Masalah yang Muncul Ketika Pertandingan Esports Digelar Online

Pandemik virus Corona membuat banyak acara olahraga harus dibatalkan. Namun, sebagian pertandingan esports masih bisa diselenggarakan walaupun sempat tertunda, seperti liga League of Legends di Tiongkok, Korea Selatan, Eropa dan Amerika Utara. Memang, salah satu keuntungan pertandingan esports adalah ia bisa diadakan secara online. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada masalah yang harus diantisipasi oleh penyelenggara ketika mengadakan pertandingan esports online. Salah satunya adalah para penyelenggara harus memastikan bahwa para peserta yang bertanding tidak melakukan kecurangan.

Saat sebuah pertandingan esports diadakan secara offline, penyelenggara bisa mengimplementasikan sejumlah metode untuk memastikan validitas pertandingan, misalnya dengan menyediakan wasit di panggung serta para pengawas di belakang panggung. Namun, ketika para tim bertanding dari markasnya masing-masing, pihak penyelenggara tidak bisa mengirimkan wasit ke sana. Namun, pihak League of Legends European Championship telah menyiapkan beberapa metode untuk memastikan pemain tidak berbuat curang, mulai dari kamera ekstra di markas tim, memonitor percakapan pemain, dan merekam jalannya pertandingan. Pihak penyelenggara juga bisa mengambil alih kendali pertandingan dari jauh jika dianggap perlu.

“Ada banyak hal yang tidak bisa Anda kendalikan ketika Anda menyelenggarakan pertandingan online,” kata Avi Bhulyan, VP of Product Development, Popdog, perusahaan layanan esports pada The Esports Observer. Sebelum ikut serta dalam penyelenggaraan LEC, Bhulyan juga memiliki pengalaman dalam mengadakan League of Legends Championship Series (LCS) di Amerika Utara. “Di LEC, LCS, dan liga besar lainnya, biasanya peserta menggunakan perangkat yang masih disegel untuk mencegah para pemain mengutak-atik perangkatnya. Ada banyak hal yang bisa seseorang lakukan pada perangkat mereka untuk meningkatkan kemungkinan mereka menang. Ada juga risiko terjadi masalah pada server.”

Host dari League of Legends Pro League. | Sumber: TJ Sports/Riot Games via The Esports Observer
Host dari League of Legends Pro League. | Sumber: TJ Sports/Riot Games via The Esports Observer

Bhulyan mengaku, keputusan LEC untuk mengadakan pertandingan secara online memang tidak ideal. Kemungkinan, kualitas tayangan pertandingan LEC tidak akan sebaik jika pertandingan dilakukan secara offline. Ada berbagai masalah yang mungkin terjadi seperti lag, terputus dari server, atau bahkan DDOS (Distributed Denial of Service). “Saya rasa, mengingat keadaan saat ini, risiko ini pantas untuk diambil. Namun, jika terjadi kecurangan, kami akan menyelidikinya dengan serius,” ujar Bhulyan.

Selain itu, pihak penyelenggara LEC juga harus mempertimbangkan cara untuk menyertakan segmen lain dari turnamen selain pertandingan, seperit analisa sebelum dan sesudah game serta wawancara dengan tim yang menang. Untuk menyiarkan segmen ini, tim manajemen LEC berencana untuk menampilkan video berupa rekaman pertandingan dan grafik. Namun, mereka tampaknya tidak akan menampilkan para analis atau para pemain ketika diwawancara.

“Untuk segmen selain pertandingan, semua masih sama,” kata LEC Broadcast Producer, John Depa. Dia menjelaskan, mereka ingin menyiapkan konten siaran dengan sangat hati-hati mengingat ini adalah kali pertama mereka menyiapkan siaran di luar studio. Tak hanya itu, LEC juga hanya memiliki waktu satu minggu untuk menentukan prosedur pembuatan konten sebelum pertandingan online kembali digelar. “Ke depan, kami akan memperbaiki prosedur kami,” ujarnya.

Pecahkan Rekor, Jumlah Pengguna Steam Capai 22 Juta Orang

Minggu lalu, Steam memecahkan rekor jumlah concurrent users. Jumlah pemain yang menggunakan Steam secara bersamaan mencapai 20 juta orang. Pada akhir pekan lalu, angka ini naik 10 persen. Sekarang, rekor jumlah concurrent users Steam mencapai 22.678.529 orang. Meskipun begitu, tidak semua orang yang menggunakan Steam ini aktif bermain game. Menurut Tweak Town, hanya sekitar 33 persen pengguna Steam yang sedang bermain game, sementara sisanya melakukan hal lain seperti membeli game atau menjelajah marketplacePC Gamer melaporkan, kenaikan jumlah pemain Steam ini terjadi pada sekitar pukul 15.00 GMT, atau sekitar pukul 07.00 WIB.

Beberapa game yang paling populer di kalangan pengguna Steam antara lainCounter-Strike: Global Offensive dan Dota 2. Beberapa bulan belakangan, jumlah pemain CS:GO memang menunjukkan tren naik. Belum lama ini, CS:GO juga memecahkan rekor jumlah concurrent players, mencapai satu juta orang. Sementara itu, jumlah pemain Dota 2 juta mulai kembali naik. Selain dua game gratis tersebut, beberapa game lain yang menjadi favorit para pengguna Steam adalah Football Manager 2020 dan Rainbow Six Siege.

Analis industri game, Daniel Ahmad mengatakan, jumlah concurrent users Steam pertama kali menembus angka 18,5 juta orang pada Januari 2018. Ketika itu, game yang mendorong kenaikan jumlah pengguna Steam adalah PUBG, yang memang sedang menjadi primadona saat itu. Pada Februari 2020, jumlah pengguna Steam kembali mencapai angka 18 jutaan karena Tiongkok dan beberapa negara di dunia mulai melakukan lockdown dalam rangka meminimalisir penyebaran virus Corona. Pada awal Februari 2020, jumlah concurrent users Steam menembus angka 18,8 juta orang. Jumlah pengguna Steam pada 9 Februari 2020 mencapai 19 juta. Dan angka itu masih terus naik.

Pada Maret 2020, jumlah concurrent users Steam menembus 20 juta orang untuk pertama kalinya, lapor Dot Esports. Dua hari lalu, jumlah pengguna Steam mencapai 21 juta orang. Ini tidak aneh, mengingat semakin banyak negara yang memutuskan untuk melakukan lockdown atau menghimbau warganya untuk tidak keluar dari rumah. Selain karena lockdown, alasan lain mengapa jumlah pengguna Steam meroket adalah karena peluncuran Doom Eternal.

League of Legends Champions Korea Kembali Dimulai, Pertandingan Diadakan Secara Online

League of Legends Champions Korea (LCK) akan kembali diadakan pada 25 Maret 2020 setelah ditangguhkan pada 3 Maret 2020 karena virus Corona. Di halaman Facebook resminya, LCK mengungkap bahwa pertandingan akan diselenggarakan secara online, sama seperti liga League of Legends di Tiongkok, Eropa, dan Amerika Utara.

Mengingat LCK sempat terhenti selama tiga minggu, tim LCK harus membuat penyesuaian pada jadwal pertandingan untuk memastikan ada jeda antara liga ini dengan turnamen esports lainnya. Karena itu, LCK akan memadatkan jadwal pertandingan. Pertandingan akan diadakan pada lima hari dalam satu minggu. Setiap harinya, akan ada dua sampai tiga pertandingan yang diadakan.

LCK juga mengubah jadwal pertandingan para tim. Tujuannya, untuk memastikan tidak ada tim yang berlaga lebih dari satu kali dalam satu hari. Mereka juga berusaha untuk menghindari keadaan dimana satu tim harus bertanding dalam beberapa hari berturut-turut.

LCK kembali diadakan.
LCK akan diadakan secara online. | Sumber: Riot Games via Dot Esports

Saat ini, LCK sudah berlangsung setidaknya setengah musim. Gen.G duduk di peringkat satu dengan 8 kemenangan dan 1 kekalahan, diikuti oleh DragonX dan T1 yang sama-sama mendapatkan 7 kemenangan dan 2 kekalahan, menurut laporan VP Esports. Tim yang keluar sebagai juara dari LCK Spring Split ini akan maju ke Mid-Season Invitational, yang dijadwalkan untuk diadakan pada Juli 2020. Sementara itu, LCK diperkirakan akan berakhir pada 16 April 2020.

LCK mulai digelar pada Februari. Ketika itu, tim manajemen telah mulai mengantisipasi wabah virus Corona dengan mengadakan pertandingan di studio tanpa penonton. Hanay sejumlah wartawan yang diizinkan untuk datang. Para jurnalis tersebut juga diminta untuk menggunakan masker. Semua mikrofon juga ditutup demi melindungi para pemain. Pada 2 Maret, LCK resmi ditunda karena pandemik virus Corona yang memburuk di Korea Selatan.

Pandemik virus Corona memberikan dampak besar pada industri game dan esports. Di satu sisi, karena masyarakat diminta untuk tidak keluar dari rumah, jumlah pemain game dan penonton streaming game meningkat pesat. Di sisi lain, kekhawatiran virus Corona menyebabkan berbagai turnamen esports dan peluncuran game tertunda. Selain itu, jika wabah virus Corona terus berlanjut, ini akan menyulitkan organisasi esports.

Cara Cek Perkembangan Terbaru Virus Corona (Covid-19)

Paparan Virus Corona atau Covid-19 sudah memasuki Indonesia sejak awal Maret lalu. Diawali dari dua orang yang terdeteksi positif, perubahan terus terjadi dengan cepat. Per 18 Maret 2010, berdasarkan rilis resmi pemerintah, terjadi lompatan jumlah penderita positif menjadi 227 orang, 19 di antaranya meninggal dunia. Update terbaru per 19 Maret, 309 terinfeksi, 15 sembuh dan 25 orang meninggal dunia.

Continue reading Cara Cek Perkembangan Terbaru Virus Corona (Covid-19)

Organisasi Esports Juga Terdampak Virus Corona

Pandemik virus Corona memengaruhi banyak industri, tak terkecuali industri game dan esports. Di satu sisi, semakin banyak orang yang bermain game dan menonton streaming game karena mereka disarankan untuk tidak keluar rumah. Di sisi lain, banyak turnamen esports yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan. Organisasi esports juga terkena dampak dari virus Corona. Sebagian dari mereka mau tidak mau harus mengurangi jumlah tim esports mereka atau bahkan merumahkan sejumlah karyawannya.

“Ya, ini adalah masa yang sulit. Tapi, satu hal yang kami yakini adalah kesehatan dan keamanan semua orang adalah prioritas utama,” kata CEO dan pendiri NRG Esports, Andy Miller pada The Esports Observer. Dia juga merupakan salah satu pemilik dari tim basket yang berlaga di NBA, Sacramento Kings. Jadi, dia bisa melihat dampak dari pandemik virus Corona pada tim olahraga dan organisasi esports. “Semoga, kita bisa melewati masa sulit ini tanpa harus mengorbankan keselamatan orang-orang,” ujarnya.

Miller dan tim eksekutif Sacramento Kings telah memutuskan bahwa mereka akan tetap membayar gaji para pekerja mereka selama pertandingan NBA dihentikan. Sebanyak 800 orang pekerja masih akan mendapatkan gaji. Sayangnya, organisasi esports tidak dapat melakukan hal yang sama, mengingat pendapatan mereka tidak sebesar tim NBA.

“Organisasi esports tidak memiliki kas hingga jutaan dollar seperti tim NBA yang bisa mendapatkan uang tersebut dari kontrak hak siar dengan stasiun televisi. Organisasi esports juga harus membayar gaji pemain, membiayai operasi markas mereka dan lain sebagainya,” ungkap Miller. “Bagi sebagian organisasi esports, ini berarti ada yang harus mereka korbankan. Tapi, itu bukanlah sesuatu yang buruk. Penyesuaian ini memang sudah harus terjadi, bahkan sebelum pandemik virus Corona.”

Andy Miller. | Sumber: The Esports Observer
Andy Miller. | Sumber: The Esports Observer

Memang, beberapa pemilik tim esports mengaku, organisasi esports kini menghabiskan uang dalam waktu yang lebih cepat dari sebelumnya. Salah satu alasannya adalah karena gaji pemain yang terus naik. Ini mengharuskan para pemilik tim esports untuk melakukan penyesuaian, seperti dengan memecat karyawan atau menghapus sebagian tim yang ada. Namun, seperti yang disebutkan oleh Miller, esports berbeda dengan olahraga tradisional karena pertandingan esports masih bisa diselenggarakan secara online. Ini, menurut Miller, akan menjadi kunci bagi industri esports untuk bertahan.

“Ketika Anda membatalkan liga olahraga tradisional, Anda akan kehilangan uang dari penjualan tiket dan sumber pemasukan lain,” ujar Miller. “Satu hal yang bisa membuat esports bertahan di masa sulit seperti ini adalah karena untuk menyelenggarakan pertandingan esports, para pemain tidak harus ada di ruangan yang sama untuk bermain. Para penonton juga tidak harus menonton di tempat untuk bisa menikmati pertandingan esports.”

Saat ini, memang belum ada pemecatan karyawan besar-besaran oleh organisasi esports. Namun, jika pandemik virus Corona terus berlanjut dan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang dibatasi, hal ini akan membuat turnamen esports kehilangan sebagianpenontonnya, yang akan merugikan sponsor. Dan jika ini terjadi, kemungkinan, organisasi esports memang harus membuat keputusan sulit.

Coworking Indonesia Imbau Anggotanya Hentikan Operasional Sementara

Persoalan yang ditimbulkan corona virus disease 2019 (COVID-19) menyentuh lapisan-lapisan hidup masyarakat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Hal ini tak hanya membuat banyak pasien memadati fasilitas kesehatan, tapi juga mengharuskan banyak orang membatasi kegiatannya di rumah saja.

Sebagai bagian ruang kerja, coworking space merupakan salah satu tempat keramaian di mana sejumlah orang dari berbagai perusahaan serta individu berbagi tempat untuk bekerja atau untuk menggelar berbagai hajatan. Sifat coworking space yang dinamis ini kini mewajibkan para penghuninya ekstra hati-hati sejak COVID-19 merebak.

DailySocial berbicara dengan sejumlah pelaku coworking space dan perusahaan yang memakai jasa mereka. Beberapa mengambil langkah yang cenderung moderat, sementara beberapa yang lain memilih opsi yang lebih drastis.

Aryo Ariotedjo, CEO & Founder Wellspaces, mengutarakan 12 lokasi mereka masih beroperasi normal sampai saat ini. Hanya saja, per kemarin, Wellspaces mengaku jumlah anggota yang masih berkantor hanya sekitar 50%. Jumlah itu berkurang seiring makin santernya persebaran COVID-19 di Indonesia.

“Ini sebenarnya upaya juga untuk mengurangi risiko penyebaran,” ujar Ario.

Langkah serupa juga diambil CoHive. Penjaja coworking space ini masih membuka ruangnya bagi para anggota yang ingin bekerja. Hanya saja sejumlah penyesuaian dilakukan guna meminimalisasi kontak yang dapat terjadi di antara para penghuni.

CEO CoHive Jason Lee mengemukakan, penyesuaian itu dimulai dari meningkatkan frekuensi dan jangkauan pembersihan di setiap ruangan, menangguhkan penggunaan peralatan makan bersama, hingga meminta setiap pengunjung untuk mengisi deklarasi kesehatan.

“CoHive terus mengoperasikan semua center kami dan memutakhirkan langkah-langkah untuk mencegah penyebaran COVID-19 dalam rangka mendukung kebutuhan member kami,” imbuh Jason lewat pernyataan tertulisnya.

COVID-19 adalah pandemi global yang sudah menjadi momok besar di banyak negara. Tiongkok, Italia, Iran, dan Spanyol adalah negara yang terdampak paling parah saat ini dengan kematian mencapai ribuan nyawa.

Imbauan untuk berhenti sementara

Dihubungi terpisah, Faye Alund selaku Presiden Coworking Indonesia, asosiasi yang menghimpun pelaku bisnis coworking space, telah mengambil langkah yang lebih drastis. Faye berpendapat penutupan operasional coworking space untuk sementara akan berarti guna menghambat laju penyebaran virus.

Selain Wellspaces dan CoHive, memang masih ada sejumlah coworking space lain yang masih membuka layanannya sampai sekarang. Mengenai hal itu, ia mengaku tak bisa memaksa.

“Dari asosiasi cuma bisa mengimbau sih,” tukas Faye yang juga merupakan CEO Kumpul ini.

Sampai saat ini, total kasus positif virus Corona di Indonesia sudah menyentuh angka 227, dengan pasien sembuh 11 orang, dan 19 orang di antaranya meninggal. Jakarta menjadi titik persebaran paling padat dibanding provinsi lain. Tercatat ada 125 pasien positif COVID-19 yang tersebar di Jakarta.

Keganasan penyebaran virus ini yang membuat Faye lebih keras mengajak para pelaku coworking space lain untuk menutup layanannya sementara waktu. Imbauan dari Coworking Indonesia itu mencakup panduan dari segi operasional, relasi komunitas, hingga pengoperasian kembali.

“Jadi kita bilang kenapa perlu menutup space dan kerja dari rumah karena ketika ada banyak orang terinfeksi COVID-19 secara bersamaan, fasilitas kesehatan kita tidak cukup untuk menampung dan akibatnya tingkat kematian pada kelompok berisiko tinggi akan meningkat,” ujar Faye.

Baik CoHive dan Wellspaces sejatinya sudah punya pertimbangan untuk menutup sementara seperti imbauan tersebut. Namun keduanya juga tak bisa mengambil keputusan sepihak, mengingat belum semua klien memilih metode bekerja dari rumah.

Keputusan untuk tutup sementara baru akan diambil jika klien mereka sudah benar-benar mengambil jarak seperti anjuran pemerintah.

“Saya kembalikan lagi ke member kami karena kita punya misi masing-masing dalam perputaran roda ekonomi Indonesia. Jadi gimana pun juga kami berusaha support mereka dengan melakukan tindakan yang membantu pencegahan juga di lokasi-lokasi kami,” ucap Ario.

Sejumlah alasan melatari perusahaan belum menuruti anjuran pemerintah untuk bekerja dari rumah. CEO Sribu Ryan Gondokusumo mengaku timnya efektif baru bekerja dari rumah per Selasa (17/3) lalu.

Ryan bercerita beberapa pekan terakhir memang situasi di coworking space tempat mereka berkantor sudah relatif sepi. Melihat penyebaran virus yang makin cepat setiap hari berganti, akhirnya Sribu memilih bekerja dari rumah.

“Jujur dua minggu lalu apakah kepikiran WFH belum ada sih, tapi semuanya terjadi dengan cepat,” kata Ryan.

Sementara TaniHub, yang berkantor di CoHive, sudah mengimplementasi kebijakan bekerja dari rumah secara penuh sejak Senin (16/3). Kebijakan untuk mencegah penularan virus corona ini berlaku hingga 29 Maret jika kondisi sudah membaik.

“Sebagai komitmen, kami mengunci kantor HQ selama periode WFH. Access card karyawan HQ untuk masuk ke kantor kami nonaktifkan selama periode tersebut,” pungkas Astri Purnamasari, VP of Corporate Services TaniHub Group.

Karena Corona, Peluncuran DLC Super Smash Bros. Ultimate Baru Bisa Tertunda

Pandemik virus Corona memaksa banyak perusahaan untuk membiarkan para pekerjanya bekerja dari rumah. Di industri game, ini dapat menyebabkan mundurnya peluncuran game atau DLC baru. Fighter Pass Vol. 2, DLC terbaru untuk Super Smash Bros. Ultimate, tampaknya menjadi salah satu DLC yang akan tertunda peluncurannya.

Hal ini disampaikan oleh Director Super Smash Bros. Ultimate, Masahiro Sakurai dalam artikel kolom di majalah game Jepang, Famitsu. PushDustin, yang memang sering menerjemahkan tulisan Sakurai ke Twitter, memeringkatkan bahwa mengingat tulisan Sakurai tidak panjang, kemungkinan, ada konteks yang hilang. Satu hal yang pasti, penyebab ditundanya DLC Super Smash Bros. Ultimate adalah virus Corona.

“Sakurai berencana untuk memberikan presentasi tentang petarung baru ke satu atau beberapa publisher game, tapi, ini harus ditunda,” kata PushDustin di Twitter, seperti dikutip dari Dot Esports. “Jika seseorang di sebuah gedung diketahui terjangkit virus Corona, maka seluruh kantor di gedung itu akan ditutup dan proses pengembangan game akan terhenti.”

DLC Super Smash Bros. Ultimate tertunda
Peluncuran DLC Super Smash Bros. Ultimate tampaknya akan ditunda.

Mengingat sekarang banyak pekerja yang diharuskan bekerja dari rumah, maka proyek yang membutuhkan tim besar akan terkena dampaknya, termasuk pengembangan game dan pembuatan film. Sakurai sendiri tampaknya tengah berusaha untuk memastikan bahwa timnya siap untuk menghadapi pandemik virus Corona. Wartawan industri game Jason Schreier memperkirakan, game yang dijadwalkan untuk diluncurkan setelah April 2020 mungkin akan tertunda akibat virus Corona yang mewabah.

PushDusting juga menyebutkan, Nintendo mungkin masih akan mengumumkan DLC baru untuk Super Smash Bros. Ultimate dalam acara Direct. Dalam Fighters Pass Vol. 2, Nintendo akan memperkenalkan enam karakter baru ke Super Smash Bros. Ultimate. Meskipun begitu, di tengah pandemik virus Corona, Nintendo hanya bisa membuat konsep dan model dari karakter baru. Jadi, peluncuran Fighters Pass Vol. 2 kemungkinan akan tertunda.

Pada akhir 2018, Sakurai pernah mengatakan bahwa Super Smash Bros. Ultimate tidak didesain hanya untuk esports. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa ekosistem esports Super Smash Bros. telah terbentuk. Nintendo menyelenggarakan turnamen resmi Super Smash Bros. Ultimate pertama pada Januari 2019 lalu. Sementara Smash World Tour 2020, sirkuit kompetisi Smash Bros. pertama telah diumumkan pada awal bulan ini.

Liga League of Legends di Eropa dan Amerika Utara Kembali Digelar

Pada pekan lalu, Riot Games sempat menangguhkan League of Legends European Championship (LEC) dan League of Legends Championship Series (LCS) karena virus Corona. Kemarin, mereka baru saja mengumumkan bahwa kedua turnamen tersebut akan kembali diadakan pada akhir minggu ini. Kedua turnamen itu akan diadakan secara online. Keputusan ini sama seperti yang diambil oleh tim League of Legends Pro League (LPL) untuk kembali menyelenggarakan pertandingan secara online karena mewabahnya virus Corona di Tiongkok.

Semua tim yang berlaga di LEC, kecuali Origen, akan bertanding dari markas mereka sendiri di Berlin, Jerman. Sementara Origen, tim League of Legends Astralis Group, akan bertanding dari markas mereka di Copenhagen, Denmark. Memang, Origen sudah dijadwalkan untuk bertanding secara online sejak pemerintah Denmark memutuskan untuk melakukan shutdown dalam rangka meminimalisir penyebaran virus Corona.

Pihak manajemen LEC percaya, kualitas jaringan internet akan cukup memadai untuk memastikan pertandingan berjalan lancar. Namun, jika muncul masalah dengan jaringan atau muncul masalah tak terduga lainnya, mereka mempertimbangkan untuk menghentikan pertandingan sementara dan melanjutkannya kemudian. Mengingat virus Corona masih mewabah di Eropa, LEC tidak akan mengirimkan pengawas ke markas tim yang bertanding. Sebagai gantinya, mereka akan melakukan pengawasan dengan teknologi untuk memastikan bahwa tidak ada tim yang bermain curang.

“Sesuai dengan himbauan pemerintah, dan untuk meminimalisir risiko kesehatan, kami telah memutuskan untuk tidak mengirimkan wasit ke markas dari masing-masing tim,” kata pihak manajemen LEC, seperti dikutip dari VPEsports. “Sebagai gantinya, kami akan mengimplementasikan sejumlah cara untuk menjamin integritas pertandingan. Beberapa metode yang kami implementasikan antara lain memasang kamera ekstra untuk memonitor ruangan tempat para pemain bertanding, memonitor komunikasi suara, dan merekam apa yang terjadi di layar pemain.”

Sementara itu, LCS juga akan kembali diselenggarakan. Sama seperti LEC, pertandingan LCS juga akan diadakan secara online. Karena sempat ditunda, ada perubahan pada jadwal turnamen. Babak akhir dari LCS akan dilangsungkan pada 18-19 April 2020. Selain itu, tempat babak final diadakan juga diganti, dari Frisco, Texas ke Los Angeles.

“Integritas pertandingan adalah prioritas pertama LCS,” kata LCS Commissioner, Chris Greeley, menurut laporan ESPN. “Kami akan mengimplementasikan beberapa metode yang juga ditetapkan oleh LEC untuk menjamin bahwa tidak ada kecurangan ketika pertandingan diadakan secara online.”

Sumber header: Dot Esports

Jumlah Pemain Dota 2 Kembali Naik

Satu tahun belakangan, jumlah pemain Dota 2 terus turun. Namun, satu bulan terakhir, jumlah pemain Dota 2 kembali naik. Pada bulan lalu, jumlah rata-rata pemain Dota 2 akhirnya kembali melebihi 400 ribu orang untuk pertama kalinya sejak November 2019. Sementara selama 30 hari terakhir, jumlah rata-rata pemain game MOBA ini mencapai lebih dari 409 ribu orang. Pada puncaknya, ada 701 ribu orang yang bermain Dota 2 pada saat bersamaan.

Pada Februari 2020, jumlah rata-rata pemain Dota 2 mencapai 405 ribu, naik 7,14 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka pertumbuhan itu adalah yang tertinggi sejak Februari 2019. Ketika itu, pertumbuhan pemain Dota 2 mencapai 18,74 persen. Jika momentum ini terus berlanjut, tidak tertutup kemungkinan, Dota 2 akan kembali memiliki jumlah rata-rata pemain sebanyak 450 ribu orang setiap bulannya, sama seperti pada 2018, menurut laporan Dot Esports.

jumlah pemain dota 2 naik
Jumlah pemain Dota 2 kembali menunjukkan tren naik. | Sumber: Steam Charts

Ada beberapa alasan mengapa jumlah pemain Dota 2 kembali bertambah. Salah satunya adalah karena Valve telah memberlakukan beberapa perubahan pada sistem matchmaking di game tersebut. Selain itu, Dota Pro Circuit juga semakin memanas. Ini bisa membuat para fans Dota 2 kembali tertarik bermain. Mewabahnya virus Corona juga memiliki peran dalam menaikkan jumlah pemain rata-rata Dota 2.

Faktanya, Dota 2 bukan satu-satunya game yang jumlah pemainnya bertambah karena virus Corona. Belum lama ini, Counter-Strike: Global Offensive juga memecahkan rekor jumlah pemain. Untuk pertama kalinya, jumlah concurrent players CS:GO mencapai lebih dari satu juta orang. Pada saat yang sama, Steam juga memecahkan rekor jumlah concurrent players. Pada puncaknya, terdapat lebih dari 20 juta orang yang bermain di Steam. Mengingat virus Corona masih mewabah di sejumlah negara, kemungkinan, jumlah orang yang bermain game masih akan terus naik. Alasannya, karena masyarakat diminta untuk tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah untuk meminimalisir kemungkinan penyebaran virus Corona.

Meskipun begitu, virus Corona juga membawa masalah tersendiri untuk industri game dan esports. Beberapa bulan belakangan, ada banyak turnamen dan liga esports yang ditunda atau dibatalkan. Untungnya, pertandingan esports masih bisa dilakukan secara online. Saat ini, telah ada beberapa liga esports yang kembali mengadakan pertandingan setelah ditunda. Salah satunya adalah League of Legends Pro League (LPL) di Tiongkok.

Sumber: Twitter

10 Game yang Pas Dinikmati di Masa ‘Waspada Virus Corona’

Di tengah pandemi virus corona, pemerintah Indonesia memang belum melarang warga pergi ke luar rumah seperti yang dilakukan di Itali dan Denmark. Namun demi mengurangi peluang penyebarannya, kita disarankan buat menahan diri dari bepergian, terutama ke lokasi-lokasi ramai. Seperti DailySocial, tempat Anda bekerja mungkin juga sudah meminta stafnya untuk beraktivitas dari rumah.

Tentu saja akan sangat membosankan jika bekerja hanya merupakan hal yang jadi fokus Anda sehari-hari sampai keadaan lebih aman dan terkendali. Gaming  bisa jadi kegiatan yang efektif buat menghabiskan waktu dan menghibur diri. Pertanyaannya kini, permainan seperti apa yang paling cocok dinikmati di situasi ini? Diskusi saya bersama Glenn Kaonang dan Bambang Edi Winarso (rekan sesama penulis di DS Gadget) memunculkan parameter menarik dalam menentukan judul-judulnya.

Kriteria pertama adalah kami memprioritaskan game-game multi-platform – yang artinya tersedia di sistem berbeda. Kemudian mereka harus didukung konten yang berlimpah demi memastikan durasi bermainnya tidak sebentar dan gameplay-nya tidak boleh terlalu sulit. Lalu kami juga perlu memasukkan permainan-permainan kelas casual untuk kalangan non-hardcore.

Ini dia 10 game yang pas dinikmati di masa ‘waspada virus corona’:

 

The Witcher 3: Wild Hunt

Game pertama yang disebut Glenn begitu saya mengajukan ide artikel ini. Terjebak berhari-hari di rumah ialah momen terbaik untuk bertualang kembali sebagai Geralt of Rivia dalam menghentikan teror Wild Hunt. The Witcher 3 juga pas dimainkan oleh mereka yang belum lama ini menyelesaikan maraton serial The Witcher Netflix dan tak sabar menunggu season duanya. Glenn menyarankan pula agar kita menginstal mod Full Combat Rebalance 3 buatan senior gameplay designer CD Projekt Red sendiri.

 

Stardew Valley

Di tengah sibuknya kehidupan kota (serta wabah virus corona) Stardew Valley mengajak Anda buat kembali ke alam. Ada banyak hal bisa Anda lakukan di sana: bercocok tanam, beternak, menjadi warga desa teladan dan menemukan cinta sejati. Selain konten, aspek terbaik dari Stardew Valley ialah game ini tersedia di hampir semua platform, termasuk mobile, dan tidak membutuhkan PC berspesifikasi tinggi buat menjalankannya.

 

Tom Clancy’s The Division 2

Seperti permainan sebelumnya, The Division 2 memberi kita gambaran mengenai dampak destruktif dari tak terkendalinya pandemi virus: kekacauan di mana-mana dan pemerintah tak bisa berbuat banyak kecuali mengaktifkan para agen keamanan dalam negeri untuk meredam situasi ini. Di sini, kita dapat menyaksikan sebuah masyarakat yang terpecah, namun mereka tidak kehilangan semangat buat membangun kembali komunitas.

 

Pokémon Go

Menakar dari cara penyajiannya, Anda mungkin berpikir bahwa Pokémon Go bukanlah game terbaik untuk dimainkan sekarang, namun Niantic sudah mengantisipasinya. Lewat update, habitat para monster kini diperluas sehingga pemain dapat mendeteksi dan menangkap Pokémon yang berada di dekat rumah – tanpa perlu keluar. Selain itu, incense pack yang berfungsi buat menambah frekuensi munculnya monster mendapatkan potongan harga 99 persen.

 

Cities: Skylines

Menurut Glenn, Cities: Skylines memperlihatkan pada pemain suka duka jadi pemerintah kota dan mengajarkan kita mendengarkan keluhan masyarakat via social media (in-game) Chirper. Sebagai ‘penerus spiritual’  SimCity, Cities: Skylines menyuguhkan fitur yang jauh lebih lengkap. Game juga lebih bersahabat buat pemula, pemain bahkan dipersilakan untuk mengaktifkan god mode sehingga Anda bisa terus membangun tanpa memikirkan sumber daya.

 

Real Flight Simulator

Rekan seperjuangan saya, Bambang, berpendapat bahwa genre yang paling menghabiskan waktu adalah simulasi. Di perangkat bergerak, Real Flight Simulator menawarkan pengalaman jadi pilot paling lengkap. Game dibekali fitur-fitur esensial semisal seperti jadwal penerbangan sesungguhnya, kemampuan mengontak pilot lain dan kru ATC, serta multiplayer. RFS bisa berperan pula jadi hidangan pembuka sebelum Microsoft Flight Simulator 2020 dirilis.

 

Assassin’s Creed Odyssey

Odyssey ialah ‘mesin waktu’ yang akan membawa Anda ke era Yunani kuno, dan apa yang Ubisoft tawarkan di sana merupakan pencapaian teknis. Selain menyajikan keindahan grafis, developer juga sukses mereproduksi kehidupan manusia di era lampau serta bangunan-bangunan bersejarah secara akurat. Odyssey bahkan dapat dinikmati oleh kalangan non-gamer: Ubisoft telah menyiapkan Discovery Tour sebagai sarana edukasi.

 

Frostpunk

Glenn memasukkan Frostpunk ke daftar dengan alasan yang hampir sama seperti Cities: Skylines, apalagi dengan kehadiran fitur anyar seperti Books of Law. Bedanya, permainan garabat 11 bit Studios ini turut mengusung elemen survival. Add-on terkini berjudul The Last Autumn dirancang sebagai prekuel, di-setting sebelum datangnya bencana. Glenn bilang, “Jadi pada dasarnya kita ditantang untuk bersiap-siap mengantisipasi musibah.”

 

Fallout 4

Hampir lima tahun setelah dirilis, Fallout 4 tetap jadi game yang lebih superior dari Fallout 76. Ia bebas dari akal-akalan ‘layanan berlangganan’ Fallout 1st, dapat dinikmati secara single-player tanpa internet, serta didukungan ribuan mod gratis. Ada begitu banyak hal yang bisa dilakukan di sana: menjelajahi lokasi-lokasi menarik atau misterius, membangun tempat tinggal, membantu pemukiman penduduk atau sekadar menyelesaikan quest.

 

Red Dead Redemption 2

RDR2 punya kesamaan struktur dengan game open world lain, namun yang membuatnya unik adalah elemen simulasi dan latar belakang era koboi. Rockstar meramu kontennya dengan detail dan keakuratan tinggi, dari mulai gaya berpakaian orang di zaman itu, cara menguliti hewan buruan, hingga bagaimana mekanisme pistol revolver bekerja. Jika Anda tak peduli dengan semua ini, Anda bisa mencurahkan perhatian pada petualangan Arthur Morgan atau menikmati mode multiplayer Red Dead Online.