Cakap Gandeng Telkomcel untuk Tingkatkan Mutu SDM di Timor Leste

Platform edtech Cakap menjalin kerja sama dengan PT Telkom Indonesia Internasional (Telin) melalui Telkomcel untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Telkomcel merupakan operator telekomunikasi yang beroperasi di Timor Leste.

Co-Founder & CEO Cakap Tomy Yunus mengungkapkan, “kerja sama ini merupakan langkah ekspansi luar negeri pertama di 2023. Cakap berusaha akan menghadirkan konten yang relevan sesuai kebutuhan pasar di Timor-Leste.”

Saat ini, program yang akan dilayani para guru/ahli dari Cakap mencakup kemampuan bahasa asing dan skill teknis. Namun, tidak menutup kemungkinan akan ada scope lain seiring program ini berjalan. Beberapa program yang ditawarkan antara lain Bahasa asing Portugis, literasi keuangan, strategi pemasaran digital, hingga layanan pelanggan.

CEO Telkomcel Benedictus Ardiyanto Priyo mengungkap kerja sama ini bertujuan untuk menjawab tantangan pasar saat ini terhadap SDM berkualitas. Pihaknya merasa perlu ambil bagian untuk meningkatkan literasi bahasa, baik untuk internal, mitra bisnis, serta masyarakat Timor-Leste secara keseluruhan.

Selama sepuluh tahun terakhir, Telkomcel berupaya untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa melalui capacity building melalui program beasiswa untuk talenta lokal, sertifikasi, hingga pelatihan dalam dan luar negeri. “Kami tidak bisa sendiri untuk menjawab tantangan yang ada, terutama dalam peningkatan kemampuan, pemecahan persoalan bisnis, hingga konsumen,” ujarnya.

Bicara penyerapan tenaga kerja, ini juga merupakan salah satu isu fundamental di Indonesia. Dari sisi supply, jumlah tenaga kerja mencapai ribuan sampai jutaan lulusan yang dihasilkan sekolah kejuruan atau perguruan tinggi setiap tahunnya. Demand dari industri juga cukup besar. Namun, banyak pelaku industri yang kesulitan untuk menemukan talenta yang berkualifikasi.

Studi J.P. Morgan dan Singapore Management University menemukan bahwa salah satu penyebab rendahnya jumlah tenaga kerja berkualitas di Indonesia dikarenakan kesenjangan antara dunia akademik dan industri. Situasi tersebut diperparah oleh pandemi yang akibatnya dirasakan oleh lebih dari 29 juta pekerja di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

Perkembangan Cakap

Didirikan pada tahun 2014, Cakap telah berkembang menjadi salah satu platform edtech terbesar di Indonesia yang mengembangkan aplikasi pembelajaran online dengan interaksi dua arah antara siswa dan guru melalui panggilan video dan percakapan teks. Konsep ini memungkinkan interaksi pembelajaran dua arah untuk pembelajaran life skill di seluruh Asia Pasifik. ​

Di akhir 2021, Cakap meluncurkan Teacher Academy yang merupakan program pelatihan mengajar melalui platform online, dimulai untuk guru bahasa Inggris. Di dalamnya merangkum teknik mengajar komunikatif dan pemanfaatan teknologi. Cakap mengklaim telah memimpin kursus bahasa online untuk segmen dewasa dan anak-anak di Indonesia. Cakap juga telah memberdayakan lebih dari 1.000 guru di seluruh daerah.

Selain layanan pembelajaran yang sudah ada, Cakap UpSkill juga diklaim mendapatkan respons baik dari masyarakat untuk mengurangi gap of competency di angkatan kerja Indonesia. Tercatat sudah lebih dari 100 ribu alumni dihasilkan dari program pelatihan yang menyasar beragam profesi mulai dari digital marketer, engineers, SMEs owner, sampai tenaga pariwisata.

Perkuat UMKM Timor-Leste Menghadapi Pandemi, Telkomcel Luncurkan Layanan MyFood

Belakangan jumlah penderita Covid-19 di Indonesia menunjukkan trend yang menanjak, mendorong seluruh masyarakat untuk lebih waspada dan secara ketat menjalankan protokol kesehatan. Sektor bisnis pun makin tertekan, dipaksa untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan strategi-strategi baru.

Continue reading Perkuat UMKM Timor-Leste Menghadapi Pandemi, Telkomcel Luncurkan Layanan MyFood

Telkom Perkuat Bisnis Digital Internasional Lewat Aplikasi Transportasi Online “MyTimor”

Telkom Group mulai gencar mendorong bisnis digital di luar negeri. Dimulai dari Telkomcel, operator telekomunikasi berbasis di Timor Leste ini merambah layanan transportasi online bernama MyTimor. Aplikasi tersebut sudah dapat digunakan masyarakat setempat sejak November dan resmi meluncur pada awal Desember 2020.

MyTimor saat ini baru menyediakan layanan pemesanan transportasi (motor dan taksi) maupun pengiriman barang secara online. Telkomcel mengklaim sebagai operator telekomunikasi pertama di Timor Leste yang meluncurkan aplikasi ride hailing.

Dalam keterangan resminya saat itu, Telkomcel menyebutkan bahwa aplikasi MyTimor hadir untuk mengakselerasi adopsi teknologi digital. Terlebih Timor Leste sebagai negara berkembang kini juga memiliki porsi generasi milenial yang semakin aktif.

DailySocial menghubungi CEO Telkomcel Yogi Rizkian Bahar secara terpisah terkait pengembangan MyTimor dan rencana selanjutnya. Menurut Yogi, awalnya perusahaan ingin berkolaborasi untuk mengembangkan MyTimor. Namun, perusahaan memutuskan membangun aplikasi sendiri dari awal.

“Cukup seru journey-nya. Kami sempat melakukan pitching di India, tetapi akhirnya kami menggunakan developer internal untuk membangun aplikasinya.
Sejauh ini, traction-nya sangat bagus. Sudah mulai banyak driver dan pengguna yang mendaftar dan mencoba layanannya,” ungkapnya.

Mengenai sistem tarif, VP Finance & Human Capital Telkomcel Dedy Edward menambahkan bahwa hal tersebut sudah sesuai kesepakatan dengan mitra lokal. Pihaknya tidak mengelaborasi lebih jauh mengenai harga, tetapi saat ini MyTimor telah bermitra dengan Corrotrans selaku pemegang lisensi penyelenggaraan transportasi di Timor Leste.

“Saat ini, kami bermitra dengan Corrotrans dan koperasi taksi di Timor Leste (taksi kuning). Kami akan mengembangkan [kemitraan] sesuai dengan pengembangan pasar dan produk dari aplikasi kami,” ujarnya dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Telkomcel beroperasi di bawah naungan Telkom Indonesia International (Telin). Telin merupakan anak usaha Telkom Group yang berdiri sejak 2007. Saat ini Telin beroperasi di sejumlah negara, antara lain Amerika Serikat (AS), Australia, Hong Kong, Malaysia, Macau, Myanmar, Singapura, dan Taiwan. Tidak hanya telekomunikasi, perusahaan juga menawarkan solusi IT untuk segmen enterprise dan retail.

Ekspansi MyFood di kuartal pertama 2021

Lebih lanjut, Yogi mengaku pihaknya telah menyiapkan sejumlah digital solution baru yang akan diluncurkan di 2021. Hal ini mengindikasikan bahwa Telkomcel akan fokus mengembangkan ekosistem layanan MyTimor sebagaimana model serupa telah dilakukan oleh pemain di Indonesia, yakni Gojek dan Grab.

“Rencananya, kami ingin meluncurkan layanan MyFood yang setara dengan GoFood milik Gojek di Februari 2021. Ini akan menjadi upaya untuk bangun ekosistem secara keseluruhan,” jelas Yogi.

Selain itu, Telkomcel juga akan memperkuat ekosistem dengan Tpay sebagai payment point untuk mendorong pembayaran non-tunai. Tpay disebut telah meluncur sejak 2020 dan mendapat lisensi pembayaran digital di Timor Leste. Menurut Yogi, positioning Tpay serupa dengan LinkAja yang dapat digunakan masyarakat dari berbagai operator.

Selain MyTimor, ungkapnya, Telkomcel juga telah memiliki bisnis digital di kategori aplikasi streaming musik Musica yang disebut telah beroperasi di Myanmar dan memiliki kantor cabang di sana.

Menurutnya, model bisnis MyTimor atau Musica bisa saja diduplikasi sebagai business case di negara lain di mana Telin beroperasi. “Khusus untuk MyTimor, ada regulator yang terlibat sehingga business case akan dilihat dari masing-masing negara untuk assessment lebih lanjut. Ini akan menjadi new business model ke depan,” paparnya.

Sinergi kapabilitas dalam dan luar negeri

Operator telekomunikasi selama satu dekade terakhir memang sulit untuk bertransformasi, terutama setelah ramainya penggunaan platform digital asing alias OTT di Indonesia. Pelaku industri memang telah mencoba beradaptasi dengan menjajaki berbagai model bisnis digital, tetapi tidak sukses.

Telkom telah menutup layanan marketplace Blanja.com, XL Axiata telah menjual Elevenia, dan Indosat menghentikan Cipika. Ini menjadi satu contoh bahwa model bisnis e-commerce tidak sustainable bagi operator.

Salah satu tantangan mengapa model ini tidak sukses adalah operator telekomunikasi tidak memiliki kapabilitas atau ekspertis di bidang digital sehingga layanan tersebut tidak mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja. Upaya ‘bakar uang’ untuk mengejar traksi tidak dapat dilakukan terus-menerus mengingat industri telekomunikasi sangat padat investasi.

Belajar dari pengalamannya menjalankan Blanja.com dan T-cash (sekarang LinkAja), Telkom mulai bermanuver menggenjot bisnis digital dengan strategi non-organik. Upaya ini kian agresif dalam beberapa tahun terakhir jika melihat langkah solid Telkom membentuk MDI Ventures dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) sebagai perpanjangan investasinya.

MDI Ventures tercatat telah berinvestasi di 44 startup yang tersebar di 12 negara. Bahkan salah satu fokusnya ke depan adalah melakukan sinergi portofolio dengan anak usaha BUMN lainnya. Leverage teknologi dan inovasi berarti tak hanya akan terbatas antara Telkom dan portofolionya saja.

DailySocial sempat mengontak Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li dan CEO Telkomsel Mitra Inovasi Andi Kristanto untuk memastikan apakah sinergi tersebut juga berlaku terhadap bisnis Telin di berbagai negara.

Kenneth hanya menyebut ada beberapa portofolio MDI Ventures di AS dan Singapura yang disinergikan ke anak usaha Telin, tetapi tidak ada informasi lebih lanjut yang dapat dibagikan. Sementara, hal ini berbeda dengan TMI. “Untuk TMI, fokusnya untuk di Telkomsel saja,” tegas Andi dalam pesan singkat.

Langkah besar lainnya adalah Telkom menunjuk mantan presiden Bukalapak Fajrin Rasyid sebagai Direktur Digital Business per Juni 2020. Fajrid kembali ditunjuk sebagai Komisaris Utama MDI Ventures dan penasihat Centauri Fund pada Agustus 2020. Kemudian, pada November 2020, Telkom melalui anak usahanya Telkomsel resmi menyuntik investasi ke Gojek dengan nilai $150 juta (setara Rp2,1 triliun).

Dengan jaringan portofolio yang dimilikinya lewat MDI Ventures, Telkom memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk meningkatkan posisinya sebagai operator telekomunikasi digital (digico) tak hanya dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Ini dapat mempermudah transfer knowledge ke bisnis Telkom di sejumlah negara.