Strategi Pemasaran Digital untuk Startup dan Penerapannya

Jika melihat karakteristik konsumen modern yang ada saat ini, tidak diragukan lagi bahwa pendekatan strategi pemasaran digital menjadi sesuatu yang sangat layak dipertimbangkan, terlebih untuk startup digital. Strategi pemasaran digital dapat didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang didesain untuk membantu bisnis mencapai tujuan menggunakan medium internet (online).

Jika dilihat secara kasat mata mungkin akan tampak mudah, bahkan sebagian berpikiran bahwa pemasaran digital sama dengan mempublikasi konten melalui media sosial, lalu mempercepat dengan iklan. Namun kenyataannya tidak sesederhana itu, perlu berbagai perencanaan untuk menghasilkan kampanye pemasaran yang efektif.

Tahapan penyiapan pemasaran digital
Tahapan penyiapan pemasaran digital

Memulai dengan penyusunan strategi

Untuk memulai, startup perlu untuk memikirkan strategi. Strategi sendiri berupa rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan disarankan tujuan tersebut harus dapat diukur dengan baik. Sebagai contoh: melalui kampanye pemasaran digital yang dijalankan selama 2 bulan, startup ingin menghasilkan peningkatan percobaan trial dari produk sebesar 15%.

Namun strategi terebut juga akan sangat bergantung dengan skala bisnis. Di tingkat startup, memiliki tujuan yang fokus dan sederhana sangat disarankan. Cara paling mudah ialah dengan membuat schedule plan berisi aktivitas apa saja yang akan dilakukan secara online.

Hal yang harus dilakukan dalam menyusun strategi pemasaran:

  1. Pastikan target sudah didapat, sehingga ada angka yang bisa digunakan untuk mengukur hasil akhir.
  2. Tentukan kerangka waktu pelaksanaan kegiatan pemasaran digital dan aktivitas yang akan dilakukan.
  3. Identifikasi untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan acara di waktu yang telah ditentukan tersebut. Misalnya jangan sampai melakukan promo hard-selling untuk konversi penjualan ketika tanggal tua dll.
  4. Tentukan kanal online yang akan digunakan untuk promosi.
Contoh rancangan aktivitas pemasaran digital / Smartsheet
Contoh rancangan aktivitas pemasaran digital / Smartsheet

Memahami konsumen

Memahami konsumen meliputi beberapa hal, selain harus tahu konsumen ada di segmentasi mana dari sisi daya beli, juga harus mengetahui betul latar belakang mereka. Misalnya aplikasi untuk pencarian tutor belajar, maka startup dapat fokus menargetkan kalangan orang tua atau murid di tingkat atas (SMA/K). Dengan mengenali audiens, startup akan mengerti cara seperti apa yang efektif untuk menyampaikan pesan promosi yang digencarkan.

Contoh tabel pengelompokan segmentasi konsumen / Parse.ly
Contoh tabel pengelompokan segmentasi konsumen / Parse.ly

Untuk mengidentifikasi segmentasi pelanggan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

  • Pikirkan siapa saja yang memiliki kemungkinan menggunakan produk atau layanan startup, kelompokkan menjadi empat bagian.
  • Pilah jenis audiens berdasarkan karakteristik tertentu, tabel di atas bisa menjadi rujukan.
  • Validasi dapat dilakukan dengan cara melihat data histori pada sistem analisis web atau aplikasi, untuk memastikan hasil pemilihan tersebut sudah tepat.

Memahami brand yang diusung

Mengetahui tentang brand produk yang diusung adalah memahami kekuatan yang dimiliki. Ini penting diketahui, untuk menjelaskan kepada pelanggan mengapa mereka harus memilih produk yang diusung tersebut, ketimbang menggunakan produk pesaing. Keunggulan-keunggulan tersebut harus didefinisikan dengan jelas.

Jika sulit untuk mendefinisikan brand produk dengan baik, coba jawab beberapa pertanyaan berikut ini:

  • Siapa konsumen produk Anda?
  • Apa permasalahan yang ingin dipecahkan dengan produk tersebut?
  • Apa hal unik yang berikan oleh produk Anda? (Sebutkan tiga saja.)
  • Hal apa yang dapat Anda janjikan jika konsumen menggunakan produk tersebut?

Susun jawaban dari empat pertanyaan menjadi sebuah paragraf, lalu buat menjadi singkat. Maka itulah keunggulan yang ingin disampaikan ke pelanggan terkait brand produk startup yang tengah diperjuangkan.

Template untuk mengetahui persona calon pengguna produk / Hubspot
Template untuk mengetahui persona calon pengguna produk / Hubspot

Menyiasati kompetisi bisnis

Anda ingin tahu apa yang melawan Anda, dan Anda dapat belajar dengan baik dari kedua kemenangan dan kesalahan. Terinspirasi oleh kemenangan pesaing Anda, dan gunakan perbedaan Anda untuk menyoroti apa yang unik dari apa yang Anda tawarkan. Untuk mengidentifikasi persaingan, perlu memahami tiga jenis pesaing yang harus disiasati dengan baik dalam bisnis, berikut:

  • Pesaing Langsung; startup atau perusahaan yang menawarkan produk yang sama.
  • Pesaing Tidak Langsung; startup atau merek yang menawarkan produk berbeda, namun bersaing di ruang atau segmentasi pengguna yang sama.
  • Komparator; produk yang sebelumnya sudah dipakai oleh pelanggan.

Lalu cara paling mudah untuk menemukan kompetitor bisnis –dari tiga jenis di atas–bisa melakukan beberapa hal berikut:

  • Gunakan Google, lalu ketikkan kata kunci berkaitan dengan produk atau layanan yang dibuat oleh startup.
  • Jika menemukan, coba layanan tersebut, bandingkan dengan yang dimiliki startup. Jelajahi websitenya dan pelajari newsletter yang biasa dikirimkan.
  • Tanyakan kepada pelanggan yang pernah menggunakan produk lain sebagai testimoni dan masukan pengembangan.

Mengukur target capaian

Setelah mendefinisikan dengan baik upaya yang akan dilakukan, maka sekarang mulai melakukan kampanye tersebut. Di fase awal, pengukuran secara intensif dibutuhkan untuk memastikan target yang sudah dicanangkan tercapai. Beberapa hal yang bisa dijadikan bahan analisis untuk mengukur progres pemasaran digital di antaranya:

  • Jumlah kunjungan website
  • Jumlah unduh aplikasi
  • Jumlah pemutaran video
  • Klik ke website atau tulisan
  • Pendaftaran layanan trial, dan sebagainya.

Itu baru langkah awal, karena semua harus dihitung berdasarkan konversinya terhadap target capaian yang diinginkan. Lantas akan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah jika pengunjung website bertambah maka jumlah unduhan meningkat? Apakah jika jumlah unduhan meningkat maka jumlah pelanggan permium akan naik? Jadi definisikan dengan baik target pengukuran dan perhitungannya terhadap dampak yang diinginkan.

Demikian beberapa hal yang perlu disiapkan di fase awal penyiapan strategi pemasaran digital untuk startup. Dalam tulisan selanjutnya, akan dibahas bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan tools dan media sosial untuk mendongkrak kegiatan kampanye digital. Karena untuk melakukan pemasaran digital prosesnya tidak instan, sehingga dapat menghasilkan dampak yang baik bagi pelanggan.

05


Referensi: Hubspot, DigialMarketer, Jeff Bullas

Empat yang Perlu Diperhatikan untuk Memiliki Bisnis OTA yang Sukses

Di Januari 2018, layanan OTA (online travel agency) Pergi.com mengumumkan penutupan bisnisnya. Pergi.com awalnya didirikan tahun 2016 oleh Kenneth Tanoto dan Faustine Tan, dengan dukungan KLN (KapanLagi Network). Keduanya memiliki pengalaman di industri OTA. Kenneth sempat bekerja di Tiket.com, sementara Faustine Tan sendiri sebelumnya mengusung HotelQuickly ke Indonesia.

Setelah menjalankan bisnis selama hampir dua tahun, penutupan Pergi.com (dan sebelumnya Tripvisto) mewarnai dinamika yang terjadi dalam industri OTA di tanah air yang melihat pendanaan fantastis untuk Traveloka (sekaligus memastikan statusnya sebagai startup unicorn) dan akuisisi terhadap Tiket.com dan Indonesia Flight oleh Blibli sebagai bagian konsolidasi bisnis.

Belajar dari penutupan Pergi.com, berikut adalah empat hal yang wajib untuk dicermati jika Anda ingin mendirikan layanan OTA.

Membaca persaingan

Dari permukaan, bisnis OTA memiliki potensi besar dan cukup mudah untuk diluncurkan, dilihat dari besarnya demand dari pasar yang tidak kunjung padam. Belum lagi dengan maraknya promo hingga paket khusus yang diberikan oleh perusahaan penerbangan, tempat wisata dan hotel, yang memudahkan bisnis untuk berjalan.

Meskipun demikian, faktanya bisnis ini terbilang penuh sesak, dengan persaingan sengit perusahaan besar seperti Traveloka, Tiket.com, dan Pegipegi, hingga travel agent independen dan konvensional yang sudah established menjalankan bisnis saat ini. Untuk itu pastikan layanan OTA yang bakal diluncurkan memiliki model bisnis yang unik dan Anda memiliki kesiapan mental dan tim yang solid untuk menjalankan bisnis.

Pemilihan target pasar

Pada akhirnya bisnis OTA dipengaruhi brand itu sendiri, dalam hal ini adalah perusahaan penerbangan, hotel, tempat wisata, atau perusahaan transportasi umum lainnya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah hadir dengan target pasar yang lebih niche agar bisa tampil beda dan pada akhirnya lebih unggul dari layanan serupa lainnya. Untuk itu lakukan riset, tempat wisata atau pengalaman wisata apa yang masih kurang terakomodasi layanan lokal hingga asing saat ini.

Prinsip pemasaran yang cermat

Untuk bisa menarik perhatian masyarakat menggunakan layanan OTA, banyak perusahaan yang kemudian melancarkan kegiatan promosi seperti diskon, paket murah hingga pilihan pembayaran beragam. Selama beberapa waktu, penawaran tersebut bisa jadi berhasil menarik perhatian target pasar, namun  promo murah dan penawaran diskon tersebut bisa menyebabkan kondisi keuangan yang bleeding karena terus memberikan subsidi.

Diskon hingga penawaran khusus bukanlah suatu kegiatan pemasaran yang salah, namun harus diterapkan dengan efektif dan idealny bukan menjadi andalan dari perusahaan untuk menarik perhatian target pasar. Pastikan Anda bisa menonjolkan keunggulan produk yang ditawarkan, ketimbang sekedar jor-joran memberikan harga subsidi.

Tampilan yang user friendly

Menarik perhatian pengunjung untuk mengakses situs dan aplikasi layanan OTA Anda bukan hanya satu-satunya prioritas, namun pastikan juga calon pembeli tersebut mendapatkan pengalaman yang baik dan memorable dalam waktu singkat. Pastikan tampilan UX situs Anda menarik, mudah dipahami dan digunakan.

Perjalanan dari calon pembeli saat mengakses situs atau aplikasi biasanya dimulai dari dua langkah awal, yaitu mau kemana dan kapan, Pastikan kedua proses tersebut bisa dinikmati calon pembeli yang kemudian berakhir dengan transaksi.

Strategi Mendorong Pertumbuhan Bisnis

Di tahap awal startup pasti memiliki target untuk bertumbuh. Baik bertumbuh dari segi jumlah pengguna atau bertumbuh dari segi perusahaan. Banyak hal yang bisa diupayakan untuk menghasilkan pertumbuhan. Banyak pendekatan yang harus dicoba dan disesuaikan.

Berikut beberapa pendekatan yang bisa dicoba untuk membantu mendorong atau mengakselerasi pertumbuhan bisnis.

Tujuan dan keuntungan berjalan beriringan

Startup dibangun dengan sebuah tujuan. Biasanya startup hadir dengan solusi yang bisa memecahkan permasalahan-permasalahan yang ditemui. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengembangkan bisnis adalah dengan mulai beranggapan bahwa tujuan dan keutungan akan berjalan beriringan.

Startup di era sekarang biasanya dekat dengan teknologi dan digital. Keduanya sebagai alat dimaksimalkan untuk membantu masyarakat memecahkan masalah yang ditemui sehari-hari. Fokus pada memberikan layanan atau solusi berkualitas bisa dijadikan hal utama. Pada dasarnya perjalanan startup tidak selalu soal keuntungan, tetapi juga mencapai sesuatu yang berharga dan berguna.

Tetap dalam perhitungan

Pada saat proses tumbuh terkadang harus ada beberapa hal yang kembali disesuaikan, salah satunya adalah rancangan dan strategi di masa depan. Saat bertumbuh kondisinya tentu tak lagi sama dengan awal memulai semuanya, ada yang berubah dan harus ada yang diperbaruhi. Di titik ini ada kalanya perlu untuk berhenti sejenak untuk fokus pada pelanggan yang ada, demi kualitas, sembari merancang strategi baru untuk tumbuh lebih besar.

Berinvestasilah pada tim

Aspek penting dalam pertumbuhan startup ada pada orang-orang di belakangnya. Tim yang solid, yang menggunakan segenap kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi bisnis. Jika bertumbuh adalah sebuah hal yang diperjuangkan tidak ada salahnya untuk berinvestasi pada tim. Carilah personel-personel baru untuk bergerak semakin cepat.

Namun yang perlu diperhatikan adalah kecocokan. Ubah sudut pandang, jangan cari karyawan, carilah rekan, carilah orang yang nantinya bisa diajak bekerja sama dengan membawa visi dan misi yang sama. Ini akan bekerja baik dalam memudahkan proses penyesuaian dan tentunya pengelolaan ke depannya. Karena tidak ada yang lebih baik dibanding memiliki tim yang sama-sama memiliki gairah, visi, dan misi yang berada di jalan yang sama.

Yang Perlu Diperhatikan Startup Indonesia Saat Merekrut Pengembang

Untuk meluncurkan produk digital yang berdaya guna tinggi dengan kapabilitas baik, startup digital perlu memiliki susunan tim kuat yang berisi developer atau pengembang perangkat lunak. Fakta di lapanga menunjukkan, sulit sekali untuk bisnis menemukan talenta developer berkualifikasi tinggi untuk mengakselerasi pengembangan produk.

Ada dua alasan utama yang melandasi hal ini. Pertama stoknya memang tidak banyak dan mereka harus bersaing dengan perusahaan besar yang terus merekrut talenta developer. Kedua, startup pemula yang ingin merekrut developer perlu memikirkan banyak aspek, salah satunya terkait fee yang harus diberikan.

Sebenarnya sebagai startup ada beberapa hal yang bisa diandalkan dalam merekrut developer. Dalam sebuah survei yang dilakukan HackerRank, ditemukan data menarik berkaitan dengan apa yang menjadi prioritas seorang developer ketika mencari pekerjaan. Di posisi pertama ada “good work-life balance”, yakni tentang sebuah lingkungan kerja yang menyajikan keseimbangan (terkait dengan waktu) antara bekerja dan berkehidupan. Yang kedua ialah kesempatan untuk pengembangan dan belajar. Kompensasi atau gaji justru berada di urutan ketiga.

hackerrank survey

Startup sebagai sarana pengembangan diri

Di tahap awal, katakanlah sudah dalam seed-stage, fokus startup adalah bagaimana mematangkan produk dari pasar dan model bisnis yang telah tervalidasi. Dinamika masih akan sering terjadi, tentang fitur atau fungsionalitas sistem, sehinngga peran software developer cukup kritis di fase ini. Pasca MVP (Minimum Viable Product) digulirkan, reaksi pasar juga akan memberikan masukan terhadap pengembangan produk. Intinya developer yang direkrut mungkin tidak akan bekerja santai di fase ini.

Jika melihat kondisi di atas, jelas sekali bahwa startup bisa menawarkan ruang untuk berkembang. Selalu ada tantangan baru dan ide-ide yang selalu muncul dalam proses pengembangan di tahap awal tersebut. Terlebih jika startup juga tengah mengikuti program akselerasi, maka ruang bekerja bagi developer turut menjadi ruang belajar yang sangat baik, karena konsepnya “learning by fighting”. Justru yang sulit dijawab ialah bagaimana menyajikan ruang kerja yang seimbang, memberikan banyak keleluasaan bagi developer untuk menjalani kehidupan maupun hobinya. Cara terbaik yang bisa dilakukan ialah dengan memahami dan mengaplikasikan metodologi pengembangan yang tepat.

Menurut Risman Adnan, Direktur R&D ‎di Samsung R&D Institute Indonesia, hukum mendasar yang harus diikuti para founder dan engineer untuk menghasilkan produk berkualitas ada tiga faktor, yaitu hire great engineer (pengaruh terhadap kualitas produk 40%), set engineering culture (30%), dan commitment to the right process (30%). Saat proses pertama bisa dilalui dengan adanya ketersediaan developer dalam bisnis, maka PR-nya adalah poin kedua dan ketiga.

Kultur bukan soal teknologi, tapi soal prinsip-prinsip dasar yang menyatu dengan aktivitas keseharian tim. Bukan pula konsep teoritis, tapi mindset dan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus. Karena ini mencakup culture of learning, engineering, communication, trust, time management dan lain-lain. Sedangkan komitmen dalam proses berpengaruh pada metodologi dan tools yang paling sesuai dengan people dan culture startup, yang dapat memfasilitasi proses mencakup fase perencanaan, analisis, desain, konstruksi, pengujian dan iterasi perbaikan.

Kultur kerja menciptakan “work life balance”

Jika digabungkan, kultur dan proses yang benar menyumbangkan persentase mayoritas (60%) dalam melahirkan produk aplikasi yang berkualitas. Dan dua faktor tersebut didesain oleh sistem kerja yang ada dalam startup itu sendiri. Faktor penentunya justru pada founder startup. Jika tengah dalam program akselerasi, kultur pengembangan ini, berkaitan dengan pemilihan metodologi, bisa didiskusikan dalam proses pendidikan yang berlangsung. Tanyakan kepada mentor yang berpengetahuan teknis jika founder tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang pengembangan perangkat lunak.

Mengapa metodologi penting untuk dianut dalam sebuah proses? Jika tidak memiliki proses yang sesuai, tentu produk akan menjadi carut-marut alias tidak terukur perkembangannya, dan jika tidak sesuai metodologinya bisa jadi prosesnya menjadi lebih lama.

Terkait metodologi, Co-Founder & CIO Bizzy.co.id Norman Sasono menuturkan bahwa metodologi dalam pengembangan perangkat lunak didesain untuk melayani tim. Tim dengan pola berbeda, sifat produk yang berbeda, akan membutuhkan metodologi yang berbeda pula, harus disesuaikan.

Untuk startup, menurut Norman, jangan pernah menggunakan metode waterfall, karena tidak sesuai dengan startup yang sedang dalam proses penemuan model bisnis yang tepat. Tidak sesuai dengan model pengembangan produk yang masih sering harus memperbaiki masukan dari pengguna. Sedangkan SCRUM adalah salah satu yang sesuai. SCRUM membagi bakclogs produk dalam beberapa capaian yang pendek. Beberapa capaian pertama tim harus menghasilkan MVP, kemudian berlari lagi menghasilkan rilis lainnya.

Setelah memiliki metodologi dan mengimplementasikan, lantas yang harus dilakukan founder ialah menciptakan pola kerja disiplin. Dari situ manajemen waktu akan lebih terukur, setiap proses dapat lebih terpantau, dan bagi developer pun akan mendapatkan pola kerja yang lebih baik.

Yang harus diperhatikan

Di tahap awal, dengan kondisi finansial yang harus diperhitungkan secara ketat, model talent acquisition atau “bajak-membajak talenta” bukan menjadi cara yang sehat untuk merekrut developer. Di sisi lain, startup juga membutuhkan developer berkualitas agar produknya bisa segera diluncurkan. Merekrut developer pemula atau berpengalaman sedang adalah pilihan yang biasanya diambil, lantas bagaimana cara untuk memastikan kinerjanya baik? Ada beberapa hal fundamental yang bisa diperhatikan, selain dari sisi kultur tadi di atas.

Hal tersebut adalah tuntun agar developer tersebut memiliki proses yang sistematis dalam melakukan pengembangan. Umumnya developer yang baru terjun ke dalam dunia bisnis mereka masih berpikir pragmatis ala “code first, think later”. Kebiasaan tersebut tidak bisa dibawa seutuhnya dalam pengembangan sebuah produk berbasis pangsa pasar. Sebaliknya, kecepatan kode bukanlah sesuatu yang harus selalu di urutan pertama, namun ada sebuah proses yang harus dilakukan yakni memahami konteks permasalahan untuk menghasilkan ketelitian spesifikasi dan desain.

Istilah full-stack developer juga erat dengan developer di tahap new entry, yakni mereka bekerja “serabutan”, tidak fokus pada satu permasalahan. Misalnya mereka tetap mengerjakan backend, manajemen database, hingga desain frontend. Jika benar hendak merekrut developer untuk dijadikan full-stack, disarankan untuk memilih yang berpengalaman. Namun jika dikaryakan dalam role yang spesifik, misalnya hanya untuk mendesain antarmuka aplikasi, maka bisa merekrut developer pemula.

Belajar dari Cara Facebook Menjaga Karyawannya

Sebagai salah satu bisnis teknologi yang berhasil dan berkembang sangat pesat, pesona Facebook tidak hanya soal layanan yang mereka kembangkan. Hal-hal lain yang perlu dikagumi adalah bagaimana mereka mengelola tim. Pertumbuhan Facebook yang terbilang sangat pesat tentu ditopang dengan manajerial yang baik, tak terkecuali dalam hal menjaga karyawannya untuk tetap bersama tim.

Dalam sebuah artikel oleh Head of People Facebook Lori Goler dan HR Business Facebook Janelle Gale diungkapkan bahwa Facebook mempelajari alasan-alasan karyawan keluar, kemudian mendesain sebuah budaya untuk tetap mempertahankan mereka.

Facebook percaya bahwa alasan keluarnya karyawan didasari karena pekerjaan mereka, bukan karena atasan atau manajer mereka. Untuk itulah Facebook berusaha mendesain pekerjaan untuk terlalu baik untuk ditinggalkan, atau dengan kata lain Facebook menumbuhkan rasa nyaman dalam lingkungan kerjanya. Selain itu mereka juga memberikan kesempatan karyawan mereka untuk mengeksplorasi minat dari karyawan mereka.

Merancang pekerjaan jadi menyenangkan

Banyak anggapan bahwa pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang sesuai passion, atau mereka yang menemukan passion di dalam kerjanya. Facebook tampak sadar betul mengenai hal ini. Facebook berusaha menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat. Menempatkan orang-orang sesuai dengan passion mereka.

Salah satu yang dilakukan biasanya dengan mencari tahu ketertarikan karyawan. Mencari tahu di saat, di posisi atau di pekerjaan seperti apa seorang calon karyawan merasa berdaya dan bergairah. Kemudian membantu mereka menempati posisi atau melakukan pekerjaan yang mereka inginkan. Membantu mereka menemukan gairah dan menyimpulkan perasaan bersinergi di tempat kerja yang berujung pada terciptanya sebuah pekerjaan yang terlalu bagus untuk ditinggalkan.

Membuka kesempatan memaksimalkan kemampuan

Facebook mengalami perkembangan cukup pesat sebelum mencapai posisinya sekarang. Kemudian “keluarga” Facebook tumbuh besar, termasuk Instagram dan WhatsApp di dalamnya. Salah satu untuk bisa terus mengupayakan pertumbuhan adalah terus mencoba mencari dan memanfaatkan keterampilan untuk bisa memberikan manfaat bagi bisnis.

Salah satu yang coba dilakukan Facebook adalah mempermudah karyawan mengaplikasikan kemampuan mereka. Jika sementara ini banyak yang terjebak pada aturan yang mengekang pada sebuah posisi, tidak dengan Facebook. Facebook disebutkan bisa dengan luas menciptakan posisi-posisi baru yang mengakomodasi keahlian dari karyawannya, tapi tentu dengan tujuan yang jelas dan bisa membantu perusahaan tumbuh.

Keseimbangan dalam pekerjaan

Tidak bisa dipungkiri dalam mengembangkan karier profesional biasanya mengorbankan kehidupan pribadi. Hal ini yang sebenarnya paling ditekankan. Memberikan kesempatan bagi karyawan untuk bisa tetap memperhatikan kehidupan pribadinya. Hal ini juga yang biasanya dicari dari para profesional, work-life balance.

Di Facebook para manajer memberikan kesempatan itu. Mereka terbiasa mengatur jadwal sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan bagi karyawan untuk membagikan waktu dan pikiran untuk kehidupan pribadi mereka.

Menghindari Kesalahan dalam Rekrutmen Karyawan di Startup

Membangun tim adalah fondasi dalam menjalankan dan mengembangkan startup. Terlebih bagi startup yang sedang ingin memulai atau sedang meningkatkan laju pertumbuhan. Tim yang ada sangat berperan, kesalahan dalam menempatkan anggota baru tentu akan mengurangi akselerasi pertumbuhan startup. Banyak hal yang bisa menyebabkan kesalahan dalam merekrut karyawan.

Berikut beberapa tips untuk menghindari kesalahan yang kerap dijumpai dalam merekrut karyawan.

Mencari calon karyawan dari beberapa sumber

Mencari tenaga baru di tengah-tengah akselerasi tinggi pertumbuhan selalu penuh tantangan. Ritme kerja dan produktivitas harus disesuaikan, salah satu cara untuk meminimalkan hal tersebut adalah dengan memperbanyak alternatif sumber dalam mencari calon karyawan. Beberapa alternatif yang bisa manfaatkan adalah platform pencarian kerja online, terjun ke universitas atau meminta rekomendasi dari karyawan atau tim yang ada. Biasanya dengan mengenal secara personal ukuran kualitas dan produktivitas bisa terjamin.

Cara penyaringan yang berbeda

Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan dalam merekrut karyawan sebagai pemimpin yang sedang mencari anggota baru untuk melengkapi tim perlu dicoba cara-cara baru dalam proses penyaringan, misalnya dengan membiarkan para calon pamer keterampilan di jajaran pemimpin atau anggota tim yang lain. Atau bisa menguji mereka dengan beberapa persoalan yang sekiranya akan dihadapi di perjalanan ke depannya. Pada intinya, cari cara baru untuk mengetahui kemampuan dan produktivitas calon karyawan.

Pertanyaan soal kultur atau budaya

Tahapan penting untuk bisa mengetahui dengan pasti kualitas calon karyawan ada pada proses interview. Jika ingin mencari yang cocok dan sesuai dengan budaya perusahaan coba gali informasi atau pengalaman calon karyawan tentang pengalaman mereka dalam lingkungan. Beberapa pertanyaan yang bisa ditanyakan, seperti: “Ceritakan tentang tim kolaborasi terbaik yang pernah Anda ikuti, apa yang Anda lakukan di dalamnya?”

Pelan-pelan

Memahami calon karyawan membutuhkan waktu dan metode yang tepat. Tidak mungkin dalam satu jam atau bahkan kurang wawancara bisa mengukur dan mengetahui dengan pasti keterampilan dan kemampuan seseorang. Perlu obrolan yang lebih jauh. Untuk menyikapinya, bisa disiapkan beberapa metode untuk mengukur dan mengetahui karakteristik. Untuk tidak salah pilih sangat dianjurkan pelan-pelan dalam menentukan, karena setiap proses di rekrutmen pasti memiliki peran masing-masing.

Tiga Hal yang Dapat Mempertajam Pemikiran Founder Startup dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah hal paling sering dilakukan oleh CEO atau founder startup. Terkadang keputusan yang diambil mengandung risiko, perlu data, insting dan sedikit rasa untuk membuat keputusan yang diambil jadi penuh perhitungan, atau setidaknya telah diskenario sebelumnya.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Harvard Business Review menyebutkan, ada beberapa hal yang bisa mempertajam pengambilan keputusan. Kali ini tidak soal data, tetapi juga “perhitungan”. Berikut tiga di antaranya.

Menjadi kurang yakin

Tidak ada yang salah dengan percaya diri, namun harus berhati-hati jika terlalu percaya diri. Bias, sesuatu yang wajib diwaspadai jika percaya diri. Karena terlalu percaya diri dekat dengan abai terhadap detail, sesuatu yang mungkin berakibat buruk. Sebagai seorang pemimpin percaya diri adalah sesuatu hal yang baik, namun dalam pengambilan keputusan sebelum menjatuhkan pilihannya wajib untuk berpikir satu dua kali lebih banyak.

Memiliki lebih dari satu opsi ketika mengambil keputusan lebih baik dari hanya memiliki satu pilihan. Setidaknya dengan munculnya pilihan kedua, ketiga dan seterusnya skenario bisa dijalankan berlapis. Mengantisipasi pilihan pertama tidak bekerja dengan baik.

Seberapa sering hal tersebut biasanya terjadi?

Keputusan biasanya diambil dari sebuah prediksi dan penilaian. Prediksi biasanya didukung dengan data-data yang ada. Melalui pertimbangan dan masukan dari tim terkait. Sedangkan penilaian biasanya lebih mengarah ke insting dan pengalaman. Namun, di samping itu hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menanyakan sebuah pertanyaan, seberapa sering hal ini biasanya terjadi ?

Pertanyaan tersebut akan merujuk pada histori atau rekam jejak sebelumnya. Mempertimbangkan kejadian-kejadian yang sebelumnya terjadi akan menjadi sesuatu yang berharga dalam analisis sebelum mengambil keputusan final. Sudut pandang dan pengalaman yang terjadi harus dikuasai dengan baik untuk setidaknya menghindari kesalahan yang sama.

Memperhitungkan kemungkinan

Masih berkaitan dengan menjadi kurang yakin, hal sederhana lainnya yang bisa mempertajam saat pengambilan keputusan adalah selalu memperhitungkan kemungkinan. Dengan kata lain selalu menghitung risiko. Secara otomatis pilihan setidaknya lebih dari satu.

Manfaat dari selalu memperhitungkan risiko adalah bisa dengan sigap atau minimal siap atas risiko yang ada. Jika nanti keputusan yang diambil tidak berjalan seperti yang diharapkan rencana cadangan, atau rencana antisipatif sudah disiapkan. Terdengar sepele tapi berguna.

Pemimpin dan Bagaimana Seharusnya Memberikan Umpan Balik

Sebagai seorang pemimpin tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk merawat tim dan membawanya dalam tingkat produktivitas yang diharapkan tetapi juga mampu mengembangkan anggota tim. Dalam hal ini pemimpin harus bisa menjadi guru atau pelatih yang membimbing setiap anggota tim menemukan jalan mereka untuk berkembang, lebih baik dari waktu ke waktu. Menjadi guru atau pelatih yang baik adalah salah satu jalan menjadi pemimpin yang lebih baik, dan semua itu bisa diawali dari memberikan umpan balik yang berguna bagi setiap anggota.

Pemimpin adalah seorang guru bagi setiap anggota tim untuk mengembangkan keahlian masing-masing. Menjadi sangat penting cara pemimpin menilai, mengkritik atau memberikan masukan kepada anggota. Jika terdapat kekeliruan atau tidak sesuai dengan kepribadian anggota alih-alih termotivasi anggota bisa jadi enggan dan merasa kecil sehingga bisa menghambat produktivitas.

Berikut beberapa hal yang layak diperhatikan jika ingin memberikan kritikan, masukan atau umpan balik kepada anggota tim.

Keterbukaan

Dalam teori komunikasi keterbukaan memegang peran penting dalam hubungan di dalam tim, pun demikian dalam memberikan kritik atau saran kepada tim. Jangan terlalu sering memberikan motivasi-motivasi yang bisa mengurangi poin kritik pada kalimat-kalimat yang digunakan saat rapat atau evaluasi. Cari momen yang tepat dan sampaikan kritik dengan cara-cara yang tepat.

Contohnya, bisa gunakan kalimat “Bolehkah saya menyampaikan penilaian atau pengamatan yang mungkin kurang Anda sukai?” atau “Apakah ini saat yang tepat untuk membahas hasil pekerjaan Anda?”. Sebagai seorang pemimpin tentu mempunyai wewenang untuk menegur kapan pun, namun untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, mencari momen yang tepat dan menyampaikan secara langsung bisa dicoba.

Spesifik

Salah satu jenis umpan balik yang sensitif adalah kritik. Dalam memberikan kritikan bisa dicoba dengan menyampaikan hal yang spesifik. Misalnya, “Saya kurang suka dengan laporan bulanan yang dibuat tempo hari, apakah ada masalah?”. Kemudian sampaikan kritik secara pribadi, sehingga bisa menggambarkan tujuan kita, memperbaiki bukan untuk mempermalukan.

Kejelasan

Terkadang, ada anggapan ketika pemimpin memberikan kritik atau umpan balik adalah tanda-tanda seorang anggota tim tidak dipertahankan. Untuk menghindari anggapan seperti ini, dan membantu anggota tim keluar dari permasalahan dan performa yang kurang sesuai sampaikan umpan balik dengan alasan yang jelas. Misalnya dengan menyampaikan alasan bahwa ada target yang dikejar dan mau tidak mau harus berubah lebih baik lagi, atau alasan lain misalnya umpan balik diberikan bersamaan dengan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan atau semacamnya.

Kapan Founder Perlu Mendengar Saran Mentor Startup?

Mentor yang bagus adalah mereka dapat mengantarkan startup ke tahap berikutnya. Tapi kapan saran mereka bagus untuk diimplementasikan dan kapan dibiarkan saja di atas meja?

Kebenaran dasar yang terjadi dalam mendirikan startup adalah Anda tidak tahu semua hal yang perlu Anda ketahui. Anda mungkin tahu sebagian dari apa yang Anda ketahui untuk sukses. Tapi Anda tidak perlu melakukannya ini sendirian, tapi perlu bantuan dari mentor.

Tapi mentor bukanlah seseorang yang selalu Anda dengar semua ucapannya. Ada saat tertentu ketika Anda benar-benar harus mendengarkan ucapan dari mentor startup Anda dan ada saatnya ketika Anda tidak perlu melakukannya. Artikel ini akan membahas lebih detail mengenai waktu yang tepat untuk mendengarkan arahan mentor startup, berikut rangkumannya:

Kapan harus mendengarkan saran mentor?

Sosok mentor yang Anda pilih tidak muncul begitu saja. Anda harus memilih mereka karena ada alasan. Mentor itu ditunjuk mungkin dikarenakan founder menilai mentor memiliki keahlian tertentu, dirasa dapat memperluas pengetahuan dan peluang pasar.

Yang pasti, antara Anda dan mentor memiliki kesamaan “common sense”, yang mana ada satu topik yang harus selalu Anda dengarkan. Misalnya berkaitan dengan pemasaran, pengembangan bisnis, penjualan, kehumasan, dan lain sebagainya yang tidak dimiliki oleh founder.

Selain saran, mentor startup yang bagus dapat menghubungkan Anda dengan jaringan yang sudah mereka miliki. Jika seseorang sudah menjadi mentor, kemungkinan besar mereka memiliki jaringan baik yang bisa melakukan banyak hal untuk membantu eskalasi startup Anda.

Kapan tidak harus mendengarkan saran?

Tidak semua saran yang dilontarkan mentor cocok untuk startup Anda. Jadi kapan waktu yang tepat untuk mengetahui saran? Ketika Anda menyadari ada motivasi lain di balik saran yang mereka sampaikan.

Pasalnya ada banyak orang yang bermaksud baik untuk membantu Anda, jika mereka ingin masuk ke perusahaan dan menjalani bisnis Anda itu bukan hal yang baik. Anda ingin memiliki seseorang yang ingin Anda hormati dan orang tersebut bisa menghormati kemampuan Anda.

Terjadi kontradiksi antar mentor

Masalah ini akan terjadi bila Anda ikut dalam program akselerator startup, ada beberapa mentor di sana. Seluruh mentor akan memberikan masukan kepada Anda dan mungkin ada yang kontradiktif di sana.

Ketika ini terjadi, keputusan akhir ada di tangan Anda sendiri. Periksa kembali visi dan misi awal startup Anda. Apa yang Anda sukai ketika mendapat beberapa nasihat yang berbeda, saat itulah Anda harus memutuskan siapa yang harus didengarkan, siapa yang tidak boleh didengarkan. Atau haruskah Anda percaya dengan insting sendiri?

Saran terlalu abstrak untuk startup

Saran yang berbasis pengalaman memang sangat bagus, tapi terkadang nasihat dari mentor bisa terlalu abstrak untuk menyadari bahwa itu bisa bermanfaat bagi startup. Banyak founder yang mendengarkan akan mendengarkan pendapat berdasarkan interpretasi singkat. Padahal dalam pengembangan dan pengelolaan produk perlu melakukan pendekatan logis berdasarkan data dan pengamatan dari pengguna, bukan sekadar saran saja.

Saran yang bagus, selain dapat diimplementasikan pada saat ini juga harus tetap memiliki korelasi terkait manfaatnya di masa depan.

Di mana mencari sosok mentor yang baik?

Ada beberapa tempat yang pasti di dalamnya terdapat sosok mentor. Misalnya, dari jaringan Anda sendiri di LinkedIn, Micromentor.org, program akselerator dan inkubator. Sebenarnya ada tempat lain, namun kemungkinan kecil Anda bisa menemukan sosok mentor yang tepat untuk Anda. Seperti orang-orang dari generasi baby boomer dengan karier sukses, namun masih aktif sehingga tidak mencari pekerjaan full time lagi.

Jika orang-orang itu belum termasuk dalam jaringan Anda, saran lainnya adalah bertanya dengan orang-orang yang berusia lebih tua dari Anda. Maksudnya adalah agar mereka dapat mengenalkan Anda siapa teman yang paling sukses dibandingkan mereka. Dapat juga Anda mencari mentor lewat jaringan alumni.

Standar Kualitas yang Bisa Menjadikan Tim Pendiri Solid

Memilih dan menentukan tim pendiri menjadi krusial untuk startup. Kecakapan dan keterampilan orang-orang di dalam founding team menjadi modal berharga untuk membuat produk pertama, dan selanjutnya bisa dikembangkan menyesuaikan tujuan awal atau disesuaikan berdasarkan respons pasar. Bagi Anda yang tengah membangun tim pertama untuk startup, berikut kualitas yang setidaknya bisa dimiliki untuk membangun tim pertama yang solid.

Pola pikir pembelajar

Pemikiran untuk selalu belajar dan selalu tumbuh adalah kualitas yang wajib ada pada tim pertama. Dengan orang-orang yang memiliki semangat untuk belajar dan berkembang, produk atau layanan yang dikelola pasti akan “tertular” kesempatan untuk berkembang. Beruntunglah mereka para pemimpin yang berhasil menemukan orang-orang dengan semangat pembelajar di dalam tim pertama mereka.

Dengan terus belajar gagasan-gagasan inovasi akan terus ada dari waktu ke waktu. Kualitas individu dan tim akan terus meningkat. Akan sangat beruntung jika kultur pembelajar ini bisa ditularkan ke semua orang yang ada di dalam tim, tidak hanya mereka yang pertama tapi juga mereka yang terakhir. Orang-orang yang memiliki pemikiran untuk terus tumbuh ini merupakan penggerak startup, yang sudah seharusnya sebagai perusahaan rintisan untuk terus tumbuh dan berkembang.

Kemampuan mengakui kekurangan

Kualitas selanjutnya yang wajib dimiliki untuk menjadi tim pertama yang berkualitas adalah transparan. Dalam hal ini mengerucut pada kemampuan setiap anggota tim mengakui kekurangannya. Kejujuran akan kekurangan kemampuan ini bisa bermanfaat bagi pemimpin untuk mengambil keputusan, misalnya untuk membagi tugas ke orang yang lebih kompeten.

Tabah

Tidak semua yang dilakukan pertama kali adalah keberhasilan. Kadang kita menemukan kegagalan, kesalahan dan terpaksa harus mengulangi dari awal. Ketabahan dari seluruh anggota dalam tim akan membantu tim bangkit dari keterpurukan dan mengumpulkan kembali semangat untuk bangkit dan memperbaiki kesalahan sebelumnya.

Obsesi dan saling menghormati

Kualitas selanjutnya yang bisa dipertimbangkan dalam membangun tim pertama adalah obsesi dan saling menghormati. Obsesi diperlukan untuk menjaga semangat untuk menyelesaikan produk dan mencapai tujuan, sedangkan saling menghormati adalah awal yang baik untuk menjalin hubungan yang baik di dalam tim. Dan dalam rangka untuk membangun komunikasi dan kinerja yang solid Anda bisa mencari mereka yang memiliki selera humor dan empati. Kualitas yang bisa membawa hubungan dalam tim lebih baik untuk satu sama lain.