1,5 Tahun Berjalan, Apple Music Sudah Punya 20 Juta Pelanggan

Apple Music memang masih belum mempunyai pelanggan sebanyak Spotify, akan tetapi pertumbuhannya selama 1,5 tahun ini tergolong sangat cepat. Bagaimana tidak, sejak diluncurkan pertama kali di bulan Juni 2015, jumlah pelanggannya sekarang sudah menembus angka 20 juta, dan lebih dari separuh di antaranya tidak berasal dari Amerika Serikat, berdasarkan pengakuan langsung salah satu petinggi Apple Eddy Cue kepada Billboard.

Terakhir dilaporkan pada bulan September kemarin, jumlah pelanggan Apple Music baru mencapai 17 juta orang. Ini berarti ada tambahan 3 juta pelanggan baru dalam kurun waktu 3 bulan, dan semuanya merupakan pelanggan berbayar mengingat Apple Music tidak menawarkan paket gratisan seperti Spotify.

Pertumbuhan yang cepat ini banyak dipengaruhi oleh konten-konten eksklusif yang Apple Music suguhkan. Meski menimbulkan kontroversi, strategi ini cukup efektif untuk membuat konsumen jadi terikat. Contoh yang paling gampang, penggemar berat Drake mau tidak mau harus berlangganan Apple Music karena album terbarunya cuma tersedia di sana.

Menarik juga untuk disorot dari wawancara Billboard adalah bagaimana genre hip-hop bisa mendominasi Apple Music. Anda mungkin mengira ini efek dari bergabungnya rapper ternama Dr. Dre beserta perusahaannya Beats Audio dengan Apple, namun Eddy Cue menjelaskan bahwa Apple sebenarnya sudah cukup lama mencari cara untuk mengangkat popularitas musik hip-hop.

Kehadiran layanan streaming telah mengubah cara kita mengonsumsi musik. Angka pembajakan terus menurun, dan kebiasaan membeli musik secara legal juga jadi berkurang. Dalam kasus Apple Music, sebanyak 60 persen dari total pelanggannya sudah tidak pernah lagi membeli musik dari iTunes Store selama 12 bulan terakhir.

Sumber: Billboard.

Spotify dan Apple Music Mulai Suguhkan Remix Lagu Tidak Resmi

Selama bertahun-tahun, SoundCloud dicap sebagai layanan streaming musik yang unik karena keberagaman kontennya yang merupakan hasil unggahan tiap-tiap pengguna. Umumnya berupa remix dari karya resmi para musisi, konten semacam ini tidak didistribusikan oleh label musik tertentu seperti Universal. Itulah mengapa Anda tidak bisa menemukannya di layanan lain macam Spotify atau Apple Music.

Namun kondisi tersebut akan berubah tidak lama lagi. Secara perlahan, remix lagu tidak resmi mulai bermunculan di Spotify dan Apple Music, salah satunya garapan DJ Jazzy Jeff yang merupakan hasil remix dari karya Anderson .Paak.

Bagaimana ini bisa terjadi? Well, ceritanya dimulai di bulan Maret ketika Apple menandatangani kerja sama dengan Dubset, sebuah layanan manajemen hak cipta musik yang bermisi untuk mendistribusikan karya-karya remix secara legal. Spotify menyusul di bulan Mei, dan buah kerja samanya sudah bisa kita lihat mulai hari ini.

Kemitraan dengan Dubset ini penting, mengingat merekalah yang akan bertanggung jawab mendistribusikan royalti secara merata, baik kepada DJ yang membuat remix maupun kreator aslinya. Dubset memanfaatkan teknologi yang cukup inovatif dalam mengidentifikasi siapa kreator asli dari sebuah lagu yang di-remix.

Caranya adalah dengan melakukan scanning secara menyeluruh pada sebuah remix, lalu mencocokkan setiap bagiannya dengan potongan-potongan lagu resmi yang terdapat di database mereka berdasarkan data audio fingerprint milik Gracenote. Dengan cara seperti ini, royalti bisa diberikan kepada sang remixer, sang kreator lagu asli dan label yang membawahinya.

Kembali ke SoundCloud, kehadiran remix tidak resmi di Spotify dan Apple Music ini bisa menjadi momok baru buat mereka. Meski variasinya mungkin masih kalah dari SoundCloud, setidaknya kita sekarang sudah bisa menikmati remixremix favorit di Spotify dan Apple Music.

Sumber: TechCrunch. Gambar header: Pixabay.

Spotify Luncurkan Daily Mix, Playlist Berisi Perpaduan Lagu Baru dan Lagu Favorit Pengguna

Playlist memegang peranan yang sangat penting dalam layanan streaming musik seperti Spotify. Berhadapan dengan puluhan juta lagu, terkadang kita bingung mau mendengarkan yang mana, dan di situlah gunanya playlist: Anda bisa menyesuaikan musik dengan mood, atau sekadar bernostalgia dengan playlist lagu-lagu lawas.

Spotify selama ini sudah menawarkan segudang playlist, tapi setidaknya ada dua yang bersifat amat personal, yakni Discover Weekly dan Release Radar. Dalam Discover Weekly, playlist diisi oleh lagu-lagu yang belum pernah Anda dengarkan sebelumnya, tapi masih sealiran lagu-lagu yang selama ini Anda putar. Release Radar di sisi lain menyuguhkan lagu-lagu terbaru dari artis favorit.

Sekarang ada lagi playlist personal baru yang ditawarkan Spotify. Namanya Daily Mix, dan sesuai namanya, setiap harinya akan diracik playlist baru khusus untuk Anda.

Tampilan fitur Daily Mix / Spotify
Tampilan fitur Daily Mix / Spotify

Tidak seperti Discover Weekly, Daily Mix menyajikan campuran lagu-lagu baru dan yang sudah menjadi favorit Anda selama ini. Menurut pernyataan yang diterima TechCrunch, proporsinya sejauh ini adalah 25% lagu baru dan 75% lagu favorit. Lebih lanjut, Daily Mix tidak memiliki durasi, playlist akan terus di-update dan diisi selagi Anda mendengarkan.

Yang mirip dengan Discover Weekly adalah bagaimana racikan Daily Mix akan bertambah sempurna seiring Anda menggunakan Spotify. Seandainya ada lagu yang Anda tidak suka dalam playlist, tinggal klik tombol “ban” untuk menendangnya jauh-jauh. Sebaliknya, pengguna bisa mengklik tombol “heart” untuk menambahkan lagu baru yang ternyata mereka sukai ke koleksi pribadinya.

Fitur Daily Mix saat ini sudah tersedia di Spotify versi Android dan iOS, dan segera menyusul di web serta desktop. Catatan tambahan: kalau Anda merupakan pengguna baru, Anda baru bisa mengakses Daily Mix setidaknya setelah dua minggu streaming di Spotify mengingat racikannya juga berdasarkan riwayat dan lagu-lagu favorit pengguna.

Sumber: TechCrunch dan Spotify. Gambar header: Freestocks.org.

Survei DailySocial: Layanan Streaming Belum Jadi Metode Utama Saat Mendengarkan Musik

Di tahun 2015 DailySocial pernah melakukan survei untuk mengetahui bagaimana adopsi layanan streaming di Indonesia. Kini, kami melakukan hal yang tak jauh berbeda melalui survei “Music Listening Pattern in Indonesia” yang diterbitkan hari ini. Survei ini merupakan hasil kerja sama DailySocial dan JakPat untuk memberikan gambaran mengenai pola mendengarkan musik saat ini dengan melibatkan 1015 responden.

[Baca juga: Laporan: Mayoritas “Online Shopper” Puas dengan Layanan E-Commerce di Indonesia]

Ada beberapa hal menarik yang ditemukan dalam laporan ini, yaitu:

  • Hanya 29,54% responden saat ini mendengarkan musik melalui layanan streaming, sedangkan 70,46% sisanya masih memilih jalur offline.
  • Jalur offline ini artinya responden tidak terhubung dengan internet sama sekali ketika mendengarkan musik. Ada 58,21% responden yang menempatkan free download sebagai prioritas utama sumber untuk mendengarkan musik.
  • Pun demikian, 50,29% responden menyatakan kenginannya untuk pindah ke layanan streaming.

[Baca juga: DailySocial.id Luncurkan Laporan Perilaku Konsumen Digital Indonesia 2016]

  • Yang harus diperhatikan di tahap awal penetrasi layanan streaming musik di Indonesia adalah fakta bahwa tidak banyak yang berminat untuk membayar layanan musik streaming. 89,69% responden survei menyebutkan bahwa mereka adalah free user.
  • Dalam survei kali ini, YouTube berhasil keluar sebagai platform favorit untuk mendengarkan streaming musik dengan persentase mencapai 74,23%, diikuti Joox di posisi kedua dan Spotify di posisi ketiga.

[Baca juga: Indonesia’s Digital Healthcare Services Penetration Survey]

Hasil lengkap dari survei Dailysocial “Music Listening Pattern in Indonesia” yang terdiri dari 27 halaman ini dapat diunduh secara gratis melalui tautan ini setelah Anda menjadi member DailySocial.

Spotify Capai 40 Juta Pelanggan Berbayar

Anda pelanggan Spotify Premium? Kalau iya, Anda dan saya termasuk di antara 40 juta pelanggan berbayar Spotify, sebuah pencapaian membanggakan yang pertama diumumkan oleh CEO Spotify Daniel Ek melalui Twitter, dan telah dikonfirmasi oleh juru bicara Spotify kepada awak media.

Terakhir kali Spotify mengumumkan jumlah pelanggan berbayarnya adalah di bulan Maret lalu, dimana pada saat itu jumlahnya masih 30 juta pelanggan. Hal ini berarti Spotify berhasil menggaet sekitar 10 juta pelanggan paket Premium baru dalam kurun waktu enam bulan.

Dibandingkan dengan Apple Music, jumlah pelanggan berbayar layanan streaming tersebut hanya meningkat 4 juta selama lima bulan – 13 juta pelanggan di bulan April menjadi 17 juta berdasarkan informasi terbaru yang diberikan Apple dalam acara peluncuran iPhone 7 pekan lalu.

Kendati demikian, Apple Music masih tercatat sebagai salah satu layanan streaming musik dengan pertumbuhan tercepat; dalam kurun waktu setahun setelah diluncurkan, jumlah pelanggan berbayarnya sudah mencapai angka 15 juta orang. Spotify di sisi lain juga dilaporkan masih merugi secara finansial per bulan Juni kemarin.

Itulah mengapa kenaikan jumlah pelanggan berbayar yang signifikan sangat berarti buat Spotify. Layanan streaming asal Swedia tersebut juga sudah bekerja keras dalam beberapa bulan terakhir demi memikat hati penggunanya lewat fitur-fitur seperti Release Radar, kategori musik anak-anak maupun gaming.

Sumber: 9to5Mac.

Bantal Pintar Zeeq Bantu Hilangkan Dengkuran dan Bisa Streaming Musik

Rata-rata manusia menghabiskan sekitar satu per tiga hidupnya untuk beristirahat, dan pastinya berkali-kali Anda sudah mendengar pentingnya tidur bagi kesehatan tubuh. Menakar dari rasio tersebut, kita harus mulai memerhatikan kualitasnya. Problemnya, banyak faktor menghalangi kita memperoleh waktu tidur bermutu, dari mulai karena gaya hidup sampai kondisi tempat tinggal yang berisik.

Sejumlah developer telah lama menggarap perangkat bantal pintar, namun kreasi dari inventor Warrick Bell dan Miguel Marrero dari REM-Fit ini sangat unik karena device memadukan fungsi kesehatan dengan hiburan. Mereka memperkenalkan Zeeq, sebuah bantal cangggih yang mampu menganalisis mutu tidur, membantu hilangkan dengkuran, serta melantunkan musik secara wireless.

Zeeq 1

Mengusung prinsip ala activity tracker, Zeeq merekam segala gerakan (dan aktivitas) saat Anda terlelap, lalu membangunkan Anda di momen yang ideal sehingga Anda tak merasa pusing. Perangkat juga memiliki microphone untuk mendeteksi dengkuran. Ketika suara mencapai level desibel tertentu, Zeeq akan bergetar, mendorong pengguna untuk berganti posisi. Kekuatan vibrasi bisa disesuaikan, dan ia tidak dimaksudkan buat membangunkan user dari tidur nyenyak.

Mendengkur adalah salah satu masalah utama yang merusak mutu tidur, indikasi gejala sleep apnea. Ia mengacaukan pola istirahat dan mengganggu partner tidur Anda, apalagi tingkat kekerasan suaranya berkisar antara 50 sampai 80 desibel. Karena dengkuran tersebut, rata-rata para pasangan hanya bisa terlelap tiga sampai lima jam dalam semalam. Umumnya, mendengkur dialami oleh orang dewasa berumur 30 tahun ke atas, dan semakin tua usianya, jumlahnya jadi kian banyak.

Zeeq 2

Beberapa orang dapat cepat terlelap dengan mendengarkan musik, dan developer mengetahui hal tersebut. Itulah alasannya mereka menyematkan fitur streaming REM-Fit Audio yang mendukung iOS Music, Android Music serta Spotify. Kemampuan ini terbilang istimewa karena perangkat bisa menciptakan soundscape: tidak memerlukan headset tapi juga tak mengganggu pasangan Anda.

Seluruh informasi mengenai kualitas tidur dan setting Zeeq disuguhkan melalui aplikasi mobile. Dan meskipun developer menyematkan pernak-pernik canggih serta koneksi wireless di bantal, mereka tidak melupakan aspek kenyamanan. Tim REM-Fit memanfaatkan material memory foam lembut di dalam, dilindungi oleh sarung bantal Tencell.

Tentu saja segala kecanggihan tersebut menuntut harga yang tidak murah. Zeeq dapat Anda pesan lewat situs crowdfunding  Kickstarter seharga mulai dari US$ 180. Proses distribusi pada backer rencananya akan dilakukan di bulan Desember 2016.

Spotify Hadirkan Fitur Baru, Release Radar

Layanan musik streaming Spotify kembali menelurkan fitur baru yang diberi nama Release Radar. Fitur baru ini bekerja dengan cara melakukan pembaruan terhadap daftar putar (playlist) secara rutin pada hari Jumat. Daftar putar yang direkomendasikan diambil dari musik-musik terbaru yang dianggap relevan dengan pendengar. Khususnya dari penyanyi yang sudah ada di dalam koleksi album sebelumnya. Panelnya sendiri dapat Anda jumpai di bagian Discover – New Release For You.

Release Radar yang dapat Anda jumpai di menu Discover – New Release For You akan mengumpulkan lagu pendatang baru dari artis yang Anda gemari dengan durasi lebih dari dua jam penuh. Fitur ini juga dirancang untuk memperkenalkan musik baru dengan menganalisa kebiasaan pendengar selama menggunakan Spotify.

Dalam beberapa tahun ke belakang, pengguna Spotify sudah dimanjakan oleh fitur serupa Discover Weekly. Sebuah daftar putar yang memberikan rekomendasi lagu dari artis baru dan lagu single yang mungkin disukai setiap hari Senin. Dengan tibanya Release Radar, kini pengguna dapat menikmati musik-musik yang relevan dengan upaya seminimal mungking, tanpa banyak menghabiskan waktu dalam memilih genre ataupun judul.

Dalam rilis resminya, Senior Product Owner Matt Ogle mengatakan bahwa Spotify kedatangan lagu baru setiap minggu dalam jumlah yang sangat banyak. Tanpa bantuan, pengguna akan kesulitan mengikutinya satu per satu. Untuk itu, Spotify ingin menciptakan cara yang paling mudah bagi penggunanya dalam menemukan musik-musik terbaru.

Fitur semacam ini bukan hanya menjadi fokus bagi Spotify. Layanan streaming musik populer lainnya juga terus mengembangkan inovasi serupa. Apple Music misalnya mempunyai fitur bernama “For You” yang mengakumulasikan rekomendasi berdasarkan rating dan seberapa sering ia diputar oleh pengguna. SoundCloud juga punya fitur yang hampir serupa bernama Suggested Track.

Sumber gambar header Pixabay.

Apple Music Versi Android Lepaskan Label Beta

Setelah digodok selama berbulan-bulan, Apple akhirnya resmi menanggalkan label beta yang melekat pada aplikasi streaming musiknya, Apple Music. Langkah ini mengawali fase barunya sebagai aplikasi full untuk pengguna publik Android.

Apple Music yang mengawali debut di bulan Juni 2015 silam menyambangi pengguna Android pada bulan November. Dalam kiprah pertamanya itu, Apple Music masih menyandang label beta. Selama beberapa bulan hingga hari ini, Apple telah membenamkan banyak peningkatan guna mengimbangi lajunya di platform iOS. Kini, seiring dengan usainya fase beta, Apple memberikan oleh-oleh terakhir berupa penambahan pengaturan equalizer.

Dilatar-belakangi perbedaan antara platform Appla dan Android, Apple sengaja menyematkan sejumlah fitur unik untuk OS kembangan Android tersebut. Beberapa di antaranya tambahan widget untuk home screen yang ditujukan untuk memutar musik dan mengunduh musik offline ke memori eksternal. Bagi Apple, ini bukan hanya soal gaya-gayaan, tapi menjadi strategi penting untuk menarik lebih banyak pengguna dan berupaya tetap sejajar dengan Spotify ataupun Tidal.

Langkah menghadirkan Apple Music ke lintas platform sendiri merupakan sebuah keputusan yang sangat jarang ditempuh oleh Apple yang sejak lama relatif idealis. Sepertinya Apple sadar betul sekarang bukan waktunya jual mahal, atau mereka akan tergerus oleh para rival yang siap sedia merebut pangsa pasarnya. Saat ini, Apple Music berhadapan langsung dengan Spotify, Google Play Music, Tidal dan beberapa pemain lokal yang “dibekingi” operator.

Sejak meluncur Juni 2015 lalu, Apple Music telah mengantongi sedikitnya 15 juta pelanggan dengan jumlah koleksi lagu yang mencapai 30 juta pilihan. Tambahannya, Apple Music menawarkan radio Beats 1 yang menyuguhkan beberapa stasiun seperti Drake, DR. Dre, Elthon John dan Skrillex.

Application Information Will Show Up Here

 

Sumber berita 9to5Google dan gambar header Apple.

Spotify Catatkan Pertumbuhan Positif di Indonesia dan Hadirkan Fitur Discover Weekly

Bagi saya pribadi, kehadiran Spotify secara resmi di Indonesia merupakan salah satu highlight terbesar dari tahun 2016 ini. Layanan streaming musik asal Swedia tersebut sudah dinanti-nanti sejak lama, dan pencapaiannya di Indonesia sejauh ini bisa dibilang cukup fenomenal.

Dalam kurun waktu lebih dari tiga bulan, konsumen tanah air tercatat telah menghabiskan waktu hampir 20 juta jam untuk menikmati musik suguhan Spotify. Setiap harinya, pengguna menghabiskan rata-rata 90 menit untuk streaming musik di Spotify. Jam-jam yang sering adalah antara jam 12 siang sampai 4 sore, dan jam 8 sampai jam 11 malam.

Pada kenyataannya, Spotify sendiri mengakui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan pengguna tercepat di Asia Tenggara. Spotify tidak mengungkapkan jumlah pengguna maupun pelanggan paket berbayarnya yang berasal dari Indonesia, namun pastinya Spotify merupakan salah satu layanan streaming musik favorit di nusantara.

Pertumbuhan pengguna ini banyak dipengaruhi oleh komitmen Spotify dalam menyajikan konten-konten yang relevan dengan konteks lokal. Playlist macam “Generasi Galau” terbukti menjadi salah satu yang paling sering didengarkan oleh pengguna di Indonesia.

Di sisi lain, variasi metode pembayaran yang ditawarkan Spotify menjadi solusi bagi mereka yang ingin menikmati layanan bebas iklan namun tidak memiliki kartu kredit. Tarif berlangganannya pun juga sudah disesuaikan dengan kantong pengguna tanah air; di AS, tarif Spotify Premium adalah $10, sedangkan di Indonesia tarifnya cuma Rp 50 ribu saja – atau Rp 79 ribu untuk enam orang sekaligus dengan paket Family.

Tampilan fitur Discover Weekly pada aplikasi desktop dan mobile Spotify / Spotify
Tampilan fitur Discover Weekly pada aplikasi desktop dan mobile Spotify / Spotify

Dari segi fitur, Spotify juga peduli akan perkembangannya di Indonesia. Beberapa waktu yang lalu, pengguna Spotify di tanah air sudah bisa menikmati fitur Discover Weekly yang pada dasarnya merupakan sebuah playlist custom berdurasi kurang lebih 2 jam.

Discover Weekly ini diperbarui setiap Senin pagi, dimana pengguna akan menjumpai deretan lagu yang disusun berdasarkan musik yang sering mereka dengarkan dan mereka sukai. Berdasarkan pengalaman pribadi, Discover Weekly terbukti sukses menyajikan musik yang benar-benar baru di telinga saya, tapi masih sesuai dengan selera saya.

Fitur Discover Weekly juga merupakan alasan utama mengapa saya memilih Spotify dibanding layanan streaming musik yang lain. Sebelumnya saya sempat menjajal Apple Music, tapi kurasi yang diberikan fitur For You rupanya masih belum cocok; seringkali hanya menampilkan “Intro to Buddy Guy” atau semacamnya untuk artis lain, yang berisikan lagu-lagu yang sudah saya kenal dengan baik.

Discover Weekly bisa ditemukan pada halaman utama menu playlist. Karena selalu diperbarui setiap minggu, jangan sampai kelupaan untuk menyimpan lagu-lagu favorit sebelum sepekan berakhir karena lagu-lagu tersebut akan diganti dengan yang ‘fresh‘ di hari Senin depan.

Sumber tambahan: Bloomberg.

Gandeng Beberapa Label Musik Lokal, Tuned Global Luncurkan Nada Kita

Layanan streaming musik tampaknya akan menjadi masa depan musik Indonesia, baik dari sisi konsumen maupun industri. Setelah beberapa bulan lalu Indonesia diserbu layanan streaming musik seperti Spotify dan JOOX, Indonesia kembali kedatangan aplikasi streaming musik baru. Kali ini giliran Tuned Global, pengembang aplikasi mobile asal Australia bekerja sama dengan beberapa label lokal untuk membuat aplikasi streaming Nada Kita, yang saat ini sudah tersedia untuk platform iOS maupun Android.

Disebutkan dalam rilisnya Nada Kita menonjolkan legalitas musik dan personalisasi konten yang bisa didapat penggunanya. Konten yang dimaksud antara lain pesan video atau audio dari para musisi langsung kepada penggemarnya. Selain itu karena didukung banyak label, seperti Aquarius Musikindo, Musica Studio, MyMusic, Nagaswara, Trinity dan VMC, Nada Kita menjanjikan kemungkinan album atau lagu rilis lebih awal di platform mereka. Selain itu Nada Kita akan memuat jadwal penampilan Clive para musisi lokal dan memiliki fitur berbagai Musi stadion yang telah dikurasi oleh para editor musik lokal yang berkompeten di bidangnya.

“Nada Kita memberikan keuntungan yang luar biasa bagi para label dan musisi lokal, dan telah memungkinkan kita untuk streaming katalog musik Indonesia lebih luas lagi, membantu para musisi untuk terhubung dengan para penggemarnya dengan cara yang lebih personal, ” jelas Managing Director Musica Studios Gumilang Ramadhan.

Di awal kemunculannya Nada Kita juga akan bermitra dengan SPC Mobile, produsen perangkat mobile Indonesia. Disebutkan Nada Kita selanjutnya akan tertanam langsung di perangkat baru produksi SPC Mobile karena dianggap mempunyai visi yang sama dengan SPC Mobile dalam hal mengangkat konten lokal.

“Kita telah bertahun-tahun mempergunakan musik untuk membangun brand awareness dan menciptakan emotional connection dengan para costumer kita. Nada Kita adalah kelanjutan dari hal tersebut, untuk menciptakan inovasi baru aplikasi streaming musik yang benar-benar gratis, dan bersifat sangat personal bagi para penggunanya, ” jelas General Manager SPC Mobile Raymond Tedjokusumo

Dengan menggunakan tagline “Nggak Pake Ribet” Nada Kita percaya bahwa dengan menyuguhkan aplikasi gratis untuk konten legal tidak akan membuat para musisi atau label rugi. Nada Kita justru memiliki semangat untuk memerangi pembajakan atas karya dari para musisi, pasalnya para musisi dan label akan tetap mendapatkan pembagian royalti secara fair dan terbuka.

Application Information Will Show Up Here