Mengenal Konsep SMART dalam Pengelolaan Pekerjaan

Terdapat banyak sekali konsep yang dapat digunakan oleh seorang manajer dalam bisnis untuk mengatur ritme kerja timnya. Salah satunya adalah konsep Management by Objectives (MBO). Sudah diterapkan sejak tahun 1960an, manajemen penugasan ini dinilai efektif, karena mampu memberikan porsi pekerjaan yang tepat bagi para pekerjanya.

Salah satu yang melandasi konsep ini adalah prinsip dasar yang disebut SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic dan Time-based).

Mengapa SMART menjadi efektif untuk diterapkan dalam target realisasi sebuah pekerjaan, berikut ini ulasannya.

Specific (Memiliki tujuan spesifik)

Menurut teori manajemen tugas MBO, target yang spesifik akan memberikan efisiensi lebih kepada seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tujuan spesifik berkaitan dengan detail apa saja yang harus diselesaikan, harus mampu diterangkan secara eksplisit dan mudah dipahami.

Tujuan spesifik ini tidak hanya menyangkut definisi spesifik dari penugasan tersebut, namun termasuk mampu memberikan penugasan kepada orang yang spesifik. Dalam artian bagian dari tim yang paling berkemampuan untuk menyelesaikannya.

Measurable (Memiliki tujuan yang terukur)

Apa yang dikerjakan juga harus bisa diukur. Hal ini untuk memudahkan dalam mendefinisikan capaian sukses dari pengerjaannya. Masing-masing pekerjaan memiliki cara ukur yang berbeda, akan tetapi sedari awal pekerjaan atau tujuan tersebut dirundingkan, ukuran tersebut harus mampu disampaikan oleh pihak pemberi dan penerima tugas.

Achievable (Memiliki tujuan yang mungkin untuk dicapai)

Pekerjaan yang diberikan juga harus sesuatu yang mungkin untuk diselesaikan. Ini berkaitan dengan dua poin sebelumnya, yakni detail dan dapat diukur. Ada beberapa perkerjaan kadang diberikan tanpa target hasil akhir yang jelas. Pada akhirnya sering kali menggantung, karena kehilangan arah.

Realistic (Memiliki tujuan realistis)

Pekerjaan dengan tujuan realistis berkaitan dengan menghubungkan sebuah tugas dengan kapabilitas orang yang mendapatkan tugas tersebut. Orang pemasaran hampir tidak mungkin jika diberikan pekerjaan teknis pengembangan program, pun sebaliknya.

Time-based (Memiliki jangka waktu)

Untuk dapat mengatur ritme tim, seorang manajer juga penting memperhatikan waktu eksekusi sebuah pekerjaan. Oleh karenanya selalu perhatikan estimasi waktu dalam sebuah pekerjaan. Atur tenggang waktu dengan baik, caranya diskusikan dengan orang yang akan bertanggung jawab dengan tugas tersebut.

Empat Tanda Startup Perlu Memperbarui Kultur Kerja Tim

Sebuah organisasi biasanya berkembang dan dikembangkan berdasarkan visi yang dianut pendirinya. Begitu juga bisnis. Visi menjadi sebuah arah yang coba diupayakan oleh semua orang dalam tim. Di dalam perjalanan mencapai visi inilah kultur atau budaya di dalam perlu disesuaikan dan dibangun secara positif. Dalam perjalanannya membentuk kultur perlu serangkaian tahapan. Berikut beberapa tanda bahwa kultur dalam tim perlu di-upgrade atau diperbarui untuk hasil yang lebih positif.

Memperbarui kebiasaan

Kultur kerja dalam tim biasanya sangat erat kaitannya dengan pola kerja dan produktivitas tim. Jika mulai merasakan tanda-tanda berkurangnya produktivitas mungkin salah satu permasalahannya ada pada kebutuhan untuk memperbarui kultur. Mulai atur kembali kebiasaan, pola, dan ritme kerja agar semuanya kembali seperti yang diharapkan. Kembali ke dalam jalur, dan ritme yang cocok untuk mencapai visi yang diharapkan.

Kurangnya kolaborasi

Salah satu yang penting dalam meningkatkan kontribusi dan produktivitas tim secara keseluruhan selain komunikasi adalah kolaborasi. Saling pendukung peran satu sama lain dalam tim. Jika kolaborasi dirasa mulai menurun dan tidak efektif dalam segi produktivitasnya ini perlu menjadi sorotan. Mungkin tim perlu mendefinisikan kembali bagaimana kolaborasi yang baik senada dengan kultur produktif yang sedang di bangun.

Keselarasan kultur dengan visi

Kultur dibangun untuk memudahkan perjalanan mencapai sebuah visi. Jika visi tak kunjung tercapai dan progres tidak menunjukkan grafik yang membaik mungkin perlu adanya perubahan kultur. Mulai bicarakan lagi dengan co-founder, atau orang-orang terpercaya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian dibicarakan bersama-sama untuk kembali mendefinisikan kultur yang baik. Demi kebaikan bersama.

Tidak konsisten tentang apa yang dibicarakan dengan apa yang sebenarnya terjadi

Sebenarnya setiap orang dalam tim tak hanya pemimpin harus memiliki sikap konsisten. Apa yang mereka katakan harus sesuai dengan apa yang terjadi atau yang mereka lakukan. Jika sudah mulai banyak yang melupakan hal tersebut itu artinya ada sesuatu yang salah dengan kultur dalam tim Anda. Mulailah mencari jalan keluar untuk memperbaiki kultur dalam bisnis Anda.

Empat Hal yang Wajib Diperhatikan Perempuan Sebelum Bekerja di Startup

Saat ini sudah banyak perempuan yang tertarik untuk bekerja di startup. Apakah untuk mengisi posisi jajaran engineer, pemasaran hingga tim media sosial. Meskipun dominasi tetap ada di kalangan pria, namun dunia startup menawarkan banyak kemudahan dan tentunya suasana kerja yang dinamis, cocok untuk Anda perempuan Indonesia yang ingin bekerja di startup.

Artikel berikut ini akan mengupas 4 hal yang wajib diketahui oleh perempuan, jika tertarik untuk bekerja di startup.

Kultur startup

Saat ini sudah banyak startup yang menerapkan kultur startup di kalangan internal. Hal tersebut memang banyak dianjurkan oleh para pakar hingga praktisi dan penggiat startup. Selain mampu menerapkan kerangka dan struktur perusahaan yang tepat, kultur perusahaan juga bisa menempatkan para pegawai hal-hal yang wajib dilakukan dan dihindari. Jika Anda perempuan tertarik untuk bekerja di sebuah startup baru atau yang sudah establish, baiknya cermati dulu kultur dari startup tersebut. Hal ini penting dilakukan, untuk memastikan karakter dan kebiasaan Anda, apakah cocok dengan kultur startup yang diincar atau tidak.

Perhatikan latar belakang dan berita terkini tentang startup

Cara lain yang wajib dilakukan adalah dengan melakukan pengecekan secara menyeluruh kondisi keuangan dan berapa banyak nilai dari startup yang Anda incar. Jangan hanya tergoda dengan fasilitas, kantor yang terlihat keren dan hip, namun ternyata tidak cukup mampu menghasilkan profit. Idealnya startup yang sehat adalah startup yang memiliki organisasi dan keuangan yang baik, sehingga Anda sebagai pegawai nantinya bisa merasa nyaman dan aman bekerja di startup tersebut.

Usia dan pengalaman dari CEO

Kebanyakan CEO dan pendiri startup adalah pria yang masih berusia muda. Meskipun terbukti sudah banyak startup yang berawal dari pengalaman minim serta usia belia dari CEO namun bisa sukses dan menjadi perusahaan besar saat ini (Facebook, Snapchat, Airbnb), namun hal tersebut bisa juga menyebabkan startup tidak bisa berjalan dengan baik, karena kurangnya pengalaman dari CEO. Untuk itu cari tahu lebih mendalam pengalaman, visi dan misi serta strategi yang dimiliki oleh CEO muda di startup yang Anda incar. Jika mereka mampu memperlihatkan potensi dan peluang yang ada, bisa dipastikan startup akan tumbuh dengan baik.

Perempuan di jajaran manajemen

Sebagai perempuan tentunya Anda bisa menilai secara langsung, kultur serta kebiasaan yang ada pada startup dari jajaran manajemen atau supervisor. Jika di startup tersebut tidak memiliki perempuan yang memegang peranan penting, bisa dipastikan startup tersebut kurang menghargai atau memerlukan peranan perempuan untuk memegang posisi kunci. Hal ini tentunya bisa menjadi penilaian yang krusial bagi Anda perempuan muda, yang berencana untuk bekerja di startup tersebut.

Mencari Karyawan Pertama untuk Startup

Salah satu permasalahan yang timbul di startup atau bisnis rintisan adalah saat menentukan kapan perlunya mencari talenta baru. Banyak yang harus dipertimbangkan untuk hal satu ini. Mulai dari seberapa besar kebutuhannya hingga kondisi finansial yang dimiliki startup. Belum lagi soal kemampuan dan kecocokan dengan pengguna.

Berikut beberapa cara untuk menentukan saat dan kandidat yang tepat untuk startup.

Fokus pada tim

Salah satu pertimbangan startup untuk mempekerjakan talenta baru adalah kebutuhan. Pastikan tim benar-benar butuh. Karena mempekerjakan talenta baru artinya menjamin gaji mereka, menambah slot pengeluaran. Jika beban kerja masih bisa dikerjakan salah satu dari tim, tidak ada salahnya memaksimalkan potensi yang ada. Tentu dengan memberikan imbalan lebih. Mempekerjakan yang baru harus sejalan dengan kebutuhan. Jika kondisi finansial tidak memungkinkan lebih baik fokus pada tim yang ada. Jangan terlalu terburu-buru dalam menggaet talenta baru.

Cari yang potensial

Jika keputusan sudah bulat untuk mencari seorang karyawan baru pastikan mencari yang sesuai. Mencari talenta yang benar-benar dibutuhkan oleh tim. Menentukan hal yang satu ini tidaklah mudah. Harus ada beberapa tes yang dilakukan, termasuk mendeskripsikan kebutuhan dengan mengajak tim yang lain untuk berdiskusi. Selain kemampuan teknik kemampuan membaur dan menyatu tim juga layak untuk dipertimbangkan.

Mendemonstrasikan kemampuan

Untuk bisa mendapatkan yang sesuai dengan kebutuhan perlu adanya tindakan nyata saat interview. Salah satunya adalah dengan mendemonstrasikan kemampuannya. Persilakan para calon karyawan untuk membuktikan apa yang mereka tulis dalam CV atau lamarannya. Ini bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menilai kemampuan teknis seseorang.

Mempersiapkan kontrak

Setelah mendapatkan talenta yang cocok pastikan untuk mempersiapkan kontrak yang sesuai. Baik dari segi nilai kontrak maupun beban kerja yang akan dibebankan. Kontrak kerja ini sangat membantu untuk memperjelas status hukum dan kesepakatan di antara keduanya. Dokumen kontrak juga bisa menghindari masalah yang mungkin muncul di kemudian hari.

Tujuh Cara Tepat Menemukan Tenaga Advisor Startup

Salah satu cara yang bisa dilakukan agar startup mendapatkan dukungan moril dan wawasan yang tepat adalah dengan menemukan tenaga advisor. Tentunya tidak mudah menemukan tenaga advisor yang sesuai dengan kultur dan rencana dari startup, karena akan berpengaruh kepada teknologi, target pasar hingga sumber daya. Artikel berikut ini akan mengupas 7 hal yang baiknya diperhatikan saat startup berencana untuk mencari tenaga advisor.

Memiliki pengalaman

Tujuan Anda untuk menemukan tenaga advisor untuk startup adalah berbagi informasi dan pengalaman, latar belakang pendidikan hingga tingkat kecerdasan tentunya penting, namun jika tidak dibarengi dengan pengalaman yang luas akan menjadi sia-sia. Untuk itu pastikan tenaga advisor yang bakal direkrut memiliki pengalaman yang luas dan dan memahami betul bisnis yang Anda jalankan

Bukan dari industri yang sama

Idealnya memang tenaga advisor yang dibutuhkan adalah mereka yang sebelumnya bekerja atau memiliki hubungan yang baik dengan industri yang Anda sasar. Namun hal tersebut terkadang bisa menjadi konflik yang bakal merugikan bisnis Anda. Jika Anda membutuhkan tenaga advisor dalam hal manajemen, teknologi atau pemasaran, upyakan untuk mencari tenaga advisor dari latar belakang yang berbeda dengan sektor bisnis yang Anda sasar.

Kesuksesan yang telah diraih

Tenaga advisor yang ideal adalah mereka yang telah bekerja di perusahaan besar atau yang pernah menelurkan startup dengan sukses. Dengan demikian pengalaman, wawasan hingga networking dari mereka, bisa membantu startup Anda tumbuh lebih baik dengan nasehat dan masukan yang didapatkan oleh tenaga advisor tersebut.

Bukan sekedar influencer

Pastikan terlebih dahulu apakah keberhasilan yang telah diraih berdasarkan pendapatan atau profit atau sekedar dikenal secara viral atau memiliki jumlah pengikut di media sosial secara masif. Hanya karena tenaga advisor memiliki pengikut di media sosial dalam jumlah banyak, bukan berarti mereka sesuai dan kredibel menjadi tenaga advisor startup.

Tertarik untuk berinvestasi

Salah satu cara untuk memastikan apakah tenaga advisor tersebut tepat adalah terkait dengan rencana atau niat untuk berinvestasi di startup Anda. Idealnya tenaga advisor harus memiliki keuangan yang cukup dan tentunya memiliki ketertarikan serta minat untuk memberikan dukungan dana kepada startup. Pastikan juga tenaga advisor yang Anda rekrut memiliki mindset layaknya sebagai founder atau pemilik startup.

Memiliki hubungan yang baik

Tenaga advisor yang ideal adalah mereka yang memiliki rasa kepedulian yang besar kepada startup, dan Anda pun pemilik startup juga cukup peduli terhadap tenaga advisor tersebut. Hubungan yang baik serta kemampuan untuk beradaptasi dan berkolaborasi yang solid juga mempengaruhi pencarian tenaga advisor yang tepat.

Bisa menghadapi situasi yang sulit

Tenaga advisor yang baik adalah mereka yang bisa beradaptasi dan menghadapi berbagai kendala yang ada. Pastikan tenaga advisor tersebut bisa membantu Anda menghadapi berbagai situasi dan kesulitan yang ada. Untuk itu pastikan Anda mengenal secara mendalam tenaga advisor yang ingin Anda ajak untuk bergabung dalam startup sebelum penawaran dilancarkan.

Belajar Kepemimpinan dari Kebiasaan Waktu Kecil

Ilmu kepemimpinan mulai banyak dipelajari banyak orang sekarang ini. Hal ini selain membekali diri untuk menjadi seorang pemimpin, juga upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tahukah Anda dari sekian banyak ilmu kepemimpinan ada beberapa yang diambil dari kebiasaan waktu kecil kita? Berikut beberapa di antaranya.

Mengucapkan terima kasih

Ini menjadi hal dasar yang diajarkan kepada kita waktu kecil. Setiap tindakan orang lain yang meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan lainnya kita wajib membalasnya dengan ucapan terima kasih. Terdengar sederhana tetapi ilmu berterima kasih ini bisa membuat hubungan menjadi lebih baik dan meningkatkan rasa menghormati satu sama lain.

Mendengarkan lebih banyak

Sebagai seorang pemimpin wajib hukum mengetahui banyak mengenai apa dan siapa yang mereka pimpin. Untuk mengetahui itu semua diharuskan pula untuk lebih banyak mendengarkan dibandingkan bicara. Mencoba mendengarkan sambil memahami permasalahan yang ada. Mendengarkan sambil mengenali satu sama lain. Mendengarkan ide, masukan, atau bahkan kritikan. Sesuatu yang tentu sangat mendasar bagi seorang pemimpin.

Jangan menginterupsi

Sebagai bagian dari menjadi pendengar yang baik adalah tidak memotong atau menginterupsi pembicaraan seseorang. Jika memang mereka butuh tanggapan berikan hal tersebut setelah mereka rampung bercerita. Biarkan mereka menyelesaikannya dengan tuntas. Kalau pun Anda terpaksa atau terlanjur memotong di tengah jalan mintalah maaf dan kesediaan mereka untuk melanjutkan.

Saling membantu

Jiwa individualis muncul seiring berkembangnya waktu. Faktor persaingan pribadi atau ingin menonjol sendiri bisa menjadi faktor buruk yang mengurangi rasa membantu satu sama lain. Rasa kesediaan membantu satu sama lain tidak hanya wajib dimiliki oleh pemimpin. Tetapi pemimpin yang wajib memberikan contoh.

Bermain!

Bermain di sini bukan berarti menganjurkan kita untuk bermain. Melainkan berpikirlah seperti anak-anak ketika mendapat mainan. Bagaimana antusias mereka, rasa ingin tahu, semangat, dan tidak memiliki rasa takut sedikit pun dalam mengambil keputusan. Hanya saja untuk perkara bisnis semua itu harus tetap harus diperhitungkan meski sekali-kali nekat itu perlu.

Tiga Cara Tepat Membangun Kultur Startup yang Positif

Agar startup bisa tumbuh dengan baik, menjadi hal yang krusial untuk membangun kultur perusahaan sejak awal. Hal ini terutama berpengaruh kepada startup yang baru saja mulai menjalankan bisnis. Tujuannya agar perusahaan bisa berkembang dengan baik dan lancar. Artikel berikut ini akan membahas tiga hal yang wajib diperhatikan ketika membangun kultur di startup.

Jangan mudah terpengaruh dengan lingkungan luar

Hal utama yang wajib diperhatikan oleh startup adalah membangun kultur startup harus dimulai dari kalangan internal, meskipun suasana politik sedang memanas, kondisi luar yang kurang mendukung jangan menjadikan startup Anda tidak memiliki kultur startup yang sesuai. Apa pun kendala yang dihadapi, kesulitan yang ada, membangun kultur startup sejak awal bisa membantu Anda pemilik startup menjalankan bisnis sesuai dengan tahap yang jelas dan target yang ingin dicapai.

Pertajam intuisi

Ketika waktunya membangun startup percayakan intuisi Anda, meskipun pekerjaan makin berat dan tantangan yang harus dihadapi tidak pernah berhenti datang, tumbuhkan terus intuisi yang dimiliki terkait dengan bisnis yang ada. Intuisi juga bisa membantu Anda menemukan ide dan produk atau layanan yang tepat untuk startup, untuk itu pertajam terus intuisi Anda ketika sedang menjalankan bisnis.

Fleksibel

Kebanyakan pendiri startup terlalu percaya diri dan yakin dengan ide awal sehingga enggan untuk mengadopsi perubahan atau mengubah produk atau layanan yang dimiliki. Dengan dinamika dunia startup tampaknya Anda harus bisa lebih fleksibel ketika waktunya menjalankan bisnis. Coba dengarkan dengan baik apa yang diinginkan oleh pelanggan, pertajam terus intuisi yang ada dan upayakan untuk bisa lebih fleksibel saat menjalankan usaha.

Menjadi Pemimpin Tim yang Lebih Baik

Memimpin sebuah bisnis memang bukan hal mudah, meskipun hanya sebuah bisnis rintisan atau startup. Pemimpinnya harus mampu bersikap dan menyikapi hal-hal di dalam bisnis dengan baik dan tepat agar menghindari konflik atau masalah berkelanjutan. Menjadi pemimpin tidak mudah, belajarnya pun tidak secepat yang dibayangkan. Perlu waktu, perlu berproses.

Berikut beberapa tips untuk membantu Anda menjadi seorang pemimpin yang baik untuk sebuah bisnis rintisan.

Tumbuhkan jiwa melayani

Yang perlu ditekankan dalam memimpin sebuah bisnis adalah peran dan tugas. Di satu sisi kita sebagai bos yang artinya memiliki tanggung jawab penuh terhadap apa yang tim kerjakan dan berhak menerapkan sistem deadline yang ketat untuk mencapai tujuan. Di sisi lain pemimpin juga memiliki peran penting untuk melayani untuk bisa tetap tumbuh dan produktif, baik dari individu maupun kelompok.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mendengarkan dan melayani. Dalam hal ini mendengarkan apa masukkan dari tim yang lain dan melayani kebutuhan tim, termasuk motivasi dan arahan. Tugas lainnya yang tidak kalah penting adalah tugas untuk tetap menjaga pekerjaan tetap “on the track”.

Kebugaran dan kehadiran

Sebagai seorang pemimpin sudah sewajarnya jika harus bersikap dan terlihat semangat sepanjang waktu. Untuk menjaga ini selain tetap berpikiran positif sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga rutin. Pemikiran yang positif dan tubuh yang bugar menjadi modal awal untuk menularkan energi positif ke sekitar.

Di samping itu usahakan untuk hadir di sela-sela tim. Kehadiran pemimpin sedikit banyak akan memotivasi seluruh anggota tim untuk bekerja dengan baik. Terlebih jika mereka membutuhkan Anda untuk berkonsultasi atau sekedar bertukar pikiran tentang apa yang sedang mereka kerjakan.

Persiapkan lebih matang di belakang

Persiapan yang baik dan matang biasanya membawa hasil yang memuaskan. Penting untuk setiap pemimpin untuk memiliki rencana dan persiapan yang matang sejak jauh hari. Untuk memberikan hasil yang memuaskan usahakan untuk melakukan persiapan atau perencanaan sendiri lebih jauh secara privat. Ini akan membantu Anda terlihat sangat siap dan sangat menguasai segala kemungkinan yang ada di depan. Budaya persiapan ini sebenarnya berlaku untuk semua tim. Tetapi sebagai seorang pemimpin menyiapkannya lebih matang dari tim yang lain lebih baik.

Dalih Millennials Sering Berpindah Tempat Kerja

Generasi millennial dikenal sebagai seorang pekerja yang cenderung lebih suka berpindah-pindah tempat kerja. Hal tersebut salah satunya disimpulkan oleh Perhimpunan Manajemen SDM Indonesia dalam diskusi yang diadakan Agustus tahun lalu.

Tren tersebut ternyata benar adanya. Beberapa startup mengaku keluar masuknya talenta dalam tubuh bisnis menjadi hal yang sangat biasa. Tak mengherankan jika setiap hari di layanan listing lowongan pekerjaan, media teknologi dan jejaring profesional, hampir setiap hari selalu ada lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh startup di Indonesia.

Berikut ini adalah dalih yang sering dilontarkan Generasi Y untuk berpindah tempat kerja.

Mencari pengalaman baru

Ini menjadi alasan yang paling banyak dijadikan justifikasi. Beberapa orang yang merasa pengalamannya tidak bertambah di tempat kerja yang dinaunginya, sehingga ketika ada kesempatan berpindah, maka ia tak menyia-nyiakannya. Namun menurut beberapa orang, mereka merasa dibatasi, sehingga tidak berkembang sesuai yang ia inginkan, baik dalam koneksi dengan rekanan atau kompetensi dari bidang yang ia geluti.

Tak sedikit orang yang memilih untuk bertahan di suatu startup. Kebanyakan disebabkan karena faktor lingkungan kerja dan pimpinan yang membebaskan ia berekspresi. Mengizinkan untuk berkomunikasi langsung dengan rekanan bisnis, memberikan kesempatan untuk memimpin dan memberikan keterbukaan kepada pekerja tersebut.

Pengalaman di lingkungan kerja tak melulu soal tugas baru yang harus dikerjakan, namun juga meliputi kesempatan-kesempatan untuk mencicipi dunia yang lebih luas.

Sistem “birokrasi” yang tidak jelas

Ada startup berukuran kecil maupun medium, namun memiliki aturan yang ditegakkan, sesuai dengan SOP bisnis yang sering diadopsi korporasi. Ada juga yang tidak jelas, hingga memunculkan banyak “drama” di sana-sini. Bagi beberapa orang, aturan yang tidak jelas sangat mengganggu, terlebih untuk millennials yang sedikit-sedikit “baper”. Perlu kejelasan, dengan mekanisme yang gamblang dan yang paling penting transparan.

Jika menempatkan di sisi startup, maka menjadi kewajiban pemimpin untuk tidak seenaknya sendiri mengubah-ubah aturan sesuai yang ia mau, dan yang terparah justru menyesuaikan mood-nya. Sebuah kesalahan besar. Hal ini biasa terjadi pada sistem kerja yang tidak bisa membedakan batasan antara profesionalitas dan kekerabatan atau bahkan kekeluargaan.

Semua harus memiliki porsi yang pas dan ditempatkan secara bijak. Terkait dengan aturan, jangan sampai para pekerja merasa tidak nyaman dengan dinamika yang terlalu dibuat-buat.

Faktor pemimpin

Tak jarang menemui orang yang begitu tertarik masuk ke sebuah startup karena sangat terkagum dengan founder-nya. Namun banyak pula yang akhirnya keluar karena “sakit hati” atas kebijakan yang sering diambil pemimpin perusahaan tersebut. Lagi-lagi sikap profesional pemimpin bisnis yang tidak ditegakkan justru memicu hal ini, misalnya terlalu pilih-pilih, terkesan selalu tidak percaya, hingga selalu menabur janji manis yang sering tidak diingat.

Startup membutuhkan akselerasi kencang bisnisnya. Menghadapi dinamika yang ada, startup perlu memiliki kompetensi talenta yang terukur. Memiliki pekerja yang loyal cenderung akan mampu membawa perusahaan untuk berproduksi lebih cepat, dengan pengalaman dan kultur kerja yang sudah menjadi bagian dari kesehariannya, bisnis tidak lagi membuang-buang waktu untuk memberikan waktu beradaptasi bagi pekerjanya.

Tips Bagi Startup Pemula untuk Merekrut Karyawan

Mengembangkan bisnis bisa dilakukan dengan menyusun beberapa strategi. Salah satu strateginya adalah memperkerjakan karyawan baru untuk menambah kekuatan tim dan membagi beban ke seluruh anggota tim. Sayangnya memperkerjakan karyawan baru bukan perkara mudah bagi bisnis yang baru berkembang, terlebih bagi yang sedang merintis. Masalah keuangan dan lain sebagainya acap kali sebagai penghambat. Belum lagi biasanya karyawan dengan kemampuan yang memadai enggan memilih perusahaan atau bisnis baru.

Berikut beberapa tips bagi bisnis rintisan untuk memberikan penawaran menarik bagi karyawan baru.

Menawarkan keuntungan lebih

Keuntungan yang dibahas dalam hal ini bukan hanya uang, tetapi juga kesempatan. Jika dana yang dimiliki terbatas tawarkan hal-hal lain yang bisa menguntungkan karyawan tetapi tidak terlalu membebani bisnis. Misalnya menawarkan fasilitas laptop kantor untuk bekerja, smartphone kantor untuk berkomunikasi, atau menawarkan kemungkinan kerja secara remote.

Karena dalam titik ini yang dibutuhkan oleh bisnis tidak hanya kehadiran karyawan tersebut tetapi juga sumbangsih kerja yang nyata. Pastikan penawaran-penawaran yang diberikan tidak membebani bisnis dari segi finansial atau lainnya.

Bebaskan mereka untuk melakukan yang terbaik

Salah satu yang bisa dieksplorasi untuk memikat karyawan baru bagi bisnis rintisan adalah kesempatan untuk berekspresi dan bereksplorasi. Alih-alih menyusun pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh karyawan tersebut bisnis bisa memberikan mereka tujuan yang ingin mereka capai. Selepasnya, biarkan sang karyawan bereksplorasi dengan skill yang mereka miliki. Kebebasan ini biasanya yang diharapkan sebagian orang dalam bekerja. Bebas namun tetap memiliki tujuan.

Berikan work life balance yang lebih baik

Salah satu masalah yang dimiliki pekerja di era sekarang adalah work life balance. Mereka seolah tidak memiliki kehidupan lain di luar pekerjaan mereka. Hal ini bisa menjadi tawaran menarik. Berikan kesempatan mereka untuk mengambil libur atau mengatur jam kerja mereka sendiri. Fleksibilitas ini memberikan ruang lebih untuk mereka untuk menjaga ritme produktif mereka. Namun tetap, harus diikuti dengan kontrol dan pengawasan.

Perlihatkan ruang mereka untuk tumbuh

Hal yang satu ini sering menjadi senjata ampuh bagi bisnis tahap awal dalam merekrut karyawan. Berikan pemahaman bahwa dalam bekerja bersama mereka tidak hanya mengembangkan bisnis bersama-sama, tetapi juga mengembangkan kemampuan masing-masing individu di dalamnya. Perlihatkan bahwa bisnis tidak hanya memperhatikan kepentingan perusahaan tetapi juga karyawan. Berikan pemahaman bahwa ada ruang untuk tumbuh bagi mereka dalam tim. Ini merupakan penawaran paling menarik dan masuk akal untuk mendapatkan karyawan.