Telkom Group Suntik 292 Miliar Rupiah untuk INDICO

Telkom Indonesia melalui anak usahanya Telkomsel menyuntikkan modal sebesar Rp292 miliar kepada anak usahanya, PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED) atau kini dikenal dengan Indonesia Digital Ecosystem (INDICO). Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Telkom melakukan transaksi afiliasi tersebut dalam rangka memperkuat platform digital yang dimiliki TED.

PGS Direktur Strategic Portofolio Telkom Bogi Witjaksono mengatakan, transaksi ini termasuk transaksi afiliasi mengingat Telkom merupakan perusahaan pengendali Telkomsel dengan kepemilikan sebesar 65%. TED merupakan anak perusahaan yang dikendalikan langsung Telkomsel dengan kepemilikan saham sebesar 99,99%.

“Dalam rangka memenuhi ketentuan Pasal 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan (POJK 42/2020), dengan ini kami sampaikan bahwa pada tanggal 18 Mei 2022 telah dilakukan Transaksi Afiliasi berupa Penyertaan Modal oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) kepada PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED),” tulis Bogi.

TED merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultasi manajemen bisnis dan investasi atau penyertaan modal kepada sejumlah perusahaan. Selain itu, bisnis TED juga bergerak di sektor aktivitas pengolahan data, hosting, dan kegiatan yang berkaitan dengan periklanan.

TED resmi dibentuk pada awal Januari 2022 dan diposisikan sebagai perusahaan holding yang menaungi beberapa anak usaha dari emerging portofolio bisnis vertikal Telkomsel di bidang sektor digital, dengan mengoptimalkan pemanfaatan sinergi seluruh keunggulan ekosistem aset yang dimiliki Telkomsel. Beberapa inovasi digital yang sudah berjalan di antaranya adalah Kuncie (edtech), Fita (healthtech), dan Majamojo (game).

Dalam peresmiannya beberapa waktu lalu, CEO TED Andi Kristianto menegaskan INDICO berkomitmen untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia secara inklusif dan berdampak. “INDICO akan memampukan kami untuk lebih engage dengan para inovator, investor, mitra strategis, dan stakeholder terkait,” tutur Andi.

Untuk jangka pendek, TED mengembangkan platform yang memungkinkan para inovator, investor, collaborator untuk menjangkau pasar lebih mudah dalam lima tahun ke depan. Pengembangan ini akan didasarkan pada kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan aset dan kapabilitas yang dimiliki induk usaha, yakni basis pelanggan sebanyak 170 juta dan lebih dari 300 ribu mitra outlet Telkomsel di 514 kota.

Pengembangan inovasi digital tersebut juga memanfaatkan pemahaman yang dimiliki, baik secara geografis maupun demografis. “Dengan demikian, aset kami tak hanya relevan bagi [pasar] telekomunikasi saja, tetapi bagi seluruh masyarakat Indonesia, dengan strategi growth hacking. Indonesia sangat diverse, pemahaman terhadap lokal itu sangat berharga,” tambahnya.

Untuk tahap awal, lanjut Andi, pihaknya akan mendorong pengembangan produk digital yang sudah ada dalam enam bulan ke depan, yakni Kuncie, Fita, dan Majamojo. Apabila kapabilitas yang dimiliki sudah dimanfaatkan secara optimal, pihaknya baru akan mulai masuk ke vertikal lain.

Pendekatan baru Telkomsel

Merangkum perjalanan transformasi digitalnya, sejak tahun lalu Telkomsel mulai mengambil pendekatan berbeda dalam mengembangkan produk digital. Sebelum ini, pengembangan inovasi digital dilaksanakan lewat kendaraan Telkomsel Innovation Center (TINC) dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). TINC menjaring ide untuk diinkubasi dan diakselerasi dari startup lokal, sedangkan TMI masuk melalui pemberian investasi ke startup tahap awal (early stage).

Namun, kali ini Telkomsel mencoba mengeksplorasi vertikal yang belum pernah digarap oleh telekomunikasi sebelumnya. Telkomsel mengembangkan platform Kuncie dan Fita yang sama-sama masuk ke segmen digital lifestyle tahun lalu. Kemudian, masuk Majamojo yang didirikan lewat skema patungan oleh TED dan GoTo pada Februari kemarin.

Dalam wawancara terdahulu DailySocial.id dengan Kuncie dan Fita, pendekatan ini tercermin dari langkah Telkomsel mendapuk CEO Kuncie dan Fita dari luar lingkungan perusahaan dan induk usaha. Selain itu, Telkomsel memberikan keleluasaan untuk mengembangkan bisnis dengan model growth hacking, dan punya potensi untuk di-spin-off. Model ini tentu bertentangan dengan model bisnis telekomunikasi yang berorientasi pada Return of Investment (ROI).

TED Bakal Hadirkan Konten Eksklusif di Clubhouse

Format ‘podcast interaktif’ yang Clubhouse populerkan sudah tidak bisa lagi dikatakan eksklusif. Pesaing aplikasi social audio tersebut bukan cuma satu sekarang, melainkan tiga sekaligus, dan semuanya berasal dari perusahaan besar: Twitter Spaces, Spotify Greenroom, dan Facebook Live Audio Room.

Di titik ini, Clubhouse pada dasarnya butuh amunisi baru untuk tetap relevan. Salah satu yang sudah mereka siapkan adalah konten eksklusif. Bukan dari sembarang kreator, melainkan yang disajikan oleh TED. Baru-baru ini, kedua perusahaan rupanya telah meneken kontrak kerja sama supaya TED bisa menghadirkan konten audio eksklusif di Clubhouse.

Konten yang pertama adalah “Thank Your Ass Off”, yang akan disiarkan seminggu sekali setiap hari Senin pukul 22.00 WIB mulai tanggal 12 Juli ini juga. Konten-konten lainnya bakal segera menyusul ke depannya, dan semuanya tentu bakal dihadirkan melalui akun resmi TED sendiri di Clubhouse.

Kepada The Verge, perwakilan Clubhouse menjelaskan bahwa TED bebas menjual iklan atau sponsorship pada kontennya, dan Clubhouse sama sekali tidak akan mengambil untung dari situ. Nama besar dan popularitas TED boleh dibilang sudah cukup menguntungkan bagi Clubhouse di tengah panasnya persaing platform social audio.

Sebagai perspektif, TED meluncurkan jaringan podcast-nya pada bulan Februari lalu, dan mereka mengklaim koleksi kontennya diunduh sebanyak 1,65 juta kali setiap harinya oleh pengguna di seluruh dunia. Di Spotify, TED Talks Daily merupakan podcast terpopuler kedua setelah The Joe Rogan Experience di sepanjang tahun 2020.

Buat TED sendiri, Clubhouse tentunya bisa menjadi wadah alternatif untuk menyajikan konten audio yang lebih interaktif, seperti misalnya sesi live Q&A, yang tentunya mustahil diwujudkan lewat format podcast tradisional. Kebetulan Clubhouse juga cukup sering dibanding-bandingkan dengan TED sehubungan dengan banyaknya sesi live yang inspiratif.

Pada akhirnya, kedua pihak bakal sama-sama diuntungkan berkat kerja sama ini, dan kita sebagai pengguna juga pasti tidak akan menolak adanya konten-konten ekstra yang berkualitas. Apakah platform pesaing Clubhouse juga bakal mengambil langkah serupa dan menghadirkan konten eksklusif ke depannya? Kita tunggu saja.

Sumber: The Verge. Gambar header: Depositphotos.com.

Aplikasi Android Terbaik 2012 Versi Google Play

Menjelang tutup tahun, Google Play merilis daftar aplikasi Android yang dinobatkan sebagai aplikasi terbaik selama tahun 2012. Hal yang menarik, meskipun beberapa laporan lembaga riset pasar seperti AppAnnie menyebutkan bahwa aplikasi-aplikasi yang paling banyak mendapatkan penghasilan di Google Play adalah aplikasi game, tidak satu pun game masuk dalam daftar aplikasi terbaik ini. Bahkan, dari 10 aplikasi, hanya satu aplikasi yang merupakan aplikasi berbayar.

Apa saja aplikasi-aplikasi Android terbaik 2012 versi Google Play tersebut? Berikut adalah daftar lengkap aplikasi-apllikasi tersebut:

1. Evernote

Evernote adalah sebuah aplikasi pencatatan yang serba guna. Tidak hanya berfungsi sebagai aplikasi seperti memo biasa, Evernote memiliki fitur yang cukup lengkap. Mulai dari fitur untuk mengambil foto sampai fitur membagikan file-file catatan kepada pengguna lain. Evernote juga tersedia di platform-platform lain, mulai dari iOS hingga ke aplikasi berbasis desktop.

2. Pinterest

Jejaring sosial Pinterest yang belakangan semakin populer ini menempatkan aplikasinya sebagai salah satu aplikasi terbaik Android 2012. Dengan aplikasi Pinterest di Android, pengguna bisa mengeksplorasi pin dan board yang menarik baginya dan bahkan bisa membuat pin dengan mengambil gambar melalui kamera ponselnya.

3. Grimm’s Snow White

Satu-satunya aplikasi berbayar dalam daftar ini, Grimm’s Snow White merupakan sebuah aplikasi interaktif yang berbentuk buku cerita untuk anak. Berdasarkan cerita Putri Salju dan Tujuh Kurcaci, dengan aplikasi ini, pengguna anak-anak bisa membaca cerita sekaligus melakukan interaksi yang menyenangkan sesuai dengan cerita tersebut. Pengembang aplikasi ini sendiri, Storytoys, ternyata memiliki cukup banyak aplikasi buku cerita interaktif dengan judul-judul lainnya.

4. Pocket

Dahulu bernama ReadItLater, Pocket adalah aplikasi untuk menyimpan dan melihat artikel, gambar, dan video dari halaman web. Dengan Pocket, pengguna bisa menyimpan halaman web yang dilihatnya untuk dibaca di kemudian waktu. Saya sendiri sangat menyenangi aplikasi Pocket ini. Biasanya saat akan berjalan jauh dan melewati daerah yang sulit mendapatkan sinyal, saya seringkali menyimpan banyak halaman web dengan Pocket untuk dibaca di perjalanan.

5. Expedia

Expedia merupakan sebuah aplikasi pencarian, pemesanan, dan diskon hotel dan tiket pesawat terbang. Dari uji coba saya menggunakan Expedia, basis data aplikasi ini bisa dikatakan lengkap, paling tidak untuk kota-kota besar dadi Indonesia dan dunia.

6. Ancestry

Dari semua aplikasi di daftar ini, menurut saya Ancestry adalah yang paling unik. Seperti namanya, Ancestry memungkinkan pengguna untuk membuat silsilah keturunannya sendiri atau mengeksplorasi silsilah keterunan yang sudah ada di Ancestry. Pengguna bisa menambahkan foto dan catatan pada setiap nama dalam silsilah yang dibuatnya, kemudian Ancestry akan menampilkan silsilah yang sudah disimpan pengguna dalam sebuah gambar beresolusi tinggi.

7. Fancy

Sekilas Fancy tampak mirip dengan Pinterest. Hanya saja, Fancy melakukan diferensiasi dengan fitur jual beli koleksi barang-barang yang ditampilkan di aplikasi tersebut. Fancy sendiri mendeskripsikan aplikasinya sebagai campuran antara toko, majalah, dan wishlist.

8. SeriesGuide Show Manager

SeriesGuide Show Manager adalah aplikasi untuk mengikuti serial televisi favorit pengguna. Dengan aplikasi ini, pengguna bisa mengelola daftar serial televisi kesukaanya dan menonton ulang episode-episode serial tersebut melalui ponselnya. Meskipun nampaknya serial televisi yang tersedia hanya yang berasal dari Amerika Serikat dan Eropa saja.

9. Pixlr Express

Ingin beralih dari Instagram? Barangkali Pixlr Express bisa menjadi alternatif pilihan bagi Anda. Aplikasi pengeloahan gambar untuk ponsel ini mengklaim memiliki lebih dari 600 efek dan filter untuk mengeloah gambar secara instan, baik untuk gambar yang diambil langsung melalui kamera maupun gambar-gambar yang sudah tersimpan sebelumnya di ponsel.

10. TED

Tentunya TED sudah cukup banyak dikenal di dunia. Konferensi yang diisi oleh pemateri-pemateri terbaik dari seluruh dunia ini juga tersedia sebagai aplikasi Android. Dengan aplikasi TED, pengguna bisa mengeksplorasi dan menonton lebih dari 1200 video TEDTalk resmi.

Video : Teknologi Masa Depan Sudah Didepan Pintu

pranav-mistryKalau jaman saya kecil dulu, masa depan adalah dimana komputer bisa mengenali perintah melalui suara, atau robot yang super canggih seperti Transformer dan Terminator.

Well, masa depan yang dulu saya pikirkan ternyata perlahan telah muncul sebagai realita teknologi yang maju pesat. Salah satunya ya ini, mas-mas di gambar sebelah ini bernama Pranav Mistry. Seorang ilmuwan India yang mengenyam pendidikan di MIT, tentu bukan ilmuwan biasa. Salah satu hasil karyanya mendobrak tata cara kita berinteraksi dengan komputer. Namanya Sixth Sense, dan kata-kata saya tidak akan cukup untuk menjelaskannya. Silahkan tonton sendiri.

Continue reading Video : Teknologi Masa Depan Sudah Didepan Pintu