Cara Memutus Koneksi Wi-Fi Pengguna Lain Menggunakan Smartphone Android

Sebelumnya kita sudah mencoba tutorial cara memutus koneksi Wi-Fi pengguna lain di jaringan yang sama menggunakan laptop atau PC. Seperti yang saya janjikan, kita juga akan mencoba trik serupa tapi kali ini kita akan melakukannya dari smartphone Android.

  • Unduh dahulu aplikasi Netcut dari Google Play Store. Tetapi perlu saya ingatkan bahwa untuk melakukan trik ini menggunakan Netcut, smartphone Anda harus dalam kondisi root, jika tidak saya khawatir fungsi Netcut tidak dapat bekerja secara normal.

Screenshot_2016-12-20-12-40-45

  • Jika sudah terpasang, jalankan aplikasi kemudian tap tombol Cut – Defender untuk mencegah serangan yang sama dari pengguna lain.

Screenshot_2016-12-20-12-48-30

  • Di sebelah tombol Defender ada ikon refresh tepat di sebelah ikon Wi-fi. Fungsinya untuk merefresh daftar pengguna. Untuk melihat daftar pengguna, tap ikon Wi-Fi.
  • Untuk memblokir pengguna, tap alamat Mac yang ada di daftar tersebut. Pastikan indikator WiFi berwarna merah atau Off.

Screenshot_2016-12-20-12-48-33

  • Daftar pengguna yang diblokir nantinya akan dikelompokkan di menu Jail.

Screenshot_2016-12-20-12-49-02

  • Jika semua pengguna dirasa sudah diblokir, klik menu Exit – Switch off UI, Keep Service Running. Langkah ini akan menempatkan aplikasi di latar belakang.

Dari pengalaman saya menggunakan Netcut versi Android, aplikasi sering kali membutuhkan waktu yang lama untuk memindai daftar pengguna yang terhubung ke jaringan yang sama. Jadi, jangan buru-buru menutup aplikasi jika semua pengguna belum terdeteksi.

Sumber gambar header Pixabay.

Application Information Will Show Up Here

Sepuluh Tanda Waktunya Berhenti Bekerja di Sebuah Startup

Dinamika yang terjadi pada startup terkadang bisa membuat kondisi tidak stabil bahkan cenderung berakhir kegagalan. Jika hal tersebut terjadi pastinya akan mempengaruhi pegawai yang selama ini telah memberikan kontribusi terhadap jalannya usaha. Keputusan untuk berhenti sebagai pegawai di startup, tentunya menjadi pilihan utama jika beberapa aspek yang mempengaruhi terjadi di startup, hal tersebut wajib dicermati agar penyesalan di kemudian hari tidak terjadi.

Artikel berikut akan mengupas 10 hal yang perlu dicermati ketika waktunya berhenti bekerja di startup.

Informasi finansial dan saham tidak transparan

Ketika Anda memutuskan untuk bekerja di startup baiknya perlu mengetahui informasi terkait finansial di startup. Mulai dari saham, ekuitas dan hal-hal lainnya. Dengan demikian Anda bisa mengetahui bagaimana pertumbuhan dan rencana jangka panjang finansial startup untuk ke depannya. Jika perusahaan cenderung menyembunyikan informasi tersebut, adalah tanda yang wajib dicermati untuk segera berhenti bekerja di startup.

Kerap melakukan penggalangan dana

Tanda lain yang wajib dicermati adalah ketika startup kerap melakukan penggalangan dana. Idealnya proses penggalangan dana untuk tahap seed memakan waktu sekitar 2 bulan, sementara Seri A bakal memakan waktu 3 sampai 5 bulan. Ketika perusahaan pada akhirnya “terhambat” dan berakhir selalu melakukan penggalangan dana, artinya kondisi keuangan tidak stabil dan startup berisiko kehabisan uang.

Burn rate yang tinggi

Pada akhirnya startup didirikan untuk menghasilkan keuntungan, mampu untuk mencapai tahap selanjutnya atau scale up dan bisnis model yang terbukti berhasil dan diminati. Jika startup kerap melakukan kegiatan pemasaran, diskon, promo dan lainnya akan menyebabkan tingginya burn rate dan berisiko untuk gagal berkembang. Ini menandakan startup tidak mampu untuk menjalankan bisnis dengan baik.

Pertumbuhan pengguna organik menurun

Di awal usaha banyak startup yang cenderung melakukan akuisisi pelanggan dengan menggunakan cara pemasaran berbayar atau paid marketing. Bisa dipastikan jumlah pengguna bakal tumbuh secara cepat namun pada umumnya tidak mampu untuk bertahan dan akan berakibat penurunan secara cepat ketika pemasaran berbayar dihentikan. Di sisi lain startup gagal untuk mendapatkan pengguna organik dan cenderung untuk mengalami penurunan. Cermati tanda ini untuk kemudian menjadi alasan tepat untuk berhenti bekerja di startup.

Tidak memanfaatkan feedback dari pelanggan

Di awal jalannya usaha menjadi kewajiban untuk menampung semua feedback dari pelanggan dan mencoba untuk melakukan trial and error terhadap produk baru yang telah diluncurkan, hal ini idealnya wajib dilakukan oleh startup yang telah mendapatkan pendanaan tahap seed atau Seri A.

Dalam hal ini pegawai startup harusnya sudah mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggan dan fitur apa yang bakal disukai.

Rencana untuk mendapatkan profit tidak jelas

Kebanyakan startup baru mengatakan tidak terlalu memikirkan profit terlebih dahulu, dan lebih memfokuskan kepada pemasaran yang masif. Idealnya di masa awal startup diluncurkan sudah bisa memiliki strategi yang tepat untuk mendapatkan profit, mengumpulkan pengguna dan memasarkan produk dengan tepat. Jika startup masih saja menjalankan usaha dengan mengandalkan layanan ‘gratis’ disertai dengan tidak adanya rencana yang baik untuk mendapatkan profit, menjadi tanda yang tepat untuk segera meninggalkan pekerjaan.

Gagal membuat produk yang berfungsi

Produk yang berfungsi dengan baik dan disukai oleh pengguna akan mempengaruhi kesuksesan sebuah startup. Jika startup tempat Anda bekerja saat ini masih kesulitan untuk membuat produk yang baik dan diminati oleh target pengguna, bisa dipastikan startup akan mengalami kesulitan untuk berkembang.

Tidak memiliki tim yang handal

Untuk menekan budget yang ada startup kemudian merekrut pegawai yang kurang handal atau tidak memiliki kemampuan yang cukup baik terkait dengan tugas yang dibebankan. Pada akhirnya produk tidak bisa berkembang dengan baik dan menghambat jalannya usaha. Startup yang baik adalah startup yang mampu menciptakan kolaborasi yang baik antara anggota tim yang masing-masing memiliki kemampuan lebih agar startup bisa berkembang.

Tidak melakukan perubahan dan mempelajari teknologi terkini

Jika saat ini Anda bekerja sebagai tim engineer di startup baiknya untuk selalu mempelajari informasi terkini, teknologi dan perubahan yang ada. Jangan hanya mengandalkan pengetahuan dan wawasan yang saat ini dimiliki, dan enggan untuk membuka wawasan serta mencari informasi yang terkini. Pada akhirnya startup akan berusaha mencari tenaga engineer yang mampu beradaptasi, cerdas dan memiliki wawasan yang luas.

Tidak cukup yakin dengan CEO

CEO sebuah startup pada umumnya adalah pemimpin yang memiliki visi dan rencana yang jelas untuk perkembangan startup. Jika CEO startup tempat Anda bekerja tidak bisa menjadi seorang pemimpin yang cerdas, bertanggung jawab, dan kerap melakukan hal-hal yang tidak sesuai dan cenderung merugikan perusahaan, ada baiknya untuk segera berhenti dari pekerjaan, karena bisa dipastikan CEO tersebut tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin.

Lima Cara Alternatif Dapatkan Pendanaan

Melakukan penggalangan dana merupakan proses yang melelahkan dan penuh dengan ketidakpastian. Sudah banyak startup yang pada akhirnya harus bersusah payah mendapatkan pendanaan agar startup bisa diluncurkan. Jika selama ini pendanaan tercepat dan termudah kebanyakan berasal dari angel investor atau venture capital, artikel berikut ini akan memberikan alternatif lain yang bisa diterapkan terkait dengan pendanaan untuk startup.

Gunakan uang pribadi (bootstrapping)

Cara termudah dan pastinya tercepat adalah menggunakan uang sendiri. Apakah itu deposito, pensiun atau penjualan aset (rumah, mobil) menggunakan uang sendiri terbilang lebih efisien tanpa adanya regulasi atau beban yang wajib dipertanggungjawabkan kepada pihak terkait.

Di sisi lain menggunakan modal sendiri di awal usaha bisa menunjukkan kredibilitas dan kemampuan dari seorang founder yang ternyata cukup memiliki dana pribadi untuk usaha.

Lancarkan strategi kemitraan sejak awal

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuat perjanjian atau kesepakatan dengan pihak terkait seperti supplier, distributor hingga pelanggan setia. Dengan demikian jalannya pengeluaran dan pemasukan bisa sepenuhnya mengandalkan supply dan demand. Pastikan early adopters yang telah menggunakan produk yang Anda tawarkan bakal kembali menggunakan produk yang Anda hadirkan dan bersedia untuk menjadi pelanggan tetap demi berjalannya usaha dengan stabil.

Hadiah dari kompetisi atau bantuan pemerintah

Dana yang berasal dari hadiah kompetisi atau bantuan pemerintah memang tidak bisa diterapkan untuk semua startup, karena jumlahnya yang terbilang kecil. Meskipun demikian, untuk langkah awal cara yang satu ini bisa dapat membantu jalannya usaha. Carilah kompetisi yang bergengsi lokal hingga internasional, dan tentukan bantuan dari pemerintah yang relevan dan tentunya sesuai dengan visi dan misi dari startup.

Pinjaman ke bank

Saat ini sudah banyak bank internasional yang menawarkan pinjaman dalam jumlah yang relevan untuk kemudian dimanfaatkan oleh startup. Pilih dengan baik bank yang sesuai, dan sebelum mengajukan pendanaan, pastikan laporan keuangan tersusun dengan baik agar proses dapat berjalan lebih mudah dan cepat.

Tentukan kapital yang sesuai

Sebelum startup memutuskan untuk mengajukan pendanaan kepada VC, pastikan standar dan finansial perusahaan sesuai dengan kriteria dan kesepakatan yang diajukan. Pada akhirnya pendanaan dari VC memang tidak bisa dihindari. Yang perlu dilakukan adalah jangan terlalu sering mengandalkan VC namun jangan hindari pula pendanaan dari VC.

Perhatikan Lima Hal Ini Sebelum Membuat “Pop Up Store”

Gerai sementara (pop up store) merupakan salah satu strategi pemasaran online-to-offline (O2O) yang dianggap ampuh untuk mendongkrak penjualan suatu bisnis. Malah, strategi ini bisa diaplikasikan untuk semua jenis bisnis, termasuk layanan e-commerce. Contoh terdekatnya adalah Berrybenka sudah beberapa kali menggelar pop up store di kawasan Jakarta.

Menurut pihak Berrybenka, lewat implementasi strategi ini pertumbuhan penjualan dan konsumen meningkat hingga 300% di masing-masing kota yang menghadirkan Berrybenka Pop Up Store.

Selain mendongkrak penjualan, keberadaan pop up store menawarkan berbagai manfaat. Misalnya, menarik pengunjung untuk berkunjung lebih cepat, spontanitas, dan secara informal. Serta, pop up store dapat dibangun atau dibongkar lebih cepat dalam hitungan jam, sehingga lebih fleksibel tidak seperti gerai tradisional.

Pop up store juga memberikan tampilan seakan-akan hanya memerlukan sedikit perencanaan karena tampilannya yang begitu sederhana. Sebenarnya ini hanya kamuflase, dalam artian positif, sebab ada prinsip bisnis menyebut penjualan produk yang baik itu terlihat dari penampilan yang penuh spontanitas.

Artikel ini akan membahas lima kunci sukses yang perlu diperhatikan oleh pengusaha sebelum menggelar pop up store di tempat publik. Berikut rangkumannya:

1. Buat pop up yang eksklusif

Eksklusif adalah kunci untuk menghasilkan kehebohan tentang acara Anda. Ketika Google berkeinginan untuk memamerkan platform virtual reality (VR), mereka memutuskan untuk membuka pop up store di New York.

Alhasil, konsumen jadi tertarik dengan janji-janji yang ucapkan Google bahwa mereka bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat. Jika Anda membuat pop up store sendiri, pastikan kata-kata dalam undangan yang Anda sebarkan memberikan kesan eksklusif.

Contohnya, “hanya 20 kursi tersedia” akan mendorong respon yang lebih cepat dari konsumen.

2. Buat untuk jangka waktu yang singkat

Kunci sukses lainnya adalah adakan pop up store untuk jangka waktu yang singkat. Entah Anda sudah memutuskan untuk mengadakan acara dari beberapa hari atau beberapa bulan sebelumnya dari hari H, pastikan Anda sudah mengirimkan undangan dari jauh hari.

Sebab Anda harus berhati-hati dalam mengkoordinasikan bagaimana Anda akan mempromosikan pop up store, baik untuk pelanggan dan calon pelanggan yang ingin diraih. Selama masa perencanaan, buat jadwal posting tentang acara tersebut.

3. Kolaborasi dengan pemain lainnya

Jika tujuan akhir Anda adalah menjangkau pelanggan baru, maka salah satu pendekatan yang paling baik adalah berpartner dengan pemain lainnya yang dapat menjangkau pelanggan lewat jaringan mereka sendiri.

Seperti yang dilakukan perusahaan cloud computing asal Amerika Salesforce, mereka berpartner dengan kelompok konsultan kecil yang memiliki klien dari perusahaan profil tinggi untuk memberikan nasihat.

Pertimbangkan manfaat yang bisa diterima oleh pelanggan, sebagai salah satu hal utama yang harus Anda pikirkan sebelum memilih partner acara.

4. Buat topik yang sifatnya in-demand

Subyek acara pop up yang Anda buat akan jadi berbeda dan menarik, bila dikemas dengan cara yang berbeda. Pilih topik yang akan Anda bahas, dengan jangkauan target pelanggan yang luas.

Sebuah firma hukum di London menjadi tuan rumah acara pop up acara hukum, di mana dapat mempertemukan pelanggan secara tatap muka untuk memberikan nasihat hukum. Hal ini dapat membantu Anda menghasilkan pembicaraan di komunitas lokal, juga menciptakan potensi dapat memperoleh klien baru di masa mendatang.

Anda mungkin merasa seolah-olah sudah memberikan apa yang Anda ketahui kepada mereka, namun klien itu pada dasarnya tidak pernah merasa puas. Mereka ingin menggali informasi lebih jauh, sebab info yang mereka dapat saat acara pop up terlalu singkat.

5. Pilih lokasi yang tepat

Kecuali Anda mengadakan pop up store secara online, Anda hanya membutuhkan host yang kuat saat live nantinya. Tapi bila Anda ingin mengadakan secara offline, memilih kantor Anda sebagai lokasi pop up store mungkin jadi pilihan yang paling aman. Tapi pikirkan secara obyektif dari pandangan calon pelanggan, lokasi mana yang paling nyaman bagi mereka.

Jika mengadakan di kantor Anda, mungkin calon pelanggan akan menolak datang karena tempatnya yang jauh dari lokasi kantor mereka, meski mereka sudah cukup tertarik dengan konsep pop up store yang sudah Anda umumkan.

Lokasi yang Anda pilih haruslah memiliki karakter, yang tepat dengan produk dan tema acara. Bahkan, jika Anda menggelar pop up store di ruang konferensi hotel, Anda buat sentuhan sendiri dengan penataan ulang furnitur.

Secara keseluruhan, pop up store mungkin terlihat spontan, tapi untuk sukses butuh waktu perencanaan yang bisa memakan banyak waktu. Ketika Anda sukses menggelar pop up store, mungkin ke depannya ada strategi lainnya yang bisa Anda terapkan.

Empat Sikap yang Wajib Dimiliki Founder Saat Bersiap Melakukan “Scale Up”

Startup yang sukses adalah startup yang mampu mengadopsi perubahan yang ada. Apakah itu dari inovasi, teknologi, layanan pelanggan hingga feedback dari  anggota tim. Sudah banyak startup yang menuai kesuksesan setelah melakukan perubahan, namun banyak pula perusahaan raksasa yang akhirnya terpaksa gulung tikar karena enggan untuk melakukan perubahan dan merasa nyaman dengan bisnis yang dijalankan. Sebut saja seperti, Encyclopedia Britannica, Sears, Blockbuster, Kodak.

Artikel berikut ini akan mengupas empat poin penting yang wajib diperhatikan Founder saat startup tengah bersiap melakukan scalling up.

Menjadi Founder yang ‘mumpuni’

Saat startup masih dalam skala yang kecil tentunya akan lebih mudah bagi Founder untuk melakukan koordinasi kepada anggota tim lainnya. Kesannya lebih mengarah kepada ‘perintah’ namun untuk perusahaan yang masih kecil nampaknya sah-sah saja hal tersebut dilakukan oleh seorang Founder. Namun demikian ketika startup sudah mulai tumbuh dan mengalami peningkatan baik dari sisi pegawai, profit hingga pelanggan, Anda sebagai Founder sudah harus merubah gaya kepemimpinan menjadi Founder yang memberikan pengarahan dan pelatihan kepada anggota tim. Tumbuhkan sikap yang ‘mumpuni’ agar kolaborasi dengan anggota tim yang jumlahnya lebih banyak, akan tercipta dengan baik.

Berikan kepercayaan

Saat mulai membangun perusahaan pastinya sebagai Founder Anda cenderung untuk melakukan semua pekerjaan dan tidak mempercayai orang lain untuk melakukan tugas tersebut. Namun demikian untuk startup bisa tumbuh dengan baik, Anda sebagai Founder harus memberikan kepercayaan kepada anggota tim tertentu untuk selanjutnya melakukan tugas yang biasanya Anda sebagai Founder lakukan. Dengan demikian Anda sebagai Founder selanjutnya bisa lebih memfokuskan kepada hal-hal yang lebih penting untuk selanjutnya melancarkan proses scale up.

Ciptakan komunikasi yang baik

Ketika perusahaan semakin berkembang biasanya masing-masing divisi seperti Finance, Marketing, Sales dan divisi lainnya enggan untuk bekerjasama dan cenderung membentuk kelompok sesuai dengan divisi masing-masing. Upayakan untuk selalu menciptakan kolaborasi dan komunikasikan semua tugas terkait kepada masing-masing divisi, agar transparansi tercipta dan masing-masing divisi bisa bekerja dengan baik tanpa adanya batasan. Sebagai Founder Anda juga wajib untuk membagikan visi dan misi, target serta rencana jangka panjang kepada semua anggota tim.

Tampung semua kritikan dari anggota tim

Ketika startup semakin besar semakin sulit untuk melakukan pertemuan yang melibatkan semua anggota tim. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi hubungan baik antar anggota tim, manajemen dan tentunya Anda sebagai Founder. Upayakan untuk membuat jadwal yang rutin pertemuan dengan anggota tim, dan terima semua kritikan, usulan hingga keinginan dari anggota tim. Jika masuk akal untuk diwujudkan, informasikan dan lakukan segera keinginan dari anggota tim, namun jika sedikit berlebihan dan tidak masuk akal, berikan alasan yang tepat kepada anggota tim terkait permintaan dari mereka.

Pada akhirnya membawa startup ke tahap selanjutnya membutuhkan pemikiran yang fokus terkait dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mencapai target tersebut. Untuk itu buatlah daftar atau rencana yang ingin diwujudkan agar startup bisa berkembang dengan baik.

Pitch Ide Startup Menarik untuk Diliput Media

Menyebarkan siaran pers lewat surel adalah salah satu strategi marketing yang efektif nan ekonomis bagi startup baru. Namun seringkali, banyak founder startup yang kurang memahami prinsip dasar menulis siaran pers karena tidak mengantung unsur 5 W + 1 H, tidak padat informasi, terlalu bertele-tele, dan terlalu “berjualan.” Akibatnya, media jadi tidak tertarik dan memilih untuk menghapus surel dari Anda di kotak masuk mereka.

Anda selaku founder startup perlu mengambil topik utama sebagai pitch untuk disampaikan ke media. Pemilihan topik yang menarik menjadi faktor utama dalam keputusan wartawan, apakah mereka akan mewawancarai Anda atau tidak.
Sebelum memilih topik, sebaiknya Anda cocokkan dulu antara segmen bisnis Anda dengan target pembaca dari media bersangkutan. Tujuannya sederhana, agar tujuan akhir Anda tercapai.

Anda juga bisa menyasar seluruh segmen media, caranya cukup sederhana. Setelah menentukan topik, Anda bisa mengganti gaya bahasa, cerita, angle berita, sesuai selera dari pembaca di media tersebut.

Tidak hanya bahasa yang bisa disesuaikan, tapi juga mengubah cara Anda menawarkan ide. Contoh sederhana, Anda menjual asuransi jiwa. Bagaimana cara membuat konten yang tepat untuk menarik perhatian media?

Untuk media yang menyasar pembaca usia menengah, coba pitch ide dengan menuliskan pentingnya agar tidak meninggalkan keluarga tanpa uang ketika meninggal. Lalu untuk situs berita di kolom blog tamu dengan mayoritas pembaca adalah orang tua, Anda membahas bagaimana asuransi dapat menyediakan pendidikan hingga perguruan tinggi untuk anak jika suatu hal yang tidak diingkan terjadi.

Untuk koran bisnis, Anda menuliskan artikel mengenai suatu keluarga yang berhutang ketika seseorang meninggal, dan bagaimana asuransi bisa meringankan beban itu.

Contoh 1: Konsumen potensial Anda ingin mengurangi pengeluaran biaya pendingin. Sementara, Anda menjual jendela. Maka, Anda pitch cerita tentang sumber daya yang terbuang di bumi; perubahan iklim; bagaimana kaca dibuat; dan bagaimana evolusi teknologi jendela selama ini.

Contoh 2: Konsumen Anda ingin berlibur di musim panas. Sementara, Anda adalah dokter kulit. Maka, pitch cerita bagaimana efek jangka panjang dari matahari dapat mempercepat penuaan; bintik hitam, tahi lalat, dan melasma muncul di kulit karena efek matahari; bagaimana tubuh memproduksi vitamin D dan apa tujuannya.

Artikel ini akan membahas lebih dalam bagaimana cara menulis pitch ide yang menarik agar dapat diliput oleh media. Berikut rangkumannya:

Selalu isi dengan 5 W dan 1 H

Sebenarnya ini adalah konsep dasar pemikiran yang diutarakan lewat pertanyaan. Siapa (who), apa (what), mengapa (why), di mana (where), kapan (where) dan bagaimana (how). Untuk memahami konsep ini, cobalah Anda wawancara diri sendiri dengan pertanyaan di atas.

Pitching cerita lokal

Berikutnya adalah mengisi konten Anda dengan cerita lokal yang terjadi di lingkungan sekitar pembaca. Misalnya, Anda memiliki bisnis spa di kota Anda, sebagian besar pelanggan Anda adalah berusia antara 35-50 tahun. Anda ingin melipatgandakan pendapatan, bagaimana cara Anda mendapatkan perhatian dari media tanpa harus mengeluarkan biaya pemasaran yang tinggi?

Caranya dengan membuat e-book gratis yang berisi masalah kulit wajah hormonal yang diinduksi, lalu sebar secara online. Judulnya bisa mengenai, “Lima Tips Perawatan Wajah yang Perlu Diketahui Perempuan Usia di atas 30 Tahun”. Atau tentang, “Perawatan Kulit Alami yang dilakukan Orang Jaman Dulu.”

Anda juga bisa mengajukan diri jadi sponsor dari kontes kecantikan lokal, mendatangi sekolah memberikan edukasi ke para siswa tentang bahaya paparan sinar matahari secara langsung, atau datang ke panti jompo memberikan perawatan wajah secara gratis untuk mereka.

Kegiatan yang menarik bersifat human interest ini sebenarnya sangat menarik perhatian wartawan untuk mereka liput. Umumkan ke wartawan kurang lebih beberapa minggu sebelum hari H mengenai rencana Anda dan seseorang akan muncul untuk meng-cover kisah Anda.

Terus melatih pitching

Usahakan untuk selalu menulis pitch Anda sebelum menggunakannya. Rajin-rajinlah untuk mengeditnya, latih terus pengucapannya, harus singkat dan padat. Pasalnya, wartawan belum mengenal Anda. Kondisinya sama ketika ponsel Anda dihubungi nomor asing, otomatis nada bicara Anda akan dingin.

Respons yang kurang lebih sama juga akan dilakukan oleh wartawan, ketika menerima surel asing dari Anda. Jika Anda ingin pitching ke wartawan, sebaiknya pikirkan apa saja alasan yang harus membuat media meliput Anda, mengapa mereka harus memilih Anda dibandingkan pengusaha lainnya. Tuliskan dalam bentuk beberapa kalimat saja.

Misal, Anda seorang penulis buku. Di kalimat pertama Anda menuliskan, “Satu dari dua orang Amerika ingin menjadi penulis buku”. Kalimat ini bukan mengenai Anda, tapi mengenai pembaca di media bersangkutan. Lalu tambahkan dengan hasil survei yang sebelumnya dilakukan suatu lembaga survei untuk mendukung kalimat pertama.

Kalimat kedua, Anda bisa memperkenalkan diri mulai dari nama hingga prestasi yang sudah diraih. Kalimat ketiga, Anda mengusulkan tulisan feature tentang bagaimana pembaca media bersangkutan bisa menjadi penulis sukses. Kemudian, lampirkan lima langkah yang perlu diketahi penulis agar bukunya dilirik pihak penerbit.

Terakhir, selipkan nomor ponsel Anda yang bisa mereka hubungi. Memberikan nomor ponsel menjadi indikasi bahwa Anda adalah orang yang cepat merespons. Jika ada surel atau nomor asing menghubungi Anda, langsung beri tanggapan. Jangan tunggu sampai esok hari.

Cara Mengetahui Kapan Mengajukan Hak Paten Produk Startup

Apakah pernah terlintas di pikiran Anda untuk mematenkan produk dengan harga yang pantas? Jika jawabannya ya, lantas bagaimana cara untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengajukan hak paten tersebut? Apakah Anda sudah merasa pantas untuk mematenkan produk?

Selaku founder startup, masalah paten produk merupakan hal yang sangat menarik karena bisa membuka ladang rezeki lainnya. Bagi pengembang produk, juga jadi hal yang dapat memicu semangat untuk lebih kreatif.

Stephen Key selaku seorang penemu, penulis dan co-founder dari InventRight, mengatakan pendapatan pasif yang didapat dari royalti sangat membantu pihaknya untuk lebih kreatif dalam menciptakan hal-hal yang baru dan belum pernah ada di pasaran. Pihaknya mengaku sudah memegang penuh hak paten dari puluhan produk yang sudah ia ciptakan dari berbagai industri, mulai dari mainan hingga kemasan produk.

Menurutnya, mendapatkan hak paten itu bukanlah jadi patokan jaminan pasti untuk meraih kesuksesan bisnis. Tapi berusaha untuk mendapatkan hak paten itu mungkin jadi bernilai ketika berhasil mencapainya hanya dengan ide yang sederhana dengan satu kalimat dan sketsa dasar.

Artikel ini akan fokus membahas apa saja tips yang Anda perlukan ketika ingin mendapatkan hak paten untuk produk Anda. Berikut rangkumannya:

1. Cari ide dengan pasar yang besar

Memperoleh hak paten dari ide bisnis dengan ceruk pasar yang “niche” bukanlah tidak mungkin untuk bisa dilakukan. Tapi,sebaiknya carilah ide baru dengan target pasar yang lebih luas. Usaha ekstra ini akan sangat bernilai ketika Anda menerima cek royalti.

2. Pastikan ide Anda dapat diproses manufaktur dengan harga yang wajar

Faktor ini jadi sangat penting untuk Anda pertimbangkan. Jika sebuah ide bisa diproses manufaktur dengan harga yang kompetitif, artinya Anda bisa memperoleh hak paten. Jika ide Anda membuat perusahaan harus investasi ke mesin baru atau menghabiskan uang untuk proses manufaktur lainnya, berarti Anda akan memiliki kesulitan untuk meyakinkan perusahaan bahwa ide tersebut patut untuk diperjuangkan.

Maka dari itu menurut Key ide-ide yang terlalu baru atau revolusioner tidak cocok untuk mendapatkan hak paten.

3. Fokus pada ide dengan manfaat yang besar dan mudah untuk dijelaskan

Mengedukasi konsumen adalah suatu kegiatan yang sangat mahal. Di sinilah Anda memerlukan satu kalimat pamungkas untuk menjelaskan ide. Dapatkah Anda menjelaskan manfaat dari produk Anda hanya dengan beberapa kata saja? Anda harus mampu. Itulah yang disebut dengan istilah “elevator pitch”, repetisi frasa secara terus menerus. Jika Anda belum mampu melakukan ini, Anda bakal menghadapi masa sulit untuk membuka peluang.

Pasalnya, ada beberapa jenis ide yang tidak bisa di patenkan. Ide tersebut terlalu sulit untuk dilindungi, kecuali produknya terkait dengan kemasan atau pengiriman. Sama halnya dengan perangkat lunak, mendapatkan hak paten memungkinkan untuk dilakukan tapi sulit untuk mendapatkannya.

Untuk itu, Anda harus cerdas. Jangan biarkan orang lain mempengaruhi Anda bahwa mendapatkan paten itu adalah suatu kebutuhan. Lalu kembangkan ide dengan melakukan inovasi, misalnya menghadiri berbagai kegiatan pendukung.

Menentukan Transparansi Ideal untuk Startup

Secara tidak langsung transparansi secara radikal telah merubah cara kerja industri, dan saat ini sudah banyak perusahaan yang menjalankan bisnisnya secara transparan. Startup berbasis teknologi yang paling banyak menerapkan transparansi secara radikal. Namun demikian, sejauh mana transparansi secara radikal dapat memberikan pengaruh baik untuk startup? Apakah dengan menerapkan transparansi kepada internal perusahaan dan publik bakal membawa kesuksesan kepada startup? Artikel berikut ini akan membahas seperti apa transparansi yang ideal diterapkan oleh startup.

Penyampaian informasi yang tepat

Saat mendapatkan pendanaan, memberikan informasi pendapatan, kerugian dan lainnya, startup cenderung untuk memberikan data tersebut kepada stakeholder, pelanggan dan tentunya media. Idealnya startup harus bersedia untuk memberikan informasi yang baik maupun yang buruk kepada publik. Ada beberapa informasi yang bisa diberikan secara transparan kepada pegawai, investor dan lainnya, seperti manajemen perusahaan, tanggung jawab, performa perusahaan, dan konteks.

Hal tersebut menjadi relevan untuk dibagikan kepada pihak terkait namun bukan kepada publik. Dalam hal ini sah-sah saja jika perusahaan memutuskan untuk membagikan data-data terkini, namun pastikan semua akurat dan diperlukan oleh publik dan pihak terkait. Seperti yang diungkapkan oleh Yesware CEO Matthew Bellows:

“To be transparent, to be really effectively transparent, you need to not just share the data but also share the context of the data. That takes a dialog.”

Kembangkan proses yang berpotensi untuk scale up

Langkah berikutnya adalah membagikan informasi yang relevan kepada pegawai agar mendorong lebih baik lagi kinerja pegawai untuk perusahaan. Diantaranya adalah data akurat terkait dengan target yang telah tercapai, strategi perusahaan hingga beban dan tanggung jawab masing-masing pegawai kepada perusahaan. Berikan informasi yang detil dengan jajaran manajemen dan sebagai Founder, sampaikan informasi yang relevan dengan pegawai, selebihnya jika ada pertanyaan lebih lanjut masing-masing pegawai bisa bertanya langsung kepada jajaran manajemen.

Proses penyampaian informasi ini tentunya akan berbeda diterapkan kepada startup yang memiliki karyawan dalam jumlah kecil dengan startup yang sudah mengalami peningkatan dan sedang bersiap masuk ke tahap scaling up, di situlah nantinya peranan manajemen menyampaikan informasi kepada pegawai secara merata.

“We have to share some things for everybody and then say: If you’ve got any questions talk to your manager or come talk to me and let me set the context.”

Terapkan transparansi pada kultur perusahaan

Tentunya menjadi hal yang krusial bagi perusahaan untuk bisa menciptakan suasana kerja yang positif, pegawai yang tepat dan transparansi yang ideal untuk bisa menjalankan usaha dengan lancar. Terutama dalam hal bantuan, kolaborasi pun diperlukan untuk menemukan solusi.

Di awal proses perekrutan pegawai dilakukan coba temukan pegawai yang memiliki visi yang sama dengan kultur perusahaan, yaitu transparansi. Hal tersebut yang telah diterapkan oleh John O’Nolan, CEO Ghost, sebuah open source untuk platform penerbitan.

“We’re working on widely available, open source consumer tech, and we’ve consistently found that the more open we are, the more collaboration and help that we get from outside. That has fixed many more bugs than it has ever created.”

[Panduan Pemula] Cara Mengubah Kata Sandi (Password) Gmail

Kata sandi atau password bersifat super penting dan rahasia. Siapapun tidak boleh tahu, hanya Anda. Selain direkomendasikan untuk menggunakan karakter yang sulit ditebak, pengguna layanan online juga disarankan untuk mengubah kata sandi secara periodik, misalnya 3 atau 6 bulan sekali.

Di Gmail, hal itu sangat mungkin dilakukan, bahkan jika dilakukan setiap hari. Untuk mengubah kata sandi atau password di Gmail, Anda hanya perlu melakukan tiga langkah berikut ini.

  • Buka Gmail.com di komputer Anda kemudian login seperti biasa. Selanjutnya klik ikon gear di sudut kanan atas layar Anda dan klik Settings.

cara mengubah kata sandi gmail_1

  • Setelah panel pengaturan terbuka, klik Accounts and Import lalu klik Change password. Sebuah jendela tab baru akan terbuka di peramban Anda, login sekali lagi ke akun Gmail Anda di jendela tersebut.

cara mengubah kata sandi gmail_2

  • Barulah ketikkan kata sandi baru yang Anda inginkan. Terakhir klik Change Password.

cara mengubah kata sandi gmail_3

Selesai, Anda baru saja berhasil mengubah kata sandi akun gmail Anda. Alternatif kedua, Anda bisa melakukannya melalui akun google dengan mengunjungi halaman myaccount.google.com. Kemudian klik Sign in & Security dan temukan panel Password & sign-in method. Dari sana Anda juga bisa mengubah kata sandi akun Google yang otomatis juga mengubah sandi Gmail Anda.

Three Attitudes to Avoid if You Want to Retain Your Employees

As communication expert Matthew Adams once said, “Leadership is humility exercised for your employees, since it is what can make your company grow.”

Leadership is not about telling your workers what they should do. It is instead about putting your employees in the right position so that they can help your company grow.

Below are three things you should avoid if you want to keep your employees from resigning.

You are not transparent enough

In order to maximize your employees’ performance, you need to balanced individual work objectives with company objectives. Unfortunately, many companies are not transparent enough with regards to the “bigger picture”.

According to a survey conducted by American consulting company Gallup, only 41 percent out of more than 3,000 workers from various companies said they understood their companies’ “bigger picture”.

You apply unnecessary bureaucracy

Leadership is not about control.

Unsatisfied employees may suddenly resign if they feel like they do not receive enough opportunities from you to expand the company together.

You distance yourself from your employees

During the beginning of their career, employees like to feel connected to their bosses to gain knowledge and experience. Now, ask yourself: are you approachable? If not, here are three things to help you get closer to your workers.

First, open your office door as a signal that employees can always drop by your office. Second, smile and make eye contact. Lastly, be more proactive by starting conversations with them, especially with more passive employees. During conversation, you can share positive suggestions to develop relationships with them.


Disclosure: The original article is in Indonesian and syndicated in English by The Jakarta Post