Kantongi Pendanaan Awal, Titik Pintar Fokus Kembangkan Konten Pembelajaran Anak Berkualitas

Startup edtech Titik Pintar mengumumkan telah mengantongi pendanaan tahapan pre-seed dengan nilai yang tidak disebutkan awal tahun ini. Pendanaan ini merupakan salah satu investasi pertama dari Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF), dana yang bertujuan untuk menciptakan dampak sosial dan dikelola bersama oleh Moonshot Ventures serta YCAB Ventures.

Sebelumnya, Titik Pintar juga mendapatkan hibah dari Pemerintah Belanda dan juga investasi dari sejumlah angel investor. Titik Pintar juga merupakan salah satu lulusan DSLaunchpad, program akselerasi startup virtual yang diinisiasi oleh DailySocial.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Titik Pintar Robbert Deusing mengungkapkan, untuk jangka pendek pendanaan akan digunakan untuk meningkatkan kualitas produk. Mereka juga ingin menghadirkan lebih banyak konten berkualitas, yaitu dengan meluncurkan Sahabat Pintar, di mana guru-guru, desainer, dan para animator bisa berkolaborasi membuat konten berkualitas.

“Kami bertujuan mengumpulkan kreator konten terbaik, untuk terus memproduksi konten sekaligus menjaga kualitasnya. Saat ini kami sedang membangun fitur multiplayer, yang akan memberikan tantangan untuk para pengguna sehingga mereka semakin tertarik. Kami juga mendapat banyak masukan yang baik soal fitur baru ini,” kata Robbert.

Selain multiplayer, produk lain yang akan dikembangkan adalah sesi konsultasi secara online bersama guru. Para guru nantinya akan membantu anak-anak yang kesulitan melanjutkan permainan dengan memberi penjelasan lebih. Titik Pintar akan memberikan info soal proses pembelajaran anak, sehingga para guru bisa melihat apa yang perlu diperbaiki. Mereka juga bisa mendapatkan pemasukan tambahan dengan sesi konsultasi ini.

“Untuk Sahabat Pintar, kami membatasi jumlah guru hingga 25 orang, sehingga kami bisa fokus ke kualitas kontennya dan memastikan kalau kami menjalankan hal yang tepat. Kami akan berupaya menambah hingga 1000 guru secara perlahan untuk permulaan,” kata Robbert.

Misi jangka panjang Titik Pintar selanjutnya adalah, membuat belajar menjadi menyenangkan bagi semua anak di Indonesia. Dengan menghadirkan konten yang dapat diakses dari mana saja untuk semua orang dan bisa meningkatkan hasil pembelajaran untuk semua pengguna Titik Pintar.

Gamifikasi untuk pengguna

Tim Titik Pintar
Tim Titik Pintar

Saat ini Titik Pintar telah memiliki 10 ribu pengguna aktif setiap bulannya. Selama pandemi, perusahaan mengalami pertumbuhan positif. Dengan makin meningkatnya kegiatan secara online, banyak orang tua yang kemudian mempercayai platform membuat belajar lebih menyenangkan untuk anak-anak sekolah dasar di saat pandemi maupun setelahnya.

Disinggung fitur apa yang menjadi pilihan pengguna, disebutkan mata pelajaran sains yang terfavorit. Secara demografi, platform lebih banyak digunakan oleh pengguna perempuan dibandingkan laki-laki. Sementara beberapa pengguna menyukai Pintar Pod, sebuah minigame yang bisa dimainkan setelah menyelesaikan soal-soal utama. Selain itu, anak-anak juga suka mendapatkan Koin Pintar (yang akan diberikan setiap menyelesaikan soal), untuk mengubah tampilan avatar.

“Pemain terkenal yang sudah ada di luar sana menargetkan pelajar di tingkat yang lebih tinggi. Kami fokus ke pelajar sekolah dasar. Gamifikasi juga menjadi DNA kami, dan merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk anak-anak, yaitu belajar sambil bermain,” kata Robbert.

Application Information Will Show Up Here

Titik Pintar Introduces SahabatPintar, Educational Content Platform for Elementary Students

Titik Pintar’s interactive edutainment platform officially introduces SahabatPintar.id, an educational content platform designed for the primary school (SD) student segment in Indonesia.

SahabatPintar.id presents material monitored by elementary school teachers in Indonesia who have teaching experience for more than 10 years. Currently, the SahabatPintar.id platform is available for free access.

Titik Pintar’s founder & CEO, Robbert Deusing, said that his party wants to contribute to the quality of education in Indonesia. This is in line with World Bank recommendations regarding the impact of Covid-19, the education sector needs to pay attention to the quality of distance learning methods.

Based on data from the Ministry of Education and Culture, there are currently 25 million children currently studying at the elementary level. Meanwhile, the number of schools closed due to the Covid-19 pandemic has reached 530 thousand units.

“SahabatPintar wants to play a role in the world of education in the long term. When schools reopen, we believe teachers will be greatly helped by the availability of quality educational materials that are easily accessible such as those available by SahabatPintar.id and the Titik Pintar application,” Deusing said to DailySocial.

He revealed that his team is currently integrating 100 materials into the SahabatPintar platform. The long-term goal of this platform is to bring together teachers, designers, and animators in Indonesia to create up to 10,000 quality content. The contents will be integrated directly on the Titik Pintar platform.

“Even though our team has made various educational content, it will still be difficult to catch up with the rapid development of children. At the same time, we are aware that there are many teachers and content creators in Indonesia who have the expertise to create educational content,” he told DailySocial.

Therefore, to achieve this target, his party is holding a competition for designer teachers and animators to produce educational content that is easily understood by children.

For your information, Titik Pintar is currently used by 12 thousand users in Indonesia. This platform provides various edutainment materials tailored to the government curriculum (Kurtilas).

Expecting breakthrough from edtech players in 2021

Not many edtech services have run in the gamification sector, like Titik Pintar. In fact, this content can actually be an interesting approach to provide a fun atmosphere for teaching and learning activities, especially during the pandemic.

With the plan of Minister of Education and Culture (Mendikbud) Nadiem Makarim to reopen schools in January 2021, this could be the right step to provide a temporary “break” for parents who have been accompanying their children to study during the pandemic.

This has also been acknowledged by a number of players we have interviewed. There are many issues experienced, one of which is that parents are overwhelmed with their children because they are not used to transitioning to online platforms.

The trend of edtech services began to skyrocket in the last few years. The peak occurred this year due to the Covid-19 pandemic. The policy of teaching and learning activities from home (KBM) is a tremendous momentum for online learning platform providers to gain new users and significant traffic.

In general, the government’s decision to reopen schools will present a further “test case” to prove whether edtech services remain relevant and credible in the next year. This is primarily to provide affordable internet access and content for user segments outside Java who are in rural and border areas.

In addition, next year can also be momentum for old and new edtech players to develop content with more varied types and costs. Moreover, there are currently not many edtech services that play in the realm of gamification, especially for elementary school children.

To date, edtech startups have various market segments ranging from elementary to high school lectures, or employee segments by offering free access for certain periods to premium access to interactive content, video-on-demand, and private tutors.

DSResearch through the Edtech Report 2020 reveals that internet connection is still the biggest challenge (81.2%) of users in learning, followed by access to paid content (49.4%), understanding of English (39.2%), and availability of devices (38,4%).

In addition, as many as 70 percent of respondents are willing to pay for edtech services ranging from IDR 50,000 / month (12.6%), IDR 50,000-1 million / month (35.3%), IDR 1 million-2.5 million / month (24, 6%), IDR 2.5 million-5 million / month (17.8%), and above IDR 5 million / month (9.7%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Titik Pintar Memperkenalkan SahabatPintar, Platform Konten Pendidikan untuk Murid SD

Platform edutainment interaktif Titik Pintar resmi memperkenalkan SahabatPintar.id, yakni platform konten pendidikan yang ditujukan untuk segmen murid sekolah dasar (SD) di Indonesia.

SahabatPintar.id menghadirkan materi yang dipantau oleh para guru SD di Indonesia yang memiliki pengalaman mengajar selama lebih dari 10 tahun. Saat ini, platform SahabatPintar.id dapat diakses pengguna gratis secara terus-menerus.

Founder & CEO Titik Pintar Robbert Deusing mengatakan, pihaknya ingin berkontribusi terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan rekomendasi World Bank terkait dampak Covid-19, sektor pendidikan perlu memperhatikan kualitas metode pembelajaran jarak jauh.

Berdasarkan data Kemendikbud, saat ini terdapat 25 juta anak yang tengah menempuh pendidikan di jenjang SD. Sementara itu, jumlah sekolah yang tutup karena pandemi Covid-19 mencapai 530 ribu unit.

“SahabatPintar ingin mengambil peran di dunia pendidikan dalam jangka panjang. Saat sekolah kembali dibuka nanti, kami percaya para guru akan sangat terbantu dengan adanya materi-materi edukasi berkualitas yang mudah diakses seperti yang tersedia di SahabatPintar.id maupun aplikasi Titik Pintar,” ujar Deusing kepada DailySocial.

Ia mengungkap bahwa pihaknya saat ini sedang melakukan integrasi terhadap 100 materi ke platform SahabatPintar. Tujuan jangka panjang dari platform ini adalah mengumpulkan para guru, desainer, dan animator di Indonesia untuk membuat hingga 10.000 konten berkualitas. Adapun konten-konten tersebut nantinya akan terintegrasi langsung di platform Titik Pintar.

“Meski tim kami sudah membuat berbagai konten edukasi, akan tetap sulit untuk mengejar perkembangan anak-anak yang begitu pesat. Di saat bersamaan, kami sadar ada banyak guru dan kreator konten di Indonesia yang mempunyai keahlian untuk membuat konten edukasi,” tuturnya kepada DailySocial.

Maka itu, untuk mencapai target tersebut, pihaknya tengah mengadakan kompetisi bagi para guru desainer dan animator untuk menghasilkan karya konten edukasi yang mudah dipahami oleh anak-anak.

Sekadar informasi, Titik Pintar saat ini telah digunakan sebanyak 12 ribu pengguna di Indonesia. Platform ini menyediakan berbagai materi edutainment yang disesuaikan dengan kurikulum pemerintah (Kurtilas).

Menanti gebrakan pemain edtech di 2021

Belum banyak layanan edtech yang bermain di ranah gamifikasi, seperti halnya Titik Pintar. Padahal, konten ini sebetulnya dapat menjadi pendekatan menarik untuk memberikan suasana kegiatan belajar mengajar (KBM) yang menyenangkan, terutama selama masa pandemi.

Dengan rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim untuk membuka kembali sekolah pada Januari 2021, ini dapat menjadi langkah tepat untuk memberi “break” sementara bagi orang tua yang selama ini mau tak mau mendampingi anaknya belajar selama masa pandemi.

Hal ini pun diakui oleh sejumlah pemain yang pernah kami wawancarai. Ada banyak isu yang dialami di mana salah satunya adalah orang tua kewalahan mendampingi anaknya karena belum terbiasa bertransisi ke platform online.

Tren layanan edtech mulai meroket sejak beberapa tahun terakhir. Puncaknya terjadi pada tahun ini akibat pandemi Covid-19. Kebijakan merumahkan kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi momentum luar biasa bagi penyedia platform pembelajaran online dalam mendulang pengguna baru dan trafik yang signifikan.

Secara umum, keputusan pemerintah untuk membuka sekolah kembali akan memperlihatkan “test case” selanjutnya bagi untuk membuktikan apakah layanan edtech tetap relevan dan kredibel di tahun depan. Hal ini terutama untuk menyediakan akses internet dan konten terjangkau bagi segmen pengguna di luar Jawa yang di pedesaan dan wilayah perbatasan.

Selain itu, tahun depan juga dapat menjadi momentum bagi pelaku edtech lama dan baru untuk mengembangkan konten dengan jenis dan biaya yang lebih variatif. Terlebih, saat ini belum banyak layanan edtech yang bermain di ranah gamifikasi, khususnya untuk anak SD.

Sejauh ini, startup edtech memiliki segmen pasar beragam mulai dari SD sampai SMA perkuliahan, atau segmen karyawan dengan menawarkan akses gratis selama periode tertentu hingga akses premium pada konten-konten interaktif, video-on-demand, dan private tutor.

DSResearch melalui Edtech Report 2020 mengungkap bahwa koneksi internet masih menjadi tantangan terbesar (81,2%) pengguna dalam belajar, disusul akses terhadap konten berbayar (49,4%), pemahaman bahasa Inggris (39,2%), dan ketersediaan perangkat (38,4%).

Selain itu, sebanyak 70 persen responden bersedia membayar layanan edtech dengan rentang di bawah Rp50ribu/bulan (12,6%), Rp50ribu-1 juta/bulan (35,3%), Rp1 juta-2,5 juta/bulan (24,6%), Rp2,5 juta-5 juta/bulan (17,8%), dan di atas Rp5 juta/bulan (9,7%).

Titik Pintar Hadirkan Konten Permainan dan Edukasi untuk Anak

Kemudahan akses dan popularitas YouTube di kalangan anak-anak kerap menyulitkan pengawasan dari sisi orang tua. Titik Pintar, platform gamifikasi yang diciptakan menyasar anak-anak di sekolah dasar, mencoba menghadirkan platform video yang menarik dan sarat informasi dan pengetahuan demi mengurangi ketergantungan dengan platform video populer tersebut.

Kepada DailySocial, CEO Titik Pintar Robbert Deusing mengungkapkan, hadirnya Titikpintar diharapkan bisa menjadi pilihan baru bagi anak-anak menikmati hiburan sekaligus belajar. Dengan konten yang menarik dan menyenangkan, anak-anak bisa menikmati berbagai konten yang diciptakan para pengajar. Konten ini sudah tersedia dalam bahasa Inggris dan Indonesia dan telah diuji coba ke sekolah-sekolah di kawasan Jabodetabek.

“Belajar dari pengalaman sebelumnya, saya melihat peluang yang besar untuk menciptakan bisnis yang fokus kepada edukasi anak-anak di Indonesia. Harapannya Titik Pintar bisa memberikan efek yang positif bagi masyarakat.”

Menerapkan model freemium

Didirikan awal tahun 2019 lalu, Titik Pintar menerapkan model freemium kepada pengguna yang ingin menggunakan platformnya. Setelah dua minggu pemakaian, orangtua membayar untuk menikmati konten secara penuh. Pilihan pembayaran yang tersedia saat ini adalah melalui dompet digital Ovo dan GoPay. Fitur utamanya adalah bagaimana orangtua juga bisa mengawasi perkembangan anak melalui platform.

“Namun saat ini kami menunda monetisasi melihat kondisi secara global akibat dari virus corona [COVID-19]. Kami percaya Titik Pintar bisa menjadi platform yang tepat untuk digunakan oleh anak-anak untuk belajar di rumah. Kami memutuskan untuk mendukung orang tua dengan memberikan akses gratis,” kata Robbert.

Meskipun pemain di segmen ini telah bermunculan menawarkan konsep belajar serupa, termasuk Ruangguru, Zenius, atau Kelase, Titik Pintar mengklaim pihaknya termasuk dari sedikit startup yang fokus ke anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar.

Perusahaan menargetkan bisa merangkul sekitar 400 ribu pengguna. Titik Pintar juga memiliki rencana mencari investor yang relevan dan mitra untuk melakukan distribusi dan kolaborasi.

“Teknologi harus menjadi sarana untuk mencapai tujuan, karena kami dapat membantu mendidik jutaan anak dengan biaya yang sangat rendah, bahkan gratis saat penutupan sekolah saat ini. Para guru, sekolah, dan orang tua akan selalu memainkan peran besar dalam pendidikan dan kami yakin kami dapat membantu mereka,” tutup Robbert.

Application Information Will Show Up Here