Cara Mengubah Tampilan Smartphone Android Menjadi Windows 10

Beberapa hari yang lalu Xiaomi resmi meluncurkan ROM Windows 10 Mobile untuk flagship-nya, Mi 4. Itu artinya, pemilik perangkat lain yang ingin merasakan ponsel Android rasa Windows 10 hanya bisa gigit jari. Tapi tak perlu berkecil hati karena masih ada alternatif lain mengubah tampilan Android menjadi Windows 10 yang bisa sobat coba, yakni dengan memasang launcher ke perangkat Android sobat. Bagaimana caranya? Ayo kita coba!

  • Buka Play Store di perangkat sobat kemudian cari launcher Windows 10. Saat muncul beberapa hasil pencarian, tap Win 10 Launcher buatan Spark Planet.

Screenshot_2015-11-26-14-59-09

  • Lalu install aplikasi di perangkat sobat.

Screenshot_2015-11-26-14-59-25

  • Setelah terpasang, tap Open kemudian ikuti proses selanjutnya yang sangat mudah. Terakhir tap tombol Home dan saat muncul popup pemilikan aplikasi default, pilih Windows 10 dan tap Always.
  • Selesai, sekarang tampilan smartphone sobat sudah sama dengan tampilan Windows 10.

 

Screenshot_2015-11-26-15-08-41

  • Untuk mengubah shortcut aplikasi yang tampil di layar home, tap dan tekan lama lalu tap Change Application.

Screenshot_2015-11-26-15-16-36

  •  Baru pilih aplikasi yang hendak diletakkan di layar home.

Screenshot_2015-11-26-15-16-42

Lakukan cara yang sama untuk aplikasi lainnya.

Tiga Cara Terhindar dari Ide Startup Buruk

Tren startup sepanjang tahun 2015 menghasilkan banyak kisah menarik. Meskipun demikian, banyak juga kegagalan hingga ditutupnya startup, karena tidak bisa menjual produk, melakukan akuisisi pelanggan hingga inovasi serta pertumbuhan yang signifikan. Dari kegagalan tersebut, mencuat beberapa poin yang wajib dipelajari dan tentunya perlu dihindari jika saat ini Anda hendak membangun startup baru dengan ide yang menurut Anda “one of a kind”. Jangan terpancing untuk membuat startup berdasarkan tren atau mainstream, hindari pula membangun startup tanpa adanya validasi dan tidak mengetahui target pasar yang tepat.

Dalam tips DailySocial kali ini, pemilik startup pemasaran digital di Mumbai, India, Jithamithra berhasil merangkum beberapa poin yang wajib dihindari pemilik startup saat akan meluncurkan ide bisnis yang terkesan masuk akal, diterima dengan mudah oleh pengguna, namun sebenarnya akan kesulitan untuk tumbuh dan cenderung gagal.

Luas dan dangkal vs sempit dan mendalam

Yang perlu diperhatikan adalah ketika saatnya untuk membuat sebuah produk, buatlah produk yang dibutuhkan oleh orang banyak. Jangan hanya membangun produk berdasarkan keinginan atau untuk kepentingan sebagian orang saja. Lakukan riset dan kumpulkan data terlebih dahulu secara mendalam terkait dengan produk yang dibutuhkan dan belum ada di pasaran hingga kini.

Hindari membangun startup berdasarkan dengan ide yang terkesan “dangkal” dan tidak terlalu dibutuhkan setiap harinya oleh orang banyak. Jangan terlalu memfokuskan produk yang “keren” dan terlihat fantastis, tapi pada akhirnya tidak memberikan solusi yang berarti untuk kepentingan orang banyak.

Jithamithra menegaskan:

“Ketika Anda berusaha untuk memberikan solusi untuk orang banyak, pada akhirnya Anda tidak akan memberikan bantuan dan pengaruh yang positif untuk.. orang.”

Saat ini masih banyak pendiri startup atau engineer yang terjebak dengan rasa kebanggaan terhadap produk yang dimiliki, betapa canggihnya teknologi yang diadopsi serta fitur lain yang terkini, namun pada akhirnya tidak terlalu penting dan tidak diminati oleh pasar.

Tindakan “buat dulu pasti pasar akan menyukainya” adalah menjadi hal yang percuma, membuang waktu, tenaga dan uang ketika produk yang Anda buat harus bersaing dengan pemain lainnya yang kemungkinan besar telah lebih dulu mengeluarkan produk yang serupa dengan milik Anda.

“Buktikan dulu bahwa produk yang Anda tawarkan akan diperlukan setiap harinya oleh orang banyak. Jika tidak, Anda hanya akan membuat sebuah produk yang rumit tanpa adanya manfaat yang berarti.”

Model bisnis template

Saat ini sudah banyak sektor yang sebelumnya dilakukan secara tradisional kemudian dengan inovasi dan teknologi dimanfaatkan menjadi aktivitas yang baru dan tentunya bermanfaat. Sebut saja Go-Jek, Uber, Airbnb dan masih banyak lagi. Semua produk yang ditawarkan startup tersebut terbukti bekerja dengan baik, diterima oleh target pasar, dan mengalami peningkatan secara signifikan.

Adalah menjadi hal yang redundant jika Anda berusaha untuk membuat model bisnis yang serupa dengan produk yang sudah ada, dengan mengklaim bahwa produk Anda memiliki fitur yang lebih unggul, kemudahan serta kecepatan yang lebih dari produk yang sudah ada. Yang perlu diperhatikan adalah membuat model bisnis berdasarkan template tidak akan membuat produk Anda lebih baik dengan produk yang ada, begitu juga dengan menerapkan model yang sama namun dengan pilihan alat transportasi lainnya. Buatlah produk yang original dan pastikan produk tersebut dibutuhkan oleh target pasar.

Tidak ada kompetitor

Adalah menjadi kesalahan jika produk serta inovasi yang Anda buat ‘tidak memiliki kompetitor” atau “produk kami one of a kind”, karena yang terlihat pada akhirnya adalah Anda akan kesulitan membangun pelanggan setia dan tentunya akan kesulitan untuk meyakinkan kepada investor bahwa produk Anda akan diminati oleh pasar. Membuat produk dengan persaingan yang ada, artinya adalah produk Anda merupakan produk yang dibutuhkan sehari-hari oleh pengguna, memudahkan Anda untuk melakukan penjualan, menawarkan inovasi, dan tentunya mengakuisisi pelanggan.

Buatlah persaingan yang ada sebagai pemicu semangat Anda untuk mengambangkan produk. Belajarlah dari pesaing Anda bahkan ciptakanlah hubungan yang baik dengan kompetitor sehingga kompetisi sehat dapat berjalan dengan baik.

“Meskipun Anda memiliki produk yang serupa dengan pemain lainnya, yang membedakan produk Anda dengan mereka adalah resep khusus yang terbukti mampu mengungguli produk Anda dengan pesaing lainnya.”

Cara Terbaik Berbagi Ekuitas dengan Co-Founder

Kendala ini kerap dihadapi oleh pendiri startup saat menentukan bagaimana pembagian ekuitas yang pas diberikan kepada Co-Founder. Dari beberapa tips yang ada, Michael Seibel dari Y Combinator mencatat belum ada tips yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa akhirnya seorang Founder memutuskan untuk memberikan ekuitas yang tidak sesuai dengan Co-Founder.

  • Saya (Founder) yang memiliki ide awal dari perusahaan
  • Saya (Founder) telah melakukan pekerjaan selama waktu yang cukup lama sebelumnya
  • Kesepakatan ini bersifat mutual
  • Saya (Founder) sudah melakukan pekerjaan sejak awal jauh sebelum Co-Founder saya datang
  • Saya (Founder) jauh lebih berpengalaman dari Co-Founder
  • Saya (Founder) telah melakukan penggalangan dana dengan nominal yang fantastis sebelum Co-Founder saya bergabung

Yang perlu ditegaskan disini adalah jika Anda sebagai Founder tidak bisa secara bijak memberikan jumlah ekuitas yang sesuai dan pas untuk Co-Founder Anda, artinya secara jelas Anda tidak percaya dengan kemampuan dan loyalitas dari Co-Founder.

Empat tips berikut ini, yang dirangkum DailySocial, bisa Anda jadikan acuan ketika waktunya untuk memberikan ekuitas kepada Co-Founder di perusahaan rintisan yang Anda miliki.

Dibutuhkan waktu 7 hingga 10 tahun membangun perusahaan yang hebat

Jumlah variasi yang terbilang kecil dalam waktu satu tahun pertama bukanlah menjadi patokan dari perbedaan ekuitas dalam nominal yang besar antara Founder dan Co-Founder untuk kurun waktu 2 hingga 10 tahun mendatang.

Ekuitas yang lebih = motivasi lebih

Bukan menjadi rahasia lagi kenyataannya adalah banyak startup yang mengalami kegagalan. Semakin tinggi motivasi para Founder, semakin besar peluang menuju kesuksesan. Adalah menjadi hal yang percuma jika Anda memberikan jumlah ekuitas yang besar namun tidak ada motivasi atau keinginan dari Co-Founder untuk bergerak maju.

Hargai kemampuan dan keberadaan Co-Founder

Saat ini banyak Founder startup yang merasa semua produk yang ada hingga keberhasilan penggalangan dana yang telah dilakukan sepenuhnya adalah pekerjaan yang telah mereka lakukan dan menghiraukan peranan dari Co-Founder hingga tim. Keputusan diterima atau tidaknya produk Anda oleh investor, sebagian besar berpengaruh dari bagaimana Anda memperlakukan tim, terutama Co-Founder.

Keberhasilan startup sepenuhnya dalam hal eksekusi, bukan hanya ide

Yang perlu diingat adalah menjadi hal yang penting untuk bisa memberikan ekuitas yang sesuai kepada Co-Founder, karena dalam prosesnya Co-Founder dan anggota tim yang akan bergerak maju bersama Anda (Founder) demi memajukan perusahaan. Co-Founder dan tim lainnya adalah bagian dari kehidupan Anda sehari-hari yang akan menanggung beban disaat kesulitan dan akan berbagi kebahagiaan disaat kesuksesan. Bagikan ekuitas secara bijak, karena perjalanan yang panjang masih harus ditempuh dan dijalani bersama.

Pentingnya Mempercayai Insting Bagi Para Pengambil Keputusan

Salah satu skill para founder startup dan pebisnis lainnya adalah insting mereka terhadap peluang yang ada. Startup pun saya yakin berkembang tak hanya dengan hitungan matematis, tetap juga keberanian manajemen dan founder mempercayai insting mereka. Gesche Haas, Founder Dreamers, percaya bahwa keberanian mengambil keputusan berdasarkan insting bisa menjadi game changer perjalanan sebuah startup. Continue reading Pentingnya Mempercayai Insting Bagi Para Pengambil Keputusan

Lima Hal Yang Dicari Venture Capital Saat Pitching Ide Startup

Banyak pelajaran yang ditawarkan oleh para ahli, pelaku startup hingga pakar manajemen dan teknologi terkait dengan hal proses pitching ide bisnis startup. Anda pun merasa cukup percaya diri dengan produk yang dimiliki, bisnis model yang ditawarkan hingga laporan keuangan yang dibuat. Namun apakah Anda pernah memperhatikan, sebenarnya apa yang dicari oleh venture capital saat proses pitching berlangsung?

Tips DailySocial berikut ini merangkum hal-hal yang perlu diperhatikan para pelaku startup tentang apa yang dicari VC saat proses pitching berlangsung, seperti yang ditulis oleh e27.

Uraikan masalah yang ada

Tips pertama yang wajib untuk diperhatikan oleh Anda pelaku startup adalah menguraikan masalah yang ada terlebih dahulu. Hal ini penting karena selain dapat menargetkan produk yang ada, pihak VC pun sejak awal sudah bisa melihat potensi yang ada berdasarkan penjelasan, kendala, atau masalah yang ada dan solusi seperti apa yang ingin ditawarkan.

Founder 500 Startups Dave McClure mengatakan:

“Kami sering mengatakan jika produk Anda memiliki traksi coba awali proses pitching dengan traksi, target pasar, jumlah pengguna, metrik pendapatan dan hal-hal terkait lainnya, berikan penjelasan secara jelas, eksplisit dan faktual diawal proses pitching dengan VC.”

Storytelling

Di sisi lain, beberapa VC ingin melihat kemampuan para pelaku startup menceritakan ide bisnis, traksi, target pasar hingga solusi yang ingin ditawarkan dengan rangkaian cerita yang tersusun dengan rapi, jelas dan lengkap. Hal ini merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian para VC.

Partner Redpoint Ventures Thomas Tunguz berkata:

“Adalah menjadi hal yang penting jika pendiri startup bisa meyakinkan pihak VC, memberikan argumen serta visi dan misi yang menarik seputar produk yang ditawarkan, solusi yang dihadirkan hingga pasar yang ingin disasar. Yakinkan kepada VC bahwa startup Anda berpotensi untuk menjadi yang terbaik di dunia.”

Pengalaman pribadi

Menjadi hal yang penting bagi beberapa VC ketika seorang pendiri startup bisa menceritakan dari awal latar belakang pendidikan yang ia miliki, pengalaman bekerja hingga kendala, dan kegagalan apa yang pernah dialami. Dengan demikian VC akan melihat proses seperti apa yang Anda lalui menuju terwujudnya startup yang saat ini telah dibangun.

Co-Founder dari dari Andreessen Horowitz (a16z) Marc Andreessen menyebutkan:

“Mulailah dengan cerita masa kecil Anda, ceritakan dengan lugas biografi diri Anda kepada pihak VC saat melakukan proses pitching.”

Perhatikan sikap dan materi presentasi

Yang perlu diingat adalah saat bertemu dengan VC adalah selalu matikan smartphone Anda, datang tepat waktu, dan fokus dalam hal presentasi produk kepada pemilik VC. Jika diperlukan buatlah presentasi Anda dengan singkat, padat, tanpa menambahkan informasi atau efek tambahan yang menurut Anda menarik dan canggih.

Pihak VC melihat hal tersebut tidak terlalu berguna, terutama jika Anda tidak memberikan solusi, target pasar yang tepat dan pastinya produk yang baik.

Partner Sequoia Capital Douglas Leone berujar:

“Tidak usah terlalu percaya diri saat melakukan presentasi dengan mengatakan bahwa produk Anda terbaik, sedang tren hingga memiliki pasar yang banyak. Berikan presentasi yang lengkap dan menawarkan solusi yang tepat bukan omong kosong saja.”

Produk yang baik

Pada akhirnya semua pitching Anda tidak akan berguna jika Anda tidak memiliki produk yang baik dan tidak mampu meyakinkan kepada VC bahwa produk yang Anda buat dapat berguna untuk kepentingan orang banyak.

Buktikan kepada VC bahwa masalah yang ada dapat teratasi dengan kehadiran produk yang Anda buat dan buatlah presentasi yang berisi tentang testimoni atau survei dan data yang menunjukkan bahwa produk Anda mampu diterima dengan baik oleh pasar.

Founder Y Combinator Paul Graham mengatakan:

“Tujuan Anda melakukan pitching adalah bukan sekedar memberikan prediksi pemasukan dalam jangka waktu ke depan, melainkan buktikan kepada VC bahwa produk Anda mampu dijual saat ini dan pastikan bisa langsung diterima dengan baik oleh target pasar.”

The Biggest Lie of Startups: “We’re Going to be Big”

I don’t know how people are so sure about “the next big thing” and if something would “work out” and something else “wouldn’t”.

Call me naive, unexperienced, and skeptical.

I know those who are actually into entrepreneurship and startup-y thing are actually very well-informed and have an instinct as sharp as a knife. You have all the networks you have to convince (or un-convince) you.

I just hope that with their experience and skill, please don’t mislead others, especially selling puffy promises to the team(s) they’re building.

There are some reasons on why keep repeating “it’s gonna be big” or “you’ll have a very good opportunity later on” or essentially, anything that promises some huge benefits later on if “you commit now” would not convince me, or I believe any designers out there.

Market insight

First of all, do your homework. If you’re going to market a product in a locality, like Indonesia, and think it’s going to be big as something else in the United States, think again. You have to live here for years to really know the local landscape. Thinking it’s going to be big in a place you know less about will only make your claim very gimmicky.

Wait, who are you?

If somebody’s going to make a promise or claim, that somebody better got a reputation that proved similar. If you never truly made any big thing in the past, chances are you don’t know what you’re talking about.

The scale (and scope) of big

What is the “bigness” that you think of in this regard? Is it by revenue stream? Is it by a solid product? Is it by user acquisition? What exactly? Wait a minute. Your perception of “big” and my perception of “big” have to match, or else, I couldn’t work for you.

Gimmicky exposure

Trying to convince someone to work on your product on the basis of “we’re just a startup starting something” and “you’re in for a good ride in the rocketship” is exactly the same as bad clients who don’t pay appropriate amount of compensation to freelancers or agencies in the hope of “getting that big exposures later on”.

You’re worse if you promise these things to more junior employees who think startups are really rocketships for their future fame. No, please. Don’t exploit them.

Try a solid presentation with solid data, and sensible prediction or projection.

Is “big” nice enough?

Do you think aiming to be “big” is enough? Do you have a solid product team inside your company who can actually pull this off? What comes to the adage that says “good product sells on its own”? Can we aim for delight, instead?

Here are some suggestions on how you can actually build your team to build the next delightful product.

Hire the right team

Hire the right product team and look at the composition. Positions vary from company to company, but I’d suggest you to hire not only good engineering team, but designers and product managers. Also, sales team who understand digital products so that they don’t look embarrassing when using technical terms.

Do not sugarcoat

Never try to sugarcoat your available opportunities to future candidates with investment money (how much of that money goes into their pockets, anyway?), promises to be “big”, promises that they’ll have a “time of their life”, or “we have plush toys in our office for you to fiddle with”. Any of those are such bags of air, and go right to the substance instead: the product that you’ll build, and how you think it would be useful or delightful.


This article has been republished with editing and permission from Sigit Adinugroho. Original source is from Medium.

Sigit designs digital products for a living and for life. He works in the intersections of customer experience and design.

He writes at and collects his work at

Cara Ampuh Tampil Lebih Unggul Di Antara Kompetitor

Ketika bisnis sudah dijalankan dan mengalami pertumbuhan, biasanya aspek pesaing atau kompetitor tidak terlalu relevan. Jika Anda saat ini berencana untuk membangun bisnis startup di lahan yang mainstream (e-commerce), siapkan diri Anda untuk bersaing dengan pemain yang sudah lebih lama muncul bahkan lebih baik dari Anda. Dalam tips DailySocial kali ini, Co-Founder NextView Ventures Rob Go memberikan sudut pandang seorang venture capitalist tentang aspek apa yang harus dipahami oleh pelaku startup dalam hal persaingan bisnis.

“Ketika sedang melakukan riset, Anda mungkin mulai berpikir tentang beberapa perusahaan yang relevan atau memiliki potensi menjadi kompetitor, buatlah daftar perusahaan yang wajib untuk diamati.”

1. Perusahaan baru

Perkembangan pasar mempengaruhi apakah persaingan atau kompetitor akan relevan, terutama untuk perusahaan baru. Di antara banyaknya pesaing yang ada, coba perhatikan satu atau dua pesaing yang head to head dengan layanan yang Anda tawarkan dan pada waktu yang bersamaan fokuslah lebih banyak dengan keinginan konsumen, cara menyelesaikan masalah, menerima feedback dan bagaimana Anda mampu mengatasi semua hal tersebut.

2.Pesaing yang tangguh

Buatlah argumen atau riset yang lengkap tentang pesaing atau kompetitor yang Anda anggap tangguh. Apa kunci kesuksesan startup tersebut bisa bertahan bahkan melaju di posisi utama di tengah-tengah makin menjamurnya pemain yang menjalankan bisnis yang sama. Fokuskan kepada beberapa startup dalam jumlah yang kecil untuk kemudian menjadi sumber riset dan perhatian Anda.

3. Rebut lahan pasar

Bagaimana produk yang Anda tawarkan bisa bersaing dengan pemain lain yang memiliki target pasar yang sama? Hal inilah yang menjadi fokus utama agar Anda bisa tampil dengan menawarkan keuntungan lebih.

Kesimpulannya adalah ketika Anda ingin mengamati kompetitor atau pesaing, buatlah beberapa daftar penting. Beberapa contoh di antaranya adalah:

  • Cari tahu siapa orang yang ingin Anda rekrut?
  • Perusahaan/pesaing apa yang Anda khawatirkan jika orang tersebut direkrut?

Ketika berbicara mengenai kompetitor tentunya Anda ingin melakukan diskusi serta mendapatkan informasi yang akurat tentang perusahaan tersebut. Anda wajib untuk memperhatikan kemajuan atau perkembangan yang terjadi didalam organisasi kompetitor Anda.

Adalah menjadi hal yang disayangkan jika pendiri startup tidak memikirkan kompetitor atau sebaliknya terlalu obsesi dengan pesaing. Persaingan adalah suatu hal yang nyata dan akan pasti terjadi pada sebuah perusahaan, untuk itu adalah bijaksana jika Anda melakukan pendekatan terkait hal tersebut dengan rasa percaya diri dan keselarasan sejak awal.

Poin terakhir yang harus diperhatikan adalah sejauh mana kekuatan dari kompetitor Anda. Ketika waktunya untuk memberikan laporan kepada investor, Anda juga harus memberikan informasi yang jelas mengapa ketika melakukan pencarian di Google, nama perusahaan Anda kalah dengan nama besar pesaing Anda.

Untuk itu pastikan Anda mengetahui secara persis, siapa saja kompetitor Anda, apa kekuatan mereka, dan hal apa yang bisa dilakukan untuk bisa mengungguli mereka.

Lebih Baik Membangun Startup atau Bekerja di Startup

Dalam artikel kali ini, DailySocial ingin mengupas secara jelas poin-poin penting dari beberapa pelaku startup. Sejauh mana kemampuan Anda untuk tampil sebagai pendiri startup, atau hanya cocok bekerja di startup. Poin-poin berikut ditulis Founder Atomic Squirell Yevgeniy Brikman dan telah berpengalaman bekerja sebagai software engineer di LinkedIn, TripAdvisor, Cisco Systems, dan Thomson Financial .

Dibutuhkan waktu yang panjang dan berliku membangun startup

Satu hal yang pasti apa pun usaha yang akan dibangun membutuhkan waktu yang lama serta kendala yang kerap datang. Untuk itu pastikan secara moril dan materil Anda siap mengahadapi semua hal tersebut.

Sebagai pendiri startup adalah suatu keberuntungan jika Anda mampu membangun startup yang sukses, kemungkinan ini tentunya akan menjadi kecil serta dibutuhkan waktu setidaknya 7 hingga 8 tahun untuk dapat merasakan kesuksesan.

Exit strategy yang sukses bukanlah menjadi alasan yang bijak untuk membangun startup, demikian juga dengan impian untuk menjadi kaya secara instan. Sebagian besar kedua alasan tersebut menjadi sumber kegagalan dari startup.

Yang perlu diperhatikan adalah membangun sebuah startup tidak menjanjikan Anda menjadi kaya raya dalam waktu singkat. Kesuksesan juga sangat jarang dialami oleh startup karena membutuhkan waktu yang cukup lama.

Beberapa hal yang wajib Anda lakukan seperti yang diceritakan oleh pendiri startup lainnya nampaknya terlihat mudah untuk dilakukan, seperti mengejar product market fit, mencari tim yang solid hingga mengubah kebiasaan pengguna, untuk bisa melakukan semua tersebut bersamaan dengan memenuhi kebutuhan Anda sehari-hari pastinya akan menjadi tantangan terberat bagi seorang pendiri startup.

“Saya pikir hal yang paling sulit adalah bahwa fungsi keberhasilan sangat tidak stabil. Misalnya Anda mencoba selama berbulan-bulan untuk mencari tahu bagaimana caranya untuk mempercepat pertumbuhan pengguna, mencoba untuk memperkenalkan beberapa fitur yang Anda pikir akan membantu membuat metrik bergerak maju, tapi tidak ada yang benar-benar bekerja. Untuk beberapa saat produk Anda berjalan statis namun tiba-tiba keberhasilan bisa saja menghampiri,” kata Co-Founder Go Test It dan Rapportive Martin Kleppmann.

Ketidakstabilan dalam membangun startup yang nantinya menentukan seberapa kuat Anda sebagai pendiri dapat bertahan. Membangun startup penuh dengan ketidak pastian, Anda dituntut untuk bisa bergerak cepat tanpa adanya jaminan yang jelas, ketika arah sulit untuk ditentukan Anda pun dituntut untuk selalu bergerak karena ketika Anda memutuskan untuk istirahat atau berjalan lambat, pesaing lainnya telah menunggu untuk menggantikan posisi Anda.

Keuntungan bekerja di startup

Semakin menjamurnya startup semakin banyak pula tenaga-tenaga profesional yang dibutuhkan untuk membangun startup. Beberapa posisi yang makin tinggi demand-nya adalah engineer. Banyak di antara engineer tersebut yang berpindah dari startup yang satu dengan yang lainnya setelah sukses membangun startup, mendapatkan saham, dan sukses melewati exit strategy startup.

“Saat ini sektar 100 engineer yang bekerja di Facebook menghasilkan uang 99% lebih besar daripada entrepreneur di silicon valley, dengan jumlah saham yang mereka miliki dari Facebook,” kata Co-founder Facebook dan Asana Dustin Moskovitz.

Posisi seperti ini bisa Anda jalankan jika memang Anda merasa belum siap atau belum waktunya membangun startup. Belajar dari pengalaman, mengumpulkan uang serta informasi sebanyak-banyaknya bisa menjadi modal penting untuk kemudian membangun startup Anda sendiri.

Pilihlah startup yang telah sukses melakukan penggalangan dana atau mendapatkan investasi dengan nilai yang besar. Baiknya lagi adalah perusahaan yang berencana melakukan go public atau akan diakuisisi.

Startup yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan memiliki pendapatan yang signifikan merupakan tempat kerja ideal untuk Anda jika tertarik bekerja di startup. Perhatikan beberapa startup yang sedang melakukan pengalangan dana (lihat siapa saja investor dan VC), pertumbuhan bisnis, pola migrasi developer. Startup yang saat ini telah memenuhi kualifikasi tersebut diantaranya adalah, Uber, Airbnb, Square, Stripe, DropBox, Pinterest, PagerDuty, Slack, Zenefits, dan GitHub.

Tiga Hal yang Dapat Mempengaruhi Branding

Memasarkan sebuah produk bukanlah hal yang mudah. Branding yang tepat diperlukan untuk membentuk citra yang baik di mata pengguna dan calon pengguna. Arielle Jackson, seorang yang telah malang-melintang di dunia marketing dan telah berpengalaman di beberapa perusahaan, seperti Google, Facebook, dan lainnya memberikan beberapa tips untuk memaksimalkan branding dan marketing. Purpose, position, dan personality. Tiga hal yang dapat mempengaruhi branding produk Anda. Continue reading Tiga Hal yang Dapat Mempengaruhi Branding

Pendekatan yang Perlu Dilakukan Sebelum Memutuskan Menambahkan Fitur Baru

Dalam bisnis terus mengembangkan produk dan melakukan pembaruan secara berkala adalah mutlak. Feedback dari pengguna bisa digunakan untuk menjadi pondasi pembaruan tersebut. Ryan Glasgow, Senior Product Manager Weebly, dalam akun Medium-nya menuliskan pendekatan-pendakatan yang dilakukan untuk mengembangkan atau menambahkan fitur-fitur baru.

Di dalam tulisan tersebut, Ryan membedakan metode scientific dengan metode yang dilakukan oleh startup untuk mengembangkan sebuh fitur. Metode ini disebut Ryan sebagai Startup Method. Sebuah pendekatan yang bisa dijadikan framework ketika Anda mengembangkan sebuah fitur baru.

1. Memakai usulan atau masukan pengguna

Dalam tahap pertama ini berkaitan dengan sudut pandang. Setiap orang tentu mempunyai sudut pandang atau pendapat yang berbeda terkait sesuatu hal. Ini yang bisa dimanfaatkan. Anda bisa meminta masukan pelanggan untuk membuat sebuah fitur yang berguna dan berdampak dari pengguna. Untuk menggali cerita pengguna Ryan menggunakan format seperti di bawah ini:

Format: Sebagai <jenis pengguna>, saya ingin <melakukan sesuatu> sehingga <beberapa nilai diciptakan>.

Contoh: Sebagai pengguna baru, saya ingin dapat menemukan teman-teman Facebook saya di situs sehingga saya bisa melihat aktivitas lebih relevan di feed saya.

Cerita atau masukan dari pengguna dapat mempengaruhi penambahan, pengurangan, atau modifikasi produk. Membangun fitur baru bisa berubah menjadi sebuah langkah mundur bagi Anda. Hal ini terjadi jika fitur baru Anda tidak mempertimbangkan masukan pengguna dan dampak yang ditimbulkan dari fitur tersebut. Di sinilah letak pentingnya sudut pandang pengguna, apapun jenisnya.

2. Berbicara pada pelanggan

Serupa dengan nomor satu langkah kedua ini masih seputar masukan dari pelanggan. Bedanya pada langkah ini berbicaralah pada pelanggan Anda. Anda bisa menayakan beberapa pertanyaan seperti apa yang mereka inginkan? Seperti apa produk yang bagus menurut mereka dan lain-lain. Buat komunikasi berkesinambungan untuk mengetahui kebutuhan sebenarnya dari pelanggan Anda.

Anda bisa bertanya: “Apakah Anda ingin sebuah situs lebih cepat atau kemampuan untuk menemukan teman-teman Facebook pada produk?”

Sehingga Anda bisa mendapat respon pengguna seperti: “Sebuah situs yang lebih cepat akan lebih baik, tapi aku lebih suka dapat menemukan teman-teman Facebook saya pada produk Anda”.

3. Buat purwarupa untuk perubahan baru

Segera setelah Anda mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan pengguna buatlah sebuah purwarupa (prototipe). Dengan menerapkan fitur baru dalam bentuk purwarupa, atau dengan metode purwarupa lainnya, Anda akan menindaklanjuti berbagai feedback untuk kelanjutan fitur baru Anda.

4. Melakukan pengujian pengguna

Jika Anda sudah membuat purwarupa dan memastikan itu tersedia untuk pengguna, selanjutnya adalah pengujian pengguna. Di dalam tahap ini Anda harus secara konstan memperhatikan feedback yang diberikan pengguna. Ini bisa menjadi sangat penting untuk pengembangan selanjutnya. Jika perlu gunakan alat-alat analytics dan pengujian.

5. Memutuskan untuk menerapkan atau tidak

Ide atau gagasan awal tak selalu dapat diterima. Jika kondisi ini terjadi, keputusan sulit harus diambil. Tidak merealisasikan perubahan karena pengguna tidak begitu membutuhkannya. Bisa juga mungkin sebuah fitur mendapat tanggapan positif dari pengguna namun bukan waktu yang tepat untuk menerapkannya sekarang.

Sekali lagi ini sebuah putusan yang sulit. Setiap fase startup tentu punya metrik yang penting dan menjadi fokus utama. Seperti pertumbuhan bagi startup awal dan retensi dan pendapatan untuk startup yang sudah ada pada tahap selanjutnya. Fitur dalam kasus ini tentu membawa pengaruh tersendiri dari satu metrik yang akan menjadi fokus. Menahannya sampai saat yang tepat adalah sebuah pilihan yang bijak.

6. Realisasikan fitur Anda

Setelah semua langkah terlewati dan sudah ada keputusan untuk merealisasikan fitur baru, terapkanlah. Namun ingat tidak ada yang sempurna. Anda harus tetap menjaga iterasi perbaikan terus-menerus dan usahakan sejalan dengan kebutuhan pengguna.

Selama fase eksplorasi, menjaga ukuran sampel agar tetap kecil adalah hal krusial. Hal tersebut memungkinkan pengembangan menjadi lebih cepat.