadi motivasi menambah keyakinan. Tentu dengan menerima dengan lapang dada kemudian menjadikannya pelajaran. Soal ketakutan memulai bisnis, ia menyampaikan takut itu hanya soal rasa, jika semua berbentuk angka masalah bisa dicari solusinya.

“Takut itu masalah rasa, coba dibuat menjadi angka. Seperti kalau begini untung berapa dan kalau begitu rugi berapa. Setelah tahu berapa, baru bisa atur soal bagaimana.  Bagaimana membuat ini tidak rugi,  bagaimana membuat ini untung sekian, dan seterusnya,” ujar Alamsyah.

Hal yang Perlu Dipahami Pengusaha di Fase Awal dalam Membangun Mentalitas

Menjalankan bisnis sendiri perlu didukung dengan mental wirausaha. Di antaranya banyaknya generasi muda yang memulai bisnisnya sendiri, masih ada beberapa yang ragu. Umumnya karena mereka tidak yakin bahwa perkembangan usahanya akan berhasil di jalankan. Mentalitas adalah salah satu yang perlu ditata di awal, karena dengan mentalitas yang kuat, seseorang akan mampu fokus terhadap apa yang ingin dicapai ketika berwirausaha.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diyakinkan untuk seorang pemula yang hendak meniti karier berwirausaha.

Perubahan adalah hal yang lumrah

Di titik awal berusaha, mungkin apa yang disebut traksi akan terlihat (walaupun sedikit). Kendati demikian harus meyakinkan pada diri sendiri, bahwa ketika bisnis memasuki titik traksi yang baik, bukan berarti harus berhenti menghadirkan formulasi baru. Perubahan adalah hal yang sangat lumrah dalam bisnis. Konsumen selalu menginginkan hal baru yang lebih memudahkan atau memberikan kenyamanan.

Perubahan bisnis ini, dalam arti yang sesungguhnya adalah mencoba memiliki strategi jitu untuk bertahan dalam peta persaingan. Jika seorang pengusaha tidak berani melakukan itu, dipastikan bisnisnya akan tertinggal dan gagal.

Piawai melihat kondisi

Informasi menjadi kunci, kemampuan analisis harus dimiliki bagi setiap penguasa. Hal ini perlu untuk dapat melihat hal-hal apa yang dapat mereka akomodasi dalam bisnis. Dalam artian, tren apa saja yang perlu dielaborasikan dalam bisnis. Kemampuan ini layak dimiliki, agar inovasi produk dan layanan dapat sejalan dengan kebutuhan konsumen yang ada saat ini.

Relevansi informasi sangat dibutuhkan oleh pengusaha saat melihat situasi bisnis, sehingga persaingan tidak menjadikan alasan pengusaha takut bersaing mengelola bisnisnya.

Menyikapi pendanaan awal

Pendanaan awal kadang menjadi kunci akselerasi bisnis di fase awal. Namun demikian harus disikapi dengan baik, salah satunya dengan menjalin sinergi strategis dengan investor. Bukan hanya sebagai penyuntik dana, seharusnya pengusaha turut meminta “lebih” kepada mereka, salah satunya pengetahuan dan bantuan pertimbangan ketika hendak melakukan keputusan yang signifikan.

Kebanggaan mempromosikan bisnis

Setidaknya ketika bisnis dimulai, perkenalkanlah inovasi yang dibuat kepada rekan-rekan di sekitar, kepada kolega dan sebagainya. Yakinkan mereka terhadap produk atau layanan tersebut, jika berhasil mintalah sebuah testimoni. Ini menjadi cara yang paling efisien untuk mengetahui posisi produk atau layanan di mata konsumen.