NFT Sebagai Gerbang Awal Ekonomi Kreator

Kata “NFT” (Non-Fungible Token) semakin terasa familiar di telinga sebagian orang Indonesia. Meski pasar belum teredukasi secara merata, antusiasme terhadap teknologi baru ini mulai terlihat, setidaknya dari semakin mudah ditemukannya artikel berbahasa Indonesia dan komunitas-komunitas lokal yang bermunculan.

Bagi kreator konten dan pengusaha konten, NFT telah menjadi topik umum pada tahun ini karena memungkinkan banyak kreator dari semua latar belakang dan genre (seniman, musisi, konten kreator yang biasa memanfaatkan platform media sosial, influencer, petinggi perusahaan, bahkan orang biasa sekalipun) datang untuk berbagi kreativitas mereka, bertemu orang baru, dan mungkin memulai karir.

Di kancah global, seniman seperti Beeple dan Trevor Jones telah menghasilkan jutaan dollar dari penjualan NFT mereka. Musisi seperti 3LAU sedang merancang model bisnis di mana penggemar (dan akhirnya pemilik NFT) dapat mengakses musik eksklusif dan tiket ke acara. Grup musik Kings of Leon menghasilkan jutaan dollar dengan menjual album baru mereka sebagai NFT.

Dengan template yang sama, kesempatan ini tidak ingin dilewatkan oleh kreator di Indonesia dalam menyambut kehadiran NFT. Dalam pantauan DailySocial.id, tidak hanya seniman yang tertarik. Ilustrator, musisi, merek fesyen, rumah produksi, influencer, hingga olahraga sudah menaruh minatnya dengan memanfaatkan platform yang ada.

Ekonomi kreator

NFT mengubah permainan secara keseluruhan, menjadikannya sebagai model bisnis yang benar-benar baru buat kreator. Pada akhirnya, mereka dapat menjual karyanya langsung ke komunitas global atau kini dikenal dengan istilah ekonomi kreator. Model bisnis baru ini memotong sebagian besar distributor (yang biasanya menerima komisi) dan memungkinkan kreator berhubungan dengan kolektor secara langsung dan mudah melalui marketplace seperti OpenSea dan Foundation.

Dapat dibayangkan, saat ini kreator mendapatkan penghasilan melalui konten mereka dengan mempublikasikannya di platform terpusat seperti YouTube, TikTok, dan Instagram. Platform mengambil bagian besar dari pendapatan iklan yang dihasilkan oleh konten mereka dan memberikan sisanya kepada pembuatnya.

Kreator sering kali menghasilkan lebih banyak uang dari kesepakatan brand daripada konten mereka yang sebenarnya. Meskipun demikian, skema tersebut membuat platform tetap hidup dan menghasilkan banyak keterlibatan pengguna.

Dengan NFT, kreator dapat memperoleh penghasilan langsung dari konten mereka. Mereka dapat mengambil momen penting dari unggahan mereka, misalnya unggahan yang paling viral, album perdana dirilis, atau momen penting dalam perjalanan pribadi yang memiliki arti bagi para basis komunitas di kreator tersebut. Tidak hanya itu, kreator dapat membuat konten itu lebih berharga dengan membatasi pasokannya. Plus, mereka dapat memperoleh dari royalti dari konten tidak hanya sekali, tetapi tanpa batas.

Tak hanya itu, kreator juga dapat memilih untuk melampirkan hadiah eksklusif bagi pembeli NFT, seperti tiket VIP ke suatu acara, diskon merchandise, atau akses ke komunitas pribadi sebagai hanya bonus tambahan.

Salah satu contoh yang dilakukan musisi rap Tory Lanez  adalah menjual tujuh lagunya sebagai NFT seharga $1. Dalam waktu kurang dari satu menit, ia menjual 1 juta NFT dan menangkap $1 juta penjualan tanpa memberikan sepeser pun kepada label rekaman atau perantara industri.

Para penggemarnya dapat membeli aset supermurah dan dapat menjualnya kembali dengan jumlah uang yang mengubah hidup. Dengan demikian, NFT diklaim menciptakan situasi win-win, ketika kreator dan penggemar menangkap value yang sama.

Sumber: Pexels

Kreator Indonesia

Faza Ibnu Ubaydillah Salman atau lebih terkenal dengan Faza Meonk, komikus dibalik karakter Si Juki, mengaku tertarik terjun ke NFT setelah diberitahu  temannya yang berprofesi sebagai seniman digital. Temannya telah mendapat penghasilan baru lewat NFT. Hype-nya semakin terasa ketika ia menyaksikan sendiri kuantitas seniman yang masuk ke NFT terus bertambah.

Faza sendiri, sebelum ikut “nyemplung” ke NFT, ia sudah mengenal dunia kripto berkat aktivitas trading yang ia lakoni.

“Jadi saya sudah ngerti kalau ada teknologi yang namanya blockchain yang dipakai untuk NFT. Saya baru nyemplung di Agustus 2021 ke komunitas dan mulai mengonsep personal project yang belum dirilis hingga saat ini,” ujar Faza saat dihubungi DailySocial.id.

Ia berpendapat, secara personal ketertarikannya terjun ke NFT karena di sana membuka kesempatan untuk berkarya secara bebas tanpa harus melihat dari sisi komersil, harus laku atau tidak. Ia pun dapat terus belajar, memperbaiki kualitas karyanya agar semakin baik. Perspektif tersebut ingin ia tularkan kepada para seniman lainnya.

Nothing to lose saja. Mungkin NFT ini jadi masa depan untuk teman-teman seniman agar bisa berkarya dari proyek pribadinya dan mengomersilkannya, sebab pada akhirnya ini jadi dorongan yang menarik.”

Di samping itu, praktik transaksi jual beli offline karya seni di galeri sebenarnya kurang lebih sama dengan NFT. NFT memiliki kode unik yang di-minting dari jaringan blockcain untuk memberikan kode unik kepada para kolektor. Hal tersebut juga dilakukan galeri yang memberikan sertifikat untuk membuktikan pembeli tersebut adalah pemilik yang sah.

“Jadi NFT itu ke depannya bukan buat seni saja. Memungkinkan lebih banyak hal. Kalau pemerintah terbuka, bisa banget dimanfaatkan lebih masif lagi ke banyak aspek kehidupan.”

Saat ini Faza menerbitkan NFT dengan memanfaatkan dua platform marketplace, di TokoMall dan Objkt. Di TokoMall, ia masuk sebagai mitra eksklusif yang digandeng Tokocrypto, sementara di Objkt ia memilih untuk memamerkan karya-karya pribadinya, sekaligus memperkenalkannya ke target penikmat seni di luar negeri.

“Rencananya saya mau perluas lagi ke OpenSea. Tujuannya ingin jangkau orang luar negeri karena secara natural orang Indonesia itu belum ada kebiasaan untuk mengoleksi karya seni. Sementara orang luar negeri itu lebih appreciate, makanya banyak seniman lokal memanfaatkan platform seperti ini.”

Sementara itu, IBL (Indonesian Basketball League), kompetisi basket terbesar di Indonesia, tertarik masuk ke NFT karena ingin selalu engage dengan para penggemar bola basket dan menarik penggemar baru dari kalangan anak muda melalui tren-tren yang menarik perhatian mereka. IBL mulai mempelajari NFT sejak Februari 2021, sampai akhirnya resmi menjadi mitra perdana Kolektibel di November 2021.

“Kita sebagai IBL selalu merujuk pada beragam inovasi yang ada di market. Kami pun merujuk pada NBA yang punya produk NFT sebagai referensi kami dan masuk melalui Kolektibel karena mereka punya approach yang sesuai dengan apa yang kami harapkan, sama seperti NBA Top Shot,” terang Brand Marketing IBL Raihanda Rafi.

Raihan menuturkan, pihaknya memaknai NFT sebagai produk yang memiliki daya tarik tersendiri karena dapat mendekatkan penggemar dengan atlet basket melalui momen-momen (foto, video durasi pendek, gif). Serta, dapat lebih dekat karena tiap NFT yang dikoleksi memiliki utilitas (kegunaan) yang bersifat eksklusif. Tentunya hal tersebut akan menjadi nilai tambah bagi atlet itu sendiri, membuat mereka jadi lebih percaya diri.

“Karena ini industri yang baru, jadi saat ini masih cenderung mempelajari bagaimana NFT itu bekerja. Tugas dari kami, bersama Kolektibel, adalah mengedukasi pasar, mengedukasi mereka bahwa NFT itu di masa depan akan menjadi status sosial yang baru. Sebab barang yang bernilai itu sekarang sudah bukan lagi barang fisik, tapi juga digital.”

Saat ini IBL berhasil menjual 700 pack NFT yang diterbitkan melalui Kolektibel. Setiap pack berisi video momen-momen terbaik dengan level rarity yang berbeda. Di Kolektibel ada tiga level rarity, yakni Common, Rare, dan Epic, masing-masingnya memberikan tingkat keunikan dan nilai pada setiap produk NFT tergantung tipe rarity yang dimiliki.

Dari data IBL, para pembeli NFT-nya adalah para penggemar setia basket, NFT enthusiast, trader, dan investor. “Kita akan terus cari collectibles yang bagus dan bisa dikoleksi, sebab para kolektor ini masih dalam fase mencari tahu dan mengumpulkan collectibles-nya belum ada yang trading di secondary market. Ini jadi menarik karena kami masih banyak aset yang bisa di-NFT-kan.”

Koleksi NFT yang sudah dibeli ini masih berfokus pada momen-momen dari pertandingan di musim 2021. Aset-aset dari pertandingan di 2017 sudah masuk daftar berikutnya yang sudah disiapkan untuk di-NFT-kan. IBL sendiri memiliki kumpulan aset dari tahun 2000-an dengan atlet-atlet legendaris yang tentunya akan menarik untuk dikoleksi para penggemar basket.

“Saya dan tim terus meningkatkan kualitas gambar dari aset lama kami. Banyak aset nostaligia yang masih perlu kami standarisasi kualitasnya agar nantinya lebih enak saat dinikmati para penggemar.”

Ada kekhawatiran

Penawaran yang paling menarik di NFT adalah bagian non-fungible, memberikan verifikasi yang tak terbantahkan soal kepemilikan terhadap sebuah aset digital yang transparan. Ketertarikan dunia ke NFT, sejalan dengan penolakannya, semakin meninggi belakangan ini.

Sama seperti pisau, yang dapat melukai orang atau malah membuat masakan jadi terasa lezat. Penggunaan NFT dapat menjadi celah kejahatan, meski teknologi blockchain diklaim sudah canggih dan mumpuni.

Faza sering menemui praktik mencuri karya seniman yang belum terjun ke NFT. Karyanya di-minting tanpa seizin pemiliknya di platform marketplace. Kejadian ini sering membuat seniman kewalahan dalam mengatasinya.

“Ini semacam dampak dari adanya sistem NFT. Saya percaya teknologi akan terus berkembang. Harapannya, ke depan ada sistem autentikasi untuk membuktikan bahwa karya yang di-minting itu benar pemilknya. Teman-teman di [sektor] IT perlu antisipasi ini.”

Kekhawatiran tersebut diharapkan juga menjadi perhatian dari para platform marketplace NFT lokal selagi industri ini masih sangat baru di Indonesia. Di samping itu, komitmen serius dari pemain platform untuk mempromosikan karya NFT perlu digalakkan kembali. Banyak seniman yang memanfaatkan platform luar negeri, karena tujuan utamanya adalah menjangkau penikmat karya seni secara lebih luas.

Mayoritas orang Indonesia itu belum terbiasa mengoleksi karya seni sebagai bentuk menghargai suatu karya dengan membeli karya itu sendiri. “Jadi kalau hanya dikasih tempat untuk berjualan, tapi tidak dipromosikan juga ya akan percuma karena habit orang Indonesia untuk menghargai suatu karya seni dengan spending itu masih rendah. Jadi lebih mudah untuk ajak orang luar negeri untuk mengoleksi karya kita.”

Sebagai catatan, blockchain Tezos yang digunakan Objkt dan Hit et Nunc (sebelum tutup) banyak dilirik oleh kreator lokal untuk mencicipi dunia NFT pada tahap awal karena lebih ramah lingkungan dan hemat biaya minting. Pula hadirnya jaringan komunitas yang sudah kuat terbangun karena anggota dapat berkomunikasi dengan erat dengan kreator.

“Kreator sekarang dituntut untuk punya kemampuan berkomunikasi yang baik dengan calon pembeli. Makanya banyak muncul pekerjaan baru, manager artist, yang bekerja dengan ruang lingkup seperti kurator, menghubungkan artist dengan kolektornya.”

Membangun komunikasi ini penting, lanjut dia, pasalnya kolektor itu perlu diyakinkan bahwa seniman atau kreator tersebut dapat terus berkarya hingga pada masa mendatang. “Bebas kalau tujuannya ada yang mau investasi, ada juga yang suka karyanya tapi ini persentasenya pasti kecil. Jadi yang paling utama itu harus komunikasi agar mereka percaya kita ini punya value, punya masa depan, yang mungkin membuat nilai jual karya akan lebih baik.”

“Value sebuah karya seni bisa mahal itu karena banyak yang percaya. Sama seperti emas yang bentuknya batu tapi banyak orang yag percaya itu bernilai. Ketika komunitas semakin besar, maka karya seniman tersebut akan semakin mahal, makanya komunitas pegang peranan penting,” tutup Faza.

Indonesia Memberdayakan Proyek Blockchain Selain Perdagangan Kripto

Di Indonesia, tercatat sebanyak 7,4 juta orang telah membeli atau menjual cryptocurrency pada Juli 2021, menurut data Kementerian Perdagangan Indonesia. Sementara blockchain sering dikaitkan dengan aset digital dan produk keuangan, banyak proyek blockchain yang tengah dikembangkan untuk sektor-sektor lain termasuk filantropi, pertanian, permainan, dan karya seni digital.

Sebagian besar startup berbasis blockchain masih dalam tahap awal, tetapi para pendiri percaya bahwa teknologi ini dapat merevolusi operasional bisnis di pasar lainnya. Pengusaha blockchain sering menyoroti sifat teknologi blockchain yang terdesentralisasi serta kapasitasnya untuk mencatat transaksi dan meningkatkan akuntabilitas sebagai dua manfaat yang signifikan. Startup yang muncul juga menggunakan platform blockchain yang berbeda untuk menyesuaikan kebutuhan mereka, seperti Ethereum, Near, dan Binance Smart Chain.

Berikut adalah beberapa contoh proyek blockchain selain dalam hal keuangan dan perdagangan kripto di Indonesia.

Transparansi dalam sektor filantropi

BeKind adalah startup yang memanfaatkan teknologi blockchain untuk manajemen amal. Diluncurkan pada bulan Juni, BeKind ingin menjawab “dua tantangan utama dalam sistem donasi global—akuntabilitas dan keberlanjutan bisnis,” ujar CEO BeKind Fajar Jasmin.

“Para donatur yang menyumbang melalui badan amal tidak tahu persis berapa banyak uang mereka yang masuk ke tangan penerima manfaat (beneficiary). Sementara amal dikelola oleh organisasi nirlaba, banyak dari mereka beroperasi tanpa cadangan uang tunai yang cukup. Maka dari itu, tidak berkelanjutan,” sebut Jasmin kepada KrASIA.

Ide di balik BeKind sangat sederhana. Perusahaan membuat token, K1ND, yang dibangun di atas teknologi Binance Smart Chain. Donatur akan memperoleh K1ND di bursa Tokocrypto juga melalui saluran lain seperti transfer peer-to-peer setelah peluncuran resmi token pada bulan Desember. Para donatur kemudian dapat menyetorkan K1ND mereka ke dompet online organisasi amal dan nirlaba yang terdaftar di platform BeKind. Mereka juga bisa menggunakan token mereka untuk staking di platform BeKind Hub, seperti halnya bunga yang diperoleh di rekening tabungan.

Jasmin menyebutkan sistem ini dapat meningkatkan transparansi karena semua transaksi dicatat di blockchain dan dapat dilihat secara online oleh semua pengguna. Sistem ini juga memungkinkan donatur, badan amal, dan organisasi nirlaba untuk mendapatkan bunga dari staking. Token disetorkan ke akun staking dengan tingkat persentase tahunan tertentu atau persentase hasil tahunan, dan bebas untuk ditarik kapan saja. APY dapat mengalami fluktuasi tergantung pada berapa banyak token yang dipertaruhkan, atau dapat berupa APY tetap, tergantung tata cara pengaturannya oleh platform. Jasmin tidak memberikan rincian jelas.

BeKind adalah proyek donasi berbasis blockchain pertama di Indonesia. Perusahaan saat ini menjual tokennya melalui saluran penjualan pribadi seharga USD 0,17 per token, sementara perkiraan harga listingnya akan menjadi USD 0,24, menurut situs web. BeKind akan secara resmi meluncurkan dan mendaftarkan tokennya di bursa Tokocrypto pada bulan Desember.

Perusahaan juga berencana untuk menerapkan “sistem pelacak dampak” pada blockchain, yang akan memberikan informasi tentang pengembangan proyek yang didanai dengan K1ND. “Ke depannya, kami akan menyediakan dokumentasi dan laporan donasi dampak yang terkait dengan blockchain untuk memastikan transparansi,” ujar Jasmin.

Blockchain di sektor agrikultur

Pengusaha lain melihat kemungkinan digitalisasi sektor konvensional berkat blockchain. Salah satu contohnya adalah Hara, layanan pertukaran data berbasis blockchain untuk sektor pangan dan pertanian.

Hara diluncurkan pada tahun 2015 dengan tujuan untuk menerapkan konsep “pertanian presisi” berkat teknologi seperti sensor jauh. Tujuannya adalah untuk mengelola sektor pertanian agar lebih akurat dan meningkatkan hasil. Namun, startup ini mengalihkan bisnisnya menjadi pengumpulan data pada tahun 2017 setelah mengalami kesulitan dalam mengembangkan model bisnis intinya.

Pendiri Hara, Regi Wahyu dan Imron Zuhri, percaya bahwa data tanaman yang dapat dipertanggungjawabkan akan membantu para pelaku di sektor pertanian. Saat ini, perusahaan mengumpulkan, memverifikasi, dan mencatat data pertanian di atas platform blockchain, termasuk data produksi, proses budidaya, kondisi tanah dan tanaman, serangan hama, dan kepemilikan tanah.

Hara mengumpulkan dan berbagi data tanaman untuk membantu berbagai pelaku di sektor pertanian. Foto oleh Eddie Kopp di Unsplash

“Hara bekerja sama dengan agen yang kami sebut agripreneurs. Mereka memiliki ponsel Android, dan berkat aplikasi kami, mereka dapat bertindak sebagai pengumpul data di komunitas mereka,” ungkap kepala pengembangan bisnis Hara Firnando Sirait kepada KrASIA.

Hara memberi insentif kepada petani, atau “agen lapangan”, untuk menyediakan data dengan menawarkan poin loyalitas yang dapat ditukarkan di platform Hara dengan diskon produk pertanian atau pulsa. Hara kemudian memanfaatkan data tersebut untuk menjalankan beberapa proyek seperti kegiatan crowd planting, dimana petani dapat menggunakan pekarangan atau lahan non produktif untuk bercocok tanam menggunakan polybag. Hara juga memberi para petani prakiraan produksi berdasarkan data yang dikumpulkan. Petani bisa mendapatkan “berbagai jenis dukungan seperti praktik pertanian terbaik, pinjaman usaha, atau akses ke lebih banyak pembeli,” kata Firnando.

Hara juga menjual data yang dikumpulkan ke perusahaan swasta, lembaga pemerintah, dan lembaga keuangan melalui token utilitas yang disebut HART. Token dibuat di atas Ethereum dan diperdagangkan di bursa Indodax.

Menurut Hara, pembeli memanfaatkan data ini untuk meningkatkan pelayanan mereka di sektor agrikultur. Misalnya, lembaga keuangan dapat melakukan penilaian kredit dan profil risiko untuk memberikan kredit mikro kepada petani. Pada saat yang sama, pemerintah daerah dapat membuat keputusan untuk mengatasi masalah pertanian berdasarkan data rinci yang dikumpulkan oleh petani.

Perusahaan saat ini sedang mengerjakan lebih banyak kasus penggunaan untuk teknologi blockchain-nya. Hara juga sedang membangun platform NFT yang akan diluncurkan pada kuartal pertama tahun depan, namun Firnando tidak mengungkapkan detail tentang proyek tersebut.

NFT dan koleksi digital

Karena semakin banyak orang menggunakan teknologi kripto dan blockchain, platform NFT juga menjadi penting bagi kreator dan kolektor seni. Menurut laporan terbaru oleh DappRadar, orang Indonesia hanya mengikuti dunia AS dalam “ketertarikan yang diungkapkan” terhadap teknologi NFT dan pasar NTF. DappRadar adalah toko aplikasi global terkemuka untuk aplikasi terdesentralisasi (dapps) yang digunakan oleh lebih dari 600.000 pengguna bulanan. Perusahaan melacak lebih dari 3.000 dapps di sepuluh blockchain untuk menyajikan laporan tentang tren terkait blockchain.

Meningkatnya minat pengguna di Indonesia pada token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT) telah memotivasi berbagai startup untuk ikut serta dalam gelombang NFT. Salah satu contohnya adalah Tokocrypto, yang meluncurkan marketplace NFT, TokoMall, pada bulan September. Platform ini menampung lebih dari 1.403 pedagang dan 1.391 karya seni hanya satu bulan setelah peluncurannya serta berhasil menjual lebih dari 176 NFT, ungkap salah satu pendiri Tokocrypto, Pang Xue Kai kepada KrASIA dalam sebuah sesi wawancara.

TokoMall sudah memiliki lebih dari 8.000 pengguna. Foto dari Tokocrypto.

Startup lain yang sedang naik daun di ruang blockchain adalah Paras, marketplace NFT untuk koleksi digital, termasuk komik, game, dan item kartu seni digital. Startup ini juga mengelola Paras Comic, sebuah layanan pertukaran di mana pengguna dapat membaca, membeli, dan meminjamkan komik NFT yang dapat dikoleksi.

Perusahaan ini beroperasi di ats blockchain Near. “Semua transaksi menggunakan NEAR, token asli platform, tetapi ke depannya kami akan mendukung cryptocurrency lain,” kata pendiri Paras Rahmat Albariqy kepada KrASIA.

Perusahaan baru-baru ini mengumpulkan pendanaan tahap awal sebesar USD 5 juta dari berbagai investor, termasuk Black Dragon Capital, Digital Renaissance Foundation, dan GFS Ventures. Startup disebut akan menggunakan investasi untuk mengembangkan lebih banyak kekayaan intelektual asli kripto yang berfokus pada game dan komik, sebut Rahmat.

“Kami berharap akan lebih banyak lagi proyek NFT baru dari Indonesia sehingga kami dapat menjadi pemimpin regional dalam tiga hingga lima tahun ke depan,” tambahnya.

Ketidakpastian serta tantangan teknologi blockchain

Terlepas dari meningkatnya popularitas cryptocurrency dan aset berbasis blockchain, banyak konsumen masih memiliki sedikit pemahaman dan ragu tentang blockchain dan nilainya. Pengusaha menyadari hal ini, tetapi mereka percaya bahwa potensi manfaatnya lebih besar daripada risiko dan skeptisisme tentang hal ini.

Jasmin, misalnya, mengakui bahwa sifat spekulatif cryptocurrency dapat berdampak pada BeKind dan tokennya di masa depan. “Kami menyadari bahwa mungkin ada orang yang menggunakan token BeKind untuk berdagang guna mendapatkan keuntungan cepat. Kami tidak mempromosikannya, tetapi kami tidak dapat mengontrol cara orang menggunakan token mereka. Ini memang menimbulkan risiko, tetapi kami percaya blockchain adalah teknologi penting yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat,” ungkap Jasmin.

Peretasan data yang belum lama terjadi memengaruhi platform kripto serta pandangan konsumen terhadap blockchain. Firnando dari Hara percaya bahwa ketika industri blockchain matang, pihak berwenang akan membuat peraturan yang lebih kuat, yang akan memotivasi pemain yang relevan untuk menerapkan “sistem yang lebih aman pada platform mereka untuk meningkatkan kepercayaan publik pada blockchain dan crypto.”

Rahmat dari Paras mengungkapka bahwa bakat lokal akan banyak diperlukan untuk sektor ini dapat berkembang. “Blockchain dan kontrak pintar adalah teknologi baru yang akan selalu berkembang, serta proyek berbasis NFT membutuhkan tim teknis yang kuat,” katanya.

Terlepas dari kesulitan, ketiga pendiri optimis tentang masa depan blockchain di negara ini. “Indonesia terbuka terhadap inovasi dan cepat dalam mengadopsi teknologi baru untuk menjawab tantangan di masyarakat. Kami memperkirakan pasar yang berkelanjutan untuk blockchain di sini,” sebut Jasmin.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Non-Fungible Token (NFT) 101: Accelerating Adoption in Indonesia

The global non-fungible token (NFT) fever which occurred since early this year has opened up opportunities for local players to offer easy ownership of (digital) art objects that have been absent for collectors. This year alone, there are at least four NFT marketplace platforms available in Indonesia. Those are TokoMall, Kolektibel, ChickenKingNFT (owned by KFC), and Paras Digital, offering its own unique value.

According to Wette.de data, the global NFT has $43.08 billion market cap and a trading volume of around $3.6 billion. Meanwhile, according to DappRadar, NFT sales volume jumped to $10.7 billion in Q3 2021, rises over eight times from the previous quarter.

The world’s largest NFT marketplace, OpenSea, recorded sales volumes of up to $3.4 billion in August 2021. The activities remained strong through September when global stock markets faltered. Rising cryptocurrency prices during the COVID-19 pandemic is often said to drive the growth of the NFT market — as people use cryptocurrencies to buy NFTs — but analysts say crypto assets have value, regardless of market conditions.

As of October, Beeple still ranks first on the list of top NFT artists with a $145.03 million total artwork value. According to Cryptoart.io, he has sold 1346 artworks so far with an average sale of $107,752. The second-ranked artist, Pak, following at a farther distance with a total value of $56.41 million.

NFT 101

From various literatures, NFT is most easily understood as a unique digital asset. The asset exists in various industries, from digital art, virtual real estate, to collectibles, games, and more. Basically, any type of media can be printed or tokenized and converted into NFT: art, trading cards, memes, gifs, video clips, audio clips, tweets, this article — you name it. Once tokenized, these assets can be bought, sold and traded using cryptocurrencies.

Why is the world flocking to NFT? The US’ serial entrepreneur, Gary Vaynerchuck (or “GaryVee”) said, there are three added values ​​NFT offers, utility, access, and social currency. If you understand the concepts behind membership cards, credit card rewards, tickets to special events for VIP members, then you understand NFT.

“If you’ve ever purchased skins or other virtual items for your video games, you understand NFTs. The reason you wanted that item was to be a utility in a world that you cared about, or to have the clout and bragging rights amongst your friends and others. NFTs are going to extend that same utility and “flex” of social currency to everything else,” Vaynerchuck explained.

He continued, the reasons people buy NFT are the same reasons people wear designer-made products, drive luxury cars, or hang pictures of important figures on the wall. It’s the same reason people care about blue ticks on Instagram.

“Years down the line, I believe that we will all be checking out each other’s digital wallets and bonding over the mutual interests in our NFT purchases. Everyone will have some kind of NFT project, the same way everyone has a social media account.”

On one hand, NFT will help ordinary people realize their true destiny as artists. This method is similar to social media platforms that transforms people to influencers. NFT will open the door for so many people with artistic inclinations to explore avenues they never thought possible.

There’s another point, NFT is revolutionizing IP ownership. The fact that artists will continue to earn royalties from reselling their digital work will empower content creators in a never-seen-before way. Each popular NFT marketplace has its own rules and preferences for regulating and paying royalties.

On Rarible, an artist can tokenize and manage its own NFT sales. For example, while making a listing on Rarible, one can set the royalty percentage to earn on each (re)sale on the secondary market.

In the first stage, after minting a digital art product for the first time, the artist gets all the sales share after deducting the platform commission.

On the subsequent sales, the artist will earn a 20% commission on each sale, even if they are no longer directly involved in the sale. Unfortunately, when the goods are transferred to another NFT platform, such as OpenSea, the royalty scheme is no longer valid and cannot be transferred.

Ideosource’s Co-founder and Managing Partner, Edward Chamdani explained, royalties are the most important thing for every creator. He took an example in the music industry. Previously, the medium used for listening to music was through vinyls, cassettes, and CDs. Over time, platforms like iTunes and Spotify arrived and helped the supply chain to the end consumer.

However, its existence shuts down the previously established supply chain as musicians can no longer print cassettes to CDs. In the end, music labels were affected and eventually went out of business. In fact, the musicians’ biggest income comes from selling physical goods as the source of royalties.

“Musicians were not really preserved since the beginning, from royalties through CD sales, to the presence of digital platforms which means they no longer produce CDs. The royalties obtained from the digital platform are considered to be in long term, compared to the CD sales with bigger up front revenue,” Edward said.

Royalty is considered to be the reason for many artists intrigued to enter the NFT scheme. Apart from Rarible and OpenSea, there are many marketplace options offer unique propositions. These include Axie Marketplace, CryptoPunks, NBA Top Shot Marketplace, SuperRare, KnownOrigin, Foundation, Nifty Gateway, Solanart, and Hic Et Nunc.

The last platform, based on DailySocial’s observation, is a favorite destination for local artists to sell their work. One of the musicians, Souljah, has used NFT to market the artwork for the song entitled “Keep On Moving”. Souljah released a limited number of NFTs and stop releasing on September 30, 2021 through its own website and selling digital merchandise through Hic Et Nunc.

NFT in local wisdom

The NFT hype encourages people to try this platform as an alternative investment commodity, supported by the presence of secondary markets on various popular marketplace platforms. Nonetheless, NFT is still a very new market, therefore, being prudent is mandatory.

Despite the risks, many global marketplace platforms are not very friendly for Indonesians with limited insights to the NFT scheme. In order to make purchases on NFT platform, collectors need a wallet that is compatible with the NFT-enabled blockchain network in their preferred marketplace.

If you plan to buy and sell NFT via an Ethereum-based blockchain platform, a compatible wallet is required. For example, OpenSea is compatible with Metamask, Bitski, Fortmatic, WalletConnect and other wallets. It’s similar to put money in a wallet, you need to fill the wallet with a certain amount of crypto assets before buying, registering, or printing NFTs. In addition, it is necessary to find out what crypto assets are used by the marketplace you want to use.

Finally, create an account on the marketplace. In most marketplaces, the process of registering, creating NFT, selling, and buying on the platform incurs a blockchain network fee with an amount depends on which blockchain-based system is used.

The majority of NFT marketplaces only accept payments with Etherium coins. There are others that accept fiat currency and more standard payment methods, such as PayPal, but this is quite rare. Due to such conditions, NFT transactions considered to be expensive in ETH. As of November 10, 2021, 1 ETH costs IDR 67.6 million ($4,808).

Kolektibel is a new NFT marketplace player that further explored this market, it was designed as friendly as possible, therefore, NFT could be quickly adopted. Kolelktible adopted NBA Top Shot to Indonesia by utilizing fiat currency through payment gateways for their NFT transactions.

Kolektibel’s CEO, Pungkas Riandika explained that every NFT transaction is carried out with fiat currency and the payment is integrated with popular digital payment instruments, such as GoPay, OVO, Virtual Account, debit/credit cards, therefore, you can make payment via Alfamart and Indomaret.

Kolektibel is different from other NFT marketplaces as it stands on the Vexanium public blockchain network for recording NFT ownership. Vexanium is said to be the only Indonesian based public blockchain with a legal entity in the form of a foundation (Vexanium Technology Nusantara Foundation) created by Danny Baskara.

Vexanium does not charge any fees. Unlike other public blockchain networks that charge gas fees per NFT transaction. This strategy is possible because Vexanium uses the DPOS (delegated proof of stake) mechanism. This is a variant that provides operational benefits with very efficient energy and environmentally friendly.

“Furthermore, as Vexanium has the ability to approach block producers (decision maker) in the Vexanium DAO entity. Such decision as cost determination (resources fees) associated with NFT. These things cannot be found in other public blockchains,” he told DailySocial.

Pungkas said, this is expected to be a breakthrough for Indonesians as they can directly collect NFT in an easy way. “If you pay attention to transaction using crypto in DeFi, it requires a long process, one of which is to own a wallet, including a gas fee, and so on. It makes NFT adoption difficult.”

Kolektibel’s approach differs from its peers in terms of payment methods. TokoMall only provides TKO crypto assets for NFT exchange, Paras Digital uses NEAR, and ChickenKingNFT uses ETH. All three are utilizing the integration with MetaMask wallet to transact.

TokoMall Kolektibel Paras Digital ChickenKing NFT
Blockchain network Binance Smart Chain (BSC) Vexanium NEAR Protocol Ethereum (OpenSea)
Coin/ Payment methods TKO Fiat/IDR, through payment gateway NEAR ETH
Wallet MetaMask, WalletConnect None MetaMask anyting compatible with OpenSea
NFT asset focus Digital arts by artists and creative community IP brand owners of such categories, sports, creative, legendary moments and culture Digital collectible, including games, comics, toys and arts Characterized KFC chicken mascot

Market differentiation

Each NFT marketplace has its own target market to popularize NFT in Indonesia. TokoMall, for example, targets local creators, consisting of artists, digital artists, and creative communities with good reputations to enter NFT. To date, there are 40 partners who have joined, including Nevertoolavish, MaximallFootwear, DAMN! I Love Indonesia, Banyan Core, Si Juki, ONIC E-Sports, Afternoon, Mr. Kinur, Karya Karsa, Jakarta Metaverse, and Museum of Toys.

This way, each creator with a fan base can easily attract the mass market to know more about NFT. TokoMall allows collectors to exchange their collected NFT for physical merchandise from merchant partners at TokoMall through the company’s newly released TokoSurprise feature.

“The difference with other platforms is that we are trying to push digital meets reality, so these collectors have the opportunity to exchange NFTs for real goods. Therefore, it’s not just a digital collection,” Tokocrypto’s VP Marketing, Adytia Raflein told DailySocial.

TokoSurprise

Raflein also mentioned that TokoMall is expected to encourage artists and brands to be creative in the NFT world with a local platform at much friendlier costs, rather than having to use a global platform.

With TokoSuprise mechanism, creators who release a limited number of NFT works are marketed through TokoMall. Every collector who buys the work has the right to exchange it for physical merchandise to TokoMall. In the future, TokoMall will collaborate with more creators from various business verticals, such as consumer companies to the e-sports industry, thererfore, NFT can become more mainstream in Indonesia.

Since two and a half months since TokoMall was launched, it already has more than 8,500 collectors, with over 5 thousand NFT works produced by 40 official partners. In terms of sales, over 250 NFTs have reported being sold with a transaction value of Rp200 billion.

Meanwhile, in its early days, Kolektibel entered the basketball segment through its inaugural partnership with the Indonesian Basketball League (IBL). For IBL, this innovation is a way to bring basketball and IBL fans closer together with their athletes. IBL prepares video documentation of matches, carefully curated based on golden moments in the match.

The shortlist of moments is visually repackaged and registered into the smart contract blockchain, which makes each asset record its ownership history. This strategy opens new revenue channels for athletes and clubs through the NFT sales.

After IBL, Kolektibel will target other IP owners with assets in various categories, such as sports, creative, legendary moments, and culture. Through its derivatives, there will be more NFT assets to collect. “Sport is quite dynamics and closer to the community. Therefore, this category is our step to further understand how the future development of NFT will be,” Pungkas said.

Paras Digital, on the other hand, has ambitions to be a pioneer in the digital transformation of collectibles, including games, comics, toys, and digital arts through smart contract capabilities and blockchain technology. Therefore, the platform targets pop-culture enthusiast, such as fandoms and gamers focusing on China and Southeast Asia.

Eventually, ChickenKingNFT leverages the existing KFC’s solid brand to attract new collectors. Through its website, ChickenKing offers 4,848 uniquely generated limited edition NFTs. The story of the Chicken King, refers to 6 chickens from 6 different backgrounds and characteristics, competing with each other to prove which one stands as the best chicken in the universe.

KFC offers every member the opportunity to receive discounts on physical merchandise and partner stores, attend exclusive community gatherings, and others. Currently, ChickenKingNFT can be purchased through OpenSea.

First step to go mainstream

The presence of these local marketplace platforms paved the way for more NFT use cases. Globally, many IP owners from various industry verticals have entered NFT, such as gaming, fashion, music, logistics, real estate, identification and documentation, and many other things. It seems that is just a matter of time until all of this happens in Indonesia.

“This technology [NFT] soon to be mainstream when it’s due,” Edward added.

Vaynerchuck believes that NFT is a representative of major cultural change. History teaches humanity that through change, comes skepticism and mass confusion. Many who scoff at the NFT’s idea or viability are simply do not understand the larger implications. Like the concept of online dating in the ’90s or have a trip with strangers (Uber and Lyft), every idea is “crazy” to the point where it’s deemed not.

NFT will continue to be seen as “fad” by those who haven’t changed their mindset to embrace where the world is going.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Memahami Non-Fungible Token (NFT), Mempercepat Adopsi di Indonesia

Demam non-fungible token (NFT) global yang terjadi sejak awal tahun ini membuka kesempatan bagi pemain lokal menawarkan kemudahan kepemilikan benda seni (digital) yang selama ini absen untuk para kolektor. Terhitung tahun ini setidaknya ada empat platform marketplace NFT yang sudah beroperasi di Indonesia. Mereka adalah TokoMall, Kolektibel, ChickenKingNFT (milik KFC), dan Paras Digital yang masing-masing menawarkan nilai uniknya.

Menurut data Wette.de, pasar NFT global memiliki kapitalisasi pasar sebesar $43,08 miliar dan volume perdagangan sekitar $3,6 miliar. Sementara menurut DappRadar, volume penjualan NFT melonjak menjadi $10,7 miliar pada Q3 2021, naik lebih dari delapan kali lipat dari kuartal sebelumnya.

Marketplace NFT terbesar di dunia, OpenSea, mencatat volume penjualan hingga $3,4 miliar pada Agustus 2021. Aktivitas tetap kuat bahkan pada September ketika pasar saham global goyah. Kenaikan harga mata uang kripto selama pandemi COVID-19 sering disebut sebagai pendorong di balik pertumbuhan pasar NFT — karena orang menggunakan mata uang kripto untuk membeli NFT — tetapi para pengamat mengatakan bahwa aset kripto memiliki nilai, terlepas dari kondisi pasar.

Hingga Oktober, Beeple masih menempati urutan pertama dalam daftar seniman NFT teratas dengan total nilai karya seni sebesar $145,03 juta. Menurut Cryptoart.io, sejauh ini dia telah menjual 1346 karya seni dengan penjualan rata-rata bernilai $107.752. Seniman peringkat kedua, Pak, mengikuti dari jarak yang cukup jauh dengan nilai total $56,41 juta.

Memahami NFT

Dari berbagai literatur, NFT paling mudah dipahami sebagai aset digital unik. Aset ini ada di berbagai industri, mulai dari seni digital, real estate virtual, hingga barang koleksi, game, dan masih banyak lagi. Pada dasarnya, semua jenis media dapat dicetak atau diberi token dan diubah menjadi NFT: seni, kartu perdagangan, meme, gif, klip video, klip audio, tweet, artikel ini — apa saja. Setelah diberi token, aset ini dapat dibeli, dijual, dan diperdagangkan menggunakan mata uang kripto.

Mengapa dunia berbondong-bondong terjun ke NFT? Menurut serial entrepreneur Amerika Serikat Gary Vaynerchuck (atau “GaryVee”) , ada tiga nilai tambah yang ditawarkan NFT, yakni utilitas, akses, dan mata uang sosial. Jika Anda memahami konsep di balik kartu keanggotaan, rewards kartu kredit, tiket ke acara khusus untuk anggota VIP, artinya Anda paham NFT.

“Jika Anda pernah membeli skin atau item virtual lainnya untuk gim video Anda, Anda memahami NFT. Alasan Anda menginginkan item itu adalah untuk menjadi utilitas di dunia yang Anda pedulikan, atau untuk memiliki pengaruh dan hak membual di antara teman-teman Anda dan orang lain. NFT akan memperluas utilitas yang sama dan ‘melenturkan’ mata uang sosial ke segala hal lainnya,” terang Vaynerchuck.

Dia melanjutkan, alasan orang membeli NFT adalah alasan yang sama dengan orang yang memakai pakaian berlogo desainer, mengendarai mobil mewah, atau menggantung gambar di dinding dengan orang penting. Itu alasan yang sama orang peduli dengan centang biru di Instagram.

“Bertahun-tahun ke depan, saya percaya bahwa kita semua akan memeriksa dompet digital satu sama lain dan terikat pada kepentingan bersama dalam pembelian NFT kita. Setiap orang akan memiliki semacam proyek NFT, dengan cara yang sama setiap orang memiliki akun media sosial.”

Di satu sisi, NFT akan membantu orang biasa menyadari takdir mereka yang sebenarnya sebagai seniman. Cara ini mirip dengan platform media sosial yang membawa orang menjadi influencer. NFT akan membuka pintu bagi begitu banyak orang dengan kecenderungan artistik untuk menjelajahi jalan yang tidak pernah mereka pikirkan.

Hal berikutnya yang menarik adalah NFT merevolusi kepemilikan IP. Fakta bahwa seniman akan terus mendapatkan royalti dari penjualan kembali karya digital mereka, akan memberdayakan pembuat konten dengan cara yang belum pernah dilihat sebelumnya. Setiap marketplace NFT populer memiliki aturan dan pilihannya sendiri dalam mengatur dan pembayaran royalti.

Di Rarible, seorang seniman dapat mentokenisasi dan mengatur penjualan NFT sendiri. Sebagai contoh, ketika membuat listing di Rarible, ia bisa mengatur berapa persentase royalti yang ingin diperoleh di setiap penjualan kembali di secondary market.

Di tahap pertama, setelah minting sebuah produk seni digital pertama kalinya, seniman tersebut mendapatkan semua bagian penjualan setelah dipotong komisi platform.

Di penjualan berikutnya, seniman tersebut akan mendapatkan komisi 20% dari setiap penjualan, meskipun dia tidak lagi terlibat langsung di penjualan itu. Sayangnya, ketika barang dipindah ke platform NFT lain, misalnya OpenSea, skema royalti itu tidak lagi berlaku dan tidak bisa ditransfer.

Co-founder dan Managing Partner Ideosource Edward Chamdani menjelaskan, royalti adalah hal terpenting bagi setiap kreator. Dia mencontohkan di industri musik, dulu untuk mendengarkan musik dari musisi kesayangan itu mediumnya melalui piringan hitam, kaset, dan CD. Seiring berjalannya waktu, mulai hadir iTunes hingga Spotify yang sebenarnya membantu rantai pasok ke konsumen akhir.

Namun, keberadaannya mematikan rantai pasok yang sebelumnya sudah terbentuk karena musisi tidak bisa lagi mencetak kaset hingga CD. Akhirnya label musik pun ikut terdampak sampai akhirnya gulung tikar. Padahal, pendapatan terbesar musisi itu datang dari penjualan barang fisik karena disitulah sumber royaltinya.

“Musisi itu tidak terproteksi dari zaman dulu, dari awalnya dapat royalti dari setiap penjualan keping CD, sekarang kehadiran platform digital jadi tidak bisa produksi CD. Royalti yang didapat dari platform digital kalau dihitung-hitung lebih untuk long term, sebab kalau dibandingkan dengan penjualan CD revenue di depan lebih besar,” terang Edward.

Kehadiran royalti disinyalir menjadi pendorong mengapa banyak seniman tertarik untuk masuk ke dunia NFT. Selain Rarible dan OpenSea, banyak pilihan marketplace dengan proposisi unik yang mereka tawarkan. Termasuk di antaranya adalah Axie Marketplace, CryptoPunks, NBA Top Shot Marketplace, SuperRare, KnownOrigin, Foundation, Nifty Gateway, Solanart, dan Hic Et Nunc.

Platform terakhir ini, menurut pantauan DailySocial, menjadi favorit destinasi para seniman lokal untuk menjual hasil karyanya. Salah satunya adalah band Souljah yang memanfaatkan NFT untuk memasarkan karya seni lagu berjudul “Keep On Moving”. Souljah merilis NFT dalam jumlah terbatas dan tidak pernah dirilis lagi pada 30 September 2021 melalui situs sendiri dan menjual merchandise digital melalui Hic Et Nunc.

NFT dengan kearifan lokal

Hype NFT membuat orang-orang berbondong-bondong menjadikan platform ini sebagai komoditas alternatif investasi, terlebih didukung kehadiran secondary market di berbagai platform marketplace populer. Meskipun demikian, NFT masih merupakan pasar yang sangat baru, sehingga perlu ekstra hati-hati.

Di balik risiko tersebut, banyak platform marketplace global yang kurang ramah bagi orang Indonesia yang masih awam dengan dunia NFT.  Untuk membeli sebuah karya di platform NFT, kolektor memerlukan wallet (dompet) yang kompatibel dengan jaringan blockchain yang mendukung NFT yang hendak dibeli melalui marketplace pilihan.

Jika berencana jual beli NFT melalui platform blockchain berbasis Ethereum, diperlukan dompet yang kompatibel. Sebagai contoh, OpenSea kompatibel dengan dompet Metamask, Bitski, Fortmatic, WalletConnect, dan lainnya. Selayaknya mengisi uang di dompet, Anda perlu mengisi dompet dengan beberapa aset kripto dengan jumlah tertentu sebelum membeli, mendaftar, atau mencetak NFT. Selain itu, perlu mencari tahu aset kripto apa yang digunakan oleh marketplace yang ingin digunakan.

Terakhir, membuat akun di marketplace. Pada sebagian besar marketplace, proses mendaftar, membuat NFT, menjual, hingga membeli di platform tersebut menimbulkan biaya jaringan blockchain yang besarannya tergantung pada sistem berbasis blockchain mana yang digunakan.

Mayoritas marketplace NFT hanya menerima pembayaran dengan koin Etherium. Ada beberapa lainnya yang menerima mata uang fiat dan metode pembayaran yang lebih standar, misalnya PayPal, namun hal ini masih jarang terjadi. Karena kondisi demikian, transaksi NFT bisa dikatakan cenderung mahal bila menggunakan ETH. Per tanggal 10 November 2021, 1 ETH seharga Rp67,6 juta ($4.808).

Celah ini kemudian dimanfaatkan Kolektibel sebagai pemain marketplace NFT baru yang mendesain platform-nya seramah mungkin agar dapat NFT dapat diadopsi secara cepat. Kolektibel mengadopsi NBA Top Shot ke Indonesia dengan memanfaatkan mata uang fiat melalui payment gateway untuk transaksi NFT-nya.

CEO Kolektibel Pungkas Riandika menjelaskan, setiap transaksi NFT dilakukan dengan mata uang fiat dan pembayarannya sudah terintegrasi dengan instrumen pembayaran digital yang populer, sebut saja GoPay, OVO, Virtual Account, kartu debit/kredit, hingga dapat membayar melalui Alfamart dan Indomaret.

Kolektibel berbeda dengan marketplace NFT lainnya karena berdiri di atas jaringan public blockchain Vexanium untuk pencatatan kepemilikan NFT. Vexanium disebut merupakan satu-satunya public blockchain asli Indonesia dengan entitas legal berbentuk yayasan (Yayasan Vexanium Teknologi Nusantara) besutan Danny Baskara.

Vexanium tidak membebankan biaya sama sekali. Berbeda dengan jaringan publik blockchain lainnya yang membebankan gas fee saat bertransaksi NFT. Strategi ini mampu dijalankan karena Vexanium menggunakan mekanisme DPOS (delegated proof of stake). Ini adalah salah satu varian dari proof of stake yang memberi manfaat operasional yang sangat hemat energi dan ramah lingkungan.

“Berikutnya, karena Vexanium memiliki kemampuan untuk approaching para pengambil keputusan (block producer) di entitas DAO Vexanium. Keputusan-keputusan seperti penentuan biaya (resources fee) yang terkait dengan NFT. Hal-hal tersebut tidak dapat ditemui di public blockchain lainnya,” ucapnya kepada DailySocial.

Menurut Pungkas, langkah ini diharapkan akan menjadi breakthrough bagi orang Indonesia karena mereka dapat langsung mengoleksi NFT dengan cara yang mudah. “Kalau diperhatikan, di DeFi untuk bertransaksi pakai kripto itu perlu proses yang panjang, salah satunya harus punya wallet, ada gas fee, dan sebagainya. Itu mempersulit adopsi NFT.”

Pendekatan Kolektibel berbeda dengan rekan sejawatnya dalam hal metode pembayaran. TokoMall hanya menyediakan aset kripto TKO untuk penukaran NFT, Paras Digital yang memanfaatkan NEAR, dan ChickenKingNFT yang menggunakan ETH. Ketiganya memanfaatkan integrasi dengan dompet MetaMask untuk bertransaksi.

TokoMall Kolektibel Paras Digital ChickenKing NFT
Jaringan blockchain Binance Smart Chain (BSC) Vexanium NEAR Protocol Ethereum (OpenSea)
Koin/Metode pembayaran TKO Fiat/IDR, melalui payment gateway NEAR ETH
Dompet MetaMask, WalletConnect Tidak ada MetaMask Apapun yang kompatibel dengan OpenSea
Fokus aset NFT Karya seni digital dari seniman, digital artist, dan komunitas kreatif Brand pemilik IP dari berbagai kategori, olahraga, kreatif, momen legendaris, dan budaya Digital collectible, termasuk game, komik, mainan, dan karya Maskot ayam KFC berkarakter

Diferensiasi pasar

Masing-masing marketplace NFT ini memiliki target pasar masing-masing untuk memopulerkan NFT di Indonesia. TokoMall, misalnya, menyasar kreator lokal, yang terdiri dari seniman, digital artist, dan komunitas kreatif bereputasi baik untuk terjun ke NFT. Sejauh ini ada 40 mitra yang sudah bekerja sama, termasuk Nevertoolavish, MaximallFootwear, DAMN! I Love Indonesia, Banyan Core, Si Juki, ONIC E-Sports, SoreSore, Mr. Kinur, Karya Karsa, Jakarta Metaverse, dan Museum of Toys.

Dengan cara ini, masing-masing kreator yang sudah memiliki basis penggemar dapat lebih mudah menarik massa untuk mengenal lebih jauh soal NFT.  TokoMall juga memungkinkan kolektor menukarkan NFT yang dikoleksi dengan merchandise fisik dari merchant partner di TokoMall melalui fitur TokoSurprise yang baru dirilis perusahaan.

“Pembeda dengan platform lainnya karena yang kita dorong adalah digital meets reality, jadi para kolektor ini berkesempatan untuk menukarkan NFT ke barang asli, jadi enggak sebatas koleksi digital saja,” kata VP Marketing Tokocrypto Adytia Raflein kepada DailySocial.

TokoSurprise

Raflein juga menuturkan, kehadiran TokoMall diharapkan dapat mendorong seniman dan brand untuk berkreasi di dunia NFT dengan platform lokal dan biaya yang jauh lebih bersahabat, daripada harus menggunakan platform global.

Dalam mekanisme TokoSuprise, kreator yang merilis karya NFT dengan jumlah terbatas dipasarkan melalui TokoMall. Setiap kolektor yang membeli karya tersebut berhak untuk menukarkannya ke merchandise fisik ke pihak TokoMall. Ke depannya, TokoMall akan menggandeng lebih banyak kreator dari berbagai vertikal bisnis, seperti perusahaan konsumer hingga industri e-sports agar NFT dapat semakin mainstream di Indonesia.

Sejak dua setengah bulan TokoMall diluncurkan, saat ini telah memiliki lebih dari 8.500 kolektor, lebih dari 5 ribu karya NFT yang diproduksi oleh 40 mitra official. Dari sisi penjualan, tercatat sudah lebih dari 250 NFT terjual dengan nilai transaksi Rp200 miliar.

Sementara itu, pada tahap kemunculan Kolektibel, pihaknya masuk ke segmen olahraga basket lewat kemitraan perdana dengan Indonesian Basketball League (IBL). Bagi IBL, inovasi ini adalah cara untuk mendekatkan penggemar basket dan IBL beserta para atletnya. IBL menyiapkan video dokumentasi pertandingan, dikurasi secara cermat berdasarkan momentum penting dalam pertandingan.

Shortlist momen tersebut dikemas ulang secara visual dan didaftarkan ke dalam blockchain smart contract, yang membuat tiap aset tersebut tercatat data sejarah kepemilikannya. Kesempatan ini juga membuka penambahan pendapatan baru untuk para atlet dan klub lewat penjualan NFT.

Setelah IBL, Kolektibel akan menyasar pemilik IP lainnya yang memiliki berbagai aset dengan kategorisasi di olahraga, kreatif, momen legendaris, dan budaya. Bila dilihat secara turunannya, akan semakin banyak aset NFT yang bisa koleksi oleh para kolektor. “Olahraga itu punya dinamika yang cepat dan dekat dengan masyarakat. Makanya, kategori ini jadi langkah kami untuk memahami lebih jauh bagaimana pengembangan NFT ke depannya seperti apa,” tambah Pungkas.

Adapun Paras Digital berambisi ingin menjadi pelopor transformasi pada digital collectible, termasuk game, komik, mainan, dan karya digital lewat kemampuan smart contract dan teknologi blockchain. Oleh karenanya, target penggunanya adalah pop-culture enthusiast, seperti fandom dan gamers dengan fokus pasar Tiongkok dan Asia Tenggara.

Terakhir, ChickenKingNFT memanfaatkan brand KFC yang sudah kuat untuk menarik kolektor baru. Lewat situsnya, ChickenKing menawarkan 4.848 NFT edisi terbatas yang dihasilkan secara unik. Kisah Raja Ayam, mengacu pada 6 ayam yang berasal dari 6 latar belakang dan karakteristik yang berbeda, yang saling bersaing untuk membuktikan siapa di antara mereka yang berdiri sebagai ayam terbaik di alam semesta.

KFC menawarkan setiap pemegang kartu anggota berkesempatan dapat diskon merchandise fisik dan toko mitra, menghadiri pertemuan komunitas eksklusif, dan penawaran lainnya. Saat ini, ChickenKingNFT dapat dibeli melalui OpenSea.

Langkah awal menuju mainstream

Kehadiran para platform marketplace lokal ini membuka jalan menuju lebih banyak use case NFT lainnya. Di kancah global, sudah banyak pemilik IP dari beragam vertikal industri yang masuk ke NFT, seperti gaming, fesyen, musik, logistik, real estate, identifikasi dan dokumentasi, dan banyak hal lainnya. Artinya, ini semua tinggal tunggu waktu saja sampai terjadi di Indonesia.

“Teknologi ini [NFT] akan masuk ke mainstream karena sudah waktunya,” tambah Edward.

Vaynerchuck percaya bahwa NFT adalah perwakilan dari perubahan budaya besar. Sejarah mengajarkan pada manusia dengan perubahan muncul skeptisisme dan kebingungan masal. Banyak yang mencemooh gagasan atau kelangsungan hidup NFT sama sekali belum memahami implikasi yang lebih besar. Seperti konsep kencan online di tahun 90-an atau naik mobil dengan orang asing (Uber dan Lyft), setiap ide “gila” sampai dianggap tidak.

NFT akan terus dilihat sebagai “keisengan” oleh mereka yang belum mengubah pola pikir untuk merangkul ke mana arah dunia.

Tokocrypto Luncurkan Kembali “TokoLaunchpad”, Program Akselerator Startup Blockchain

Platform jual-beli aset kripto Tokocrypto mengumumkan peluncuran kembali TokoLaunchpad versi 2.0 yang kini menjadi program akselerator berfokus pada pemberdayaan startup dengan teknologi blockchain dan tokenisasi di Indonesia. Program ini akan diresmikan pada akhir tahun ini, setelah pertama kali diinisiasi pada 2019.

Pada tahap awal, BeKind (BKND) menjadi startup pertama yang bergabung dalam TokoLaunchpad. BeKind adalah proyek blockchain yang mengembangkan ekosistem berdampak sosial/donasi yang kuat dan terukur, berdasarkan bukti melalui platform digital yang transparan. Sejumlah perusahaan telah bermitra dengan BeKind, di antaranya Tokocrypto, WeCare, dan lainnya.

CMO Tokocrypto Nanda Ivens mengatakan bahwa potensi dan pengalaman yang dimiliki BeKind menawarkan value yang unik dan bisa memberikan inovasi dalam proses donasi di Indonesia dengan memanfaatkan blockchain. “Kami sangat berharap agar program inkubator yang akan kami jalankan ini mendorong ekosistem dan pemanfaatan blockchain di berbagai industri di Indonesia,” kata dia dalam keterangan resmi, Jumat (24/9).

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial.id, perwakilan Tokocrypto masih menolak lebih lanjut mendetailkan perbedaan dari TokoLaunchpad yang sekarang dengan sebelumnya.

Pada 2019, TokoLaunchpad diluncurkan sebagai platform yang menjembatani proyek blockchain dengan mekanisme Initial Exchange Offering (IEO) untuk “melantai” di platform jual beli kripto. IEO dianggap lebih unggul dari Initial Coin Offering (ICO), terutama dalam hal keamanan. Pengembang startup blockchain harus mengikuti due dilligence oleh platform jual beli, tentunya memberikan rasa aman bagi para investor yang akan berpartisipasi dalam IEO.

Saat itu, startup blockchain asal Singapura Swipe menjadi mitra pertama di TokoLaunchpad yang melakukan IEO.

CEO BeKind Fajar Jasmin menambahkan, pihaknya berharap dukungan Tokocrypto dalam inkubasi ini bisa mendorong proses IEO sesuai jadwal dalam roadmap BeKind, yakni pada akhir 2021. “Semoga dengan kolaborasi bersama Tokocrypto adopsi token BKND makin meluas dan makin banyak masyarakat yang tergerak untuk saling membantu sesama, tentunya dengan lebih mudah dan transparan, demi menghasilkan impak yang lebih besar dan berkelanjutan,” kata dia.

Selain fokus pada inkubasi BeKind sebagai startup blockchain, Tokocrypto juga berkolaborasi dengan BeKind untuk pengembangan berbagai program CSR, yakni TokoCare. Pengalaman BeKind di ranah sosial akan membantu pengembangan TokoCare dalam menghadirkan program-program CSR yang terukur dan tepat guna pemanfaatannya bagi masyarakat Indonesia.

Salah satu proyek awal TokoCare bersama BeKind adalah distribusi 90 tabung oksigen di Jawa Barat dan Yogyakarta, yang didukung oleh WeCare dan Kementerian Perindustrian. Melalui TokoCare pula, di dalam produk TokoMall, menghadirkan pendanaan untuk program CSR berkelanjutan dalam bentuk NFT Charity.

Pendanaan ini diambil dari koleksi NFT yang terjual di TokoMall di dalam kategori TKO Original. BeKind akan membantu proses mapping program donasi dan distribusinya ke mana saja.

Chief Strategy Officer Tokocrypto Chung Ying Lai menjelaskan konsep NFT Charity menjadi hal baru yang ditawarkan kepada para kolektor atau antusias NFT artwork di Indonesia untuk dapat mengoleksi karya seni sekaligus donasi. “100% transaksinya akan disalurkan untuk donasi melalui TokoCare guna membantu penanggulangan isu sosial hingga kesehatan di Indonesia,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

KaryaKarsa Welcomes the NFT in Its Platform

Non-Fungible Token (NFT) has recently attracted creators’ attention to monetize their artwork in digital format. In Indonesia, this method is not really common, but it holds great opportunities. KaryaKarsa’s creator appreciation platform is one of several exclusive partners of TokoMall, the NFT Marketplace platform created by Tokocrypto, to explore this opportunity.

KaryaKarsa’s Co-Founder & CTO, Aria Rajasa explained to DailySocial that his team’s interest in NFT is due to this technology has changed many people’s lives and has become an interesting opportunity for creators to work. Also, to gain exposure globally and financially.

“KaryaKarsa has a vision that is in line with [NFT], but not all creators are ready or have the know-how to create and market NFT. Therefore, when Tokocrypto invited KaryaKarsa to collaborate in launching the NFT Gallery, we were very interested,” he said.

KaryaKarsa alone is a platform for creators from various creative economy backgrounds to get direct support from their fans, much like Patreon.

TokoMall has become a blow of fresh air for KaryaKarsa, because of the technological challenges and the procedures for using NFT which are quite complicated. Plus the difficult access to the market as it is already so crowded with creators from various parts of the world in the global NFT marketplace. TokoMall was created by Tokocrypto specifically for the Indonesian market and more specifically for TKO token holders.

“Since it was launched on the 19th, there have been more than 8 thousand collectors who are ready to buy NFT works at TokoMall. We think this is a good initiative from TokoMall to educate the Indonesian market about NFT and for KaryaKarsa to be able to educate and invite qualified creators to enter the country’s market.”

He continued, TokoMall’s approach to NFT was interesting and different from the others. First, they lock the price of NFT in Rupiah to avoid price fluctuations. In this way, it may be more acceptable for Indonesian people to look at NFT.

Furtnermore, there are several NFTs that can be claimed as physical goods, such as from the NeverTooLavish brand for their jacket projects. “Unisocks has been doing the same thing.”

In order to support this movement, KaryaKarsa will invite all creators in various fields as well as in its network to launch their work on TokoMall. As a launching partner, his team is in charge with curating the works to be launched.

A number of creators with good reputation, such as Mice Cartoon, Mochtar Sarman, Shakti Shiddarta, Rhoald Marcellius, Kei Kusuma, Adriano Andigracio, Galang Larope, and Bumilangit have joined. They are top creators in various fields, such as satire, photography, animation, and 3D CGI.

In addition, Indonesian director, Wregas Bhanuteja, who won the 2016 Cannes Film Festival, sold his unique work from his short film Tak Ada Gila di Kota Ini (2019). Visitors can purchase a shot from the film to get memorabilia used by the cast.

“We want to reach as many fields at once and see firsthand what the tastes and interest of the market are like.”

Aria admitted, after the launching, his team will invite all creators at KaryaKarsa to participate in enlivening the NFT market at TokoMall. In terms of monetization, TokoMall will take 10% as platform fee and KaryaKarsa will take 10% as curator for every work sold.

“However, for this launching, we don’t take any fees because 50% of the sales proceeds will be given to charity,” he concluded.

Since it was founded in October 2019, KaryaKarsa is said to accommodate tens of thousands of creators and has grown 10 times this year.

NFT market in Indonesia

Globally, there are many NFT marketplace platforms. Among them that are quite well known, including OpenSea, Rarible, Nifty Gateway, and others. Besides TokoMall, another local player that will be present in the near future is Neftipedia from Tiga Digital Token.

Later, Neftipedia will provide offers to creators. They get the opportunity to tokenize their work, therefore, it can be more authentic. There are many choices of media artworks that can be tokenized, such as digital images, videos, GIFs, and collectibles.

Through TokoMall, both creators and collectors have its own benefit. Creators can ensure the continuity of royalties from each NFT marketed. Meanwhile for collectors, marketed NFT works can be a long-term investment because they can be resold through TokoMall. They can even exchange their collected NFTs for physical items.

However, this work of NFT is yet to be free from piracy and plagiarism. When a work of art is encrypted and entered into the blockchain, it is forever attached and cannot be deleted. Many people see that there is a gap prone to being abused by a group of irresponsible parties.

Quoting from the Whiteboard Journal, local artist Kendra Ahimsa’s work under the moniker Ardneks is alleged to have been plagiarized by crypto artist Twisted Vacancy. Kendra is known for illustrating various covers and posters for music shows. Kendra received more than 20 reports of alleged plagiarism by Twisted Vancancy.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KaryaKarsa Menyambut Baik Angin Segar NFT

Non-Fungible Token (NFT) belakangan dilirik para kreator untuk memonetisasi karya seninya dalam format digital. Di Indonesia, metode ini belum lumrah, tetapi menyimpan peluang yang begitu besar. Platform apresiasi kreator KaryaKarsa adalah salah satu dari sejumlah partner yang digandeng secara eksklusif oleh TokoMall, platform NFT Marketplace besutan Tokocrypto, untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CTO KaryaKarsa Aria Rajasa menjelaskan, ketertarikan pihaknya terhadap NFT karena teknologi ini sudah banyak mengubah hidup banyak orang dan menjadi kesempatan menarik untuk kreator dalam berkarya. Serta, mendapatkan keuntungan eksposur secara global dan secara finansial.

“KaryaKarsa memiliki visi yang sejalan [dengan NFT], tapi memang tidak semua kreator siap atau punya know-how untuk membuat dan memasarkan NFT. Maka dari itu, ketika Tokocrypto mengajak KaryaKarsa untuk bekerja sama dalam launching NFT Gallery, kami sangat tertarik,” terang dia.

KaryaKarsa sendiri merupakan platform untuk kreator dari berbagai latar belakang ekonomi kreatif dalam memperoleh dukungan langsung dari penggemarnya, mirip seperti Patreon.

Keberadaan TokoMall akhirnya menjadi angin segar bagi KaryaKarsa, sebab tantangan teknologi dan tata cara penggunaan NFT yang cukup rumit. Ditambah lagi akses ke pasar yang susah karena sudah begitu ramai dengan kreator dari berbagai belahan dunia di marketplace NFT global. TokoMall dibuat oleh Tokocrypto khusus untuk market Indonesia dan lebih khusus lagi untuk pemegang token TKO.

“Sejak diluncurkan tanggal 19 kemarin, sudah ada 8 ribu kolektor lebih yang siap membeli karya NFT di TokoMall. Kami rasa ini inisiatif yang bagus dari TokoMall untuk mengedukasi market Indonesia tentang NFT dan untuk KaryaKarsa bisa mengedukasi dan mengajak kreator yang mumpuni untuk terjun ke market negara sendiri.”

Dia melanjutkan, pendekatan TokoMall terhadap NFT ini menarik dan berbeda dengan yang lain. Pertama, mereka mengunci harga NFT di Rupiah untuk menghindari fluktuasi harga. Dengan cara ini, mungkin bisa lebih diterima oleh masyarakat Indonesia dalam melihat NFT.

Kedua, ada beberapa NFT yang bisa diklaim barang fisik, seperti dari brand NeverTooLavish untuk project jaket mereka. “Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Unisocks.”

Untuk mendukung langkah tersebut, KaryaKarsa akan mengajak seluruh kreator di berbagai bidang sekaligus di dalam jaringannya untuk meluncurkan karyanya di TokoMall. Selaku launch partner, pihaknya bertugas untuk mengurasi karya yang akan diluncurkan di sana.

Sejumlah kreator yang sudah memiliki reputasi baik, seperti Mice Cartoon, Mochtar Sarman, Shakti Shiddarta, Rhoald Marcellius, Kei Kusuma, Adriano Andigracio, Galang Larope, dan Bumilangit telah bergabung. Mereka merupakan kreator papan atas di berbagai bidang, seperti satir, fotografi, animation, dan 3D CGI.

Selain itu, sutradara Wregas Bhanuteja dari Indonesia yang memenangkan Cannes Film Festival di 2016, menjual karya unik dari film pendeknya Tak Ada yang Gila di Kota Ini (2019). Pengunjung dapat membeli sebuah shot dari film tersebut untuk mendapatkan memorabilia yang dipakai para pemeran.

“Kami ingin mencoba untuk menjangkau banyak bidang sekaligus dan melihat langsung selera dan animo pasar seperti apa.”

Aria mengaku, setelah launch event, pihaknya akan mengajak seluruh kreator di KaryaKarsa untuk berpartisipasi meramaikan pasar NFT di TokoMall. Untuk monetisasinya, setiap karya yang terjual, TokoMall akan mengambil 10% sebagai biaya platform dan KaryaKarsa akan mengambil 10% sebagai kurator.

“Tapi untuk event launch ini, kami tidak mengambil biaya apa-apa karena 50% hasil penjualan akan diberikan untuk amal,” tutupnya.

Sejak didirikan pada Oktober 2019, diklaim KaryaKarsa telah menampung puluhan ribu kreator dan tumbuh 10 kali lipat dalam setahun ini.

Market NFT di Indonesia

Di global, platform marketplace NFT sudah banyak hadir. Di antaranya yang cukup terkenal adalah OpenSea, Rarible, Nifty Gateway, dan lainnya. Selain TokoMall, dalam waktu dekat pemain lokal lainnya yang akan segera hadir adalah Neftipedia besutan Tiga Token Digital.

Nantinya Neftipedia akan memberikan penawaran kepada para kreator. Mereka dapat kesempatan untuk mentokenisasi karyanya, sehingga bisa menjadi lebih autentik. Ada banyak pilihan media artworks yang bisa ditokenisasi, seperti gambar digital, video, GIF, hingga barang-barang koleksi.

Di TokoMall, baik kreator dan kreator sama-sama diuntungkan. Kreator bisa memastikan keberlangsungan royalti dari tiap NFT yang dipasarkan. Sementara bagi kolektor, karya NFT yang dipasarkan bisa menjadi investasi jangka panjang karena dapat dijual kembali lewat TokoMall. Bahkan mereka dapat menukarkan NFT yang dikoleksi dengan barang fisik.

Meski demikian, karya NFT ini juga tidak luput dari pembajakan dan plagiarisme. Saat sebuah karya seni dienkripsi dan masuk ke dalam blockchain, maka selamanya melekat dan tidak bisa dihapus. Banyak yang melihat di situlah celah yang rawan disalahgunakan oleh sekelompok pihak yang tidak bertanggung jawab.

Mengutip dari Whiteboard Journal, karya seniman lokal Kendra Ahimsa di bawah moniker Ardneks diduga telah diplagiasi oleh seniman kripto Twisted Vacancy. Kendra dikenal pernah membuat ilustrasi untuk berbagai sampul dan poster acara musik. Kendra mendapatkan lebih dari 20 laporan dugaan plagiasi yang dilakukan Twisted Vancancy.

Tokocrypto’s Agility Through NFT Marketplace TokoMall and Expanding Integration in Pluang

Tokocrypto is getting aggressive in developing the crypto and blockchain asset ecosystem in Indonesia. Yesterday (19/8), the company launched TokoMall NFT (non-fungible token) marketplace platform to support the development of the NFT market in Indonesia, as well as expand the market reach of local creators to penetrate the global market.

Tokocrypto’s Chief Strategy Officer, Chung Ying Lai explained, TokoMall presents the digital meets reality concept. Digital platforms and art in the form of NFT can be the answer to real-world problems. By switching to NFT and making it mainstream, local creators can market their work to a wider market.

They can also ensure the uniqueness or rarity of their work as an added value for collectors. In addition, creators can ensure the continuity of royalties from each NFT marketed. “This can be the answer to copyright and royalty issues that usually happen to creators when doing marketing in the real world,” Ying said during a virtual press conference, yesterday (19/8).

For collectors, the NFT works can be a long-term investment as its authenticity is guaranteed. They can also exchange the collected NFT for goods or original works from merchant partners at TokoMall.

TokoMall has several categories, NFT Exclusive which contains TKO Original, TKO Lifestyle, TKO Creative, TKO Stars, and others. In addition, it also presents a marketplace category, allowing creators and general collectors to upload their NFT works.

Some exclusive merchant partners available on TokoMall are Nevertoolavish, MaximallFootwear, DAMN! I Love Indonesia, Banyan Core, Si Juki, ONIC E-Sports, Afternoon, Mr. Kinur, Karya Karsa, Jakarta Metaverse, and Museum of Toys.

The creator of Si Juki, Faza Meonk said that the creative industry in Indonesia is growing since digital technology makes it easier for creators and collectors to access. However, with blockchain and NFT, it can be a solution as a creator’s copyright protection because the work will be recorded transparently on the blockchain.

“This can also be an alternative for creators to get additional revenue streams and collectors can also appreciate creators by collecting this NFT,” he said.

ONIC E-Sports’ COO,  Justin Wijaya said that his team will take advantage of the TokoMall to present exclusive collections with historical value and special digital merchandise on the platform. “NFT began to be widely known since the beginning of this year. For collectors, there is an opportunity for investment because this is a new type of collectible art that is new to this digital space,” he said.

In order to maintain NFT’s works originality at TokoMall, Ying said that his team will do curation. “When the originality failed to be verified, we will blacklist the creator in charge.”

TokoMall launching / Tokocrypto

Part of TKO’s development

TokoMall is part of the development of the Toko Token (TKO) utility which is built on the Binance Smart Chain (BSC) network. TKO is an exchange launched by Tokocrypto in March that takes a unique hybrid token approach, the CeFi and DeFi utilities.

In the CeFi utility, TKO is used for savings programs such as TKO Deposit, TKO Rebate, TKO Savings, and TKO Cashback. While through DeFi, TKO is used for farming pools and lending. Another utility development is for staking and saving. Investor can lock his TKO to earn interest based on the deposit duration.

Therefore, TokoMall only uses TKO for point redemption, it’s not available for other exchanges. Creators can mint and offer their works, while collectors can get the NFT by exchanging TKO according to the value listed in each work.

“We use TKO for redemption points because Bank Indonesia only recognizes Rupiah as the only valid payment,” Ying said.

Providing 29 altcoin on Pluang

Pluang app / Pluang

In addition, Tokocrypto attempts to expand crypto asset transactions with other partners. This time with Pluang. Previously, Pluang had collaborated with Zipmex to deliver Bitcoin and Ethereum assets since November last year.

Through this collaboration, Pluang users can buy and sell 29 exchanges, such as Binance Coin (BNB), Cardano (ADA), Polkadot (DOT), Ripple (XRP), and others on the Pluang application.

Pluang’s Co-Founder, Richard Chua explained, his team observed the need of Pluang users for crypto assets were increasing as the market developed. “And now, Pluang users can invest in the entire crypto asset ecosystem, from ‘Ethereum challenger’ coins to DeFi tokens, thanks to our partnership with Tokocrypto,” Richard said during a virtual press conference, Wednesday (18/9).

Aside from launching new coins, it also introduced crypto asset trading features, such as limit orders and stop limits. This feature allows more experienced traders to take advantage of the crypto asset prices volatility, as well as market momentum. Previously, Pluang could only trade using the final price in the market.

Richard said, this new feature is a tangible form of the company’s commitment to facilitate beginners and experienced traders. “Our investment platform will be ready to assist users in carrying out qualified trading strategies to determine the right time to enter and exit the market.”

Without mentioning the precise number, he also said Pluang users investing in crypto assets grew three times in the last quarter. The collaboration between Tokocrypto and Pluang has started since last June, until now, the number of Pluang users entering altcoins has grown significantly.

“We see that many of these investors have started trading and getting advanced from being beginners.”

The interest in investing in crypto assets has continued to grow in the last year. Based on Ministry of Trade’s data, the number of crypto asset investors in Indonesia exceeded 6.5 million people as of last May, or exceeded the number of stock investors of 2.4 million investors based on KSEI data.

The enthusiasm was driven by the younger generation massively transacting on crypto investment applications after seeing a sharp spike in crypto asset prices since the fourth quarter of 2020. From January to July 2021, for example, the value of Binance Coin has managed to grow 757%. On the other hand, the values ​​of Cardano and Polkadot have skyrocketed by 644% and 85%, respectively.

This number far exceeds the value of Bitcoin which only grew 43% in the same period. Moreover, altcoin transactions account for 70% of the total transaction volume in Indonesia when the peak of the crypto asset price rally occurred earlier this year.

It is said that Pluang’s users have exceeded 1 million people, while Tokocrypto’s has reached 900 thousand people. Among crypto asset traders in Indonesia, Indodax is the largest with more than four million users.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gerak Lincah Tokocrypto Lewat Marketplace NFT TokoMall dan Perluasan Integrasi di Pluang

Tokocrypto makin gencar dalam mengembangkan ekosistem aset kripto dan blockchain di Indonesia. Kemarin (19/8), perusahaan meresmikan platform marketplace NFT (non-fungible token) TokoMall guna mendukung perkembangan pasar NFT di Indonesia, sekaligus memperluas jangkauan pasar dari kreator lokal untuk tembus ke pasar global.

Chief Strategy Officer Tokocrypto Chung Ying Lai menjelaskan, TokoMall menghadirkan konsep digital meets reality. Platform digital dan karya seni dalam bentuk NFT dapat menjadi jawaban atas permasalahan di dunia nyata. Dengan beralih ke NFT dan menjadikannya mainstream, kreator lokal tidak hanya bisa memasarkan karyanya ke pasar lebih luas.

Mereka juga dapat memastikan keunikan atau kelangkaan karyanya sebagai nilai lebih yang ditawarkan kepada para kolektor. Selain itu, kreator bisa memastikan keberlangsungan royalti dari tiap NFT yang dipasarkan. “Hal ini bisa menjadi jawaban atas permasalahan hak cipta dan royalti yang biasa dihadapi kreator ketika melakukan pemasaran di dunia nyata,” ucap pria yang biasa disapa dengan Ying ini, saat konferensi pers virtual, kemarin (19/8).

Bagi kolektor, karya NFT yang dipasarkan bisa menjadi investasi jangka panjang karena dijamin keasliannya. Mereka juga dapat menukarkan NFT yang dikoleksi dengan barang atau karya asli dari merchant partner di TokoMall.

TokoMall memiliki beberapa kategori, yakni NFT Exclusive yang berisi TKO Original, TKO Lifestyle, TKO Creative, TKO Stars, dan lainnya. Di luar itu, juga menghadirkan kategori marketplace, memungkinkan kreator dan kolektor umum mengunggah karya NFT mereka.

Sejumlah merchant partner eksklusif yang dapat memasarkan karyanya di TokoMall adalah Nevertoolavish, MaximallFootwear, DAMN! I Love Indonesia, Banyan Core, Si Juki, ONIC E-Sports, SoreSore, Mr. Kinur, Karya Karsa, Jakarta Metaverse, dan Museum of Toys.

Kreator dari Si Juki Faza Meonk mengatakan, industri kreatif di Indonesia sedang berkembang karena adanya teknologi digital yang mempermudah akses bagi kreator dan kolektor. Tapi dengan blockchain dan NFT, bisa menjadi salah satu solusi sebagai perlindungan hak cipta kreator karena karya akan tercatat secara transparan di blockchain.

“Ini juga bisa menjadi alternatif kreator mendapatkan revenue stream tambahan dan para kolektor juga bisa mengapresiasi kreator dengan mengoleksi NFT ini,” kata dia.

COO ONIC E-Sports Justin Wijaya menambahkan, pihaknya akan memanfaatkan kehadiran TokoMall untuk menghadirkan koleksi eksklusif yang ada nilai historis dan digital merchandise khusus di platform tersebut. “NFT mulai banyak dikenal sejak awal tahun ini. Bagi kolektor ada peluang untuk investasi karena ini tipe art baru yang collectible yang baru ada di digital space ini,” ucapnya.

Untuk menjaga orisinilitas karya NFT di TokoMall, Ying menyebut pihaknya akan melakukan kurasi. “Ketika diverifikasi tidak original, kami akan blacklist kreator bersangkutan.”

Peluncuran TokoMall / Tokocrypto

Bagian dari pengembangan utilitas TKO

Kehadiran TokoMall merupakan bagian dari pengembangan utilitas Toko Token (TKO) yang dibangun di atas jaringan Binance Smart Chain (BSC). TKO adalah exchange yang diterbitkan Tokocrypto pada Maret silam yang mengambil pendekatan token hybrid unik, yakni utilitas CeFi dan DeFi.

Dalam utilitas CeFi, TKO digunakan untuk program tabungan seperti TKO Deposit, TKO Rebate, TKO Savings, dan TKO Cashback. Sementara di DeFi, TKO digunakan untuk farming pools dan lending. Pengembangan utilitas lainnya adalah untuk staking dan saving. Investor dapat mengunci TKO-nya untuk mendapatkan bunga berdasarkan durasi penyimpanan.

Oleh karenanya, TokoMall hanya menggunakan TKO untuk redemption poin, tidak bisa menggunakan exchange lain. Para kreator dapat melakukan minting dan menawarkan karya yang dimiliki, sementara kolektor bisa mendapatkan NFT tersebut dengan menukarkan TKO sesuai nilai yang tercantum dalam tiap karya.

“Pakai TKO untuk redemption poin karena Bank Indonesia hanya mengakui pembayaran yang sah itu hanya Rupiah,” kata Ying.

Sediakan 29 altcoin di Pluang

Aplikasi Pluang / Pluang

Tak hanya itu, upaya Tokocrypto untuk memperluas transaksi aset kripto dengan mitra lain. Kali ini mitra yang digandeng adalah Pluang. Sebelumnya, Pluang sudah bekerja sama dengan Zipmex untuk menghadirkan aset Bitcoin dan Ethereum sejak November tahun lalu.

Lewat kerja sama ini, pengguna Pluang dapat transaksi jual beli 29 exchange, seperti Binance Coin (BNB), Cardano (ADA), Polkadot (DOT), Ripple (XRP), dan lainnya di aplikasi Pluang.

Co-Founder Pluang Richard Chua menjelaskan, pihaknya mengamati kebutuhan pengguna Pluang atas aset kripto kian meningkat seiring perkembangan pasarnya. “Dan kini, pengguna Pluang bisa berinvestasi di seluruh ekosistem aset kripto, mulai dari koin-koin ‘penantang Ethereum’ hingga token DeFi, berkat kemitraan kami dengan Tokocrypto,” ucap Richard saat konferensi pers virtual, Rabu (18/9).

Perusahaan tak hanya meluncurkan koin-koin baru, juga memperkenalkan fitur-fitur trading aset kripto, seperti limit order dan stop limit. Fitur ini memungkinkan trader yang lebih berpengalaman untuk memanfaatkan kesempatan dari volatilitas harga aset kripto, serta momentum pasar. Sebelumnya, Pluang hanya bisa trading menggunakan harga final di pasar saja.

Richard mengatakan, kehadiran fitur baru ini adalah bentuk nyata komitmen perusahaan untuk memfasilitasi traders pemula dan berpengalaman. “Platform investasi kami akan siap membantu pengguna dalam melaksanakan siasat trading yang mumpuni untuk menentukan waktu tepat masuk-keluar pasar.”

Tidak disebutkan seberapa besar pengguna Pluang yang berinvestasi ke aset kripto saat ini. Ia hanya menyebut, pada kuartal terakhir tumbuh hingga tiga kali lipat. Kerja sama Tokocrypto dan Pluang sebenarnya sudah dimulai sejak Juni kemarin, sejak saat itu hingga kini, jumlah pengguna Pluang yang mulai masuk ke altcoin tumbuh signifikan.

“Kita melihat para investor ini banyak yang melakukan trading sudah mulai advance dari sebelumnya masih pemula.”

Peminat investasi aset kripto terus bertumbuh dalam setahun terakhir. Data Kementerian Perdagangan per Mei lalu mencatat jumlah investor aset kripto di Indonesia menembus 6,5 juta orang, atau melebihi jumlah investor saham sebanyak 2,4 juta investor berdasarkan data KSEI.

Antusiasme tersebut didorong oleh generasi muda yang berbondong-bondong bertransaksi pada aplikasi investasi kripto setelah melihat lonjakan tajam harga aset kripto sejak kuartal IV 2020. Dari Januari hingga Juli 2021, misalnya, nilai Binance Coin telah berhasil tumbuh 757%. Di sisi lain, nilai Cardano dan Polkadot masing-masing telah meroket 644% dan 85%.

Angka tersebut jauh melampaui nilai Bitcoin yang hanya tumbuh 43% di periode yang sama. Kemudian, transaksi altcoin mengambil porsi 70% dari total volume transaksi di Indonesia saat puncak reli harga aset kripto terjadi awal tahun ini.

Disebutkan pengguna Pluang telah tembus di atas 1 juta orang, sementara Tokocrypto mencapai 900 ribu orang. Di antara pedagang aset kripto di Indonesia, Indodax menjadi terbesar dengan memiliki lebih dari empat juta pengguna.

Application Information Will Show Up Here