KEF Luncurkan TWS Perdananya, KEF Mu3

Meski sudah sangat terkenal di kalangan audiophile, KEF bukanlah brand yang kita ingat saat membicarakan mengenai headphone atau earphone. Pasalnya, sejak pertama didirikan 60 tahun yang lalu, KEF memang lebih berfokus mengembangkan speaker, khususnya yang masuk kategori studio monitor.

Itulah mengapa ketika KEF memutuskan untuk merambah segmen TWS, dunia perlu mengetahuinya. Mereka baru saja meluncurkan KEF Mu3, TWS perdananya yang siap bersaing dengan penawaran-penawaran high-end dari Bose, Sennheiser, Sony, maupun Apple.

Seperti halnya TWS premium, Mu3 datang membawa teknologi active noise cancellation (ANC), lengkap beserta mode ambient yang dapat diaktifkan menggunakan satu tombol. Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 5.0, dan unit kiri maupun kanannya akan terhubung ke perangkat secara bersamaan demi mewujudkan koneksi yang lebih stabil, bukan dengan memanfaatkan metode relay (cuma satu yang terhubung, sedangkan satunya menumpang).

Namun bukan KEF namanya kalau tidak mengedepankan soal kualitas suara. Driver 8,2 mm yang tertanam di Mu3 telah di-tune oleh tim engineer yang sama yang bertanggung jawab atas lini speaker KEF. Dengan kata lain, reputasi KEF jadi taruhan di sini.

Tidak kalah istimewa adalah baterainya. Dalam sekali pengisian, Mu3 diklaim dapat beroperasi hingga 9 jam nonstop, dan itu dengan ANC dalam posisi menyala (yang berarti bisa lebih awet lagi jika ANC-nya dimatikan). Charging case-nya sendiri mampu menyuplai hingga 15 jam daya ekstra, sehingga kalau ditotal pengguna bisa menggunakan perangkat ini selama 24 jam penuh tanpa perlu melibatkan seutas pun kabel.

Dari segi fisik, Mu3 tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5, alias di atas sertifikasi milik AirPods Pro. Wujud industrial nan elegannya merupakan hasil pemikiran Ross Lovegrove, salah satu desainer kepercayaan KEF, dan paket penjualannya sudah mencakup tiga pasang ear tip cadangan dengan ukuran yang bervariasi.

Di Amerika Serikat, KEF Mu3 saat ini telah dijual dengan harga $249. Cukup terjangkau untuk standar KEF sendiri, sekaligus lebih murah daripada penawaran brand audiophile lain seperti Grado atau Devialet.

Sumber: Digital Trends dan What Hi-Fi.

EPOS GTW 270 Hybrid Andalkan Dongle USB-C untuk Atasi Problem Latency yang Umum Terjadi di TWS

Tidak setiap hari Anda mendengar kabar tentang TWS yang didedikasikan untuk gamer. Namun itulah premis utama yang dibawa oleh EPOS GTW 270 Hybrid. EPOS sendiri tentu bukan nama yang asing di industri gaming headset. Perusahaan asal Denmark tersebut merupakan otak di balik sejumlah headset Sennheiser, sebelum akhirnya mereka berdiri sebagai brand terpisah sejak pertengahan tahun lalu.

Sepintas tidak ada yang aneh dari wujud GTW 270 Hybrid, tapi ternyata paket penjualannya juga mencakup sebuah dongle USB-C (plus adaptor USB-A jika masih membutuhkan). Berkat bantuan dongle ini, GTW 270 Hybrid bisa terhubung ke PC, laptop, maupun console menggunakan codec aptX Low Latency.

Sesuai namanya, aptX Low Latency secara spesifik diciptakan untuk menekan latency hingga seminimal mungkin, sehingga yang didapat pengguna pada dasarnya adalah pengalaman yang bebas lag. Di saat yang sama, label “Hybrid” pada namanya mengacu pada konektivitas Bluetooth 5.1, yang dapat dijadikan alternatif ketika pengguna ingin memakainya bersama smartphone atau tablet.

Satu hal penting yang perlu dicatat adalah, GTW 270 Hybrid tidak cocok dipakai untuk bermain game multiplayer. Alasannya simpel: mikrofonnya tidak berfungsi saat ia terhubung via dongle. Yang salah bukan EPOS, melainkan codec aptX Low Latency yang memang hanya mendukung playback saja. Kalau perlu menggunakan mikrofonnya, maka opsi satu-satunya hanyalah dengan menghubungkan via Bluetooth.

Secara fisik, GTW 270 Hybrid tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5. Ia mempunyai satu tombol pengoperasian di earpiece sebelah kanannya. Dalam sekali pengisian, baterainya dapat bertahan selama sekitar 5 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya bisa menyuplai hingga 15 jam daya baterai ekstra (total 20 jam).

EPOS GTW 270 Hybrid saat ini sudah dijual dengan kisaran harga 3,5 jutaan rupiah. Banderolnya cukup premium untuk ukuran TWS, tapi semestinya bisa menjadi alternatif yang menarik bagi gamer yang selama ini kerap mengeluhkan problem audio yang tidak sinkron selama bermain. Kalau bukan karena keterbatasan codec aptX Low Latency tadi, mungkin perangkat ini sudah menjadi rekomendasi yang sangat mudah bagi mayoritas gamer.

Via: ShackNews.

Acer Meluncurkan Tiga Perangkat True Wireless Stereo Terjangkau

Saat tren smartphone tanpa konektor jack audio 3.5mm dimulai, awalnya banyak para penikmat musik maupun audiophile menyesalkan keputusan tersebut. Namun siapa sangka, inovasi dari perangkat audio dengan teknologi True Wireless Stereo (TWS) sangat digemari banyak orang.

Tingginya minat konsumen terhadap perangkat TWS membuat banyak produsen elektronik ikut merilis aksesori audio tanpa kabel tersebut dan yang terbaru ialah Acer. Salah satu vendor PC terbesar di dunia asal Taiwan itu telah meluncurkan tiga perangkat True Wireless Stereo.

Dua TWS di bawah merek Acer langsung dengan tampilan dan fitur yang identik dan satu versi yang paling premium menggunakan merek Gateway (GAHR012). Sebagai informasi, Gateway merupakan perusahaan elekronik asal Amerika Serikat yang telah diakuisisi oleh Acer.

Kesamaan yang dimiliki oleh ketiga TWS Acer terbaru ini adalah memiliki charging case yang menyuguhkan total waktu dengar hingga 28 jam. Di luar case, tiap earbud dapat bertahan hingga 4 jam dan isi ulang case-nya membutuhkan waktu satu setengah jam.

TWS Gateway (GAHR012) ini dijual dengan harga INR 3.500 di India atau sekitar Rp674 ribuan. Tampilannya mirip Apple AirPods Pro, earbud dan charging case-nya berwarna dengan warna putih dengan desain in-ear monitoring.

Earbud-nya memiliki driver berukuran 9mm, dibekali konektivitas Bluetooth 5.0, memiliki sertifikasi IPX4, dan charging case-nya dilengkapi port USB Type-C untuk pengisian daya. Bagian luar earbud memiliki sensor untuk pintasan kontrol musik, juga berfungsi untuk memanggil asisten suara dari smartphone.

Beralih ke TWS Acer GAHR10 dan GAHR11, keduanya mengusung desain yang identik dan dibanderol dengan harga terjangkau yakni INR 2.500 atau Rp480 ribuan. Menariknya, TWS Acer GAHR011 hadir dengan dock untuk charging case-nya yang dilengkapi kabel USB-C dan USB-A.

Artinya, dock tersebut bisa dihubungkan ke laptop atau power bank untuk mengisi charging case TWS Acer GAHR011 secara nirkabel. Keduanya TWS Acer menggunakan driver audio 8mm dan memiliki konektivitas Bluetooth 5.1.

Sumber: GSMArena

JLab JBuds Frames Adalah Sepasang Speaker Mini yang Dapat Dikaitkan ke Kacamata

Di antara sekian banyak TWS yang ada di pasaran, Samsung Galaxy Buds Live mungkin adalah salah satu yang paling unik berkat desain terbukanya. Untuk tahun 2021 ini, sepertinya tren di kategori TWS bakal mengarah ke sana, dan sejauh ini kita sudah melihat Bose beserta Earin yang meluncurkan perangkat berdesain serupa.

Lain halnya dengan yang dilakukan oleh JLab. Produsen perangkat audio asal Amerika Serikat tersebut justru menghadirkan wujud alternatif TWS yang sangat menarik, terutama bagi konsumen yang berkacamata. Dijuluki JBuds Frames, ia sebenarnya merupakan sepasang speaker mini yang dapat dikaitkan ke tangkai kacamata.

JLab JBuds Frames

Kacamatanya bisa kacamata hitam, bisa juga kacamata biasa. Konsepnya kurang lebih sama seperti yang ditawarkan oleh Bose Frames, hanya saja di sini kita sendiri yang menyediakan kacamatanya masing-masing. Berhubung tidak ada satu pun bagian yang menutupi telinga, suara dari sekitar pengguna pun bisa didengar dengan cukup jelas.

Tentu saja hal ini bisa jadi kelebihan sekaligus kekurangan, tergantung kebutuhan masing-masing pengguna. Di dalam kabin pesawat atau di angkutan umum, perangkat semacam ini jelas tidak cocok. Namun saat berada di kantor dan jika sering diinterupsi oleh koleganya, TWS berdesain terbuka ataupun JBuds Frames ini bisa dibilang merupakan alternatif yang lebih praktis.

Masing-masing unit JBuds Frames ditenagai oleh driver berdiameter 16,2 mm, dan JLab bilang suara yang dihasilkannya cukup keras untuk dapat didengar secara jelas oleh penggunanya, tapi tidak sampai kedengaran oleh orang-orang di sekitarnya. Pengguna bebas mengenakan kedua earpiece-nya secara bersamaan, atau bisa juga secara terpisah (kiri saja atau kanan saja).

JLab JBuds Frames

JBuds Frames diklaim tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4, yang berarti ia masih bisa beroperasi seperti biasa di tengah guyuran hujan. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini mampu bertahan hingga 8 jam pemakaian. Charging-nya sendiri membutuhkan waktu sekitar 2 jam menggunakan kabel USB khusus yang disertai konektor magnetis untuk masing-masing earpiece.

Kabarnya, JLab JBuds Frames bakal mulai dipasarkan pada musim semi 2021 seharga $50. Harganya ini jelas jauh lebih terjangkau ketimbang Bose Frames yang memang satu paket bersama kacamatanya.

Sumber: SlashGear dan GlobeNewswire.

[Review] Realme Buds Air Pro: ANC, Transparency, dan Super Low Latency di Harga 1 Jutaan Saja

Selain mengeluarkan produk smartphone, realme juga serius dalam mengeluarkan produk AIoT. Salah satu produk AIoT yang saat ini sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah Audio yang berbentuk True Wireless Stereo (TWS). Saat ini, realme punya lagi yang baru dengan nama realme Buds Air Pro.

TWS yang baru saja diluncurkan ini tentu berbeda dengan yang sudah dikeluarkan oleh realme sebelumnya. Realme menambah beberapa fitur yang ternyata hanya ada pada perangkat dengan harga yang mahal. Hal tersebut seperti Active Noise CancellingTransparency (audio passthrough), dan latensi yang lebih kecil dari produk realme sebelumnya.

Realme Buds Air Pro - With box

Latensi pada produk sebelumnya, seperti realme Buds Air adalah 130 ms. Saya masih bisa merasakan adanya jeda pada saat bermain beberapa game dengan menggunakan Buds Air. Pada versi pro, latensinya diturunkan lagi menjadi hanya 94 ms dan disebut sebagai Super Low Latency. Hal ini tentu saja membuatnya seperti tidak memiliki jeda suara saat sedag bermain.

Spesifikasi dari realme Buds Air Pro adalah sebagai berikut

Bobot 5 gram per earbuds, 39,5 gram case
Chipset S1 Headphone Chip
Versi Bluetooth 5.0
Ukuran Driver ⌀10 mm dynamic
Dimensi 60.5 x 56 x 24mm (case)
Kapasitas Baterai 486 mah (case)

Unboxing

Inilah isi dari paket penjualan realme Buds Air Pro:

Realme Buds Air Pro - Unboxing

Desain

Pada seri Pro-nya, realme memilih desain eartips yang berbeda dengan Buds Air yang lama. Hal ini membuat realme Buds Air Pro menjadi sebuah model in-ear dan bukan open-ear seperti model yang lama. Hal ini tentu saja membuat semua suara akan masuk ke dalam rongga telinga tanpa ada yang keluar.

Untuk bahan yang digunakan, realme masih menggunakan plastik polikarbonat. Build-nya sendiri terasa sangat kokoh untuk earbuds dan juga shellcase. Saya juga tidak merasa was-was saat menaruh case tersebut pada kantung belakang celana.

Pada setiap earbuds nya terdapat dua buah sensor dan sebuah speaker. Pada ujung bagian atas dari batangnya, terdapat sensor sentuh yang bisa diubah fungsinya melalui aplikasi Realme Link. Ada beberapa fungsi yang bisa dilakukan pada sensor sentuh ini. Salah satunya adalah gaming mode yang bisa diaktifkan dengan menekan kedua tombol sentuh selama 3 detik sampai berbunyi suara mobil.

Realme Buds Air Pro - USB-C

Dengan model in-ear tentu saja membuat semua suara yang keluar dari driver-nya akan masuk seluruhnya ke telinga. Hal ini membuat realme Buds Air Pro memiliki suara yang cukup besar dibandingkan dengan Buds Air biasa yang cenderung open-ear. Realme Buds Air Pro memiliki driver 10mm yang dapat dibilang besar untuk sebuah model in-ear.

Realme Buds Air Pro juga sudah memiliki standarisasi IPX4. Hal tersebut menandakan bahwa TWS ini sudah cocok digunakan untuk berolah raga. Keringat tidak lagi menjadi masalah yang bakal merusak TWS tersebut.  Eartips-nya sendiri juga bisa diganti ke yang lebih besar atau kecil, sehingga akan lebih pas menutup lubang kuping penggunanya.

Baterai yang terdapat pada setiap earbuds sepertinya cukup besar. Dengan menggunakan cip baru, yaitu realme S1 membuat earbuds-nya dapat menyala hingga 6 jam. Charging Case-nya pun juga membawa baterai sebesar 486 mAh yang memang bisa membuatnya tahan lama. Untuk mengisi baterai padai case-nya, realme memilih untuk menggunakan port USB-C yang saat ini sudah umum digunakan. LED-nya pun juga akan menyala pada saat baterai sedang diisi.

Aplikasi Realme Link menjadi pusat kendali untuk realme Buds Air Pro. Mulai dari penggantian perintah sentuh, menyalakan ANC, menyalakan Transperancy, dan upgrade firmware bisa dilakukan pada aplikasi yang satu ini. Hal tersebut memang membuat Buds Air Pro serasa seperti perangkat dengan harga yang lebih mahal.

Pengalaman Menggunakan realme Buds Air Pro

Saya sangat senang karena saat ini beberapa TWS sudah menggunakan model eartips yang seperti ada pada earphone dengan kabel. Hal ini tentu saja membuatnya tidak lagi tergeser keluar seperti pada model realme Buds Air yang pertama. Semua suara juga dipastikan akan masuk ke rongga telinga sehingga pengguna akan mendengarkannya secara penuh.

Menggunakan realme Buds Air saat pertama kali membuat saya yakin kalau model seperti ini akan lebih sulit untuk jatuh. Suara dari luar juga menjadi lebih pelan saat menancapkan earbuds ini ke lubang kuping. Menggeleng-gelengkan kepala dengan keras juga tidak menjatuhkan TWS ini dari telinga saya. Dan yang pasti, TWS ini tidak akan tergeser dari lubang kuping yang menyebabkan kurangnya suara yang diterima telinga.

Realme Buds Air Pro - buds

Bahan eartips yang dimiliki juga cukup nyaman di lubang telinga. Hal ini membuat saya tidak risih saat menggunakannya selama berjam-jam. Eartips-nya juga bisa diganti-ganti sesuai dengan besar kecilnya lubang telinga yang dimiliki oleh sang penggunanya.

Untuk melakukan pairing, saya harus menekan tombol yang berada pada sisi kanannya. Tombol ini hampir tidak terlihat oleh mata jika tidak diperhatikan dengan seksama. Saya juga langsung menggunakan aplikasi Realme Link yang sudah ada pada smartphone yang digunakan, sehingga tinggal mengikuti petunjuk yang ada di layar. TWS ini pun dengan mudah dapat terhubung dengan mudah.

Hal yang perlu diingat adalah realme Buds Air Pro secara default akan terkoneksi pada Sub Band Codec (SBC). Agar suaranya lebih bagus, gunakan codec Advanced Audio Coding (AAC) yang bisa dipilih pada setting bluetooth di smartphone. Hal tersebut akan terdengar saat jelas jika Anda menggunakan file musik dengan kompresi lossless seperti FLAC atau APE.

Dalam menguji suara bass, saya menggunakan beberapa lagu dengan menggunakan file FLAC. Suara bass yang dikeluarkan oleh TWS ini memang cukup mendominasi, tetapi tidak terlalu “nendang”. Hal yang sama juga saya rasakan bahkan pada saat Bass Boost+ dinyalakan.

Pada beberapa lagu, saya juga mendengar bahwa mid dan high nya kurang terdengar dengan detail. Dan saat menaikkan suaranya ke volume paling tinggi, ada sedikit distorsi yang terdengar pada beberapa lagu. Saya harus menggunakan TWS lain dalam mengkonfirmasi hal ini. Namun saya tidak mencoba untuk mendengarkannya dengan menggunakan Volume Enhancer.

Secara keseluruhan, suara dari TWS ini cukup bagus untuk kebanyakan telinga. Suara yang baik juga didapatkan pada saat melakukan panggilan atau telepon. Microphone yang ada juga membuat lawan bicara dapat mendengat suara saya dengan jelas. Suara yang paling baik saya dapatkan saat melakukan panggilan dengan menggunakan VoLTE/VoWiFi.

Tiga mode kontrol suara yang ada pada TWS ini juga membuat saya ingin menggunakannya lebih lama. Jika anak-anak saya sedang bercanda satu dengan lainnya, tentu saja menjadi cukup ribut. ANC yang ada cukup menekan suara yang ada dengan cukup baik. Walaupun begitu, biasanya suara-suara lengkingan yang cukup keras masih akan terdengar pada TWS ini.

Realme Buds Air Pro - Shell and buds

Mode Transperancy juga memungkinkan kita mendengarkan suara sekitar dengan cukup baik. Saya mencoba mode ini saat berjalan kaki dari rumah ke salah satu mini market. Suara dari luar terdengar cukup baik asalkan suara musik tidak terlalu keras. Suara klakson mobil pun cukup keras terdengar.

Mode Game tentu saja saya gunakan untuk bermain. Saya mencoba PUBG Mobile dan CoDM saat mencoba TWS ini. Suara yang ada terasa cukup cepat dan memang tidak ada lag yang saya alami. Oleh karena itu, TWS ini sangat cocok bagi mereka yang gemar bermain game.

Dan saya pun sampai pada pengujian yang paling menyebalkan, yaitu baterai😁. Saya harus mendengarkan musik sampai 4 jam, dan TWS ini masih belum mau mati juga. Hal ini saya lakukan tanpa menyalakan fungsi ANC. Tentunya, baterai ini akan lebih boros saat ANC dan Transperancy dinyalakan karena hal tersebut juga akan menyalakan microphone-nya secara terus menerus.

Realme menjanjikan daya tahan baterai yang cukup lama, yaitu total 25 jam penggunaan tanpa ANC dan 20 jam saat menyalakan ANC. Untuk mengisinya baterainya, realme Buds Air Pro akan penuh dalam waktu sekitar 1 jam saja.

Verdict

Realme tidak henti-hentinya mengeluarkan produk-produk baru selain dari lini smartphone-nya. Mereka pun juga mulai serius dalam mengeluarkan produk audio-nya. Setelah realme Buds Air dan Buds Q, mereka pun meluncurkan satu lagi yang ditujukan ke kelas yang di atasnya. TWS itu adalah realme Buds Air Pro.

Suara yang dihasilkan oleh realme Buds Air Pro memang cukup baik. Perangkat ini bisa menjadi pilihan bagi konsumen yang ingin mendapatkan TWS dengan fitur ANC dan voice passthrough (Transperancy). Suara untuk melakukan panggilan juga bisa terdengar dengan cukup baik, apalagi saat menggunakan mode HD yang dimiliki oleh beberapa operator.

Bermain game pada perangkat ini juga cukup nyaman. Hal ini dikarenakan latensi rendah yang dimiliki realme Buds Air Pro membuat para pemain tidak telat dalam mendengar suara langkah yang ada di sekitarnya. Suara desingan peluru juga bisa terdengar saat bermain game-game first person shooter.

Harga dari realme Buds Air Pro adalah Rp. 1.299.000. Mahal? Tentu tidak jika kita melihat dari segala fitur yang ditawarkan. Fitur seperti ANC dan Transperancy kerap ditemukan pada perangkat dengan harga dua jutaan ke atas. Bisa dikatakan bahwa realme Buds Air Pro adalah TWS dengan fitur paling lengkap di harga satu jutaan.

Sparks

  • Harganya cukup terjangkau berbanding fitur yang dimiliki
  • Latensi rendah membuat suara game tidak lag
  • Model in-ear membuat isolasi suara dari luar
  • Touch button yang cukup sensitif
  • Daya tahan baterai yang panjang
  • Realme Link mendukung update firmware

Slacks

  • Suaranya kurang detail
  • Tidak ada fitur wireless charging
  • Bass Boost+ mengurangi detail pada beberapa lagu

LG Tambahkan Active Noise Cancellation ke TWS Anti-Bakterinya

Pada bulan Juni kemarin, LG mengungkap Tone Free HBS-FN6, pesaing AirPods yang cukup unik karena dibekali dengan teknologi anti-bakteri. Idenya adalah, setiap kali TWS disimpan di dalam charging case-nya, cahaya ultraviolet akan membunuh 99,9% bakteri E. coli maupun S. aureus yang bersarang di eartip silikonnya.

Tahun belum berganti, LG sudah merilis versi yang lebih sempurna lagi, yakni Tone Free HBS-FN7. Dilihat sepintas, fisiknya nyaris identik dengan yang LG luncurkan di bulan Juni, sebab memang yang baru adalah penambahan active noise cancellation (ANC) supaya perangkat mampu mengeliminasi suara dari luar secara lebih baik lagi.

Fitur ANC ini diwujudkan dengan memanfaatkan tiga mikrofon di masing-masing earpiece – dua di luar dan satu di dalam – yang secara aktif akan memonitor gelombang suara dari segala arah. Dikombinasikan dengan isolasi suara pasif yang berasal dari eartip silikonnya, semestinya tidak akan ada lagi suara dari sekitar yang tembus sampai ke dalam.

Untuk kualitas suaranya sendiri LG masih memercayakan tuning dari Meridian Audio. Kalau kurang sreg dengan karakter suara aslinya, tentu saja pengguna dapat melakukan pengaturan equalizer pada aplikasi pendampingnya di smartphone, atau memilih satu dari empat preset yang tersedia.

Teknologi sanitasi berbasis cahaya ultraviolet tadi masih menjadi andalan di sini. Satu hal yang baru adalah keberadaan indikator LED pada charging case milik Tone Free FN7, sehingga pengguna dapat memantau sisa baterai maupun status sterilisasinya dengan lebih mudah.

Bicara soal baterai, Tone Free FN7 diyakini sanggup beroperasi hingga 5 jam nonstop, atau 15 jam jika dipadukan bersama charging case-nya. Kalau fitur ANC-nya dimatikan, daya tahan baterainya bisa diperpanjang menjadi 7 jam, atau 21 jam bersama charging case. Dukungan fast charging pun turut tersedia; pengisian selama 5 menit sudah bisa menenagai perangkat selama 1 jam.

Berbeda dari sebelumnya, LG Tone Free FN7 kabarnya akan dijual di sejumlah negara di Amerika, Eropa dan Asia mulai kuartal keempat tahun ini juga. Harganya belum ditentukan, akan tetapi di Korea Selatan ia dihargai 219.000 won, atau kurang lebih setara Rp2,85 juta.

Sumber: What Hi-Fi dan LG.

Devialet Gemini Adalah TWS Perdana dari Sang Produsen Speaker Premium Asal Perancis

Tren TWS benar-benar tidak terbendung. Satu demi satu pabrikan audio, termasuk yang kerap diasosiasikan dengan kalangan audiophile, pada akhirnya ikut ambil bagian. Kita sudah melihat TWS perdana Grado, dan sekarang giliran dedengkot audio asal Perancis, Devialet, yang menjalani debutnya di kategori ini.

Desain TWS bernama Devialet Gemini ini terkesan simpel tapi elegan. Bentuknya juga langsung mengingatkan saya pada speaker Devialet Phantom yang amat luar biasa tenaganya. Sesuai dugaan, lingkaran berlabel “D” pada sisi luar kedua earpiece tersebut merupakan panel sentuh kapasitif. Secara keseluruhan, fisik Gemini tahan cipratan air dan debu dengan sertifikasi IPX4.

Sama seperti speaker Phantom tersebut, Gemini turut mengemas sejumlah teknologi yang dipatenkan. Yang pertama adalah Ear Active Matching (EAM), algoritma khusus yang dirancang untuk memahami bentuk telinga masing-masing pengguna, lalu menyesuaikan karakter suara yang paling optimal secara otomatis. Perangkat bahkan dapat merekomendasikan ukuran eartip yang pas buat pengguna melalui aplikasi pendampingnya di smartphone.

Selanjutnya, ada algoritma Internal Delay Compensation (IDC) yang berfungsi untuk mengompensasikan jeda yang timbul akibat pemrosesan noise cancellation. Ya, Gemini memang menawarkan fitur active noise cancellation (ANC), dan intensitasnya bisa diatur dalam tiga tingkatan yang berbeda: low, high, dan plane.

Seperti kebanyakan TWS lain yang mengunggulkan ANC, Gemini juga dilengkapi mode transparan supaya suara dari sekitar pengguna tetap bisa terdengar ketika dibutuhkan. Uniknya, ketimbang membiarkan semua jenis suara masuk, Gemini hanya akan berfokus mengamplifikasi suara manusia, yang umumnya berada di rentang frekuensi 300 – 3.000 Hz, sehingga penggunanya bisa berbincang-bincang tanpa perlu melepas TWS.

Gemini mengusung konektivitas Bluetooth 5.0, lengkap bersama dukungan codec aptX. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini sanggup bertahan sampai 6 jam nonstop (8 jam kalau tanpa ANC), sedangkan charging case-nya siap mengisi ulang perangkat sampai tiga kali, memberikan total daya tahan selama 24 jam.

Rencananya, Devialet Gemini akan segera dipasarkan dengan harga $299. Banderol tersebut sama persis seperti milik Sennheiser Momentum True Wireless 2 yang juga mengunggulkan ANC dan menawarkan daya tahan baterai yang mirip-mirip.

Sumber: SlashGear.

Grado Luncurkan TWS Pertamanya, GT220

Di telinga konsumen umum, nama Grado mungkin terdengar agak asing. Namun produsen headphone yang bermarkas di kota New York ini sebenarnya sudah lama populer di kalangan audiophile, terutama bagi para penggemar headphone berdesain open-backed.

Secara perlahan, Grado yang terkenal konservatif ini terus mencoba mendekatkan diri ke publik yang lebih luas. Dua tahun lalu, mereka meluncurkan headphone wireless pertamanya, Grado GW100. Sekarang, mereka malah baru memperkenalkan TWS perdananya, Grado GT220.

Bukan, ini bukan TWS berdesain open-backed, tapi setidaknya Grado mengklaim mereka masih bisa menyuguhkan signature sound-nya dalam kemasan yang lebih kecil dan tanpa kabel. Sebagai referensi, Grado sebenarnya sudah lama punya earphone, tapi jelas ini pertama kalinya mereka menciptakan yang benar-benar tidak dilengkapi kabel.

Grado menggambarkan karakter suara GT220 yang netral di frekuensi midrange, definitif di frekuensi rendah, dan natural di frekuensi tinggi. Tidak ada active noise cancellation (ANC) di sini, tapi paling tidak GT220 masih dibekali panel sentuh kapasitif pada unit kiri sekaligus kanannya untuk memudahkan pengoperasian.

Grado mengaku menghabiskan beberapa tahun untuk menyempurnakan TWS perdananya ini, dan mereka sedikit pun tidak mau terburu-buru. Fakta bahwa Grado begitu terlambat mengikuti tren TWS semestinya bisa menjadi jaminan bahwa GT220 patut diperhitungkan kualitas suaranya.

Meski dikenal konservatif, Grado rupanya tidak segan menyematkan sejumlah teknologi modern pada GT220. Perangkat memanfaatkan Bluetooth 5.0 sebagai konektivitasnya (lengkap dengan dukungan codec aptX, AAC, maupun SBC), dan ini tentu berdampak positif pada efisiensi dayanya.

Dalam sekali pengisian, GT220 diyakini mampu beroperasi hingga 6 jam nonstop. Charging case-nya malah lebih istimewa lagi, sanggup mengisi penuh perangkat sampai lima kali, yang berarti total daya tahan baterainya bisa mencapai angka 36 jam. Masih dengan tema modern, charging case-nya ini dapat diisi ulang menggunakan kabel USB-C atau dengan diletakkan di atas Qi wireless charger.

Sayang sekali harga jual Grado GT220 ini tergolong mahal: $259. Sebagai perbandingan, Sennheiser belum lama ini merilis CX 400BT True Wireless yang sama-sama tidak dibekali ANC, tapi dibanderol $200 saja. Harganya itu juga $10 lebih mahal daripada AirPods Pro yang mengunggulkan ANC.

Sumber: Grado via SlashGear.

OPPO Watch dan Enco W51 Adalah Tandem Terbaik untuk Berolahraga Selama Pandemi

Di masa-masa sulit seperti ini, menjaga kebugaran tubuh masing-masing tidak kalah pentingnya dari menjaga jarak dengan orang lain. Itulah mengapa belakangan ini kita melihat semakin banyak orang yang memanfaatkan waktu luangnya untuk berolahraga.

Buat sebagian orang, mereka mungkin butuh motivasi ekstra selain sebatas fakta bahwa mereka punya lebih banyak waktu luang di saat seperti sekarang. Trik paling jitu biasanya adalah dengan membeli fitness tracker atau smartwatch, dengan harapan rutinitas olahraganya bisa dipantau dan pada akhirnya menjadi motivasi tersendiri.

Namun tidak semua orang punya banyak waktu luang selama pandemi. Sebagian dari kita mungkin juga ada yang jadi lebih sibuk karena harus selalu mendampingi buah hati, akan tetapi ini semestinya tetap tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak berolahraga. Waktu luang sesingkat lima menit pun sebenarnya juga bisa dimanfaatkan untuk berolahraga.

Inilah yang pada akhirnya menjadikan OPPO Watch terdengar lebih menarik ketimbang smartwatch lain di pasaran. Salah satu fitur unggulannya adalah aplikasi bernama Latihan 5 Menit (5-Minute Workout), yang akan memandu pengguna untuk melancarkan satu sesi kegiatan fisik dalam waktu yang sangat singkat. Kegiatannya pun bervariasi, bisa cardio, atau bisa juga sesederhana meregangkan tubuh sebelum tidur.

Panduan yang diberikan oleh aplikasi memastikan pengguna tidak salah melakukan dan malah mengalami cidera otot karena terburu-buru. Alternatifnya, tentu saja OPPO Watch juga menawarkan opsi yang lebih komprehensif untuk memantau sesi olahraga yang lebih intens. Data-data yang direkam pun juga bisa disinkronisasikan ke Google Fit yang mendukung lebih dari 90 jenis olahraga.

Tanpa harus terkejut, detak jantung pengguna juga akan selalu dipantau sepanjang waktu dengan empat sensor yang akurasinya sangat terjamin. Untuk perkara sepele pun OPPO Watch juga bisa membantu, seperti misalnya ketika pengguna sudah terlalu lama duduk, di mana perangkat bakal membantu mengingatkan pengguna untuk berdiri dan bergerak.

e29bea52ff37189b3f6f336eae95e171_oppo-watch-02

Semua itu ditampilkan di atas layar AMOLED beresolusi tinggi. Untuk varian 41 mm, OPPO Watch mengemas layar 1,6 inci beresolusi 320 x 360 pixel, sedangkan varian 46 mm-nya mengusung layar 1,91 inci beresolusi 402 x 476 pixel. Pengguna juga tidak perlu khawatir baterai perangkat cepat habis karena layarnya yang kelewat tajam, sebab OPPO Watch datang membawa co-processor yang sangat efisien yang mendampingi Snapdragon Wear 3100 selaku chipset utamanya.

Pada kenyataannya, OPPO Watch diklaim bisa tahan sampai 36 jam pemakaian dalam satu kali charge. Proses charging-nya pun juga luar biasa cepat: 75 menit dari kosong sampai penuh. Lalu seandainya sedang terburu-buru, charging selama 15 menit saja sudah cukup untuk menenagai perangkat selama sekitar 18 jam penggunaan.

Berhubung OPPO Watch menjalankan sistem operasi Wear OS, ini berarti pengguna bisa mengunduh beragam aplikasi yang tersedia di Google Play, termasuk halnya Spotify untuk menikmati alunan musik selama berolahraga. Alternatifnya, pengguna juga bisa menyimpan file musik langsung di storage internal OPPO Watch yang berkapasitas 8 GB.

Kalau memilih jalur offline seperti ini, pengguna OPPO Watch pada dasarnya dapat berolahraga tanpa harus membawa smartphone-nya, apalagi mengingat OPPO Watch dilengkapi modul GPS-nya sendiri, yang berarti kegiatan seperti berlari atau bersepeda pun tetap bisa dimonitor dengan baik. Cukup sambungkan TWS ke OPPO Watch, maka pengguna bisa langsung beraktivitas sembari mendengarkan musik.

OPPO Enco W51

Bicara soal TWS, kebetulan OPPO juga punya TWS baru bernama Enco W51. Keistimewaan TWS ini terletak pada teknologi active noise cancellation (ANC) yang disematkan, yang sanggup mengurangi tingkat kebisingan di sekitar sampai sebesar 35 desibel. Jadi walaupun di rumah atau di sekitar sedang banyak orang, suara riuhnya tidak akan mengganggu alunan musik upbeat yang tengah menemani sesi olahraga pengguna.

Bodi OPPO Enco W51 juga tahan air dengan sertifikasi IP54, yang berarti berolahraga di musim hujan pun – yang bakal datang tidak lama lagi – tidak akan jadi masalah besar. OPPO Watch sendiri malah sebenarnya bisa Anda ajak berenang jika perlu.

Dalam sekali pengisian, Enco W51 sanggup beroperasi sampai 3,5 jam nonstop, atau 20 jam kalau dipadukan bersama charging case-nya. Jika fitur ANC-nya dimatikan, maka daya tahan baterainya akan naik sedikit menjadi 4 jam, atau 24 jam bersama charging case. Supaya praktis, charging case milik Enco W51 dapat diisi ulang secara nirkabel menggunakan Qi wireless charger.

Kalau memang masih memerlukan insentif ekstra, kebetulan OPPO juga tengah bersiap mengadakan acara bertajuk Reno4 Virtual Run. Lomba lari ‘bernuansa’ pandemi tersebut akan berlangsung mulai 12 – 31 Oktober dengan total hadiah senilai 80 juta rupiah. Pendaftaran acaranya masih dibuka sampai tanggal 12 Oktober dengan mengunjungi situs resmi Reno4 Virtual Run.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

UE Fits Adalah TWS Unik yang Dapat Menyesuaikan Bentuknya dengan Kontur Telinga

Mencari TWS dengan fitting yang sempurna sangatlah sulit dilakukan karena memang bentuk telinga setiap orang berbeda-beda. Sebagian mungkin lebih cocok dengan yang dilengkapi eartip silikon, sebagian lain mungkin malah lebih nyaman dengan yang berbentuk earbud seperti AirPods.

Tidak sedikit juga produsen TWS yang menyertakan semacam sirip atau wingtip sehingga perangkat bisa lebih stabil di telinga dan tidak mudah terlepas selagi digunakan sambil beraktivitas. Namun kembali lagi, tidak semua orang cocok dengan desain seperti ini, dan itulah mengapa fitting selalu menjadi salah satu topik yang sangat penting ketika membahas mengenai TWS.

Di sinilah kemudian Ultimate Ears (UE) mencoba membuat gebrakan. Anak perusahaan Logitech tersebut baru saja memperkenalkan UE Fits, TWS unik yang menawarkan fitting custom untuk setiap konsumen. Istimewanya, konsumen sama sekali tidak perlu mengunjungi seorang audiolog untuk dibuatkan cetakan telinganya.

Sebagai gantinya, UE Fits memanfaatkan teknologi yang mereka juluki dengan istilah Lightform. Jadi setiap unit UE Fits datang membawa eartip berisi gel yang dapat mengikuti kontur telinga. Gel tersebut kemudian bakal mengeras setelah menerima pancaran sinar LED berwarna ungu. Setelah mengeras, bentuknya akan terus bertahan seperti itu (permanen), dan jadilah konsumen mendapatkan fitting custom tanpa campur tangan seorang audiolog.

UE bilang prosesnya hanya memerlukan waktu kurang dari 60 detik, dan reputasi UE selama inilah yang pada dasarnya jadi taruhan terkait seberapa efektif teknologi Lightform yang sudah mereka patenkan itu. Buat yang tidak tahu, UE memang sudah memproduksi custom in-ear monitor buat musisi-musisi tenar sejak tahun 1995, jauh sebelum mereka dikenal sebagai produsen speaker Bluetooth kenamaan seperti sekarang.

Karena bentuknya benar-benar pas dengan telinga masing-masing pengguna, UE Fits jelas sangat kapabel mengisolasi suara secara pasif. Buat yang memprioritaskan fitur active noise cancellation (ANC), sayangnya UE Fits bukan untuk Anda.

Masing-masing earpiece-nya mengemas driver 10 mm dan sepasang mikrofon. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini sanggup bertahan sampai 8 jam pemakaian, atau sampai 20 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya. Proses charging-nya pun juga cepat; 10 menit charging sudah cukup untuk menenagai perangkat selama 1 jam penggunaan.

Rencananya, UE Fits bakal segera dipasarkan di Amerika Serikat seharga $249. Harga yang cukup lumayan untuk TWS yang tidak dilengkapi (ANC), tapi sekali lagi nilai jual yang ingin ditonjolkan di sini adalah fitting yang sempurna, yang semestinya jauh lebih esensial bagi sebagian besar konsumen.

Sumber: Logitech.