Validasi Ide Startup: Pengertian, Faktor Harus Diperhatikan dan Cara Melakukannya

Salah satu hal paling awal yang harus dilakukan dalam mendirikan sebuah startup adalah dengan melakukan validasi ide. Tujuannya utamanya adalah agar kamu bisa meminimalisir kesalahan dan kerugian yang mungkin akan kamu alami.

Validasi ide dapat dilakukan dengan menguji berbagai ide yang telah kamu dapat agar sesuai dengan target pasar. Ide yang tidak sesuai dengan target pasar hanya akan mengakibatkan kerugian, baik dalam segi waktu maupun biaya. Oleh sebab itu, validasi ide juga dianggap sebagai langkap paling krusial dalam pendirian startup.

Lantas, apa itu validasi ide dan bagaimana cara melakukannya? Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel ini.

Apa Itu Validasi Ide?

Validasi ide merupakan tahap paling awal dalam mendirikan sebuah startup. Menguti dari situs Viima, validasi ide adalah sebuah proses mengumpulkan berbagai informasi mengenai ide yang didapat, melalui berbagai pengujian untuk mempercepat, menginformasikan dan meminimalisir risiko.

Tujuan utama dari tahap validasi ide adalah untuk mengetahui apakah ide yang diperoleh dapat diterapkan untuk mendirikan sebuah startup yang dapat bertahan di pasaran. Pasalnya, validasi ide berguna untuk mengurangi risiko, mempercepat pertumbuhan perusahaan, serta meminimalisir waktu dan biaya.

Untuk melakukan hal ini, kamu perlu memastikan beberapa hal, seperti apa tujuan dari ide tersebut, seperti apa bentuknya, dan apakah ide tersebut telah sesuai dengan target pasar yang diinginkan. Dengan hal tersebut, kamu bisa mengetahui masalah yang mungkin akan kamu dapatkan sejak awal dan mencari solusi untuk mengatasinya.

Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Validasi Ide

Karena perannya yang cukup krusial, validasi ide perlu diperhatikan dengan baik. Dikutip dari situs msmex, ada 3 faktor utama yang perlu diperhatikan dalam melakukannya, yakni:

Desirability

Faktor desirability bertujuan untuk memastikan bahwa produk yang kamu tawarkan dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar. Bahkan meski produk yang kamu tawarkan masih tergolong baru pun tetap akan diterima, selama hal tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah solusi terhadap suatu masalah.

Feasibility

Sementara feasibility bertujuan untuk memahami berbagai komponen yang kamu miliki dapat mendukungmu dalam mengembangkan dan menerapkan ide yang kamu punya. Dalam hal ini, kamu harus memastikan bahwa partner bisnis dan sumber daya yang kamu punya dapat mewujudkan hal tersebut. Dengan hal tersebut, kamu juga bisa menentukan target yang ingin kamu dapatkan secara lebih jelas.

Viability

Terakhir, viability berkaitan dengan keberlangsungan bisnis, di mana kamu perlu menentukan berbagai keputusan dan strategi yang bermanfaat untuk mendukung bisnismu agar terus berjalan. Berbagai keputusan tersebut meliputi keputusan jangka pendek maupun jangka panjang dengan melakukan berbagai pertimbangan sebelum memutuskannya.

Cara Melakukan Validasi Ide

Untuk melakukan validasi ide, kamu bisa menerapkan keenam langkah berikut.

Berbagi Ide dan Pemikiran dengan Orang-Orang Terdekat

Meski dianggap sepele, berbagi pemikiran dengan orang lain mengenai ide yang kamu miliki merupakan hal yang cukup penting. Pasalnya, kamu bisa mengetahui sudut pandang dari orang lain mengenai idemu.

Selain itu, kamu juga bisa mendapat feedback dari mereka agar idemu menjadi lebih matang. Kamu juga dapat mengetahui bagaimana reaksi dari mereka terlebih dahulu sebelum melihat bagaimana reaksi publik nantinya.

Lakukan Riset Pasar

Melakukan riset pasar adalah salah satu hal paling penting yang harus kamu lakukan sebelum mengembangkan idemu. Riset pasar bertujuan untuk membantumu mengetahui permasalahan apa yang mungkin dapat kamu alami dan bagaimana cara untuk mengatasinya.

Riset pasar juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana kompetitormu. Kamu bisa melakukan evaluasi mengenai produk mereka, bagaimana cara mereka bertahan, serta alasan apa yang mendasari konsumen memilih produk mereka.

Selain itu, riset pasar juga berguna untuk meningkatkan kematangan dan keyakinan akan produk yang kamu tawarkan. Dengan begitu, kamu bisa melihat celah produkmu dan hal apa yang harus kamu lakukan untuk memperbaikinya.

Luncurkan Prototype Produk

Prototype sering kali dikenal sebagai tester yang diluncurkan sebelum meluncurkan produk yang sesungguhnya untuk mengetahui respon pasar. Dengan prototype, kamu bisa mendapat feedback langsung dari orang-orang yang telah mencoba produkmu.

Salah satu cara efektif untuk mengetahui feedback yang kamu dapatkan adalah dengan meluncurkan survei. Kamu bisa mengetahui ketertarikan mereka terhadap produk yang kamu tawarkan serta feedback-nya.

Buat Skema tentang Haga dan Linimasa

Jika kamu sudah yakin dengan konsep dan ide yang kamu miliki, maka sudah saatnya kamu mulai melakukan validasi terhadap ide tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membuat skema tentang harga dan linimasa untuk ke depannya. Tak hanya itu, kamu juga bisa memprediksi berapa keuntungan yang kamu peroleh dengan melakukan hal ini.

Pasarkan Produkmu sebelum Didirikan

Salah satu cara untuk melakukan validasi terhadap idemu adalah dengan menguji apakan konsumen akan benar-benar membeli produkmu, bahkan sebelum perusahaanmu didirikan. Jika cara-cara di atas dapat kamu lakukan dengan sukses, maka sudah saatnya untuk menguji apakah calon konsumen akan mau membeli dan menggunakan produk yang kamu tawarkan.

Lakukan Crowdfunding untuk Membantu Mendirikannya

Langkah terkahir adalah dengan melakukan kampanye crowdfunding. Cara ini dapat kamu lakukan agar terhubung dengan orang-orang yang mau membeli produkmu, bahkan sebelum produk tersebut diluncurkan.

Jika kampanye ini sukses, kamu bisa mulai meneruskan idemu dengan terus memproduksi produk yang kamu tawarkan tersebut. Jika kamu gagal, maka hal tersebut berarti kamu perlu melakukan penyesuaian lagi karena ide tersebut tidak cukup bagus untuk diteruskan.

Nah, itulah penjelasan mengenai tahap validasi ide dalam mendirikan sebuah startup. Perlu diingat bahwa selain validasi ide, kamu juga perlu menerapkan dan mengeksekusi ide tersebut dengan baik agar tujuan bisnismu dapat semakin cepat tercapai.

Bagaimana Melakukan Validasi Ide Usaha Jasa ala CEO Sribu, Ryan Gondokusumo

Validasi ide adalah langkah yang penting dalam membangun usaha, termasuk usaha jasa. Namun, sayangnya, langkah ini seringkali terlewat dan membuat ide usaha berujung gagal direalisasi.

Untuk menghindarinya, Anda perlu memahami dan menerapkan langkah yang tepat dalam memvalidasi ide usaha. Tapi, sebelum itu, kita simak dulu pengertian dari validasi ide usaha berikut ini.

Pengertian Validasi Ide Usaha

Validasi ide usaha (idea validation) merupakan proses mengumpulkan bukti dengan melakukan eksperimen untuk menilai apakah sebuah ide layak direalisasikan atau tidak. Kata ‘layak’ di sini memiliki arti apakah ide usaha tersebut menjawab kebutuhan target market atau tidak.

Melakukan validasi ide usaha memiliki banyak manfaat untuk Anda yang baru memiliki ide usaha dan berencana mewujudkannya, di antaranya adalah mengurangi risiko kegagalan dan meminimalisir biaya.

Langkah-Langkah Validasi Ide Usaha Jasa

Sumber: pixabay

Untuk bisa melakukan validasi pada ide usaha jasa Anda, Anda tentu perlu mengetahui apa saja langkah-langkahnya. Kali ini, CEO dari marketplace jasa Sribu, Ryan Gondokusumo, membagikan informasi mengenai langkah-langkah untuk memvalidasi ide usaha jasa. Berikut adalah rangkumannya.

Menentukan Target Market

Setelah mendapatkan ide usaha, pastikan Anda menentukan target market usaha Anda. Target market ini juga akan membantu Anda dalam melakukan langkah selanjutnya, yakni survei market.

Untuk membantu menentukan target market, Anda bisa menggunakan informasi mengenai bagaimana Anda akan memasarkan usaha serta mengetahui kebutuhan konsumen.

Survei Market

Menurut keterangan Ryan, survei market adalah cara yang paling tepat untuk memvalidasi ide usaha, terutama usaha jasa. Mengapa? Seperti yang telah dipaparkan di atas, ia berpendapat cara ini dapat membantu Anda mengetahui apakah usaha yang kita tawarkan dibutuhkan atau tidak oleh target market.

Dalam melakukan survei market, Ryan menyebutkan ada lima poin yang harus dicatat dan dipertanyakan, antara lain:

  • Apakah target market membutuhkan jasa Anda?
  • Bagaimana cara target market mendapatkan jasa Anda?
  • Seberapa painful prosesnya?
  • Berapa harga yang bisa di-afford oleh target market?
  • Seberapa besar marketnya?

Dengan mempertanyakan lima poin tersebut akan membantu Anda mengetahui beberapa hal terkait kelayakan ide usaha Anda.

“Kenapa, sih, lima hal ini penting? Karena kalau kita tidak melakukannya, banyak yang mungkin terjadi. Misalnya, usaha yang kita buat peminatnya tidak banyak, usaha yang kita buat itu ternyata nice to have dan bukan sesuatu yang merupakan pain point (kebutuhan) mereka, usaha yang kita buat itu ternyata harganya tidak masuk ke budget mereka, atau usaha yang kita buat itu ternyata sudah banyak pemainnya walaupun banyak yang butuh,” jelas Ryan.

Kemudian, CEO dari Sribu itu juga memberikan tips dalam melakukan survei market. Pertama, usahakan survei dengan jumlah sampel minimal 100. Kedua, jangan lakukan survei pada orang-orang terdekat di sekitar Anda karena orang-orang terdekat belum tentu merupakan target market usaha Anda.

Apa yang Harus Dilakukan Setelah Memvalidasi Ide Usaha Jasa?

Setelah melaksanakan survei market untuk memvalidasi ide usaha, Ryan juga memaparkan langkah apa yang harus Anda ambil selanjutnya, yakni melakukan product test dan mewujudkan ide usaha tersebut.

Product Test

Product test merupakan step yang dilakukan setelah ide usaha jasa Anda dinyatakan layak melalui validasi ide usaha. Meskipun ide usaha sebelumnya telah dinilai layak, product test tetap perlu dilakukan sebelum merealisasikan ide usaha.

Menurut Ryan, product test atau prototyping adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah produk atau jasa Anda sesuai dengan PMF (Product Market Fit). Dalam melakukan product test, Ryan juga memberikan tips agar sebaiknya dilakukan dengan biaya semurah mungkin dan waktu secepat mungkin.

Build Portfolio

Membangun portofolio adalah langkah awal yang perlu Anda tempuh untuk merealisasikan ide usaha jasa. Sebelumnya Anda mungkin sudah menentukan harga dari jasa Anda, namun Anda pastinya tetap akan menerima negosiasi dari customer.

Untuk awal, Anda bisa menerima pesanan dengan harga di bawah yang Anda tetapkan. Yang terpenting adalah Anda bisa membangun portofolio Anda terlebih dahulu.

Apabila Anda kemudian telah memiliki kemampuan dan portofolio sebagai bukti, Anda akan mendapatkan lebih banyak klien dan bisa memilih untuk menerima pesanan dengan harga yang sesuai seperti yang Anda tetapkan.

Tips Mencari Ide Usaha Jasa

 

Sumber: pixabay

 

Di atas Anda telah mengetahui bagaimana cara mengeksekusi ide yang dinilai telah layak melalui validasi ide usaha. Tapi, bagaimana jika ide yang Anda miliki ternyata tidak layak? Jawabannya adalah Anda selalu bisa mencari ide usaha yang lain.

Selain memberikan informasi mengenai cara memvalidasi ide usaha, Ryan juga membagikan beberapa tips dalam mencari ide usaha jasa. Simak rangkumannya di bawah ini.

Mencari Bidang Keahlian

Tips pertama dalam mencari ide usaha jasa adalah mencari bidang keahlian. Namun, sebaiknya Anda fokus pada bidang jasa apa yang Anda kuasai.

“Kembali lagi ke kita. Sebenernya kita itu penyedia jasa apa?” kata Ryan.

Membangun dan menjalankan usaha jasa yang sesuai dengan keahlian Anda tentu akan lebih mudah dan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses.

Tidak Harus Unik

Berbeda dengan usaha produk fisik yang perlu keunikan dan berbeda dari yang lain, Anda tidak perlu keunikan dalam membangun usaha jasa. Lalu, bagaimana cara bersaing dengan usaha jasa lain yang serupa?

Untuk bisa bersaing dengan usaha lainnya, Anda perlu fokus pada expertise, portofolio, dan pengalaman.

“Semakin kita menambah pengalaman, maka akan semakin bagus hasilnya dan kita bisa charge harga lebih tinggi, serta mendapatkan lebih banyak klien.”

Kiat Menjalankan Usaha Jasa ala Sribu

Berhasil mewujudkan ide usaha Anda? Berikutnya, simak beberapa pesan dan kiat dalam menjalankan usaha jasa ala CEO dari marketplace jasa Sribu.

Explore Industri yang Sedang Booming

Tidak harus unik bukan berarti Anda tidak perlu mengeksplor. Agar tetap bisa relate dengan pasar yang ada saat ini, eksplorasi sangat diperlukan. Anda bisa mengeksplor industri yang tengah booming untuk kemudian Anda terapkan pada usaha jasa Anda.

Sebagai contoh, misalnya Anda ingin menjalankan usaha di bidang kepenulisan dan saat ini industri finansial tengah ramai diperbincangkan. Anda bisa menawarkan jasa penulisan mengenai industri finansial sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.

Tingkatkan Fokus dan Kemampuan

Menurut Ryan, saat ini dunia semakin mendukung para penyedia jasa yang menghasilkan digital product seperti Anda. Dengan perkembangan digital yang pesat dan adanya marketplace jasa berisi banyak projek, seperti Sribu, tentu akan membantu Anda untuk bisa menghasilkan uang di mana saja.

Ryan juga membagikan cerita beberapa penyedia jasa di Sribu yang bisa mendapatkan proyek-proyek dari klien-klien besar di Jakarta meskipun mereka berada di luar Jakarta.

“Karena yang kita sediakan ini kan semuanya digital goods ya. Jadi, kita nggak perlu ke office tapi kita bisa dapet project-project. Seperti freelancer kita banyak yang dapat project-project dari klien-klien gede dari Jakarta padahal mereka tinggal di daerah.”

Nah, dengan semakin mudahnya akses menjalankan usaha jasa ini, Ryan berpendapat bahwa meningkatkan fokus serta kemampuan sangat penting dilakukan agar dapat sukses dalam menjalankan usaha jasa.

Meningkatkan kemampuan ini bisa Anda lakukan seiring dengan semakin banyaknya proyek dan pengalaman yang Anda dapatkan.

Instead of being konsisten, kita itu harus keep growing ya. Jadi, semakin kita dapat banyak job, kita harus semakin banyak belajar. Apalagi urusan teknologi sama digital berubah terus nowadays,” jelas Ryan.

Demikian informasi yang dibagikan oleh Ryan Gondokusumo selaku CEO dari salah satu marketplace jasa terbesar di Indonesia, Sribu, dalam memvalidasi dan mencari ide usaha jasa.

Setelah mengetahui dan memahami langkah-langkahnya, pastikan Anda tidak lagi melewatkan step validasi ide usaha untuk mengurangi risiko kegagalan dalam merealisasikan ide usaha jasa Anda.

Header by Pixabay.

Validasi Ide: Sebuah Awal Penting bagi Startup

Melakukan validasi ide merupakan kegiatan fundamental yang penting untuk dilakukan para pelaku startup. Bahkan, dapat dikatakan fase ini merupakan fase krusial dimana founder dapat melihat apakah ide startup yang dimiliki dapat diterima oleh pasar dengan baik atau tidak.

Setiap orang bisa membuat ide bisnis. Akan tetapi, tanpa divalidasi dengan baik ide tersebut belum dapat dibuktikan skalabilitasnya. Hal ini juga yang menjadi topik pertama dalam rangkaian mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 bersama Amazon Web Services (AWS). Pada sesi mentoring yang dilakukan sebanyak dua sesi ini, DSLaunchpad 2.0 menghadirkan Pandu Sjahrir (Managing Partner of Indies Capital Partners) dan Willson Cuaca (Co-Founder of East Ventures) sebagai mentor untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya terkait idea validation kepada para peserta.

Dimulai dengan Memastikan Problem Statement

Salah satu unsur penting yang harus diperhatikan oleh para founder ketika melakukan validasi ide adalah memastikan problem yang ingin diselesaikan oleh ide tersebut. Setelah menentukan problemnya, founders harus dapat mem-breakdown apa yang harus diketahui dan dilakukan untuk merealisasi ide bisnis tersebut. “Pertama (untuk melakukan idea validation) kita tau dulu apa yang mau kita address, isunya apa, dari situ berapa besar marketnya, dan apa yang membuat orang pakai barang kita.” ujar Pandu Sjahrir.

Proses menentukan problem statement dalam validasi ini juga berguna untuk membantu Anda melihat beberapa hal seperti:

  • Apakah ide ini nantinya akan berguna di masyarakat,
  • Apakah ide ini dapat meningkatkan efisiensi pada suatu sistem,
  • Melakukan pembentukan formula produk di awal untuk menemukan perbedaan dengan para kompetitor; serta
  • Sebagai bahan untuk meyakinkan investor terhadap scalability.

At the end of the day, kecuali punya dana sendiri, itu pasti (penting untuk melakukan) validasi dulu karena Anda ingin menggunakan dana pihak ketiga. Dia (pihak ketiga) akan meminta apa yang membuat Anda convince dengan hipotesis (bisnis) Anda, di luar presentasi yang bagus.” tambah Pandu Sjahrir.

Interaksi dengan Konsumen untuk Dapatkan Feedback selama Validasi

Untuk melakukan validasi, tentunya sebagai founder Anda perlu berinteraksi dengan para konsumen maupun calon konsumen. Feedback dari konsumen dalam fase ini dapat menjadi acuan untuk iterasi berikutnya hingga ide tersebut benar-benar dapat menyelesaikan problem yang dimiliki oleh konsumen. Terkait hal ini, Willson Cuaca mengatakan, “Tentukan problemnya, bangun produknya, kemudian coba cocokkan apakah problem itu bisa diselesaikan, ngomong ke banyak orang, dapatkan feedback, cocokkan lagi, bener gak problemnya selesai, jadi banyak trial and error. Tapi problem statement itu harus very clear.

Di satu sisi, selain menyelesaikan masalah yang ada, bertanya ke konsumen juga merupakan hal yang krusial untuk mengetahui apakah produk yang dibuat dapat diterima atau tidak oleh pasar. “Tanya ke user apakah problem yang dimiliki bisa diselesaikan dengan baik. Itu baru ide dan validasi pertama: product-market fit, kita belum bicara tentang monetisasi dan lain-lain.” tambah Willson

Berinteraksi untuk mendapatkan feedback langsung dari pengguna juga dapat menghindarkan Anda dari founder bias, dimana para founder merasa bahwa idenya adalah ide yang terhebat, terbaik, terbaru, dan tidak ada founder lain yang dapat meniru idenya. Untuk itu, dalam proses ini sebaiknya founder juga turut mendengarkan hal-hal buruk terkait idenya, sehingga dapat melakukan iterasi dengan lebih baik. Pandu Sjahrir juga menegaskan bahwa hal ini merupakan kesalahan yang banyak dilakukan oleh para founder. “Kesalahan terbesar banyak founders adalah tidak mau mendengarkan orang dan tidak mau mendengarkan customer.” tegasnya.

Eksekusi sebagai Bagian dari Langkah Awal Memvalidasi Ide

Namun, proses validasi ide tidak berhenti sampai disitu saja. Justru hal yang paling penting dilakukan oleh para founder dalam proses ini adalah mengeksekusi ide tersebut. Dalam pembuatan ide, bisa saja seorang founder memiliki ide yang sama dengan founder lainnya. Namun yang akan membedakan ide tersebut adalah bagaimana ide tersebut dieksekusi dan siapa yang mengeksekusinya.

Menurut Willson Cuaca, langkah pertama dalam proses validasi ini adalah melakukan eksekusi. “Jadi langkah pertama dari semua itu adalah eksekusi ide kamu, jangan merasa ide itu adalah ide terbaik, (lalu) coba validasi.” Hal senada juga diutarakan oleh Pandu Sjahrir, Ia berujar bahwa pada akhirnya percuma memiliki ide yang banyak bila tidak bisa dieksekusi. “At the end of the day, bisa punya ide banyak tapi kalau gak bisa eksekusi kan what for.” ucapnya.

Kekhawatiran yang mungkin muncul ketika melakukan eksekusi adalah hasil yang kurang memuaskan atau tidak sesuai ekspektasi. Akan tetapi, dari kekurangan atau kegagalan tersebut masing-masing founder dapat melihat apa yang perlu diperbaiki dan diiterasi dari ide startupnya. “Tidak ada namanya eksekusi 100% baik, tapi yang ada itu adalah eksekusi yang efisien, yang tepat sasaran, pada waktu yang tepat, tempat yang tepat, problem yang tepat, dan mendapat feedback yang baik dari user. Feedback itu digunakan untuk (selanjutnya) melakukan eksekusi yang baik lagi.” ujar Willson terkait eksekusi kepada para peserta webinar.

Eksekusi adalah hal krusial sebagai bagian dari proses melakukan validasi ide, Willson juga berkata bahwa semakin cepat melakukan eksekusi ide, para founder bisa belajar lebih cepat untuk perbaikan di masa mendatang. “Semakin menunggu, semakin kamu telat dibanding yang lain, dengan semakin cepat mengerjakannya, bukan artinya kamu mendapat first mover advantage saja, tapi kamu bisa belajar dengan lebih cepat dari orang yang mungkin mengeksekusinya besok.” tegasnya.

Dengan melakukan validasi ide, para founder dapat segera mengidentifikasi problem sekaligus menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan problem tersebut. Selain itu, founder juga harus tetap terus memikirkan misi dan mimpi apa yang ingin mereka capai melalui ide bisnis tersebut. Akan tetapi, hal tersebut juga harus dilakukan dengan mengeksekusi ide tersebut. Dengan begitu, para founder dapat terus melakukan iterasi sampai menemukan formula yang tepat dalam penyusunan ide bisnisnya.

Proses Memvalidasi Ide

Memvalidasi selalu menjadi pembahasan menarik bagi para pebisnis. Karena pada dasarnya ide selalu menjadi penghambat untuk mengambil keputusan. Entah ragu-ragu karena belum yakin dengan ide atau gagal karena ide terlalu dini dieksekusi tanpa perhitungan yang matang. Banyak cerita sukses mengenai bagaimana menggali potensi ide dan juga tips-tips yang dibagikan para penggiat bisnis mengenai validasi.

Dalam seri validasi kali ini, saya coba menuliskan tips Eric Ries, penulis buku The Lean Startup yang juga penggiat bisnis startup.

Memanfaatkan pandangan tentang user experience

Sebagai seorang pebisnis, wawasan dan pengalaman di bidang yang akan digeluti bisa menjadi modal yang sangat kuat. Dengan pengalaman, wawasan dan sudut pandang bayangan produk atau layanan yang ingin dikembangkan bisa didesain sejak awal.

Misalnya jika Anda ingin membuat sebuah layanan teknologi finansial tentang pinjaman, menyuguhkan pengalaman pengguna yang sempurna (mulai dari mendaftar menjadi anggota hingga mengajukan pinjaman) adalah hal wajib. Atau jika yang sedang dikembangkan adalah produk yang berada di industri pendidikan, maka melakukan rancangan dari sudut pandang siswa, guru atau orang tua murid bisa sangat membantu memberi gambaran seperti apa produk akan dikembangkan.

Ini lebih seperti menuangkan apa yang terbaik bagi pengguna ke dalam rancangan produk yang ingin dicapai. Dengan memiliki pengalaman personal tentu menjadi sebuah keuntungan.

Mengidentifikasi Critical Assumptions

Critical assumptions sederhananya merupakan fakta atau karakteristik tentang gambaran bisnis yang sedang dibangun. Semakin banyak asumsi kritikal yang diidentifikasi semakin sedikit risiko yang dihadapi. Asumsi-asumsi ini yang akan menguatkan apakah produk layak dikembangkan atau berhenti sebagai ide semata.

Contoh sederhananya, ketika kita mencoba menangkap peluang sebagai penyedia layanan pendidikan yang menghubungkan orang tua dengan murid untuk memantau kegiatan pemebelajaran anaknya asumsi yang harus diidentifikasi harus lebih lengkap. Tidak sebatas ada kebutuhan untuk membangun itu.

Identifikasi juga kebutuhan-kebutuhan terkait fitur, platform yang digunakan dan yang paling penting apakah orang tua atau guru bekenan merogoh koceknya untuk berlangganan layanan dibangun. Jangan-jangan mereka hanya mengutarakan sesuatu yang mereka harap mendapat gratis. Karena mencari cara mendapatkan keuntungan dari produk atau layanan juga merupakan hal yang krusial.

Membangun versi awal untuk memvalidasi critical assumption

Setelah berhasil mengidentifikasi critical asusumption langkah selanjutnya yang bisa ditempuh adalah dengan membangun versi awal dari produk. Versi awal ini digunakan untuk memvalidasi apakah identifikasi di tahap sebelumnya valid atau hanya sebatas asumsi.

Versi awal produk ini juga menjadi langkah awal untuk memisahkan apa-apa yang bisa divalidasi dan apa yang hanya sebatas asumsi atau pemikiran-pemikiran yang nyatanya tidak tervalidasi di lapangan. Jika berada di tahap ini dan Anda bukan seorang yang memiliki kemampuan coding, bersiaplah untuk mencari tim atau mengajak kenalan untuk bergabung.

Luncurkan dan ukur

Setalah berhasil membangun produk awal atau biasa disebut dengan MVP (minimun viable product), Anda bisa memperkenalkan produk ke khalayak ramai dan melihat reaksi mereka. Tentunya tidak lupa membuka diri terhadap segala bentuk kritik dan masukan, dari target potensial atau calon pengguna Anda. Mulai cari tahu di mana letak kebutuhan yang perlu diperbarui dan juga kemungkinan menentukan harga. Selalu ukur capaian seperti angka pendaftar baru, kunjungan halaman, mereka yang kembali setelah menginstalasi hingga mereka yang memutuskan untuk tidak kembali.

Berdasarkan angka-angka itu dan segala pengukuran yang dilakukan, segera ambil tindakan, baik mengubah arah haluan dan target pengguna atau terus melanjutkan dengan penyempurnaan.