Sennheiser CX Plus True Wireless Hadirkan ANC di Harga yang Lebih Terjangkau

Sennheiser punya TWS baru. Namanya CX Plus True Wireless, dan ia terkesan lebih menarik ketimbang CX 400BT True Wireless yang dirilis tahun lalu. Pasalnya, CX Plus punya banderol yang lebih terjangkau, tapi ia justru sudah dilengkapi dengan fitur active noise cancellation (ANC).

Di harga $180, CX Plus lebih murah $20 ketimbang CX 400BT saat pertama diluncurkan. Ia memang bukan TWS paling murah yang Sennheiser tawarkan sejauh ini — titel tersebut jatuh pada CX True Wireless yang dihargai $130 — akan tetapi ia jelas jauh lebih terjangkau daripada Momentum True Wireless 2 yang dibanderol seharga $300.

ANC tidak akan lengkap tanpa dibarengi oleh fitur transparency mode yang cara kerjanya berkebalikan, dan itu pun tersedia di sini. Jadi saat butuh ketenangan, pengguna tinggal mengaktifkan ANC. Sebaliknya, saat perlu mendengar suara di sekitarnya, mereka tinggal menyalakan transparency mode, tidak perlu melepas perangkat dari telinga.

Terkait kinerja audionya, CX Plus mengandalkan sebuah dynamic driver berdiameter 7 mm pada masing-masing earpiece-nya. Layaknya sebuah earphone premium, ia menjanjikan “bass yang mantap, mid yang jernih dan natural, serta treble yang mendetail”. Di tiap earpiece-nya, pengguna juga dapat menemukan dua buah mikrofon.

Dari segi konektivitas, CX Plus sudah mengadopsi versi terbaru Bluetooth 5.2, lengkap dengan dukungan atas codec SBC, AAC, aptX, dan aptX Adaptive. Perangkat dapat digunakan secara terpisah antara unit sebelah kiri dan kanannya, dan ia juga dibekali fitur Smart Pause yang akan menghentikan jalannya audio secara otomatis ketika perangkat dilepas dari telinga, lalu memutarnya lagi saat perangkat kembali dikenakan.

Secara desain, CX Plus kelihatan mirip seperti CX True Wireless. Bodinya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IPX4, dan sisi luar masing-masing earpiece-nya telah dibekali panel sentuh kapasitif untuk memudahkan pengoperasian.

Total daya tahan baterai CX Plus bersama charging case-nya diklaim bisa mencapai angka 24 jam. Sayang sekali Sennheiser tidak merincikan seberapa lama TWS-nya sendiri bisa bertahan dalam sekali pengisian. Sebagai konteks, CX True Wireless yang tidak dibekali ANC menawarkan daya tahan hingga 9 jam per charge, atau total 27 jam.

Seperti yang sudah disebutkan, Sennheiser CX Plus True Wireless akan dijual seharga $180. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai 28 September, dan konsumen dapat memilih antara warna hitam dan putih.

Sumber: Sennheiser.

Jabra Luncurkan Trio TWS Baru: Jabra Elite 7 Pro, Elite 7 Active, dan Elite 3

Portofolio TWS Jabra terus bertambah lengkap. Yang terbaru, pabrikan asal Denmark tersebut memperkenalkan tiga TWS sekaligus: Elite 7 Pro, Elite 7 Active, dan Elite 3. Ketiganya disiapkan sebagai pengganti seri Elite 65t dan Elite 75t (yang bakal stop dijual pada akhir 2021), sementara Elite 85t masih akan terus dipasarkan seperti biasa.

Di posisi teratas, ada Jabra Elite 7 Pro yang ditargetkan untuk konsumen yang rutin berkomunikasi via telepon. Keunggulan utamanya terletak pada teknologi yang Jabra sebut dengan istilah MultiSensor Voice, yang menandemkan empat buah mikrofon dengan sensor bone conduction dan algoritma cerdas untuk menangkap suara pengguna sejernih mungkin, bahkan di tempat yang paling sibuk sekalipun.

Jabra Elite 7 Pro / Jabra

Sebagai TWS premium, Elite 7 Pro tentu turut dibekali active noise cancellation (ANC) dan transparency mode, tidak ketinggalan pula fitur multipoint pairing. Daya tahan baterainya mampu mencapai angka 9 jam nonstop (dengan ANC), atau sampai 35 jam kalau digabung dengan total daya milik charging case-nya. Hebatnya lagi, semua itu dikemas dalam bodi yang 16% lebih ringkas ketimbang Elite 75.

Beralih ke Jabra Elite 7 Active, dari namanya sudah jelas kalau model ini ditujukan untuk mereka yang rajin berolahraga. Yang unik dari Elite 7 Active adalah coating khusus bertajuk ShakeGrip, yang dirancang agar ia bisa stabil dan tidak mudah terlepas dari telinga tanpa perlu mengandalkan komponen sirip ekstra yang kerap kita jumpai pada mayoritas TWS sporty lain.

Jabra Elite 7 Active / Jabra

Terkait kinerja dan fiturnya, Elite 7 Active menjanjikan pengalaman yang hampir setara dengan Elite 7 Pro. Kecuali sistem MultiSensor Voice itu tadi, semua keunggulan yang Elite 7 Pro tawarkan — mulai dari ANC, multipoint pairing, sampai baterai yang begitu awet — juga dapat konsumen jumpai di Elite 7 Active.

Itulah mengapa banderol harga kedua TWS ini tidak terpaut terlalu jauh: Elite 7 Pro dibanderol $199, sedangkan Elite 7 Active dibanderol $179. Keduanya dijadwalkan masuk ke pasaran mulai 1 Oktober 2021.

Jabra Elite 3 / Jabra

Kalau duo Elite 7 itu dirasa kemahalan, maka konsumen bisa melirik Jabra Elite 3. Dengan harga jual resmi $79, Elite 3 adalah TWS paling murah yang pernah Jabra rilis selama ini. Perangkat mengandalkan sepasang driver 6 mm dan empat buah mikrofon, lengkap beserta dukungan atas codec aptX HD.

Elite 3 tidak dibekali ANC maupun multipoint pairing, tapi uniknya ia masih dilengkapi transparency mode. Dalam sekali pengisian, baterai Elite 3 kuat sampai 7 jam pemakaian, sementara charging case-nya sanggup mengisi ulang perangkat sampai sebanyak tiga kali (total daya tahan 28 jam). Dengan sertifikasi IP55, Elite 3 siap digunakan di tengah hujan deras.

Jabra Elite 3 sudah bisa dibeli mulai sekarang. Namun yang menarik, Jabra ternyata masih punya niatan untuk merilis TWS yang lebih terjangkau lagi, yakni Elite 2, di sejumlah negara terpilih. Seberapa murah harganya masih belum diketahui, tapi yang pasti perbedaannya mencakup jumlah mikrofon (cuma dua) dan kapasitas charging case-nya (cuma bisa mengisi sebanyak dua kali).

Sumber: CNET dan Jabra.

TWS Jabra Enhance Plus Dirancang untuk Penderita Gangguan Pendengaran Tingkat Ringan Sampai Sedang

Hampir semua TWS yang dibekali fitur active noise cancellation (ANC) turut menawarkan fitur transparency mode, atau biasa juga dikenal dengan nama ambient mode. Cara kerjanya justru berkebalikan dengan ANC, sehingga memungkinkan pengguna untuk mendengar suara-suara di sekitarnya tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Di titik itu, transparency mode pada dasarnya telah menambah fungsi TWS sebagai alat bantu dengar (hearing aid). Memang bukan yang memenuhi standar medis, tapi setidaknya sudah bisa membantu mereka yang menderita gangguan pendengaran tingkat ringan sampai sedang.

Inilah premis utama yang ditawarkan oleh Jabra Enhance Plus. Kalau kita lihat bentuknya, ia memang tampak lebih mirip seperti TWS pada umumnya ketimbang alat bantu dengar konvensional. Dimensinya pun ringkas, sekitar 50 persen lebih kecil daripada Jabra Elite 75t, yang sendirinya sudah termasuk cukup compact.

Terlepas dari wujudnya yang menipu, ia mengemas empat buah mikrofon sekaligus algoritma noise reduction untuk menangkap suara obrolan secara jernih. Caranya menangkap suara pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan; apakah pengguna ingin mic-nya fokus menangkap suara-suara di dekatnya, semisal ketika sedang mengobrol bersama seseorang; atau malah menangkap lebih banyak suara di sekitar, seperti ketika sedang berada di bandara misalnya.

Selebihnya, Enhance Plus tentu dapat berfungsi layaknya TWS biasa, baik itu untuk mendengarkan musik ataupun menelepon. Sisi luarnya mengemas tombol kontrol seperti mayoritas TWS lain, dan fisiknya secara keseluruhan diklaim tahan air dan debu dengan sertifikasi IP52. Paket penjualannya pun turut mencakup eartip cadangan dengan ukuran yang berbeda-beda.

Dalam posisi baterai terisi penuh, Enhance Plus diyakini mampu beroperasi selama 10 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya sanggup mengisi ulang sampai penuh sebanyak dua kali.

Di Amerika Serikat, Jabra Enhance Plus rencananya akan dijual mulai akhir tahun ini, akan tetapi sejauh ini belum ada informasi terkait harganya. Yang pasti lebih murah dari Jabra Enhance Pro ($1.800), yang memang masuk kategori hearing aid yang memenuhi standar medis.

Sumber: Engadget.

[Review] OPPO Enco Air: TWS Suara Bagus, Cocok untuk Mendengar Musik, Bermain dan Olah Raga

Saat ini, mendengarkan musik mungkin sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi para remaja dan pekerja. Tidak heran jika pasar perangkat audio seperti earphone dan True Wireless Stereo meningkat permintaannya di Indonesia. Untuk ikut meramaikan pasar audio, OPPO juga telah mengeluarkan sebuah TWS baru. Nama dari TWS tersebut adalah OPPO Enco Air.

Terus terang, Enco Air adalah TWS pertama yang saya uji dari OPPO. TWS ini juga memiliki model open-ear yang tentu saja tidak akan masuk sepenuhnya ke dalam lubang telinga. Walaupun begitu, OPPO mempersenjatai perangkat ini dengan menggunakan driver sebesar 12 mm agar semakin banyak detail suara yang bisa terhantar ke dalam lubang telinga.

OPPO juga memberikan latensi yang cukup kecil pada TWS terbarunya ini. Hanya dengan latensi 80 ms akan membuat suara dari game akan terasa seperti tidak ada jeda. Selain itu, OPPO juga membuat baterai pada perangkat yang satu ini bisa bertahan lebih panjang. Jadi, TWS ini akan cocok digunakan dalam waktu satu hari penuh.

Spesifikasi dari OPPO Enco Air yang datang ke Dailysocial adalah sebagai berikut

Bobot 3,75 gram per earbuds, 40,4 gram case
Warna Putih
Versi Bluetooth 5.2
Ukuran Driver ⌀12 mm dynamic
Dimensi 60.0 x 53.2 x 23.5 mm (case), 35.8 x 18.9 x 17.7 mm (buds)
Kapasitas Baterai 440 mAh (case), 25 mAh (buds)

Unboxing

Isi dari paket penjualan OPPO Enco Air bisa dilihat pada gambar berikut ini

Desain

Untuk seri Enco Air, OPPO memilih model open ear. Hal ini tentu saja membuat semua suara yang dikeluarkan dari driver-nya tidak akan masuk secara keseluruhan. Model seperti ini akan menggantung pada daun telinga sang penggunanya. Namun jangan khawatir, OPPO sudah mendesainnya agar tidak mudah jatuh dari telinga.

OPPO menggunakan bahan plastik polikarbonat pada perangkat TWS yang satu ini. Tenang saja, build pada TWS ini termasuk dengan charging shell-nya terasa sangat kokoh. Jadi, tidak perlu khawatir charging shell-nya akan remuk saat ditaruh pada kantong belakang celana Anda dan tertimpa saat duduk. Earbuds-nya sendiri juga terasa kokoh sehingga terasa aman saat terjatuh.

Pada setiap earbuds-nya terdapat sebuah speaker, microphone, serta beberapa sensor. Pada ujung bagian atas dari batangnya, terdapat sensor sentuh yang bisa diubah fungsinya melalui aplikasi HeyMelody. Secara standar, fungsinya hanya akan menaik/turunkan volume, skip lagu, dan memanggil voice assistant. Anda harus mengubah sendiri agar bisa langsung mengubahnya ke mode gaming.

Dengan menggunakan model open ear, tentu saja sebuah driver berukuran besar dibutuhkan untuk menghantarkan suara. OPPO pun menggunakan driver dengan dimensi 12 mm yang tentu saja besar di kelasnya. Hal tersebut juga menandakan bahwa TWS ini akan memiliki suara bass yang cukup baik.

Bagi Anda yang gemar berolah raga juga akan menyukai OPPO Enco Air. Hal tersebut dikarenakan TWS ini sudah memiliki sertifikasi IPX4 yang tahan terhadap air dan debu. Jadi saat Anda sedang berkeringat, tidak lagi harus memikirkan apakah akan merusak TWS ini atau tidak. Saat terjatuh ke tanah, Anda juga tidak perlu khawatir karena debunya tidak akan merusak perangkat ini.

Case dari OPPO Enco Air yang memiliki desain semi transparan ini memiliki baterai yang juga cukup besar, yaitu 440 mAh. Setiap earbuds-nya sudah terpasang baterai sebesar 25 mAh yang mampu bertahan hingga 4 jam. OPPO menjanjikan bahwa dengan kombinasi baterai yang ada, perangkat ini bisa digunakan hingga 24 jam. Untuk mengisi baterai ke charging case, OPPO memilih port USB-C yang bisa digunakan untuk mengisi secara cepat.

Menggunakan OPPO Enco Air

Saat pertama kali menerima perangkat yang satu ini, saya cukup skeptis bahwa model open ear-nya tidak akan cocok dengan bentuk telinga saya. Bagaimana tidak, beberapa perangkat TWS dengan model yang sama selalu saja bergeser keluar sehingga suaranya tidak akan masuk dengan penuh ke rongga telinga dan mengurangi bass-nya. Namun hal tersebut berubah saat saya menggunakannya pertama kali sekitar 2 minggu sebelum artikel ini diterbitkan.

Ada yang berbeda dengan OPPO Enco Air, di mana OPPO berhasil membuatnya tidak tergeser jauh dari rongga telinga. Cukup mengejutkan juga mengingat sampai saat ini model TWS open ear belum banyak yang membuat saya kagum. Walaupun begitu, saat tidak pas, memang membuat suara yang dihasilkan mirip dengan beberapa TWS yang pernah saya uji. Hal tersebut membuat suara bass-nya hilang.

Perangkat ini saya pasangkan ke sebuah smartphone dan terpasang dengan codec AAC (Advanced Audio Coding). Suara yang dihasilkan memang terdengar lebih baik dibandingkan dengan SBC (Sub Band Codec). Proses pairing dari OPPO Enco Air pun sangat mudah dan tidak memerlukan tombol apa pun pada sisi case-nya. Tinggal buka case-nya dan hubungkan pada perangkat yang diinginkan.

Saat menguji, saya juga melakukan pemasangan aplikasi Hey Melody. Saat dijalankan, aplikasi yang satu ini langsung mendeteksi firmware terbaru untuk Enco Air. Tentunya, saya langsung melakukan upgrade firmware agar terhindar dari segala bug yang mungkin muncul.

Saat mendengarkan musik FLAC dan mendekatkan eartips ke rongga telinga, saya bisa merasakan bass yang dalam. Hal tersebut diimbangi dengan suara vokal yang lantang. Suara high terdengar cukup tajam dan seringkali sedikit menusuk. Namun, suara yang dihasilkan secara keseluruhan membuat saya tidak ingin berhenti mendengarkan musik.

Hal tersebut tentu saja berubah pada saat Enco Air sedikit tergeser keluar. Bass yang dikeluarkan memang sedikit menghilang. Sayangnya, suara high yang dihasilkan cukup menusuk ditelinga sehingga posisinya harus diubah dengan benar. Hal ini bisa diselamatkan dengan meningkatkan bass dari equalizer. Untungnya, OPPO Enco Air jarang tergeser terlalu jauh dari rongga telinga karena cukup pas dengan bentuk kuping saya.

Selain untuk mendengarkan musik, saya juga menggunakannya untuk bermain game. Saya beberapa hari menggunakan OPPO Enco Air untuk bermain game Valorant. Hasilnya dengan menyalakan game mode, suara yang dihasilkan hampir tidak memiliki lag sama sekali. Suara yang dihasilkan juga sangat detail untuk mendengarkan langkah kaki musuh serta arah desingan peluru.

Saya juga mencoba menggunakannya untuk melakukan panggilan via Whatsapp dan Telegram. Suara lawan bicara bisa terdengar dengan baik dan lantang. Sebaliknya, microphone-nya juga menghasilkan suara yang bagus untuk terdengar oleh lawan bicara. Pada saat melakukan panggilan inilah fitur noise cancellation dari OPPO Enco Air berfungsi.

Untuk menguji baterai, saya menggunakan OPPO Enco Air saat bermain game tanpa menggunakan mode gaming. Benar saja, perangkat ini akan bertahan hingga kurang lebih empat jam. Kemungkinan, pada saat mode game dinyalakan bakal membuatnya lebih boros lagi.

Untuk mengisi baterainya, saya langsung memasukkan earbuds ke charging case-nya. Untuk terisi secara penuh, OPPO Enco Air membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Waktu yang sama juga tercapai jika saya melakukan isi ulang langsung dengan menancapkan USB-C. Jadi, perangkat ini bisa menemani saya seharian saat sedang bekerja mau pun bermain game.

Verdict

Kebiasaan orang untuk mendengarkan musik tentu menjadi sebuah kesempatan bagi vendor untuk menawarkan produknya. Apalagi, saat ini tren perangkat audio nirkabel sedang naik daun karena tidak ribet dengan kabel yang menggantung. OPPO juga memiliki perangkat mendengarkan musik tanpa kabel sama sekali. Yang terbaru adalah OPPO Enco Air.

Saat mendengarkan dengan OPPO Enco Air, kuping saya terasa cukup nyaman. Saat posisinya benar-benar pas, kualitas suara yang dihasilkan memang terdengar bagus. Namun, akan ada saatnya di mana posisi dari TWS ini tidak pas sehingga kualitas suaranya akan berkurang. Dan memang disayangkan perangkat ini tidak memiliki ANC untuk mendengarkan lagu dan hanya ada noise cancellation untuk panggilan suara.

OPPO juga mempersenjatai Enco Air dengan daya tahan baterai yang cukup panjang. Selain itu, mereka yang gemar bermain game FPS juga bisa menggunakan TWS ini karena memiliki mode game. Untuk yang gemar berolah raga juga tidak perlu khawatir TWS ini akan rusak karena keringat karena sudah memiliki sertifikasi IPX4.

Ternyata, dengan kualitas suara yang baik serta fitur gaming tidak membuatnya dijual sangat mahal oleh OPPO. Konsumen bisa mendapatkan TWS OPPO Enco Air hanya dengan harga Rp. 999.000 saja. Untuk membelinya, konsumen bisa langsung mendatangi jalur distribusi OPPO secara online seperti OPPO Store dan official store pada beberapa ecommerce.

Sparks

  • Suara bass dan mid yang bagus serta detail
  • Latensi rendah dengan menggunakan mode game
  • Daya tahan baterai yang cukup lama
  • Aplikasi Hey Melody yang mampu meningkatkan firmware
  • Tahan terhadap air keringat serta debu
  • Noise Cancellation saat sedang melakukan panggilan suara

Slacks

  • Suara bass berkurang saat posisi tergeser menjauhi rongga telinga
  • Tidak ada Active Noise Cancelling untuk mendengarkan musik

Samsung Singkap Galaxy Z Fold3, Z Flip3, dan Galaxy Buds2, Semuanya Lebih Murah dari Pendahulunya

Setelah cukup lama dinantikan, Samsung akhirnya resmi memperkenalkan dua ponsel foldable terbarunya, yakni Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3. Keduanya menghadirkan beragam penyempurnaan dalam harga yang lebih terjangkau.

Yang paling utama adalah dari segi ketahanan fisik. Baik Z Fold3 maupun Z Flip3 sama-sama mengemas bodi tahan air dengan sertifikasi IPX8, sanggup bertahan di kedalaman 1,5 meter sampai selama 30 menit. Rangka aluminiumnya juga diklaim lebih kokoh ketimbang yang digunakan sebelumnya.

Samsung juga telah melengkapi kedua smartphone ini dengan lapisan film pelindung baru berbahan PET (polyethylene terephthalate) yang dapat meregang dan panel layar utama yang lebih optimal sehingga menciptakan layar yang 80% lebih tahan lama dibanding pendahulunya.

Spesifikasi Samsung Galaxy Z Fold3

Kalau dilihat sepintas, penampilan Z Fold3 memang tidak kelihatan terlalu berbeda dibanding Z Fold2. Meski begitu, dimensi Z Fold3 sedikit lebih ringkas ketimbang pendahulunya, dengan ketebalan 16 mm dalam posisi terlipat, atau 6,4 mm dalam posisi terbuka, serta bobot 271 gram.

Ukuran layar AMOLED di sisi luarnya masih sama, yakni 6,2 inci, demikian pula resolusinya yang cuma naik sedikit menjadi 2268 x 832 pixel. Bedanya, layar luar milik Z Fold3 ini sudah mengandalkan refresh rate 120 Hz.

Layar utamanya di bagian dalam juga sama, masih menggunakan panel AMOLED 7,6 inci dengan resolusi 2208 x 1768 pixel dan refresh rate 120 Hz. Yang berbeda, Anda tidak akan menemukan lubang kamera di layar utama Z Fold3 ini, sebab kameranya sudah disembunyikan di balik layarnya. Ini memang bukan teknologi baru, tapi pertama kalinya ada di smartphone Samsung.

Untuk pertama kalinya juga, Samsung menghadirkan dukungan S Pen pada ponsel foldable-nya. Perlu dicatat, yang bisa dicorat-coret hanyalah layar utama Z Fold3, dan pengguna wajib menggunakan varian spesifik S Pen Fold Edition atau S Pen Pro yang dijual terpisah, tidak boleh sembarang S Pen.

Perkara dapur pacu, Z Fold3 merupakan ponsel flagship tulen. Ia ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 12 GB, pilihan penyimpanan internal 256 GB atau 512 GB, dan baterai 4.400 mAh. Tiga kamera belakangnya mempunyai konfigurasi sebagai berikut: kamera utama 12 megapixel dengan OIS dan Dual Pixel AF, kamera ultra-wide 12 megapixel, dan kamera telephoto 12 megapixel dengan 2x optical zoom yang juga dilengkapi OIS.

Untuk kamera depannya, ada kamera 10 megapixel di layar bagian luar, dan kamera 4 megapixel di balik layar utamanya. Idealnya, kamera di layar utamanya ini dipakai untuk video call saja, sedangkan kalau butuh selfie sebaiknya menggunakan kamera di layar luarnya.

Spesifikasi Samsung Galaxy Z Flip3

Sebelum membahas lebih jauh, sebagian dari Anda mungkin bakal bertanya dalam hati, “Di mana Z Flip2?” Entahlah. Mungkin Samsung bermaksud memudahkan kita semua dengan menyamakan penamaan kedua ponsel foldable-nya, tapi di sisi lain Z Flip3 memang mempunyai cukup banyak kesamaan dengan Z Fold3, terutama dari segi spesifikasi.

Seperti halnya Z Fold3, Z Flip3 turut dibekali chipset Snapdragon 888, naik level cukup jauh dibanding Z Flip generasi pertama yang cuma mengemas Snapdragon 855+. Prosesor tersebut ditemani RAM 8 GB dan pilihan storage internal 128 GB atau 256 GB. Sayang kapasitas baterainya tidak berubah; masih 3.300 mAh, padahal bodinya justru sedikit lebih tebal daripada sebelumnya; 15,9 mm saat terlipat, 6,9 mm saat terbuka.

Pembaruan yang paling menarik bisa ditemukan di layarnya, terutama layar berada di sisi luar. Ukurannya jauh membesar dari cuma 1,1 inci menjadi 1,9 inci, dengan resolusi di angka 260 x 512 pixel. Berhubung lebih besar, layar luarnya ini dapat dijadikan viewfinder selagi mengambil selfie menggunakan kamera di sampingnya (yang secara teknis merupakan kamera belakang milik Z Flip3).

Beralih ke layar utamanya, ukuran dan resolusinya memang tidak berubah — AMOLED 6,7 inci, 2640 x 1080 pixel — akan tetapi refresh rate-nya sudah dilipatgandakan menjadi 120 Hz. Tidak seperti Z Fold3, layar utama Z Flip3 rupanya masih mengemas lubang kamera tradisional.

Lubang tersebut dihuni oleh kamera 10 megapixel, sedangkan dua kamera belakangnya adalah kamera utama 12 megapixel dengan OIS dan Dual Pixel AF, serta kamera ultra-wide 12 megapixel. Selfie menggunakan Z Flip3 bakal lebih ideal dilakukan dalam posisi perangkat sedang tertutup (menggunakan kamera utama dan layar luarnya tadi).

Samsung Galaxy Buds2

Dalam kesempatan yang sama, Samsung turut menyingkap TWS baru bernama Galaxy Buds2. Desainnya cukup mirip seperti Galaxy Buds Pro, akan tetapi ukurannya lebih ringkas, dengan bobot masing-masing cuma 5 gram. Juga mirip adalah konfigurasi dual driver yang melibatkan sebuah woofer dan tweeter di tiap earpiece.

Kalau dibandingkan dengan pendahulunya, daya tarik utama Galaxy Buds2 adalah fitur ANC alias active noise cancellation, yang diklaim mampu meredam suara di sekitar hingga 98%. Mode ambient untuk mengamplifikasi suara di sekitar pun juga tersedia, dan pengguna bisa mengaktifkannya dalam tiga level amplifikasi yang berbeda.

Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa bertahan sampai 5 jam dengan ANC, atau sampai 7,5 jam tanpa ANC. Charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat sebanyak empat kali, memberikan total daya tahan baterai hingga 20 jam dengan ANC, atau 29 jam tanpa ANC.

Harga dan ketersediaan

Seperti yang saya bilang di awal, seluruh pembaruan ini justru malah bisa didapatkan dalam harga yang lebih terjangkau daripada sebelumnya. Galaxy Z Fold3 bakal dijual dengan banderol mulai Rp24.999.000, sedangkan Z Flip3 mulai Rp14.999.000. Pre-order kedua perangkat ini sudah bisa dilakukan dari 11-29 Agustus 2021.

Untuk varian warnanya, Z Fold3 bakal hadir dalam tiga opsi (Phantom Black, Phantom Green, Phantom Silver), sedangkan Z Flip3 dalam tujuh opsi yang berbeda (Cream, Green, Lavender, Phantom Black, Gray, White, Pink). Seperti sebelumnya, Samsung juga bakal menjual edisi khusus Thom Browne dalam jumlah terbatas.

Untuk Galaxy Buds2, Samsung menetapkan banderol Rp1.799.000, lagi-lagi lebih murah daripada generasi sebelumnya meskipun lebih baru. Pilihan warna yang tersedia ada empat, yakni Olive, Lavender, White, dan Graphite.

TWS Baru Yamaha Unggulkan Fitur untuk Membantu Mengurangi Risiko Gangguan Pendengaran

Dengan begitu banyaknya produk baru yang bermunculan, TWS merupakan sub-kategori produk audio yang paling populer saat ini. Tampil berbeda, baik dari segi fitur maupun penampilan fisik, merupakan salah satu cara untuk mendapat sorotan ekstra di tengah lautan TWS, dan itulah yang ingin dilakukan Yamaha.

TWS barunya, Yamaha TW-E3B, sepintas memang kelihatan biasa saja. Namun ia menyimpan satu fitur istimewa bernama Listening Care. Fitur ini Yamaha rancang untuk menjaga konsistensi dynamic range yang dihasilkan pada berbagai tingkatan volume. Dengan kata lain, mau volumenya pelan atau keras, pengguna bakal bisa mendengarkan tingkat detail yang sama baiknya.

Berkat Listening Care, pengguna TW-E3B pada dasarnya tidak perlu menyetel musik keras-keras agar dapat mendengarkan seluruh detail dengan baik. Yamaha berharap ini bisa membantu mengurangi peluang terjadinya gangguan pendengaran pada pengguna. Yamaha pun merujuk pada data WHO, yang mengestimasikan lebih dari satu miliar generasi muda punya risiko kehilangan pendengaran karena terlalu sering menyetel musik keras-keras.

Sayang sekali ia tidak punya active noise cancellation (ANC). Padahal, sering kali yang menjadi alasan untuk menyetel musik keras-keras adalah karena lingkungan di sekitarnya cukup berisik. Kalau memang ingin menikmati perpaduan Listening Care dan ANC, konsumen harus melirik produk lain, yakni headphone Yamaha YH-L700A yang juga belum lama ini diluncurkan.

Dari segi fisik, TW-E3B tergolong ringkas dengan bobot 5 gram per earpiece, dan bodinya pun tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5. Tiap-tiap earpiece dibekali driver berdiameter 6 mm, sedangkan konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 5.0, lengkap dengan dukungan codec aptX.

Dalam sekali charge, baterainya bisa tahan sampai 6 jam. Charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat sampai sebanyak tiga kali, memberikan total daya tahan selama 24 jam. Pada charging case-nya, ada indikator LED untuk mengecek sisa baterainya.

Di dataran Eropa, Yahama TW-E3B kabarnya akan dijual seharga 139 euro (± 2,35 jutaan rupiah) mulai bulan September mendatang. Pilihan warna yang tersedia ada enam: hitam, ungu, hijau, abu-abu, biru, dan pink.

Sumber: What Hi-Fi.

Huawei MatePad 11 dan Freebuds 4 Akhirnya Resmi Hadir di Indonesia

Huawei kembali meluncurkan dua produk mereka yang sedang naik daun di Indonesia. Bukan smartphone, Huawei meluncurkan sebuah tablet dan juga true wireless stereo. Kedua perangkat tersebut adalah Huawei MatePad 11 dan Freebuds 4. Huawei MatePad 11 sendiri juga sudah diperkenalkan kepada para jurnalis pada bulan Juli yang lalu.

Patrick Ru, Country Head Huawei Consumer Business Group Indonesia menyatakan, “Kami berupaya mengatasi hal tersebut dengan menghadirkan sebuah solusi, yaitu Huawei MatePad 11. Sebuah tablet yang dapat menjadi penggerak produktivitas harian Anda dengan pengalaman menggunakan tablet seperti layaknya PC. Menghadirkan fitur serbaguna dengan harga yang bersaing. Disandingkan dengan aksesori seperti Huawei M-Pencil (generasi ke-2), produk ini adalah perangkat yang luar biasa untuk mendukung pekerjaan. ”

MatePad 11 merupakan tablet pertama dari Huawei yang menggunakan Harmony OS 2. Hal ini menandakan pertama kalinya untuk Huawei memindahkan sistem operasi perangkat tablet dari Android. Tentunya, Huawei masih mempertahankan kompatibilitas dengan aplikasi-aplikasi Android. Huawei sendiri juga sudah menambahkan beberapa aplikasi pada Huawei App Gallery.

Huawei MatePad 11 juga merupakan tablet Huawei pertama yang mendukung kecepatan refresh rate 120 Hz. MatePad 11 menghadirkan Multi-screen Collaboration PC-Tablet baru, termasuk tiga mode, yaitu Mirror Mode, Extend Mode, dan Collaborate Mode. Jadi, tablet ini nantinya bakal berfungsi sebagai monitor ke 2 jika dihubungkan dengan laptop Huawei dan hanya bisa pada laptop dengan merek yang sama tersebut.

 

Huawei MatePad 11 juga dapat dilengkapi dengan sebuah stylus yang memiliki nama M-Pencil. M-Pencil yang disematkan pada tablet terbarunya ini ternyata sudah merupakan generasi ke 2 dan memiliki latensi serendah 2 ms, sehingga ssaat menggambar akan menjadi lebih cepat. Huawei Smart Magnetic Keyboard dan mouse juga sudah didukung pada tablet ini sehingga nantinya akan beroperasi layaknya sebuah PC.

Selanjutnya adalah FreeBuds 4 yang merupakan set earbud open-fit pertama dengan teknologi dual-microphone noise cancellation, di mana mikrofonnya bisa menangkap kebisingan sekitar dengan akurasi yang jauh lebih tinggi. Huawei FreeBuds 4 menggunakan teknologi Adaptive Ear Matching (AEM) noise cancellation dan merupakan earbuds open-fit pertama yang mengimplementasikan teknologi ini. Saat noise cancellation diaktifkan, earbud secara otomatis mendeteksi bentuk telinga pengguna dan menentukan pengaturan optimal untuk setiap pengguna, menghasilkan pengalaman noise cancellation yang paling nyaman.

Huawei FreeBuds 4 mengadopsi peningkatan mesin bass, tabung bass, dan motherboard baru yang ditingkatkan untuk membentuk rongga suara yang dikunci secara independen. Dibandingkan dengan FreeBuds 3, Huawei FreeBuds 4 secara dramatis meningkatkan kedap udara dan tekanan akustik, dan volume tabung bass meningkat sebesar 15%, yang memberikan efek resonansi intensif dari udara dan diafragma.

Huawei MatePad 11 dijual dengan harga Rp. 7.299.000 dan dapat dipesan dengan cara pre-order hingga tanggal 13 Agustus 2021. Sedangkan Huawei Freebuds 4 dijual pada harga Rp. 2.199.000 dan dapat dipesan dengan cara yang sama dengan waktu yang sama pula dengan MatePad 11. Keduanya dapat ditemukan pada toko resmi online Huawei yang tersebar pada beberapa ecommerce.

Multi Screen Collaboration: Hanya untuk Laptop Huawei

Fitur tablet Huawei yang satu ini tentu saja sangat menarik. Hal tersebut dikarenakan kita seakan memiliki dua buah monitor yang dapat tersambung satu sama lainnya. Akan tetapi, apakah fitur ini bisa hadir di semua laptop yang dijual di pasar Indonesia, atau hanya untuk laptop Huawei saja.

Edy Supartono selaku Country Training Manager Huawei Indonesia mengatakan bahwa fitur ini memang eksklusif Huawei. Fitur ini tentu saja hanya bisa digunakan untuk disambungkan dari tablet Huawei ke laptop Huawei saja. Sebelumnya, Multi Screen Collaboration hadir pada perangkat smartphone Huawei saja.

Fitur ini nantinya hanya akan bisa digunakan pada perangkat Huawei yang sudah menggunakan Harmony OS. Untuk laptopnya, Huawei mengharuskan untuk melakukan update ke software PC Manager terbaru, yaitu 11.1. Jadi kombinasi inilah yang nantinya akan bisa menggunakan Multi Screen Collaboration tersebut.

Diciptakan untuk Era WFH, Logitech Zone True Wireless Datang dengan Sertifikasi Zoom, Teams, dan Google Meet

Lewat sederet webcam yang dijualnya, Logitech pada dasarnya ingin kita semua selalu tampil prima selama masa WFH. Sekarang, Logitech rupanya juga ingin kita tidak terlihat seperti sedang bekerja di sebuah call center lewat TWS baru bernama Logitech Zone True Wireless.

Apa yang membedakan Zone dari seabrek TWS lain di pasaran dalam konteks video conferencing? Jawabannya adalah sertifikasi resmi dari tiga platform video conference yang paling banyak digunakan saat ini: Zoom, Microsoft Teams, dan Google Meet. Dengan kata lain, Zone mampu memenuhi berbagai standar kualitas yang ditetapkan oleh masing-masing platform.

Bisa kita asumsikan salah satu standarnya berkaitan dengan kinerja mikrofon, dan di sini Logitech telah membekali Zone dengan tiga buah mikrofon noise cancelling di setiap earpiece-nya untuk menangkap suara pengguna secara jelas, bahkan di lingkungan yang berisik. Tentu saja Logitech juga tidak lupa membekalinya dengan tombol khusus untuk mute.

Sebagai perangkat yang diciptakan untuk mendampingi penggunanya bekerja, Zone turut dilengkapi fitur active noise cancellation (ANC) untuk memblokir suara-suara yang mengganggu di sekitar. Sebaliknya, fitur transparency mode juga tersedia sehingga, ketika dibutuhkan, pengguna dapat mendengarkan suara-suara di sekitarnya tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Zone mengandalkan driver berdiameter 12 mm untuk menghasilkan suara. Untuk koneksinya, pengguna dapat memilih antara Bluetooth 5.0 atau wireless via dongle USB. Kalau mau, Anda juga bisa menyambungkan Zone ke dua perangkat sekaligus (smartphone via Bluetooth, laptop via dongle USB) supaya bisa menggunakannya secara bergantian di kedua perangkat.

Dari segi estetika, Zone mengadopsi bahasa desain yang minimalis sekaligus modern, dengan pilihan warna hitam atau pink. Bodinya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IP68. Charging case-nya pun juga tidak keberatan berbasah-basahan meski hanya dibekali sertifikasi IP54.

Dalam sekali pengisian, Zone bisa bertahan hingga 6 jam waktu bicara atau 9 jam waktu mendengar dengan ANC menyala. Kalau ANC-nya dimatikan, waktu bicaranya naik menjadi 6,5 jam, sedangkan waktu mendengarnya menjadi 12 jam. Charging case-nya punya daya yang cukup untuk mengisi perangkat sebanyak 2,5 kali, dan ia sendiri dapat diisi ulang menggunakan kabel USB-C ataupun Qi wireless charger.

Logitech Zone Wired Earbuds / Logitech

Di Amerika Serikat, Logitech Zone True Wireless kabarnya akan dijual dengan harga $299. Bagi yang memerlukan alternatif yang lebih terjangkau, Logitech juga bakal menghadirkan Zone Wired Earbuds dengan banderol $99.

Sesuai namanya, Zone Wired masih sepenuhnya mengandalkan kabel, tapi colokannya dapat diganti-ganti sesuai kebutuhan antara 3,5 mm, USB-A, ataupun USB-C. Lagi-lagi yang jadi bahan jualan utama di sini adalah mikrofon noise-cancelling dengan sertifikasi dari tiga platform video conference itu tadi.

Sumber: What Hi-Fi dan Logitech.

Cuma $20, TWS JLab Go Air Pop Unggulkan Fitur yang Lengkap dan Baterai yang Awet

Sejak pertama kali didirikan di tahun 2005, JLab sudah dikenal sebagai produsen earphone dengan harga terjangkau. Lalu ketika era TWS tiba, JLab pun memutuskan untuk menerapkan formula yang sama di segmen tersebut. Hasilnya, tahun lalu konsumen disuguhi TWS seharga $29 bernama JLab Go Air.

Apakah $29 adalah batas terendah yang mampu dicapai oleh brand asal Amerika Serikat tersebut? Tentu tidak, dan itu mereka buktikan lewat TWS terbarunya, JLab Go Air Pop. Harganya? $20 saja. Namun yang lebih mengejutkan adalah bagaimana JLab justru dapat menyempurnakan sejumlah aspek selagi semakin menekan harga jualnya lebih jauh lagi.

Dari aspek fisik misalnya, Go Air Pop memiliki dimensi 15 persen lebih ringkas dan bobot 40 persen lebih ringan ketimbang Go Air. Di saat yang sama, Go Air Pop tetap mengusung sertifikasi ketahanan air IPX4 yang sama, dan daya tahan baterainya justru lebih awet meskipun ukurannya lebih mungil.

Dalam sekali charge, Go Air Pop diklaim mampu beroperasi selama 8 jam nonstop. Charging case-nya dapat mengisi ulang perangkat sebanyak tiga kali, memberikan total daya tahan baterai hingga sekitar 32 jam. Case milik Go Air Pop ini juga memiliki kabel USB terintegrasi seperti milik Go Air, akan tetapi bagian atasnya sudah dilengkapi penutup.

Harga jual serendah itu juga tidak mencegah JLab menyematkan kontrol sentuh pada Go Air Pop. Ini mengesankan mengingat Skullcandy Dime yang dihargai $25 saja tidak punya kontrol sentuh. Di Go Air Pop, kontrol sentuhnya dapat dipakai untuk play/pause, mengatur volume, menerima panggilan telepon, memanggil asisten virtual di smartphone, maupun memilih satu dari tiga preset equalizer yang tersedia.

Di balik masing-masing earpiece-nya bernaung driver dengan diameter 6 mm, sedangkan konektivitasnya mengandalkan Bluetooth versi 5.1. Fitur Dual Connect memungkinkan kedua earpiece-nya untuk digunakan secara terpisah maupun bersamaan.

JLab Go Air Pop rencananya bakal dipasarkan mulai akhir Agustus mendatang, tapi sejauh ini belum ada informasi kapan ia bakal masuk ke pasar tanah air. Selain warna hitam, tersedia pula warna lilac, merah, abu-abu, dan teal.

Sumber: Engadget.

Unik, Klipsch T5 II True Wireless ANC Dapat Dikendalikan dengan Gestur Kepala

Sekitar dua setengah tahun setelah memulai debutnya di ranah true wireless stereo, Klipsch akhirnya menyingkap TWS pertamanya yang dibekali teknologi active noise cancellation alias ANC. Dinamai Klipsch T5 II True Wireless ANC, penampilan fisiknya nyaris menyerupai T5 II biasa yang dirilis setahun lalu.

Cara kerja fitur ANC-nya cukup standar, yakni dengan melibatkan sepasang mikrofon pada masing-masing earpiece untuk menangkap sekaligus memblokir sebanyak mungkin suara di sekitar pengguna. Juga sudah menjadi standar di kalangan TWS premium adalah kehadiran fitur transparency mode yang punya cara kerja bertolak belakang dengan ANC.

Namun Klipsch tentu tidak akan puas dengan itu saja, apalagi mengingat TWS ini mereka luncurkan bersamaan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-75. Selain ANC, Klipsch turut mengintegrasikan teknologi optimasi audio Dirac HD Sound demi semakin menyempurnakan kualitas suara yang dihasilkannya. Kebetulan juga dynamic driver yang tertanam di T5 II ANC sedikit lebih besar diameternya di angka 5,8 mm.

Juga unik pada TWS ini adalah integrasi teknologi AI besutan Bragi, salah satu pelopor kategori TWS yang sejak tahun 2019 memutuskan untuk berfokus di bidang software dan AI. Bragi pada dasarnya telah merancang sebuah sistem operasi berfitur lengkap untuk TWS, dan Klipsch merupakan salah satu pabrikan pertama yang melisensikan teknologinya.

Salah satu fitur yang paling menarik adalah Bragi Moves, yang memungkinkan pengguna untuk mengendalikan TWS menggunakan gestur kepala, semisal mengangguk untuk menerima panggilan telepon, atau menggeleng untuk menolak panggilan telepon sekaligus untuk lompat ke track berikutnya.

Selanjutnya, ada fitur bernama Sidekicks yang dapat bekerja sesuai konteks, seperti misalnya mengaktifkan fitur transparency mode secara otomatis setiap kali panggilan telepon berlangsung. Namanya sistem operasi, fitur-fiturnya bisa terus ditambah lagi ke depannya melalui update demi update.

Terkait baterainya, Klipsch mengklaim daya tahan hingga 5 jam per charge, atau sampai 7 jam kalau ANC-nya dimatikan. Charging case-nya sendiri mampu mengisi ulang perangkat sebanyak dua kali, yang berarti total daya tahan baterai yang didapat adalah 15 jam dengan ANC, atau 21 jam tanpa ANC. Selain via kabel USB-C, charging case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan wireless charger.

Di Amerika Serikat, Klipsch T5 II True Wireless ANC saat ini sudah dipasarkan dengan harga $299. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: copper, gunmetal, dan silver. Alternatifnya, konsumen juga bisa menggaet edisi khusus McLaren yang dihargai $349.

Selisih harga $50 ini bukan sebatas ongkos untuk membubuhkan logo McLaren saja, melainkan juga untuk menebus sejumlah fitur ekstra, macam material serat karbon asli dan dukungan teknologi wireless charging NuCurrent. Dibandingkan teknologi Qi wireless charging biasa, NuCurrent diklaim mampu mengisi ulang perangkat dua kali lebih cepat.

Sumber: What Hi-Fi dan Klipsch.