Startup Fintech Lending Dana Cita Bantu Pelajar Tempuh Pendidikan Formal

Masih minimnya tingkat partisipasi kasar perguruan tinggi di Indonesia, yang masih berkisar di angka 28%, menjadi peluang bisnis bagi startup fintech lending Dana Cita. Dengan model bisnis yang berbeda dibanding pemain sejenis, Dana Cita ingin mewujudkan cita-cita setiap pelajar Indonesia melalui pinjaman pendidikan yang terjangkau.

“Kami melihat adanya potensi untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan sehingga Dana Cita berdiri di awal 2017. Supaya setiap anak bangsa yang ingin melanjutkan studi dapat meraih potensi maksimal mereka,” terang Co-Founder Dana Cita Susli Lie kepada DailySocial.

Dalam menjalankan bisnisnya ini, perusahaan menerapkan sistem dua peminjam. Pelajar menggandeng seorang wali dengan penghasilan terverifikasi untuk mengajukan permohonan. Dengan demikian, perusahaan dapat memberikan pinjaman sampai dengan 100% biaya kuliah. Tenornya pun jadi lebih panjang (maksimal 6 tahun) dan cicilan bulanan yang terjangkau, umumnya berkisar antara 1-1,5% (flat) per bulan.

Lewat cara tersebut, Susli berharap Dana Cita dapat mendorong pelajar berprestasi yang tadinya tidak mendaftar kuliah karena masalah pembiayaan untuk berani melanjutkan studi tanpa khawatir.

Pinjaman pendidikan sendiri merupakan suatu bentuk kredit tanpa agunan yang memiliki risiko. Untuk memitigasi risiko tersebut, perusahaan hanya memberikan pinjaman yang hanya ditujukan sebagai biaya pendidikan dan pencairannya dilakukan langsung ke pihak lembaga pendidikan.

“Di luar itu, proses evalusi kredit dan approval kami sesuaikan dengan faktor-faktor yang merujuk ke pelajar dan pendidikan, seperti program studi, lembaga pendidikan, jenis gelar, dan sebagainya.”

Hingga saat ini total pendanaan yang telah disalurkan mencapai kurang lebih Rp1,5 miliar untuk berbagai ragam program studi, seperti D3, S1, S2, bahkan kursus pendek. Pinjaman diberikan ke 28 lembaga pendidikan, meliputi UI, ITB, IPB, BINUS, UMN, PNJ, dan berbagai lembaga pendidikan lain, baik sekolah negeri maupun swasta.

Dalam menyalurkan pembiayaan, Dana Cita menggunakan sumber dana kelembagaan sehingga bukan disebut on balance sheet lending.

“Memang untuk sekarang belum terbuka penggalangan dana dari individu melalui platform online, namun ke depannya kami akan membuka pendekatan tersebut seiring dengan pertumbuhan demand untuk student loan.”

Target Dana Cita

Fintech Lending Dana Cita dan Misinya Bantu Pelajar Tempuh Pendidikan Formal / Dana Cita
Fintech Lending Dana Cita dan Misinya Bantu Pelajar Tempuh Pendidikan Formal / Dana Cita

Tak ingin cepat puas dengan pencapaian saat ini, Susli dan tim berharap bisa menyalurkan dana untuk membantu sebanyak-banyaknya mahasiswa dan calon mahasiswa di Indonesia. Sayangnya dia tidak menyebutkan secara detail target tersebut dalam bentuk angka.

Menurut Susli, perusahaan ingin berpartisipasi dalam peningkatan kualitas SDM, dengan indikator kuantitatif berupa naiknya angka partisipasi kasar perguruan tinggi di Indonesia. Angka tersebut saat ini sangat rendah, di kisaran 28%. Padahal tiap tahunnya ada 1,4 juta lulusan SMA/SMK yang masuk ke perguruan tinggi.

“Kami bermimpi agar Dana Cita menjadi top of mind ketika seseorang memutuskan untuk menempuh pendidikan tinggi. Calon pelajar seharusnya menaruh fokus terbesar mereka tentang bagaimana diterima di perguruan tinggi impiannya, bukan masalah finansial yang mereka hadapi,” pungkas Susli

KoinWorks Hadirkan Cicilan Pendidikan Khusus Mahasiswa Binus

KoinWorks, startup fintech p2p lending, menambah kemitraan baru untuk program KoinPintar dengan menggandeng Binus Online Learning. Melalui program ini, KoinWorks mulai memasarkan produk cicilan pendidikan untuk mahasiswa Binus.

KoinPintar merupakan program khusus untuk bantuan dana pendidikan yang sudah diluncurkan sejak tahun lalu. Sejauh ini KoinWorks sudah bekerja sama dengan sembilan institusi kursus lintas industri sebagai mitra. Beberapa industri di antaranya IT, fesyen, digital marketing, kuliner, desain, dan kecantikan.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), kurang dari 30% lulusan SMA yang melanjutkan ke jenjang D3/S1. Dari angka tersebut, ketika ditelusuri alasannya sekitar 50% dari responden menjawab dengan alasan biaya. Ditambah juga belum banyak universitas yang memberikan program cicilan biaya kuliah untuk mahasiswanya.

“Kami menyadari pendidikan menjadi kebutuhan dasar yang belum sepenuhnya terpenuhi bagi seluruh golongan. Di sisi lain, pendidikan dapat membuka peluang kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, Kami ingin menghadirkan p2p lending yang juga mengandung nilai sosial, tidak hanya bernilai bisnis saja,” terang Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono, Rabu (20/9).

Lewat kemitraan terbaru ini, investor KoinWorks mendapat pilihan tambahan alternatif investasi yang mengandung unsur sosial. Mereka sendiri dapat memilih pembiayaan ini, bila perlu akan diarahkan oleh algoritma yang sebelumnya sudah disesuaikan dengan preferensi selera investasi masing-masing.

Strategi mitigasi risiko

Ben, panggilan akrab Benedicto, melanjutkan alasan pihaknya menggaet Binus Online dikarenakan secara bisnis model cocok dengan gaya KoinWorks itu sendiri yakni semua hal hanya perlu online dan dapat menjangkau seluruh Indonesia.

Lagipula, target mahasiswa di dalam Binus Online adalah kalangan pekerja yang sudah memiliki pekerjaan namun kesulitan mengatur waktunya untuk datang ke kampus. Kalangan tersebut dinilai secara risiko gagal bayar lebih kecil, dibandingkan menyasar masyarakat secara umum.

“Sejauh ini, mahasiswa yang mengajukan di Binus Online adalah kalangan pekerja yang tidak punya banyak waktu. Hasil [kuliahnya] cukup baik karena mereka cukup berkomitmen untuk serius kuliah,” ucap Direktur Binus Online Learning Engke Achmad Kuncoro.

Dia berharap, kehadiran KoinWorks dalam Binus Online dapat menjangkau seluruh segmen masyarakat, di luar kalangan profesional, membuka kesempatan untuk belajar jadi semakin luas.

Untuk mitigasi risiko lebih lanjut, KoinWorks menerapkan persyaratan minimal mahasiswa berusia 21 tahun, memiliki pilihan program studi Binus Online Learning, ada pendapatan tetap, dan memiliki akun media sosial Facebook. Keseriusan komitmen untuk kuliah pun juga akan dipertanyakan.

Mereka hanya perlu memberikan bukti KTP, kartu keluarga, slip gaji, dan bukti mutasi rekening selama tiga bulan terakhir. Apabila usia mahasiswa di bawah 21 tahun, maka diperlukan relasi sebagai penjamin dana, bisa orang tua ataupun kakak kandung.

Setiap aplikasi yang diterima, akan diverifikasi oleh KoinWorks dan dilanjutkan dengan proses interview. Apabila pengajuan disetujui dana akan dicairkan langsung KoinWorks ke Binus Online tanpa melalui rekening calon mahasiswa.

“Kami akan langsung transfer 80% dana dari total biaya ke rekening Binus. Di satu sisi, akan melegakan mahasiswa karena mereka bisa langsung kuliah tanpa mengkhawatirkan biayanya. Di sisi lain, kami tidak bayari penuh sebagai langkah mitigasi untuk membuat mereka tetap bertanggung jawab terhadap cicilannya,” terang Ben.

Mahasiswa dapat mengangsur cicilannya dengan tenor mulai dari 6-24 bulan, bunga pinjaman yang ditawarkan sekitar 9%-12,5% flat per tahun. Adapun program pendidikan yang dapat dibiayai, untuk program SMA ke S1, D3 ke S1, dan S1 ke S2.

Jurusan yang tersedia di Binus Online adalah akuntansi, manajemen bisnis, sistem informasi, teknik informatika, dan teknik industri.

Target KoinWorks

Sejak kemitraan dengan Binus dilaksanakan pada Agustus 2017, Ben mengaku bahwa pihaknya telah memberikan pinjaman kepada lima mahasiswa. Kemudian, bertambah menjadi sekitar 40 mahasiswa pada bulan lalu. Pencapaian ini membuat pihaknya yakin pada November 2017 mendatang dapat menggaet minimal 500 calon mahasiswa baru.

“Awalnya kami hanya menargetkan 100 orang pada jadwal pendaftara gelombang Oktober. Namun dari hasil ini, kami yakin minimal bisa dapat target jaring 500 orang sampai penutupan pendaftaran untuk gelombang Oktober.”

Hingga Agustus 2017, KoinWorks sudah menghimpun lebih dari 18.500 investor dan menyalurkan pinjaman sekitar Rp45 miliar. Untuk program KoinPintar itu sendiri, telah menjaring sekitar 100 orang sejak setahun lalu berdiri.

Rencana Ekspansi Cicil dan Pengembangan Aplikasi Mobile

Platform cicilan ringan untuk kebutuhan mahasiswa, Cicil, kini telah resmi hadir di kota Yogyakarta. Perluasan wilayah ini merupakan rencana Cicil untuk menjangkau lebih banyak kota-kota besar, tidak hanya di Pulau Jawa namun juga di luar Jawa.

Kepada DailySocial, Co-founder Cicil Edward Widjonarko mengungkapkan setelah Yogyakarta Cicil juga akan hadir di kota-kota pusat pendidikan lainnya, seperti Surabaya, Semarang dan Malang. Sebelumnya Cicil telah hadir di Bandung dan Jakarta.

“Setelah pengembangan ke pasar Yogyakarta, fokus pengembangan kami selanjutnya adalah untuk segera dapat melayani kebutuhan pembiayaan mikro bagi mahasiswa di kota-kota pusat pendidikan lainnya.”

Saat ini layanan yang diberikan Cicil telah dapat digunakan mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Atmajaya. Dengan kemudahan yang ditawarkan, Cicil berharap selanjutnya mahasiswa dapat belajar untuk melakukan personal budgeting saat memutuskan menggunakan layanan Cicil.

Target dan fokus Cicil

Setelah mendapatkan pendanaan tahap awal (seed funding) akhir 2016 lalu, bantuan akses pembiayaan Cicil kini telah memiliki ribuan mahasiswa di Indonesia dengan mayoritas pembiayaan adalah untuk membeli kebutuhan fungsional seperti laptop dan telepon seluler.

“Namun selain itu layanan kami juga banyak digunakan untuk membiayai pembelian perlengkapan hobi yang positif, seperti perlengkapan camping dan perlengkapan fotografi,” kata Edward.

Target dan fokus Cicil selanjutnya adalah pengembangan produk, khususnya aplikasi mobile, untuk memberikan layanan yang lebih baik dan lebih cepat bagi anggota Cicil dan juga penetrasi ke kota-kota besar lainnya untuk mendukung perusahaan dalam memberikan layanan inklusi finansial yang lebih luas.

Program “Student Ambassador”

Untuk merangkul lebih banyak mahasiswa untuk berpartisipasi membangun Cicil, program Student Ambassador mulai diperkenalkan Cicil. Beberapa lingkup utama peran ambassador Cicil di antaranya membantu meningkatkan brand awareness Cicil di lingkungan kampus, secara aktif membantu rekan mahasiswa dalam proses pengajuan fasilitas cicilan, dan mengembangkan layanan dan strategi perusahaan berdasarkan pengamatan langsung di kampus masing-masing.

Tujuan lain program ini adalah untuk memberikan wadah kegiatan positif bagi mahasiswa-mahasiswi dan sebagai bekal pengalaman sebelum mereka terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.

“Program Student Ambassador merupakan program bagi mahasiswa-mahasiswi berjiwa wirausaha untuk dapat bersama-sama mengembangkan layanan kami di lingkungan kampus mereka. Program kami memberikan peluang bagi mahasiswa untuk meraih pengalaman kerja praktek nyata di lingkungan startup,” kata Edward.