Laporan MPA: Vidio Miliki Lebih dari 4 Juta Pelanggan Berbayar, Jadi yang Terlaris di Indonesia

Laporan terbaru Media Partner Asia (MPA) bertajuk “Asia Pacific Video & Broadband Industry 2024” menyoroti bahwa industri konten video di Asia Pasifik telah mencapai pendapatan $145 miliar di tahun ini dan diperkirakan akan terus bertumbuh sampai $165 miliar di tahun 2028. Industri video terus mengalami pergeseran signifikan dari TV ke platform online dalam hal konsumsi, keterlibatan, dan monetisasi.

Salah satu bisnis yang terdorong atas tren tersebut adalah SVOD (Subscription Video On-Demand). Dari laporan yang sama, per akhir 2023 ini sejumlah penyedia SVOD yang beroperasi di Indonesia telah mendapatkan jutaan pelanggan berbayar. Menurut MPA, saat ini Vidio memiliki jumlah pelanggan premium terbanyak di Indonesia melebihi 4 juta pengguna orang, disusul Viu, Disney+ Hotstar, dan Netflix.

“Setelah melemah pada Q2 2023, pasar SVOD Indonesia telah pulih dengan permintaan yang lebih berkelanjutan berkat konten olahraga, lokal, dan Korea. Konten olahraga dan lokal tetap menjadi mesin utama bagi Vidio yang telah memimpin pertumbuhan kategori pada Q4 tahun 2023 dan diperkirakan akan tumbuh dengan pesat pada tahun 2024 dengan keseluruhan kategori diperkirakan akan menambah 1,3 – 1,4 juta pelanggan baru pada tahun 2024,” ujar CEO Media Partners Asia Vivek Couto.

Sebelumnya MPA juga merilis laporan pada pertengahan tahun ini, mengindikasikan bahwa ada penurunan derastis pelanggan SVOD yang diakibatkan platform video pendek seperti Tiktok. Asia Tenggara hanya menambahkan 7.000 pelanggan baru SVOD pada paruh pertama 2023. Angka tersebut turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 3,7 juta pelanggan, adapun dibandingkan pada paruh kedua 2022, penurunannya jauh lebih tajam sebesar 7 juta pelanggan baru.

Proposisi nilai Vidio

Capaian Vidio ini menjadi preseden baik, pasalnya menjadi satu-satunya platform yang dikembangkan pelaku bisnis lokal (grup EMTEK) yang mampu bersaing di jajaran ranking atas bersama pemain regional dan global. Data MPA sekaligus memvalidasi, bahwa Vidio menjadi satu-satunya platform OTT lokal yang mematahkan dominasi pemain global dengan jumlah subcriber terbesar di seluruh negara Asia (di luar Tiongkok).

“Keberhasilan Vidio untuk dapat mengalahkan dominasi OTT global dan regional sebagai OTT dengan subscriber terbanyak di Indonesia, merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia mampu untuk bersaing dengan pemain kelas dunia, dengan teknologi yang dibangun di dalam negeri dan kemampuan menyajikan ragam konten yang memang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia,” ujar CEO Vidio Sutanto Hartono.

Menurut pernyataan yang disampaikan ke DailySocial.id, saat ini demografi pelanggan Vidio terbilang cukup berimbang. Kekuatan konten olahraga banyak didominasi oleh penikmat dari pengguna laki-laki, sementara konten serial drama didominasi audiens perempuan. Sepanjang tahun 2023 ini, Vidio memproduksi 21 judul original series, menjadi yang terbanyak di antara semua pemain OTT yang ada di Indonesia.

Adapun gabungan dari audiens film seri Open BO, Pertaruhan The Series Season 2, dan Merajut Dendam  secara total telah ditonton lebih dari 43 juta kali.

“Vidio berkomitmen menjadi platform OTT yang mengalokasikan investasi terbesar dalam mengembangkan konten lokal sebagai tulang punggung pertumbuhan Vidio ke depan, dan konten lokal ini menjadi pendorong bagi pelanggan untuk terus datang ke platform Vidio. Komitmen ini kami harap bisa turut mendukung pertumbuhan industri konten Indonesia sehingga suatu saat akan mampu untuk menembus pasar internasional,” imbuh Sutanto.

Sebelumnya di awal tahun ini posisi Vidio sempat tertinggal dengan beberapa rivalnya. Mengutip laporan JustWatch, pada Q1 2023 marketshare pasar SVOD lokal dipimpin Netflix dan Disney+ Hotstar dengan masing-masing menggenggam 22%. Sementara Vidio hanya 10%, di bawah iflix+WeTV (16%), dan Viu (12%). Secara umum laporan JustWatch menampilkan lanskap layanan streaming, memeriksa kehadiran pasar, konten, dan keterlibatan pengguna dari berbagai penyedia SVOD.

Strategi mempertahankan pangsa pasar

Industri OTT masih menyimpan potensi besar untuk dikembangkan. Menurut MPA, total pelanggan berbayar OTT per Q3 2023 di Indonesia mencapai 21 juta orang, sementara di Asia Tenggara sebanyak 48 orang. Dengan penetrasi OTT berbayar yang masih di bawah 10% dari populasi, pasar lokal masih terbilang sangat menjanjikan untuk terus dieksplorasi. Sejumlah strategi pun telah direncanakan Vidio untuk mempertahankan pertumbuhan di tahun 2024 mendatang.

Disampaikan, ada dua strategi utama yang terus akan digenjot Vidio guna menghasilkan proposisi nilai yang kuat dalam industri, yakni sebagai berikut:

  • Mempertahankan positioning “home of local original” sebagai OTT di Indonesia yang merilis original series lokal terbanyak.
  • Mempertahankan positioning “home of sports dengan terus menyajikan pertandingan-pertandingan olahraga terbaik; baik lokal maupun internasional.

Tahun 2023 ini, berbagai ajang olahraga unggulan secara live juga ditayangkan oleh Vidio. Mulai pertandingan lokal seperti : BRI Liga 1, Proliga, dan Livoli; hingga ajang internasional seperti Premier League, NBA, UEFA Champions League, Serie A, La Liga, Olimpiade, FIFA World Cup Qatar 2022, dan FIFA U-17 World Cup.

Perusahaan juga terus mengeksplorasi kerja sama strategis bersama para  mitranya, termasuk Grab dan Sinarmas yang belum lama ini turut masuk ke putaran pendanaan senilai Rp633 miliar. Salah satu kerja sama yang sudah berjalan berupa paket bundling Vidio yang tersedia di layanan Grab + OVO dan jaringan grup Sinarmas (Smartfren, MyRepublic, dan Dana).

Application Information Will Show Up Here

Laporan MPA: Pelanggan Baru Platform OTT di Regional Ambles, Beralih ke TikTok

Asia Tenggara hanya menambahkan 7.000 pelanggan baru SVOD (subscription video-on-demand) pada paruh pertama 2023. Angka tersebut turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 3,7 juta pelanggan, adapun dibandingkan pada paruh kedua 2022, penurunannya jauh lebih tajam sebesar 7 juta pelanggan baru.

Mengutip dari laporan Media Partners Asia (MPA), pada semester I 2022, penurunan tersebut berasal dari tiga aplikasi populer: Netflix, Prime Video, dan Viu, yang hanya mampu menambahkan 1,2 juta pelanggan agregat, berkontribusi terhadap 63% dari total pelanggan baru di antara semua platform SVOD.

Menariknya, MPA menangkap fenomena TikTok yang menjadi pendorong utama pertumbuhan pengguna untuk platform mobile dan web. MPA mencatat terdapat lebih dari 70% pertumbuhan menit streaming selama dua tahun terakhir.

Pada paruh pertama 2023, TikTok mencatat peningkatan streaming hingga 42% menit, naik 20 poin persentase dibandingkan paruh pertama 2021, dan naik 7 poin persentase selama paruh pertama 2022. “Kenaikan aplikasi video pendek tersebut mengurangi pangsa untuk YouTube, yang turun 4% year-on-year, dan premium VOD, turun 2% year-on-year,” tulis laporan tersebut.

Secara total, Asia Tenggara memiliki 47,6 juta langganan SVOD pada akhir paruh pertama 2023. Pertumbuhan pelanggan di Thailand, Malaysia, dan Filipina diimbangi dengan kontraksi di Indonesia, di mana total pelanggan turun sebesar 1,2 juta.

MPA menyimpulkan perlambatan ini terjadi karena tiga faktor, yakni:

  • Turunnya tingkat churn di Indonesia terjadi karena berakhirnya turnamen sepak bola Piala Dunia FIFA pada Desember 2022 dan akhir musim Liga Inggris 2022-23 pada Mei 2023;
  • Dampak dari pemasaran lokal dan investasi konten yang berkurang secara signifikan di luar Netflix, Prime Video, dan Viu, yang semuanya berkontribusi pada pertumbuhan regional pada paruh pertama 2023;
  • Hasil dari kenaikan harga yang diterapkan oleh platform utama.

Investasi konten Asia

Tiga platform yang sedang berkembang – Netflix, Prime Video, dan Viu – semuanya memanfaatkan popularitas drama Korea, satu-satunya kategori konten VOD premium terbesar di Asia Tenggara, meraih 40% penayangan VOD premium di seluruh wilayah pada paruh pertama tahun ini. Pertunjukan teratas selama periode tersebut termasuk The Glory (Netflix) dan Taxi Driver Season 2 (Viu).

Tak hanya konten Korea, semua layanan streaming OTT terkemuka juga berinvestasi dalam konten Asia Tenggara, yang meraih 13% dari pemirsa VOD premium, sementara konten AS menyumbang 21%, anime Jepang 10%, dan konten Tiongkok 9%. Konten Thailand memiliki dampak regional terkuat, dengan film thriller Netflix Hunger menjadi acara yang paling banyak dikunjungi.

“Platform VOD premium terkemuka di kawasan ini berada di tengah-tengah pergeseran menuju pertumbuhan, retensi, dan monetisasi pelanggan yang berkualitas,” kata Direktur Eksekutif MPA Vivek Couto.

Ia melanjutkan, “Netflix telah menurunkan harga dan memperkenalkan langkah-langkah berbagi anggota, sementara Disney menaikkan harga di Indonesia dan Thailand dalam upaya menurunkan tingkat churn dan meningkatkan basis pelanggan ARPU.”

Sementara itu, Vidio menjadi satu-satunya OTT lokal yang punya dampak signifikan di Indonesia, diharapkan dapat kembali memperoleh pelanggan baru seiring kembalinya Liga 1 dan Liga Premier. “Bersamaan dengan daftar lokal yang berdampak dari Netflix dan Amazon, khususnya di Thailand dan Indonesia, menarik pelanggan baru, sementara Viu akan terus mendapatkan keuntungan dari keluaran Korea-nya.”

Sebagai catatan, data mengenai premium VOD tidak termasuk angka untuk YouTube, TikTok, dan streaming game. Laporan ‘Analisis & Wawasan Konsumen Video Online Asia Tenggara’ MPA melacak metrik utama di seluruh kategori video online dengan panel pasif dan pendirian di lima pasar Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Pangsa pasar OTT di Indonesia

Secara terpisah, mengutip dari data terpisah yang dirangkum oleh JustWatch, menobatkan Netflix (23%) sebagai aplikasi pangsa pasar terbesar di Indonesia. Netflix bersaing ketat dengan Disney+ Hotstar (21%) dengan selisih hanya 2%. Sementara itu Iflix (+WeTV) (16%) berada di urutan ketiga, tertinggal 5%.

Q2 Streaming services marketshare infographic 2023 / Justwatch

Pada kuartal sebelumnya, baik Netflix maupun Disney+ Hotstar sama-sama menduduki posisi tertinggi sebagai aplikasi dengan pangsa pasar terbesar, masing-masing sebesar 22%.

Di Indonesia sendiri terdapat tujuh layanan OTT yang paling banyak diakses oleh pengguna, di posisi keempat diisi oleh Viu (13%), diikuti Vidio (10%), Prime Video (9%), HBO Go (5%), dan lainnya (3%).

JustWatch juga mencatat perkembangan pangsa pasar para pemain SVOD di paruh pertama 2023 di Indonesia. Hasilnya persis tercermin dengan pencapaian di kuartal II 2023, bahwa Netflix dan Viu memimpin dari segi pertumbuhan. Kedua platform ini menambahkan 1% dalam tiga bulan terakhir. Di sisi berlawanan dari spektrum, Disney+ Hotstar dan HBO Go menderita kerugian 1% di kuartal kedua.

Q2 Streaming services marketshare infographic 2023

Riset JustWatch: Netflix dan Disney+ Jadi Platform SVOD Paling Laris Sepanjang Q1 2023

Maraknya layanan Subscription Video on Demand (SVOD) telah mengubah perilaku konsumen di Indonesia. Kini pengguna dapat mengakses berbagai konten di berbagai genre, memungkinkan mereka menjelajahi acara, film, dan dokumenter baru dari seluruh dunia.

Beberapa platform SVOD besar yang beroperasi di Indonesia adalah Netflix, iFlix, Disney+ Hotstar, Vidio, HBO Go, Prime Video, WeTV, hingga Viu. Platform-platform ini bersaing untuk menangkap permintaan konten SVOD yang terus meningkat di kalangan konsumen Indonesia.

Baru-baru ini JustWatch, merilis laporan SVOD untuk kuartal pertama tahun 2023, memberikan wawasan tentang layanan streaming yang terus berkembang. Laporan ini menawarkan pemahaman mendalam tentang tren, preferensi, dan dinamika pasar platform SVOD, menyoroti kebiasaan streaming pemirsa di seluruh dunia.

Persaingan Netflix dan Disney+ Hotstar

Secara umum laporan JustWatch menampilkan lanskap layanan streaming, memeriksa kehadiran pasar, konten, dan keterlibatan pengguna dari berbagai penyedia SVOD. Dengan basis data ekstensif di lebih dari 70 negara, JustWatch menganalisis data dari jutaan pengguna untuk menawarkan pemahaman mendalam tentang industri streaming.

Di Indonesia sendiri tercatat, saat ini ada 7 layanan SVOD yang paling banyak diakses oleh pengguna dan secara khusus diamati secara detail antara lain Netflix, Disney+hotstar, iFlix (+ WeTV), Viu, Vidio, Prime video dan HBO Go.

Dalam laporan tersebut terungkap, market share untuk Indonesia di kuartal I tahun 2023, Netflix dan Disney+hostar masih menjadi platform SVOD terbanyak yang diakses oleh pengguna di Indonesia sebanyak 22%. Disusul oleh iFlix sebanyak 16%, Viu 12%, Vidio platform lokal sebanyak 10%, kemudian Prime Video dari Amazon sebanyak 9%, dan yang terakhir adalah HBO Go sebanyak 6%.

Dari laporan tersebut juga terungkap Netflix, iflix, dan Viu menunjukkan pertumbuhan positif dengan masing-masing pertumbuhan hingga +1%. Sementara itu Prime Video dan Disney+hotstar masih berjuang untuk mengikuti pasar, dengan penurunan market share masing-masing sebesar -1%.

Dengan memahami variasi regional dan pola keterlibatan pengguna, penyedia dapat menyesuaikan penawaran mereka untuk memenuhi permintaan pasar tertentu dan memaksimalkan basis pelanggan mereka.

Sementara di laporan JustWatch tahun 2022 lalu tercatat, Disney+ Hotstar mendominasi pasar OTT dengan persentase pangsa pasarnya mencapai 23%. Kemudian, secara berurutan disusul Netflix (21%), iflix (15%), Viu (12%), Vidio (10%), Prime Video (9%), HBO GO (7%), dan lainnya (3%). Vidio kembali menjadi satu-satunya platform OTT lokal, dengan angka dua digit melesat dari tahun sebelumnya.

Strategi SVOD menjangkau pengguna

Dalam laporan yang dirilis oleh Media Partners Asia terungkap, pertumbuhan pendapatan Netflix pada tahun 2023 berasal dari pasar Australia yang menguntungkan namun tersaturasi, di mana kinerja Netflix secara bertahap akan didukung oleh pertumbuhan iklan. Sementara itu tingkat pertumbuhan Netflix yang kuat di Jepang dan Korea Selatan, telah menghasilkan pendapatan per pengguna yang tinggi, didukung dengan keuntungan materi dan kontribusi dari negara India, Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Pada Februari 2023, perusahaan juga mengumumkan penyesuaian harga di Asia Tenggara. Hal ini diklaim dapat menambah jumlah pengguna di Asia Tenggara, dan dapat bersaing dengan platform SVOD lainnya.

Semantara itu Vidio sebagai satu-satunya platform SVOD lokal yang masuk dalam laporan JustWatch, berambisi dapat mendorong pertumbuhan dan memperkuat posisinya sebagai OTT lokal terkemuka. Menurut laporan dari Media Partner Asia, pada kuartal I 2022, Vidio menjadi platform OTT posisi teratas berdasarkan pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) dan total durasi menit streaming (minute streamed). Perusahaan terus menambah katalog kontennya di bidang olahraga dan diklaim sebagai terlengkap di Indonesia.

Daftarnya mulai dari Piala Dunia FIFA 2022 Qatar, English Premier League, Liga sepak bola Indonesia (Liga 1, Liga 2, dan Liga 3), Liga Champions UEFA dan UEL, NBA, Liga sepakbola Eropa (Serie A, La Liga, Ligue 1), FA Cup, Formula One, Liga bola voli profesional Indonesia (ProLiga), Liga Bola Basket Indonesia (IBL), Women’s Tennis Association (WTA), dan ragam pilihan konten olahraga premium lainnya. Tak hanya itu, Vidio terus aktif merilis konten original hingga tiga judul setiap bulannya.

Tandai Era Baru, Bisnis OTT MNC Group Segera “Go Public” di Bursa Amerika Serikat Melalui SPAC

MNC Vision Networks, (IDX: IPTV) melalui anak usahanya Asia Vision Network (AVN) atau dikenal dengan produk aplikasinya Vision+, mengumumkan telah resmi menandatangani perjanjian penggabungan usaha dengan Malacca Straits Acquisition Company (NASDAQ: MLAC), sebuah SPAC (Special Purpose Acquisition Company).

Rumor ini sudah beredar sejak Februari 2021 lalu. Melalui surat tanggapan yang dipublikasikan melalui IDX, pihak IPTV mengonfirmasi soal rencana tersebut. Hanya saja disampaikan bahwa proses filling belum dilakukan, sehingga belum bisa menginformasikan lebih lanjut ke otoritas.

Berdasarkan informasi terbaru yang disebarkan ke media, proses merger ditargetkan tuntas pada akhir Q2 2021. Proses penandatanganan Business Combination Agreement sudah dilakukan per 22 Maret 2021 oleh kedua pihak. Proyeksi valuasi perusahaan adalah senilai $573 juta atau setara 8 triliun Rupiah — mencerminkan rasio EV/EBITDA di 5,8 kali dari nilai tersebut. Kombinasi bisnis juga diperkirakan akan menambah modal segar sekitar $135 juta — jika tidak ada penebusan pemegang saham publik MLAC.

Selain mengoperasikan OTT (over the top) lewat aplikasi streaming video, AVN juga membawahi MNC Play sebagai operator TV berbayar dan layanan broadband.

Merger ini bakal menandai perjanjian perdana antara startup teknologi Indonesia dan SPAC untuk melantai di bursa saham Amerika Serikat. Sebelumnya sejumlah startup unicorn telah ramai dirumorkan mengambil langkah serupa, tetapi sejauh ini belum ada konfirmasi realisasi.

Gambaran kompetisi pasar

Berdasarkan data yang dihimpun di Statista Digital Market Outlook 2020revenue layanan video-on-demand (VOD) di Indonesia diprediksikan mencapai $411 juta atau setara 5,9 triliun Rupiah pada 2021 dengan penetrasi pengguna mencapai 16,5% dengan rata-rata revenue per pengguna (ARPU) $9.02. Sub-segmen yang menyumbangkan nilai terbesar adalah video streaming (SVoD), dengan kisaran $237 miliar.

Vision+ menjadi bagian dari ekosistem ini, berkompetisi sengit dengan para pemain lainnya. Dari pemetaan pemain SVOD yang dirangum dalam Startup Report 2020, setidaknya saat ini ada 21 varian layanan dengan berbagai spesialisasi konten. Ditinjau dari statistik penggunaan layanan lokal, aplikasi Vidio, RCTI+, dan Maxstream masih memimpin tiga besar yang paling banyak dipakai.

Kuat di siaran TV (baik gratis maupun berbayar) tidak menghentikan Vision+ untuk meningkatkan value propsition-nya. Karena ini mereka juga mulai banyak merilis seri orisinal film, dan beberapa tayangan eksklusif lainnya. Saat ini aplikasi sudah diunduh lebih dari 5 juta pengguna di Google Play dengan rating  4.4/5.0.

Sementara jika membandingkan dengan pemain global, ada beberapa pesaing berat yang saat ini terus menggencarkan penetrasinya di Indonesia. Dari Tencent, mereka punya dua amunisi, yakni WeTV dan iflix, dengan diversifikasi konten seri orisinal produksi Tiongkok. Kemudian ada Netflix sebagai pemimpin pasar SVOD global, juga Disney+ Hotstar yang mulai debut tahun 2020 lalu dengan konten khasnya.

Peta persaingan VOD di Indonesia

Pembatasan sosial akibat pandemi juga banyak mendatangkan pengguna baru, sebagai alternatif hiburan selama di rumah saja. Salah satunya divalidasi oleh survei McKinsey pada Maret s/d April 2020, sebanyak 45% responden mengaku mengeluarkan lebih banyak uang untuk hiburan di rumah dan berdampak pada pertumbuhan konsumsi konten video sebesar 53% dari sebelumnya.

Menurut data Media Partners Asia, hingga awal tahun ini Disney+ Hotstar sudah memiliki 2,5 juta pelanggan di Indonesia, Viu memiliki 1,5 juta pelanggan, dan Vidio 1,1 juta pelanggan (premium). Sementara Netflix memiliki 800 ribu. Disney+ Hotstar gencar memberikan paket akses premium gratis, di-bundling dengan paket internet dari Telkomsel (mitra peluncurannya di Indonesia). Menurut keterangan MNC, Vision+ saat ini memiliki 5,6 juta pelanggan, dan 1,6 juta di antaranya adalah pelanggan berbayar.

DNA bisnis MNC Group sebagai korporasi media tentu menjadi nilai plus jika mengharapkan Vision+ dapat menjadi pemimpin pasar di Indonesia. Setidaknya mereka telah membuktikan lewat kanal siaran televisi dengan menguasai 48% market share nasional. Namun pelanggan SVOD (dalam konteks pengguna premium) dengan pemirsa televisi bisa saja memiliki irisan demografi dan karakteristik yang berbeda, sehingga memang harus divalidasi lebih lanjut.

Fixed broadband dan TV kabel

Terkait fixed-broadband atau jaringan internet rumahan, menurut data yang dihimpun Techinasia per Juni 2020, setidaknya ada 11 pemain yang saat ini menyuguhkan layanannya termasuk MNC Play. Kebanyakan layanan TV kabel juga disuguhkan bersanding dengan paket internet yang diberikan.

Fixed Broadband Layanan Hiburan Penawaran Kecepatan Biaya Langganan Dasar Cakupan
MNC Play TV Kabel, VOD 10Mbps s/d 70Mbps Rp290ribu s/d Rp1juta Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Malang
Indosat Ooredoo GIG TV Kabel, VOD 20Mbps s/d 100Mbps Rp280ribu s/d Rp1juta DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten
Biznet Networks TV Kabel, VOD 75Mbps s/d 150Mbps Rp325ribu s/d Rp725ribu Wilayah Pulau Jawa, Batam, dan Bali
First Media TV Kabel, VOD 15Mbps s/d 300Mbps Rp361ribu s/d Rp3,1juta Jabodetabek, Bandung, Cirebon, Purwakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Kediri, Malang, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Bali, Medan, Batam
CBN Fiber TV Kabel, VOD 30Mbps s/d 200Mbps Rp299ribu s/d Rp1,3juta Jabodetabek, Bandung, Cirebon, Denpasar, Medan, Palembang, Surabaya, Jember Kediri, Madiun, Malang, Sidoarjo, Semarang
Indihome TV Kabel, VOD 10Mbps s/d 50Mbps Rp169ribu s/d Rp625ribu Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua
Groovy TV Kabel 10Mbps s/d 80Mbps Rp269ribu s/d Rp568ribu Jabodetabek, Bandung
MyRepublic TV Kabel, VOD 30Mbps s/d 300Mbps Rp329ribu s/d Rp1,2juta Jabodetabek, Bandung, Malang, Medan, Palembang, Semarang, Surabaya
Oxygen.ID TV Kabel, VOD 25Mbps s/d 100Mbps Rp273ribu s/d Rp493ribu Jabodetabek, Bandung, Pekalongan
XL Home TV Kabel, VOD 100Mbps s/d 1Gbps Rp349ribu s/d Rp999ribu Jabodetabek, Bandung, Banjar Baru, Banjarmasin, Bekasi, Balikpapan, Bantul, Denpasar, Makassar, Sleman
Transvision TV Kabel, VOD 30Mbps s/d 1Gbps Rp269ribu s/d – Jabodetabek

Bersumber dari Key Market Indicators Statista, data statistik berikut menunjukkan perkiraan jumlah rumah tangga dan penetrasi penggunaan TV internet berlangganan (iptv) di Indonesia hingga tahun 2025 mendatang. Konsep iptv menggunakan internet sebagai transmisi layanan.

Urgensi untuk memiliki layanan internet rumahan dapat menjadi pendorong utama peningkatan penetrasi layanan ini – terlebih pandemi memang banyak mendorong konsumsi internet di tengah masyarakat Indonesia, baik untuk menunjang kebutuhan work from home (WFH), learning/school from home (LFH), atau untuk hiburan.

Penetrasi IPTV di Indonesia

Sementara itu, menurut data International Telecommunication Union pelanggan layanan internet rumahan (fixed broadband) di Indonesia hingga tahun 2019 sudah melebihi angka 10 juta. Jika menghubungkan pada tabel sebaran penyedia layanan di atas, masih banyak daerah yang belum diakomodasi oleh layanan tersebut. Artinya angka ini juga masih terus berpotensi bertumbuh seiring peningkatan adopsi dan ekspansi dari penyedia bisnis itu sendiri.

Fixed Broadband Subscription in Indonesia

Dari hasil survei yang dilakukan oleh Nusaresearch periode April 2020 melibatkan 2.792 responden, diungkapkan beberapa penyedia layanan broadband (mencakup mobile dan fixed) di Indonesia. Dengan cakupan yang masih cukup terbatas, MNC Play masih menempati posisi 10 besar dan menjadi 1 dari 4 layanan fixed yang paling banyak digunakan. Dari rilis yang diedarkan, MNC Play saat ini juga telah memiliki sekitar 300 ribu pelanggan.

Internet provider Indonesia 2020

Penguatan lini bisnis

Dalam keterbukaannya juga disampaikan, bahwa saat ini AVN sedang menyelesaikan akuisisi 100% saham K-Vision. Transaksi ditargetkan rampung pada akhir bulan ini. K-Vision sendiri adalah perusahaan penyedia layanan TV kabel yang berinduk pada perusahaan yang sama. Diharapkan pasca akuisisi bisa menambahkan pilihan konten di layanan SVOD Vision+, termasuk sinaran populer dari RCTI, GTV, MNCTV, iNews, dan 13 saluran lokal ainnya. Saat ini K-Vision telah memiliki sekitar 6 juta pelanggan.

Secara struktur bisnis, AVN akan membawahi tiga unit perusahaan, termasuk Playbox sebagai pengembang OTT BOX Android untuk penyiaran televisi berbayar.

Struktur MNC Media Group

Di luar grup bisnis media, MNC juga terus memperkuat ekosistem digitalnya. Beberapa waktu lalu kami sempat mewawancara Direktur MNC Kapital Jessica Tanoesoedibjo, dalam pemaparannya saat ini perusahaan tengah memperkuat penetrasi aplikasi pembayaran SPIN, termasuk dengan mengintegrasikan ke berbagai lini bisnis lainnya, termasuk Vision+, MNC Play, dan lain-lain.

Application Information Will Show Up Here