Pemain Real Madrid Buat Tim CS:GO, Genshin Impact Dapatkan US$245 Juta dari Mobile

Dalam seminggu terakhir, muncul beberapa kabar menarik terkait ekosistem esports dan industri game, seperti pesepak bola profesional Casemiro yang memutuskan untuk membuat organisasi esports. Selain itu, hanya dalam waktu sebulan, pemasukan Genshin Impact dari para pemain mobile telah mencapai US$245 juta.

Pemain Real Madrid Buat Tim CS:GO

Pemain sepak bola Real Madrid, Carlos Henrique Casimiro alias Casemiro, ikut terjun ke dunia esports dengan mendirikan organisasi esports yang dinamai CaseEsports. Casemiro bukanlah pesepak bola pertama yang tertarik untuk masuk ke industri esports. Pada Februari 2020, Gareth Bale juga membuat organisasi esports sendiri, yaitu Ellevens.

Tim pertama CaseEsports adalah tim CS:GO. | Sumber: Steam
Tim pertama CaseEsports adalah tim CS:GO. | Sumber: Steam

Tim pertama CaseEsports adalah tim Counter-Strike: Global Offensive. Mereka telah menandatangani kontrak dengan tim asal Brasil, yang terdiri dari Paulo “land1n” Felipe, Denis “dzt” Fisher, Felipe Delboni, Yan “yepz” Pedretti, dan Vinicius “n1ssim” Pereira. Casemiro berencana untuk memfokuskan CaseEsports di Spanyol. Untuk itu, dia menyiapkan kantor dan gaming house di Madrid. Tim CS:GO CaseEsports diperkirakan akan ikut bertanding di babak kualifikasi DreamHack Open pada Desember 2020.

“Saya membuat CaseEsports karena hobi saya bermain game. Saya harap, mereka akan menjadi tim profesional yang bisa berlaga di turnamen besar,” kata Casemiro, menurut laporan Esports Insider. “Saya sadar, membuat tim baru yang sukses akan membutuhkan waktu dan kerja keras. Saya harap, para pemain dan fans akan bisa menikmati proyek saya ini.”

Dalam Sebulan, Genshin Impact Dapatkan US$245 Juta dari Mobile

Sebulan setelah peluncuran, pemasukan Genshin Impact dari mobile telah mencapai setidaknya US$245 juta. Dengan ini, Genshin Impact menjadi sebagai salah satu mobile game terpopuler saat peluncuran, menurut Sensor Tower. Pemasukan Genshin Impact dari mobile pada bulan pertama sejak peluncuran bahkan mengalahkan Lineage 2: Revolution, Fire Emblem Heroes, dan Fortnite. Meskipun begitu, pemasukan Pokemon Go pada bulan pertama peluncuran masih lebih tinggi, mencapai US$283 juta.

Genshin Impact jadi bukti bahwa developer Tiongkok bisa memenangkan hati gamer global.
Genshin Impact jadi bukti bahwa developer Tiongkok bisa memenangkan hati gamer global.

Satu hal yang harus diingat, US$245 juta hanyalah pemasukan Genshin Impact dari mobile, tak termasuk pemasukan di PC dan PlayStation 4. Selain itu, data pemasukan ini juga tidak menghitung pemasukan Genshin Impact dari ponsel Android di Tiongkok. Secara total, pemain di Tiongkok menyumbangkan US$82 juta pada pemasukan Genshin Impact. Sementara pada bulan pertama, Amerika Serikat memberikan kontribusi sebesar US$45 juta.

“Genshin Impact adalah bukti kesuksesan developer Tiongkok untuk masuk ke pasar negara-negara Barat. Sang developer fokus pada mekanisme gameplay yang populer, sistem progression yang dalam, dan tidak segan mengeluarkan biaya produksi yang besar,” kata analis Niko Partners, Daniel Ahmad pada Sensor Tower, menurut laporan GamesIndustry.

VSPN Dapat Investasi Senilai Hampir US$100 Juta

Versus Programming Network (VSPN), perusahaan penyedia solusi esports asal Tiongkok, mengumumkan bahwa mereka telan mendapatkan pendanaan Seri B dengan nilai hampir mencapai US$100 juta. Ronde pendanaan kali ini dipimpin oleh Tencent Holdings. Beberapa investor lain yang ikut serta antara lain Tiantu Capital, SIG (Susquehanna International Group), dan Kuaishou. Kucuran dana kali ini akan digunakan untuk mengembangkan produk dan ekosistem esports di Tiongkok dan Asia.

“Kami bangga dapat mengumumkan ronde pendanaan terbaru ini,” kata CEO VSPN, Dino Ying, dikutip dari TechCrunch. “Beberapa tahun belakangan, VSPN tumbuh dengan pesat berkat regulasi dari pemerintah Shanghai yang mendukung pengembangan ekosistem esports dan kepercayaan pemerintah Beijing, Chendu, dan Xi’an akan pertumbuhan industri esports. Setelah ronde pendanaan ini, kami akan membangun fasilitas penelitian esports, taman budaya esports, dan kami juga akan melakukan ekspansi global.”

VSPN didirikan pada 2016 di Shanghai. Mereka merupakan salah satu penyelenggara turnamen esports pertama asal Asia. Sejak saat itu, VSPN telah masuk ke berbagai operasi esports lain, termasuk pengadaan tempat turnamen esports offline.

CIMB Niaga Resmi Ajukan Izin Kerja Sama dengan Alipay ke Bank Indonesia

PT Bank CIMB Niaga Tbk langsung bergerak cepat mengajukan permohonan izin kerja sama dengan Alipay ke Bank Indonesia (BI) kemarin, Kamis (17/1). Sebagaimana dikutip dari Antara, Deputi Gubernur BI Sugeng telah mengonfirmasi hal tersebut.

Sebelumnya, CIMB Niaga juga sudah mengajukan permohonan izin kerja sama dengan WeChat Pay untuk masuk ke pasar financial technology (fintech) di Indonesia. Kini, BI tinggal melakukan verifikasi, termasuk kelengkapan dokumennya.

Seperti diketahui, Alipay dan WeChat Pay sama-sama menyediakan jasa pembayaran digital di Tiongkok. Alipay terafiliasi dengan raksasa ecommerce dunia Alibaba, sedangkan WeChat Pay berada di bawah naungan Tencent Holdings Limited.

Alipay dan WeChat Pay tidak memiliki izin Bank Indonesia ketika melakukan kerja sama dengan sejumlah merchant di Bali dalam menawarkan jasa pembayaran digital kepada turis-turis asal Tiongok pada pertengahan 2018 lalu.

Padahal, sesuai Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran, setiap prinsipal asing wajib bekerja sama dengan Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 atau bank bermodal inti minimal Rp30 triliun. Dengan kata lain, Alipay dan WeChat Pay tidak memiliki izin beroperasi di Indonesi

Untuk memuluskan langkahnya sebagai penyedia jasa pembayaran digital yang sah di Indonesia, keduanya mendekati bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun statusnya hingga kini masih “gantung” karena bank-bank tersebut berencana mendirikan entitas baru, sebuah BUMN khusus yang bergerak di segmen fintech.

Kembali ke permohonan izin CIMB Niaga dan Alipay, DailySocial mencoba menghubungi direksi dan manajemennya untuk menanyakan persiapan kerja sama tersebut.

Direktur Perbankan Konsumer Lani Darmawan mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melakukan pilot untuk penerimaan WeChat Pay di merchant. Pilot yang dimaksud adalah melakukan live test di merchant.

“Kami menggunakan EDC di beberapa lokasi wisata agar bisa mendukung pariwisata Indonesia. Dengan begitu pengguna WeChat yang berwisata ke Indonesia bisa merasa nyaman,” ungkapnya lewat pesan singkat.

Berbeda dengan WeChat Pay, pihak CIMB Niaga tidak melakukan pilot untuk Alipay karena alasan tertentu. Head of Acceptance, eChannel, dan Partnership CIMB Niaga Bambang Karsono Adi menyebut pihaknya memilih route berbeda sehingga tidak memerlukan pilot lagi.

“Kami ajukan permohonan izin ke BI tanpa pilot karena internal test sudah berjalan dengan baik. Alipay sudah ‘firmed’ sehingga sistem infra kami bisa dukung integrasi hanya dengan internal test tanpa perlu ‘live test’ di merchant sesungguhnya,” ujarnya kepada DailySocial.

Ia enggan menyebutkan penyedia switching pihak ketiga yang akan menjadi mitranya karena mereka juga sedang melengkapi persyaratan beroperasi ke BI.

Selain itu, lanjut Bambang, pihaknya belum dapat mengonfirmasi kapan kerja sama ini akan komersial, termasuk jumlah merchant yang bisa memakai layanan Alipay dan WeChat Pay.

“Proses otorisasi transaksi WeChat Pay dan Alipay dilakukan langsung oleh switching pihak ketiga. Kemudian saat settlement ke merchant yang juga merchant kami, [switching] diproses oleh kami,” sambung Bambang.

‘Steam dari Tiongkok’ WeGame Rencananya Akan Meluncur Secara Global

Saat berdiskusi soal perusahaan game raksasa, nama-nama yang kita sebutkan mungkin tidak jauh dari Electronic Arts, Activision, Blizzard, atau Ubisoft. Tapi menakar dari modal yang mereka miliki, publisher-publisher ini ternyata belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Tencent. Per bulan Maret silam, mereka mengenakan mahkota ‘perusahaan gaming terbesar di dunia‘.

Melihat kesuksesan Valve di ranah distribusi digital, Tencent juga telah menyiapkan layanan serupa Steam. Platform bernama WeGame itu diungkap pertama kali pada bulan April 2017, menawarkan sebuah medium untuk mengedarkan permainan dan beragam konten ke pengguna, sembari menyediakan tempat bagi gamer buat beraktivitas – dari mulai berbelanja hingga melakukan live streaming.

Dan berdasarkan laporan dari South China Morning Post, Tencent Holdings punya agenda untuk memperluas jangkauan WeGame. Sebagai langkahnya menembus pasar global, Tencent tengah mempersiapkan perilisan perdana WeGame di wilayah non-Tiongkok: Hong Kong. Hal yang memotivasi Tencent untuk bersusah payah menandingi dominasi Steam ternyata adalah keinginan mereka menghadirkan game-game developer lokal di ranah internasional.

Faktor lain yang boleh jadi mendorong Tencent untuk meluncurkan WeGame secara global ialah pengumuman Valve Corporation di bulan lalu. Perusahaan Amerika itu telah menyingkap rencana untuk meluncurkan layanan Steam di Tiongkok dibantu oleh raksasa hiburan Perfect World. Namun meski Steam belum tersedia resmi di sana, platform gaming terpopuler di PC itu berhasil menghimpun banyak gamer Tiongkok.

Di bulan Desember kemarin, pemerintah Tiongkok sempat memblokir akses ke Steam Community. Laman store memang masih tetap bisa dibuka, tapi pemblokiran tersebut mengakibatkan user Tiongkok tidak bisa lagi berinteraksi dengan pemain di lokasi lain. Menariknya, berdasarkan data dari hasil survei Valve di bulan Mei 2018, lebih dari seperempat pengguna Steam memilih bahasa Simplified Chinese, mengindikasikan besarnya jumlah user asal Tiongkok.

WeGame sendiri merupakan versi upgrade dari Tencent Games Platform yang sebelumnya berhasil menghimpun lebih dari 200 juta pengguna aktif. Layanan ini juga sudah mulai memasarkan permainan-permainan populer seperti Minecraft, Stardew Valley, Rocket League, Portal Knights, serta Cities: Skylines. Dan rencananya, Monster Hunter: World PC dan Fortnite juga akan dirilis via WeGame.

Di mata gamer global, Steam memang lebih dikenal dibandding WeGame. Namun perlu Anda ketahui bahwa bulan Maret lalu, Ubisoft telah memulai kerja sama strategis dengan Tencent untuk memperluas jangkauan game-game-nya hingga ke Negeri Tirai Bambu.

Melihat Minat Besar Investor Tiongkok terhadap Startup Indonesia

Sejak dua tahun terakhir Indonesia banyak kedatangan investor Tiongkok untuk melakukan investasi hingga akuisisi kepada startup lokal. Mulai dari Alibaba Group hingga Tencent, semua menunjukkan rasa antusiasme terhadap industri startup Indonesia.

Salah satu alasan mengapa makin besarnya minat investor Tiongkok adalah sudah semakin sempitnya industri startup di Tiongkok. Hal ini menjadikan Indonesia, yang saat ini masih dalam fase early stage dalam perkembangan startup hingga teknologi, menjadi negara yang paling “seksi” sebagai tujuan berikutnya

Seperti diungkapkan di Tech In Asia Jakarta 2017, menurut Adrian Li, Founder & Managing Partner Convergence Ventures, makin maraknya investor asal Tiongkok masuk ke Indonesia seharusnya disambut baik dan patut untuk dicermati. Hal ini menandakan Indonesia memiliki potensi yang besar seperti India dan Tiongkok.

“Saya melihat hingga kini Indonesia masih kekurangan modal untuk late stage company. Berbeda dengan Tiongkok yang makin dibanjiri investor asal Silicon Valley. Hal tersebut yang kemudian membuat banyak investor asal Tiongkok berminat untuk melakukan investasi di Indonesia untuk mengisi celah tersebut,” kata Adrian.

Adrian bersama investor Tiongkok lainnya ingin memberikan kontribusi, tidak hanya modal namun pengetahuan tentang membangun startup berbasis teknologi yang sukses, seperti yang terjadi dengan kebanyakan startup asal Tiongkok saat ini.

Mengubah tantangan menjadi peluang

Hingga kini Indonesia masih disebut sebagai negara di Asia yang banyak memiliki unbankable people. Hal tersebut, menurut Ian Goh, Managing Partner 01VC, justru menjadi potensi yang baik untuk dikembangkan.

“Intinya adalah jadikan tantangan dan kekurangan yang ada menjadi sebuah peluang. Salah satunya dengan mengembangkan layanan financial technology (fintech), seperti e-wallet dan layanan keuangan digital lainnya di Indonesia.

Ian melihat fintech saat ini masih menjadi industri yang menjanjikan terutama di Indonesia dengan kondisi yang unik dan masih minimnya infrastruktur saat ini. Jika nantinya ekosistem hingga infrastruktur sudah tercipta dengan baik, pastinya akan memudahkan startup untuk membangun bisnis.

Serupa dengan Ian, Adrian melihat fintech masih menjadi industri yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan merupakan sektor yang paling diminati investor Tiongkok.

“Selain fintech saya juga ingin melihat startup yang bisa men-distrupt industri televisi melalui fitur hingga teknologi yang baru untuk orang banyak,” kata Adrian.

Ciptakan model bisnis baru dan hindari meniru

Meskipun memiliki optimisme yang tinggi terhadap startup asal Indonesia, beberapa investor Tiongkok masih melihat pola sama yang banyak diterapkan startup lokal, yaitu meniru model bisnis yang sebelumnya sudah hadir dan terbilang sukses. Hal ini juga ditegaskan Joseph Chan, Partner AppWorks Ventures.

“Ciptakan inovasi baru yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna terbesar saat ini, yaitu kalangan millennial. Mereka tidak hanya dikenal sebagai digital native, namun juga pasar yang tergolong sangat konsumtif,” kata Joseph.

Sebagai investor, Joseph ingin melihat lebih banyak startup lokal menciptakan inovasi memanfaatkan Artificial Intelligence, juga bisa memecahkan masalah rutinitas dengan mengutilisasi mobile internet.

Tampil lebih unggul dibanding pemain asing

Meskipun saat ini sudah banyak layanan e-commerce asing masuk ke Indonesia hingga rencana Amazon yang memperluas layanannya ke Asia Tenggara, menurut investor Tiongkok hal tersebut tidak akan berpengaruh kepada startup lokal yang sebelumnya sudah membangun bisnis di Indonesia.

“Berbeda dengan Amazon India yang hadir jauh sebelum startup lokal mulai banyak hadir di India sehingga cukup menyulitkan startup lokal untuk bersaing. Di Indonesia selama ini pemain lokal sudah hadir lebih awal, sehingga sudah memiliki pondasi yang kuat dan mampu bersaing dengan pemain asing,” kata Ian.

Sementara menurut Joseph, Indonesia memiliki keunikan tersendiri yang membedakan startup negara lainnya, sehingga memudahkan startup Indonesia menentukan jalannya sendiri.

Pada akhirnya startup lokal yang ingin berhasil dan mampu bersaing dengan pemain asing, menurut para investor Tiongkok, harus memiliki passion yang mendalam terhadap bisnis yang dijalankan, memiliki tim yang solid, dan menciptakan bisnis yang mampu memberikan solusi terhadap masalah yang kerap dihadapi masyarakat luas.

Microsoft Perangi Pembajakan Windows Dengan Solusi Menarik

Pelanggaran hak cipta telah ada semenjak karya digital pertama kali dipasarkan, baik itu musik, film, hingga software. Beragam upaya telah dikerahkan demi menguranginya, sayang tanpa hasil memuaskan. Bagi developer serta pembuat sistem operasi veteran seperti Mircrosoft, pembajakan ialah masalah yang terus-menerus mereka hadapi, mungkin hingga akhir waktu. Continue reading Microsoft Perangi Pembajakan Windows Dengan Solusi Menarik