Venturra Capital Pimpin Pendanaan Seri A Senilai 70 Miliar Rupiah untuk Marketplace Mobil End-to-End Singapura Carro

Marketplace mobil end-to-end Carro yang berbasis di Singapura mengumumkan perolehan pendanaan Seri A sebesar $5,3 juta (atau sekitar Rp 70 miliar) dari konsorsium investor yang dipimpin oleh Venturra Capital. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini 2 VC Indonesia lainnya (Alpha JWC Ventures dan Skystar Capital) dan sejumlah investor yang berbasis di Singapura, Jepang, dan Tiongkok. Carro segera berekspansi ke Indonesia, Malaysia, dan Thailand paling lambat akhir tahun ini.

Carro, berasal dari kata “Car Hero”, didirikan bulan November 2015 oleh 5 orang co-founder yang sama-sama pemegang beasiswa pemerintah Singapura IDA National Infocomm Scholarship. Satu di antaranya adalah orang Indonesia, Aditya Lesmana. Berbeda dengan marketplace mobil lainnya, tak hanya menghubungkan penjual dan pembeli, Carro terlibat dan memfasilitasi proses dari ujung ke ujung, berbentuk inspeksi mobil, test drive, hingga bantuan kredit mobil (terutama untuk mobil bekas).

Termasuk dalam pengumuman kali ini adalah peluncuran aplikasi mobile Carro Workshop yang memberikan rekomendasi bengkel terkait jenis-jenis layanan perbaikan yang dibutuhkan, rating dan reputasi bengkel, dan lokasi. Secara total, selama 6 bulan berdiri, tim Carro telah meluncurkan 4 jenis layanan.

Managing Partner Venturra Capital Stefan Jung tak dapat menyembunyikan kekagumannya. Ia mengatakan, “Tim Carro mengesankan kami dengan kemampuan teknis, ambisi besar, dan traksi yang mereka peroleh hingga saat ini. Aaron [CEO Carro Aaron Tan] dan timnya telah membangun platform yang jauh lebih bagus, untuk pembeli dan penjual, dibanding platform yang sudah ada.”

Secara performa, Carro mengklaim mencatat pertumbuhan lebih dari 30% setiap bulannya dan berharap bisa memperoleh total nilai layanan mencapai SG$100 juta hingga akhir tahun ini. Memang permasalahan utama penjualan mobil bekas adalah bagaimana konsumen mendapatkan informasi detil soal kualitas mobil dan berapa harga yang pantas saat membelinya. Marketplace biasa hanya sekedar menawarkan tempat berjualan, sementara tren startup terbaru di sektor ini berusaha melangkah lebih jauh untuk membantu penjual dan pembeli mendapatkan harga dan produk terbaik.

Di Indonesia, Carro akan berhadapan langsung dengan MobilKamu yang memiliki model bisnis serupa.

CEO Carro Aaron Tan, terhadap perolehan pendanaan kali ini, berkomentar, “Putaran pendanaan kali ini menegaskan komitmen kami untuk menyediakan pembeli dan penjual kami tingkat kepercayaan dan transparansi yang lebih tinggi. Kami memperoleh pendanaan dari lebih dari 10 institusi investor yang mewakili berbagai negara untuk menyiapkan kami memasuki tiap-tiap pasar tersebut. Kami berada di jalan yang tepat untuk membawa Carro ke lebih dari 350 juta orang di Singapura, Indonesia, Malaysia, dan Thailand hingga akhir tahun 2016.”

“Cash Burn Rate” Startup di Indonesia Masih Dianggap dalam Taraf Wajar

Dalam presentasinya di Echelon Indonesia 2016 yang membedah perkembangan iklim investasi di wilayah Asia Tenggara, Managing Partner Venturra Capital, Stefan Jung menyebutkan bahwa investasi di kawasan ini masih dalam taraf sehat.

Faktor yang bisa menjadi sinyal positif adalah cash burn rate startup, yang biasanya digunakan untuk subsidi atau biaya akuisisi konsumen, masih sehat. Contohnya adalah pengeluaran untuk kantor tidak berlebih dibandingkan dengan pendapatan. Pengeluaran dari berbagai startup ini, menurut pantauan Stefan, juga masih bisa dibilang sehat.

Selain alasan cash burn rate yang masih di taraf normal, pandangan Stefan yang positif ini juga disokong oleh beberapa faktor, seperti dana yang ada memiliki masa komitmen yang cukup lama (hingga 8-10 tahun) dan jumlah startup yang gugur atau tidak berhasil masih dalam taraf normal dan tidak mengkhawatirkan.

stefan

Menggunakan data, salah satunya dari Golden Gate Ventures, Stefan menampilkan data bahwa level startup dalam mendapatkan funding di wilayah Asia Tenggara telah mencapai level baru. Ia menampilkan beberapa contoh funding yang belum lama ini terjadi dan banyak di antaranya yang bernilai besar berkaitan dengan startup Indonesia, antara lain Bukalapak, Grab, Lazada, Tokopedia, Traveloka, Gojek, dan MatahariMall.

Stefan juga menampilkan daftar singkat beberapa VC yang paling aktif di Asia Tenggara. Nama seperti East Ventures, 500 Startups, Golden Gate Ventures masuk di sana.

stefan 4

Meski pendapat Stefan ini bisa dibilang mengambil posisi positif dalam memandang iklim investasi startup, namun ia juga memberikan beberapa catatan untuk ekosistem startup yang ada di Asia Tenggara. Salah satunya adalah kualitas revenue yang kini harus menjadi pertimbangan startup dalam menjalankan perusahaan mereka. Tidak hanya fokus mencari growth saja, tetapi trennya kini harus pula memperhatikan revenue karena proses penggalangan dana di fase berikutnya (late stage) tak akan semudah saat awal.

Mitos tentang ekosistem startup

Ada beberapa mitos yang ingin dipatahkan Stefan tentang ekosistem startup di Asia Tenggara, salah satunya adalah tentang “keharusan” untuk ekspansi ke pasar internasional secepat mungkin. Stefan berpendapat bahwa startup harus menimbang secara tepat sebelum memutuskan untuk berekspansi. Memutuskan untuk melebarkan sayap ke luar negara haruslah memanfaatkan timing yang tepat dan sebelumnya sudah mengenal bisnis yang dijalani.

Ada tiga faktor utama yang harus diperhatikan saat melakukan ekspansi, yaitu nilai ekonomi, kemampuan organisasi (misal: leadership, mampukah mengelola tim lokal ketika berkembang dengan tim negara lain, pengetahuan tentang pasar yang akan disasar, kemampuan funding untuk menyokong pelebaran ke pasar yang baru), dan seberapa yakinkah ketika akan mengambil keputusan untuk melebarkan sayap ke negara lain.

stefan 13

Mitos yang lain adalah pendapat tentang belum siapnya ekosistem startup di Asia Teggara. Stefan menjelaskan bahwa ekosistem yang ada di kawasan saat ini telah berkembang pesat dan sudah siap mendukung pertumbuhan dan perkembangan startup. Beberapa acuan yang mendukung pendapat ini antara lain: kemampuan talenta di area ini terus berkembang, munculnya banyak co-working, hadirnya beragam akselerator dan inkubator serta yang terakhir cara yang berhubungan dengan ekosistem startup semakin banyak muncul.

Secara garis besar, Stefan memiliki pandangan yang positif dengan iklim investasi yang ada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dengan pertumbuhan seperti sekarang, VC sebagai pemberi dana juga harus ikut berkembang dan menaikkan batas mereka untuk membantu startup. Menurut Stefan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk masuk dan terjun dalam iklim atau ekosistem startup, terutama bagi investor.

Pembicara Ini Akan Berbagi ‘Ilmu’ Tentang Investasi di Acara Echelon Indonesia 2016

Investasi dan startup adalah dua hal yang saling berdekatan. Meski tidak selalu satu dan yang lain saling membutuhkan. Startup memang bisa saja berkembang secara bootstrap, tetapi investasi terkadang dibutuhkan untuk scale.

Berbicara tentang iklim investasi startup di Asia Tenggara, banyak hal unik yang harus dibahas. Informasi yang relevan dan bisa dipercaya sangat dibutuhkan. Untuk mendapatkan informasi terkait iklim investasi di Asia Tenggara, Echelon Indonesia 2016 adalah tempat yang tepat.

Salah satu pembicara yang bisa membagi informasi tentang seperti apa iklim investasi di Asia Tenggara adalah Stefan Jung. Stefan akan berbicara dengan tema ‘Debunking Startup Investment Myths in SEA’.

stefan jung

Pengalaman Stefan di wilayah Asia Tenggara sudah tidak diragukan lagi. Mulai dari mendirikan startup, menjadi co-founder berbagai perusahaan yang kini telah mendapatkan pendanaan ratusan juta dolar AS (Zalora dan Lazada), sampai mengelola lembaga investasi yang didukung Lippo Group, Venturra Capital.

Pembaca DailySocial yang tertarik untuk mendapatkan informasi tentang iklim investasi di Asia Tenggara dan bahasan membongkar mitor investasi di kawasan ini, bisa langsung membeli tiket Echelon 2016 Jakarta lewat tautan ini.

Echelon Indonesia disokong visi utama untuk berinovasi, memberikan dorongan dan membantung mengembangkan ekosistem startup. Acara ini akan menjadi platform penting yang didesain untuk startup, SME, dan perusahaan berbasis teknologi.

Jangan terlewat, gunakan kode “EMPOWER20” dan dapatkan potongan diskon 20%. Informasi lengkap acara bisa dilihat di tautan ini.

Pasca Perolehan Pendanaan, Layanan Berlangganan Pusat Kebugaran KFit Segera Perluas Layanan ke Indonesia

Setelah mendapatkan pendanaan Seri A sebesar $12 juta dari Venturra Capital, SIG, dan Axiata Digital Innovation Fund, aplikasi KFit yang menawarkan keanggotaan di berbagai pusat kebugaran tampaknya dalam waktu dekat akan berekspansi ke Indonesia. Layanan ini sempat membuka lowongan pekerjaan yang berbasis di Jakarta.

Telah hadir di 8 negara, Indonesia merupakan negara tujuan selanjutnya untuk ekspansi di Asia Tenggara. Rencana ini dibuktikan dengan sempat beredarnya iklan lowongan pekerjaan yang dibuka KFit khusus untuk Indonesia. Posisi yang dicari KFit adalah Business Development Executive.

Kapan rencana KFit akan meresmikan layanannya di Indonesia, hingga kini DailySocial belum mendapatkan konfirmasi. Indikator menarik jelas adalah masuknya Venturra Capital, yang berbasis di Jakarta, sebagai pemimpin putaran pendanaan kali ini.

Melihat kemudahan yang ditawarkan, KFit sepertinya menjawab kegelisahan masyarakat  yang ingin rutin berolahraga di pusat kebugaran dan kerap disulitkan dengan persyaratan pendaftaran, pembatalan, keterbatasan lokasi penggunaan pusat kebugaran dan tempat fitness hingga biaya bulanan yang dibebankan.

“Kami dari KFit selalu bertanya bagaimana cara terbaik untuk membantu masyarakat menemukan tempat fitness dan pusat kebugaran di sekitar. Akhirnya kami membuat aplikasi yang tepat untuk menjawab kebutuhan tersebut,” kata CEO KFit Joel Neoh kepada TechCrunch.

KFIT adalah layanan online-to-offline untuk keanggotaan di pusat kebugaran. Melalui aplikasi di iOS dan Android dan membayar biaya keanggotaan bulanan, pengguna sudah bisa berolahraga di berbagai tempat kebugaran di lokasi yang sudah bermitra. Saat ini KFIT telah bermitra dengan 4500 pusat kebugaran dan tempat fitness, serta menerima 250 ribu reservasi dari pengguna.

Ingin menjadi active lifestyle platform

Berawal dari model bisnis yang memudahkan pengguna untuk mendaftarkan diri menjadi anggota pusat kebugaran, saat ini KFit telah melakukan inovasi dengan menambahkan fitur-fitur baru serta pilihan lebih kepada pelanggan.

“Saat ini KFIT mulai berevolusi menjadi ‘active lifestyle platform’ yang nantinya akan memperluas layanannya lebih dari sekedar pusat kebugaran dan tempat fitness saja.” kata Joel.

Ekspansi tersebut nantinya akan memfokuskan seputar layanan kebugaran terpadu, bukan menjadi marketplace alat-alat olahraga dan produk terkait lainnya. Intinya KFit ingin menjadi layanan online-to-offline terlengkap untuk kebugaran dan fitness di kawasan Asia Pasifik.

Tahun 2016 ini KFit berencana secara agresif mengumpulkan pendapatan, setelah tahun sebelumnya, hingga kuartal ketiga, sekitar 80% dana yang dimiliki telah dihabiskan untuk menambah jumlah tim.

Fabelio Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai Rp 28 Miliar

E-commerce furnitur Fabelio baru saja mengumumkan penerimaan putaran pendanaan Seri A senilai $2 juta (atau setara Rp 28 miliar) dari kelompok investor yang dipimpin oleh Venturra Capital. Investor Fabilio sebelumnya 500 Startups dan IMJ Investment Partners juga turut berpartisipasi pada putaran pendanaan kali ini.

Pendanaan Seri A ini akan difokuskan pada pengembangan fitur teknologi baru, memperkuat infrastruktur logistik, untuk pemasaran produk serta ekspansi ke pasar regional. Untuk meningkatkan pertumbuhan tim dan pengalaman interaksi dengan pelanggan, di bulan Maret ini Fabelio juga berencana mendirikan showroom baru di daerah Panglima Polim Jakarta Selatan.

Co-founder sekaligus CEO Fabelio Krishnan Menon dalam sambutannya mengatakan bangga dengan pencapaian yang telah diraih. Di antaranya mampu bermitra dengan 40 produsen furnitur untuk mendatangkan ribuan pelanggan. Krishnan mengatakan bahwa saat ini tujuan perusahaan adalah untuk membangun brand Fabelio sebagai tujuan utama orang mencari berbagai furnitur.

Selain pendanaan, Fabelio juga mengumumkan Stefan Jung, Managing Partner of Venturra Capital, akan bergabung menjadi bagian dari perusahaan sebagai board advisory. Dalam sambutannya Stefan mengatakan bahwa traksi pelanggan yang ada saat ini diyakini akan mampu memantapkan Fabelio menjadi pemimpin pasar di Indonesia.

Khailee Ng selaku Partner di 500 Startups dalam sambutannya mengatakan, bahwa yang membuat pihaknya yakin dengan kucuran investasi tersebut tak lain karena pertumbuhan yang signifikan dari layanan Fabelio dan juga fokus yang jelas dari perusahaan. Budaya yang baik dinilai Khailee menjadi poin plus, yakni tetap agresif bertumbuh namun tetap menjaga profitabilitas dan budaya perusahaan.

Sejak diluncurkan pada Juni 2015 lalu sebagai e-commerce yang berfokus pada penjualan furnitur, Fabelio bertekad mempersatukan rantai supply antara konsumen dengan produsen furnitur. Sebelumnya Fabelio berhasil seed funding $500.000 pada pendanaan bulan Juli 2015 lalu.

BitX’s Marcus Swanepoel: Venturra Capital Brings Some Key Value-Adds for Our Operations in Southeast Asia

Two days ago, Singapore-based bitcoin platform BitX announced it has raised new funding round led by Lippo Group-backed Venturra Capital. We spoke with BitX’s CEO Marcus Swanepoel about this funding and how he sees bitcoin market in Indonesia.

Question (Q): What’s the main purpose of today’s (Dec 8) funding and how it helps BitX to expand its market in Indonesia

We closed and funded our Series A round with Naspers [July 2015] as our lead, and largest institutional investor, with others also participating in the round. With our lean structure and very low cost base, the funds we raised equates to a lot more when compared to similar rounds raised by companies in the US and Singapore, and so we didn’t need to raise more for quite a while. However, we made an exception to bring Venturra into our investor group. There are some key value-adds that they bring, especially for our operations in Southeast Asia.

The funding will be used to accelerate some initiatives we had planned already (including hiring, product development and entering new markets). We’ve seen some really strong growth over the past three months so having additional cash to help drive these initiatives and ultimately result in an even better customer experience is very useful.

Q: BitX opened its office in Jakarta last February. How’s the market so far and what do you think about Indonesia’s regulation that having mixed feeling about bitcoin (not endorsing but also not forbidding)

I would love to do a more detailed discussion about this next year, but in short: As with many other markets around the world, we are seeing growth in Bitcoin adoption for many different use cases, including in Indonesia. However when one considers the value Bitcoin or Bitcoin-related products can bring to consumers, especially in the mobile e-commerce space, Indonesia has some exciting prospects that we believe will see the market grow even more.

About regulation, I can’t comment on what regulators are thinking or planning to do, but what I can say is that as a business we have prioritised compliance and fundamentally believe that the industry should be regulated. We therefore spend a lot of time engaging with regulators all over the world and we can say that so far the experience has generally been positive. Generally regulators from around the world seem to understand the technology a lot better than they did a few years ago, and are quite constructive in trying to balance the innovative potential of the industry with the potential risks around it.

The recent introduction of the BitLicense in New York also helped with this. We also recently appointed a new Chief Compliance Officer (ex PayPal and ABN Amro) Erik Wilgenhof Plante to head up this part of our business. There are also groups like ACCESS lead by Anson Zeall that is doing some great work for the industry in Southeast Asia in this respect.

Q: After partnership with Codapay, any further partnership expected in Indonesia? Maybe with larger marketplace?

Yes we have some interesting opportunities in the pipeline and we’ll share those with you as soon as we can. Unfortunately I cannot comment any more on it right now, but suffice to say we are very serious about helping build the ecosystem and industry in Indonesia.

Q: After several turmoil in the past year, what do you think about bitcoin’s adoption in the region? How it fits with current e-commerce and mobile commerce trend?

Bitcoin adoption in emerging markets, including SEA, is still somewhat lagging from most developed markets, but there is also a difference in use cases which is becoming more apparent and is leading us to believe the long term opportunities in these markets are a lot larger than those in developed markets. We are also not sitting back and waiting for this to happen, but actively driving adoption, use cases and building ecosystems.

To your question about e-commerce, the whole industry is a lot smaller than general e-commerce and mobile markets because they are a lot more established with more capital and players and less barriers to entry. But given it’s nature and application, Bitcoin adoption is piggy-backing off those trends so they are helping the industry grow indirectly.

Ruangguru Peroleh Investasi Seri A Jutaan Dollar

Startup teknologi edukasi Ruangguru hari ini mengumumkan pendanaan Seri A yang dipimpin oleh Venturra Capital. Investor terdahulu, East Ventures, turut ambil bagian dalam putaran pendanaan kali ini. Marketplace les privat ini dikabarkan mendapatkan suntikan dana bernilai tujuh digit US$ (atau jutaan dollar). Ruangguru akan memanfaatkannya untuk memperluas bisnis dan memperkuat sumber daya manusia mereka.

Ini adalah pendanaan kedua dari Ruangguru. Sebelumnya tepatnya tahun lalu mereka berhasil mengamankan seed funding dari East Ventures.

Ruangguru menjadi salah satu startup yang fokus pada dunia pendidikan tanah air dengan berambisi untuk menjadi penyedia layanan pendidikan berbasis teknologi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Fokus mereka saat ini memberikan akses terhadap guru dan materi pembelajaran yang berkualitas.

Menanggapi pendanaan ini, Iman Usman, CEO dan Co-Founder Ruangguru berkata:

“Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Venturra Capital sebagai investor baru kami. Afiliasi Venturra dengan Lippo Group sangat menguntungkan bagi kami karena membuka peluang rencana kerja sama strategis dengan sejumlah bisnis besar Lippo Group, seperti berbagai institusi pendidikan Pelita Harapan, Berita Satu Media Group, dan masih banyak lagi – yang akan bermanfaat untuk meningkatkan jangkauan kami secara nasional dan mengokohkan peran kami di sektor pendidikan.”

Rudy Ramawy, Managing Partner Venturra Capital, mengungkapkan bahwa pihaknya percaya bahwa ke depan Ruangguru mampu menciptakan pengaruh positif bagi sektor pendidikan di Indonesia.

“Belva dan Iman memiliki passion dan dedikasi yang tinggi, dan kami yakin bahwa mereka memiliki potensi yang besar untuk mendominasi pasar pendidikan online di Indonesia,” ujar Rudy.

Hal senada juga disampaikan Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures. Menurut Willson, sektor pendidikan sebenarnya memiliki potensi yang besar, namun sayangnya belum bisa dioptimalkan.

“Sektor pendidikan di Indonesia belum optimal meskipun sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar. Investasi yang dilakukan oleh Venturra pada Ruangguru.com memvalidasi kesempatan ini. Dengan dukungan Venturra, saya sangat yakin Iman dan Belva akan memimpin dalam bidang tersebut,” ungkap Willson.

Sejak pertama kali diluncurkan, Ruangguru memang menyajikan beberapa inovasi baru. Tahun ini Ruangguru kembali melebarkan sayapnya ke layanan platform tes online, sebuah layanan yang memungkinkan pelajar mengakses ribuan bank soal sesuai kurikulum pendidikan nasional secara cuma-cuma.

Venturra Capital Salurkan Pendanaan untuk Platform Cryptocurrency BitX

Venturra Capital mengumumkan alokasi pendanaan selanjutnya untuk platform cryptocurrency BitX yang berbasis di Singapura. Jumlah yang diberikan tidak disebutkan dan Venturra bakal bergabung dengan jajaran investor BitX, seperti Naspers (yang juga investor OLX) dan Barry Silbert’s Digital Currency Group.

BitX merupakan platform cryptocurrency yang menyediakan dompet digital dan integrasi sistem pembayaran yang memanfaatkan bitcoin. BitX sendiri sudah membuka operasinya di Indonesia di bulan Februari lalu dan telah bekerja sama dengan platform pembayaran online Codapay untuk menerima transaksi menggunakan bitcoin.

Pendanaan ini tampaknya bakal digunakan BitX untuk meningkatkan kualitas dan pemasaran produk, khususnya di Indonesia yang tidak secara eksplisit melarang penggunaan bitcoin. Meskipun Bank Indonesia sudah menyatakan tidak mendukung bitcoin sebagai alat pembayaran, tidak ada ancaman hukuman apapun bagi siapapun yang memanfaatkannya bertransaksi.

Selain di Indonesia, fokus pasar BitX adalah Malaysia, Afrika Selatan, dan Nigeria.

Co-Founder dan Managing Partner Venturra Capital Stefan Jung dalam pernyataannya menyebutkan, “BitX memiliki tim yang luar biasa yang mengkombinasikan kemampuan teknis dan komersial yang handal. Mereka telah membuktikan dapat membangun produk inovatif dan traksi yang kuat di industri yang sedang berkembang.”

Sementara Co-Founder dan CEO BitX Marcus Swanepoel berkomentar, “Kami sangat senang membawa Venturra dalam dewan direksi untuk fase perkembangan BitX berikutnya. Venturra adalah salah satu VC yang langka yang tidak cuma sekedar ngomong soal value, tapi benar-benar melakukannya secara konsisten, relevan, dan terukur. Dikombinasikan dengan kemampuan dan dan jaringannya di pasar Asia Tenggara, membuat kerja sama menarik ini membantu kami meraih posisi solid di kawasan.”

Di Indonesia, BitX bersaing dengan sejumlah platform lokal, seperti Bitcoin Indonesia dan Artabit.

Venturra Capital yang Didukung Lippo Group Siapkan Dana Dua Triliun Rupiah untuk Berinvestasi di Asia Tenggara

Managing Partner Venturra Capital: James Riady, Rudy Ramawy, dan Stefan Jung / Venturra

VC independen Venturra Capital, yang disponsori Lippo Group, mengumumkan ketersediaan dana $150 juta (sekitar Rp 2 triliun) dalam bentuk Venturra Capital Fund I. John Riady, Rudy Ramawy, dan Stefan Jung akan bertindak sebagai Managing Partner Venturra Capital. Portofolio Lippo melalui Lippo Digital Ventures (LDV) akan digabungkan dalam paket investasi ini.

Continue reading Venturra Capital yang Didukung Lippo Group Siapkan Dana Dua Triliun Rupiah untuk Berinvestasi di Asia Tenggara

Lippo Group-backed Venturra Capital Announces $150 Million Fund for Tech Investment in Southeast Asia

Venturra's Managing Partners: John Riady. Rudy Ramawy, and Stefan Jung / Venturra

Independent VC Venturra Capital, sponsored by Lippo Group, announces the availability of $150 million fund under Venturra Capital Fund I. Stefan Jung, Rudy Ramawy, and John Riady will serve as Venturra’s Managing Partners. Lippo’s portfolios under Lippo Digital Ventures (LDV) will be merged into this fund.

Continue reading Lippo Group-backed Venturra Capital Announces $150 Million Fund for Tech Investment in Southeast Asia