Spectacles 3 Resmi Dirilis, Unggulkan Sepasang Kamera Demi Mewujudkan Kapabilitas AR

Rumor mengenai Spectacles generasi ketiga yang sempat beredar rupanya benar. Snap baru saja menyingkap kacamata pintar versi terbarunya, dan jika dibandingkan dengan versi sebelumnya, Spectacles 3 membawa penyempurnaan yang cukup signifikan.

Yang paling utama, versi terbarunya kini mengemas dua kamera sekaligus. Satu untuk mengambil gambar dan video, satu lagi untuk merekam informasi depth, persis seperti yang dirumorkan sebelumnya. Kehadiran kamera kedua ini secara langsung mewujudkan kapabilitas AR pada Spectacles 3.

Selain filter AR dan 3D Lens, kapabilitas AR-nya turut mencakup 3D Snap, yakni foto dengan efek tiga dimensi yang seakan-akan bisa tampak berbeda jika dilihat dari sudut yang berbeda pula. Ke depannya, Snap bakal mempersilakan para developer untuk merancang beragam efek depth demi memaksimalkan kamera ganda milik Spectacles 3.

Spectacles 3

Dari segi estetika, Spectacles 3 terkesan lebih elegan ketimbang dua pendahulunya, dengan frame yang terbuat dari bahan stainless steel. Sayang bentuk lensa yang tersedia cuma satu, tidak seperti varian Veronica dan Nico pada Spectacles 2. Bisa jadi Snap masih menyimpan variasi style Spectacles 3 untuk lain waktu.

Yang tidak berubah adalah cara mengoperasikannya. Sama seperti sebelumnya, Spectacles 3 siap memotret atau merekam video dengan satu klik tombol pada tangkai sebelah kanannya, dan lampu indikator akan menyala saat perekaman sedang berlangsung. Juga belum dibenahi adalah kekurangan terbesarnya: foto dan video yang diambil menggunakan Spectacles 3 masih harus disinkronisasikan ke akun Snapchat secara manual.

Spectacles 3

Fotonya sendiri disimpan dalam resolusi 1642 x 1642 pixel, sedangkan videonya dalam resolusi 1216 x 1216 pixel. Dalam paket penjualan Spectacles 3, Snap turut menyertakan perangkat sejenis Google Cardboard sehingga pengguna dapat menyelipkan ponsel dan menikmati koleksi 3D Snap-nya secara lebih ideal.

Berbekal storage internal sebesar 4 GB, Spectacles 3 dapat menyimpan hingga 100 video atau 1.200 foto. Urusan baterai, satu kali charge diperkirakan cukup untuk mengambil sekitar 70 video atau lebih dari 200 foto. Charging-nya sendiri mengandalkan sejenis pouch berbahan kulit, yang sendirinya dapat diisi ulang via sambungan USB-C.

Rencananya, Spectacles 3 bakal dipasarkan mulai bulan November mendatang dalam jumlah yang agak terbatas. Harganya pun melambung drastis menjadi $380 (bandingkan dengan Spectacles 2 yang cuma $150), sedangkan warna yang tersedia ada dua: Carbon (hitam) dan Mineral (mirip rose gold).

Sumber: The Verge.

Fossil Mulai Luncurkan Deretan Smartwatch Generasi Kelimanya

Fossil baru saja menyingkap dua smartwatch anyar. Duo smartwatch bernama Fossil Julianna HR dan Fossil Carlyle HR ini menjadi anggota pertama dari keluarga smartwatch generasi kelima yang tengah disiapkan Fossil untuk tahun ini, yang kabarnya bakal mencakup tiga brand anyar, serta sejumlah smartwatch tipe hybrid.

Dibanding generasi sebelumnya, baik Julianna maupun Carlyle tentu membawa sejumlah penyempurnaan. Yang paling utama adalah penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon Wear 3100, menyusul jejak Fossil Sport yang telah hadir sejak akhir tahun kemarin. Juga ikut didongkrak adalah kapasitas RAM dan storage internalnya, yang masing-masing naik dari 512 MB dan 4 GB menjadi 1 GB dan 8 GB.

Fossil Julianna HR / Fossil
Fossil Julianna HR / Fossil

Kedua smartwatch yang pada dasarnya merupakan suksesor Q Venture HR dan Explorist HR ini sama-sama memiliki diameter 44 mm, dengan tebal casing 12 mm dan strap 22 mm yang dapat dilepas-pasang. Layar sentuh 1,3 incinya merupakan panel AMOLED beresolusi tinggi, dengan kepadatan pixel senilai 328 ppi.

Masih seputar hardware, Julianna dan Carlyle turut dibekali speaker terintegrasi, yang berarti Google Assistant dapat merespon secara lisan ketimbang hanya via teks. Manfaat lainnya, Julianna dan Carlyle dapat dipakai untuk menerima panggilan telepon yang masuk ke ponsel tanpa mewajibkan penggunanya mengenakan headset.

Fitur penerimaan telepon ini rupanya juga bakal tersedia untuk konsumen yang menggunakan iPhone via bantuan aplikasi tambahan, meski tidak langsung setelah perangkat dipasarkan. Dari segi software, Julianna dan Carlyle tentu sudah menjalankan versi terbaru Wear OS.

Fossil Carlyle HR / Fossil
Fossil Carlyle HR / Fossil

Selebihnya, fitur-fitur seperti integrasi NFC dan GPS, heart-rate monitor generasi baru beserta sebuah altimeter sudah menjadi standar buat Julianna dan Carlyle. Dalam satu kali pengisian, baterainya mampu bertahan hingga 24 jam. Charging-nya sendiri tidak butuh waktu lama: cuma 50 menit untuk mengisi kapasitas baterainya dari 0 sampai 80%.

Fossil saat ini telah memasarkan Julianna HR dan Carlyle HR seharga $295, sedikit lebih mahal ketimbang Fossil Sport, tapi memang fiturnya juga lebih lengkap.

Sumber: Wareable.

Samsung Galaxy Watch Active 2 Hadir Membawa Fitur ECG dan Konektivitas LTE

Belum ada setengah tahun sejak Samsung Galaxy Watch Active dirilis, Samsung sudah menyingkap suksesornya. Meski sepintas penampilannya terbilang mirip, Galaxy Watch Active 2 tentu punya fitur yang lebih lengkap, sekaligus membawa sejumlah penyempurnaan dibanding versi sebelumnya.

Fisik Watch Active 2 sedikit lebih besar dan tebal ketimbang pendahulunya, akan tetapi ia kini juga hadir dalam dua ukuran: 44 mm atau 40 mm. Keduanya sama-sama mengusung layar Super AMOLED beresolusi 360 x 360 pixel yang dilapisi kaca Gorilla Glass DX+, dan yang membedakan kedua varian ini hanya sebatas ukuran layar beserta kapasitas baterainya saja.

Samsung Galaxy Watch Active 2

Masih seputar layar, ada satu penyempurnaan paling krusial yang dibawa Watch Active 2, yakni digital rotating bezel. Seperti yang kita tahu, Watch Active tidak dibekali rotating bezel fisik yang sudah menjadi ciri khas smartwatch Samsung selama beberapa tahun terakhir.

Fitur unggulan tersebut akhirnya kembali hadir di Watch Active 2, meski implementasinya sedikit berbeda. Ketimbang mengandalkan bezel yang bisa diputar secara fisik, Samsung menanamkan panel sentuh di balik bezel Watch Active 2, dan selagi jari kita berada di atasnya, akan terasa haptic feedback yang memberikan sensasi klik seperti pada rotating bezel fisik.

Samsung Galaxy Watch Active 2

Untuk spesifikasi, Watch Active 2 rupanya masih menggunakan chipset Exynos 9110 yang sama seperti pendahulunya, namun yang membedakan, smartwatch ini juga tersedia dalam varian berkoneksi LTE. Samsung tak lupa menyempurnakan kapabilitas health tracking-nya lewat accelerometer dan heart-rate monitor yang lebih advanced, serta fitur ECG (electrocardiogram) ala Apple Watch Series 4.

Samsung Galaxy Watch Active 2 kabarnya bakal dipasarkan mulai 27 September mendatang. Harganya dipatok mulai $280 untuk varian 40 mm, atau mulai $300 untuk varian 44 mm. Tentunya itu harga untuk varian non-LTE, sedangkan varian LTE-nya sendiri masih belum dirincikan harganya.

Sumber: Samsung dan CNET.

Bocoran Fitbit Versa Generasi Kedua Beredar, Unggulkan Layar AMOLED dan Integrasi Alexa

Fitbit Versa bukanlah smartwatch pertama sang raja fitness tracking, akan tetapi Versa bisa dikatakan yang terbaik jika dilihat dari aspek estetika dan harganya. Satu tahun pasca peluncurannya, sudah waktunya Versa mendapatkan suksesor, dan bocoran mengenai Versa generasi kedua ini rupanya sudah beredar berkat sosok leaker tenar Evan Blass, atau yang lebih dikenal di Twitter sebagai @evleaks.

Dari segi fisik, kita dapat melihat sejumlah perubahan yang diusung Versa 2 (kalau memang itu namanya). Yang paling utama adalah wajah yang lebih elegan berkat penggunaan kaca melengkung, serta hilangnya logo Fitbit di bezel bawah layar. Juga berbeda adalah panel layar yang digunakan, yang kini bukan lagi LCD, melainkan AMOLED.

Fitbit Versa 2

Penggunaan panel AMOLED bukan berarti hanya kualitas visualnya saja yang meningkat, tapi semestinya juga dapat semakin memaksimalkan efisiensi baterainya. Melengkapi kesan elegannya secara menyeluruh adalah berkurangnya jumlah tombol di sisi samping Versa 2; sekarang cuma ada satu di sebelah kiri, bukan lagi tiga tombol seperti pada Versa edisi tahun lalu.

Dari segi fitur, kabarnya Versa 2 bakal hadir membawa integrasi Amazon Alexa. Ini penting mengingat mayoritas smartwatch lain yang ditenagai Wear OS memiliki akses ke Google Assistant, dan Apple Watch juga sudah sejak lama ditemani Siri. Fitur selengkapnya tidak banyak berubah, yang mencakup sensor laju jantung PurePulse, integrasi Fitbit Pay, dan ketahanan air hingga 50 meter.

Fitbit Versa 2

Belum diketahui kapan Fitbit bakal menyingkap Versa 2 secara resmi. Tidak menutup kemungkinan jadwal yang mereka tetapkan harus maju akibat bocoran lengkap seperti ini yang tengah ramai dibicarakan.

Sumber: The Verge.

Fitbit Luncurkan Smartwatch Paling Murahnya, Versa Lite Edition

Fitbit baru saja meluncurkan smartwatch baru. Bukan suksesor Ionic, bukan juga suksesor Versa, smartwatch ini adalah versi lebih terjangkau lagi dari Versa. Mengusung nama resmi Fitbit Versa Lite Edition, wujudnya tampak identik dengan Versa standar. Lalu apa saja yang berbeda?

Untungnya tidak banyak. Dari segi fitur, Fitbit hanya memangkas tiga fitur Versa standar pada Versa Lite: kemampuan menyimpan file lagu di perangkat, menampilkan panduan berlatih dari layanan Fitbit Coach, dan menghitung lap (putaran) dalam berenang maupun jumlah anak tangga yang dilewati oleh penggunanya.

Apakah ini berarti Versa Lite tidak bisa dipakai selagi berenang? Bukan begitu, ia masih tahan air sampai kedalaman 50 meter seperti Versa standar, akan tetapi ia tak dilengkapi gyroscope yang diperlukan untuk tugas spesifik seperti menghitung lap berenang itu tadi. Demikian pula untuk menghitung jumlah anak tangga; Versa Lite tak mampu melakukannya karena tidak dibekali sensor tekanan barometris.

Fitbit Versa Lite

Jadi, ketiga fitur tadi tidak tersedia pada Versa Lite, akan tetapi sisanya sama persis seperti Versa standar, mulai dari dukungan aplikasi via App Gallery yang terdapat pada Fitbit OS 2.0, sampai ke spesifikasinya, termasuk baterai yang bisa tahan sampai 4 hari dalam satu kali pengisian.

Meski sepintas kelihatan sama bentuknya, Versa Lite sebenarnya mengusung satu perubahan dari segi fisik: tombol pada sisinya cuma ada satu, bukan tiga seperti pada Versa standar. Namun ini sebenarnya bukanlah masalah besar mengingat layar 1,34 inci milik Versa Lite masih merupakan sebuah touchscreen.

Fitbit Versa Lite

Semua itu bisa ditebus dengan harga $160 saja, alias lebih murah $40 ketimbang Versa standar. Fitbit berencana memasarkannya mulai pertengahan Maret, dan saya cukup yakin Fitbit juga bakal memboyongnya ke tanah air mengingat mereka baru saja menjalani debutnya di Indonesia lewat Versa standar tahun lalu.

$40 adalah selisih yang cukup jauh, apalagi jika dirupiahkan. Lalu kalau dilihat dari sudut pandang lain, Versa Lite juga berpotensi semakin memikat konsumen perempuan. Itu dikarenakan ia memiliki sejumlah pilihan warna yang tidak ada pada Versa standar, yaitu putih, lilac, mulberry, dan marina (biru).

Sumber: Wareable dan Engadget.

Dukungan untuk Microsoft Band Dihentikan Total, Efektif 31 Mei 2019

Di tahun 2016 lalu, Microsoft sudah secara resmi menghentikan produksi perangkat fitness tracker-nya, Band. Tetapi, karena penggunanya di luar sana masih cukup banyak dan butuh dukungan, maka Microsoft berkomitmen tetap memberikan layanan sehingga fungsionalitas perangkat tetap tersedia.

Tetapi kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Pasalnya, dalam penguman terbaru, Microsoft mengonfirmasi segera menghentikan secar total layanan aplikasi Band dan Health Dashboard pada tanggal 31 Mei mendatang. Dengan demikian, terhitung sejak tanggal tersebut seluruh pengguna perangkat Microsoft Band tidak lagi dapat menikmati fitur-fitur utamanya.

Untuk itu pemilik Microsoft Band saat ini diminta untuk mengekspor data mereka sebelum tanggal yang telah ditetapkan di atas, kemudian menyimpannya untuk digunakan di platform yang berbeda. Setelahnya, seluruh data akan dihapus dan fungsi utama Microsoft Band akan diberhentikan.

Kendati demikian, perangkat Microsoft Band baik generasi pertama ataupun kedua dipastikan tetap dapat beroperasi seperti semula. Perangkat masih tetap bisa dipakai untuk merekam kegiatan sehari-hari, jumlah langkah, jarak, detak jantung dan lain-lain. Namun sebagian besar fitur yang terhubung ke cloud dipastikan lumpuh total. Bahkan, jika perangkat direset setelah 31 Mei, maka mustahil bagi pengguna untuk mempergunakannya lagi.

Untuk mengobati kekecewaan pengguna Band dan Band 2, Microsoft menawarkan pengembalian uang bagi mereka yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Syaratnya, pengguna harus terdaftar sebagai pemegang Limited Warranty dan pengguna secara aktif menggunakan perangkat, yaitu mereka yang melakukan sinkronisasi data dalam rentang waktu 1 Maret 2018 hingga 1 Desember 2018.

Pemilik yang memenuhi syarat akan mendapatkan $79,99 untuk seri Microsoft Band dan $175 USD pemilik Band 2.

Microsoft Band

Mundur sedikit ke belakang. Microsoft Band merupakan perangkat wearable yang selangkah lebih baik ketimbang sejumlah kompetitor. Ia datang sebagai perangkat yang berfokus pada kebugaran, berbalut cangkang yang cantik ala jam tangan pintar, termasuk dukungan Cortana yang membuatnya terlihat wah. Sayang, sejumlah pengulas memberikan nilai yang buruk padanya.

Microsoft Band 2 / Microsoft

Kemudian lahirlah generasi kedua, Band 2 yang memboyong sejumlah peningkatan, termasuk dari segi desain. Sayangnya, Band 2 terjegal oleh Apple Watch yang datang di saat yang tepat. Kalah telak di pasaran, Band 3 tak kunjung tiba, Microsoft kemudian secara mengejutkan melempar handuk tanda menyerah.

Sampai tibalah kini di momen menjengkelkan bagi seluruh pemilik Microsoft Band dan Band 2.

Sumber berita Theverge dan gambar header Microsoft.

Litho Adalah Sejenis Cincin untuk Mengontrol Aplikasi AR pada Ponsel Maupun Perangkat Smart Home

Perangkat wearable dengan kemampuan mengontrol berbagai perangkat berbasis gesture bukanlah gagasan baru. Jauh sebelum ini, sudah ada Myo Armband, meski eksistensi Myo sendiri pada akhirnya terhenti selagi pengembangnya beralih ke segmen kacamata AR.

Namun kisah Myo untungnya tidak mencegah startup lain untuk memikirkan perangkat serupa yang potensi pengaplikasiannya begitu luas. Salah satu startup yang saya maksud adalah Litho yang bermarkas di dataran Inggris. Produk mereka baru saja diluncurkan, sejenis cincin yang sanggup menjadi pusat kendali atas beragam perangkat lain.

Secara teknis, Litho sebenarnya kurang pantas dikategorikan sebagai cincin, sebab ia terpasang pada dua jari sekaligus, dengan bagian atas dan bawah yang memanjang. Permukaan di bagian bawahnya ini merupakan trackpad, yang berarti pengguna bisa mengombinasikan gesture menunjuk, mengusap sekaligus menyentuh.

Litho

Pada awalnya, desainer Litho melihat potensi perangkat ini sebagai controller untuk AR headset macam Microsoft HoloLens. Namun berhubung AR sekarang juga sudah menjangkiti platform mobile, Litho pun pantas-pantas saja digunakan sebagai controller ketimbang harus menutupi sebagian layar dengan jari ketika memanipulasi objek AR pada ponsel.

Mengendalikan objek AR baru sebagian dari cerita utuh Litho, sebab ia juga mudah sekali dimanfaatkan untuk mengontrol perangkat smart home. Semua itu tergantung keputusan para developer nantinya, dan kabar baiknya, development kit Litho sudah bisa dibeli seharga $199 saja.

Versi ritelnya nanti diharapkan bisa dijual dengan banderol di bawah $100. Produk ini memang bukan untuk semua orang, akan tetapi harga yang terjangkau setidaknya bisa menarik perhatian banyak kalangan konsumen untuk mencobanya.

Sumber: The Verge.

Sony Luncurkan Strap Pintar Bagi Penggemar Arloji yang Ingin Mencicipi Kecanggihan Smartwatch

Sekitar empat tahun yang lalu, divisi riset Sony memperkenalkan sebuah smartwatch bernama Wena Wrist. Saya maklum jika Anda baru pertama kali mendengarnya, sebab peluncurannya memanfaatkan platform crowdfunding milik Sony sendiri, dan barangnya pun juga cuma dijual di Jepang saja.

Wena Wrist bukanlah pesaing tangguh buat Apple Watch, apalagi Rolex, Patek Philippe maupun arloji-arloji dari brand mewah lainnya. Secanggih apapun smartwatch, rasanya sulit untuk menandingi nilai-nilai yang ditawarkan jam tangan tradisional. Sony pun berpikir, ketimbang mencoba menantang, kenapa tidak menjadi pelengkap saja?

Kira-kira seperti itulah pemikiran di balik produk bernama Wena Wrist Pro dan Wena Wrist Active berikut ini. Keduanya bukanlah smartwatch, dan lebih tepat disebut sebagai smart strap, sebab mereka memang dimaksudkan untuk menarik perhatian para pemilik Rolex yang enggan bermigrasi ke smartwatch, tapi di saat yang sama ingin mencicipi sejumlah fitur pintarnya.

Wena Wrist Pro / Sony
Wena Wrist Pro / Sony

Wena Wrist Pro adalah yang berbahan logam, tersedia dalam pilihan warna silver atau hitam, serta dalam ukuran 18, 20 dan 22 mm. Hampir semua komponen canggihnya dijejalkan ke bagian gesper, termasuk halnya segaris layar kecil yang dapat dipakai untuk menampilkan notifikasi.

Wena Wrist Pro

Selebihnya, Wena Wrist Pro juga bisa digunakan untuk memonitor sejumlah aktivitas ringan, serta untuk membayar via NFC. Kalau dipikir-pikir, tiga fitur ini memang merupakan yang paling esensial dari sebagian besar smartwatch.

Wena Wrist Active / Sony
Wena Wrist Active / Sony

Namun kalau Anda mendambakan fitur yang lebih banyak serta tampilan yang lebih sporty, maka Wena Wrist Active adalah pilihannya. Strap berbahan silikon ini unik, sebab tanpa tersambung ke jam tangan pun dia sudah bisa beroperasi sebagai sebuah activity tracker mandiri, lengkap dengan integrasi ke platform Apple Health maupun Google Fit.

Tracking-nya juga tidak seterbatas Wena Wrist Pro, sebab Sony turut membenamkan GPS beserta heart-rate monitor pada Wena Wrist Active. Secara keseluruhan, Wena Wrist Active terasa lebih modern, tapi di saat yang sama mungkin ia kurang bisa memikat perhatian para penggemar arloji tradisional sejati.

Wena Wrist Active

Kabar buruknya, Sony baru memasarkan Wena Wrist Pro dan Active ini di dataran Inggris saja, dengan banderol masing-masing £399 dan £349, dan sejauh ini belum ada info mengenai rencana Sony untuk membawanya ke kawasan lain.

Saya juga terkejut melihat harganya yang cukup premium, terutama untuk Wena Wrist Active. Kalau untuk Wena Wrist Pro, saya bisa maklum mengingat target pasarnya adalah mereka yang sudah sanggup membeli arloji mahal, dan ingin mencicipi kecanggihan smartwatch tanpa melengserkan jam tangan kesayangannya.

Sumber: CNET.

Tak Mau Kalah dari Nike, Puma Singkap Sepatu Self-Lacing Generasi Terbarunya

Belum lama ini, Nike memperkenalkan Adapt BB, sepatu basket canggih yang dapat mengendur dan mengencang dengan sendirinya. Pengumuman ini sepertinya membuat Puma kebakaran jenggot, sebab mereka juga baru saja menyingkap sepatu berteknologi self-lacing.

Puma menamai seri sepatu canggih ini dengan nama Fi, singkatan dari “Fit Intelligence”. Sepatu pertama dari keluarga Fi adalah sepatu lari. Desainnya simpel dan modern, tidak seperti Puma RS Computer Shoe yang sengaja dibuat semirip mungkin dengan versi aslinya dari tahun 1986.

Puma Fi

Puma Fi memanfaatkan perpaduan sebuah micromotor dan kabel super-tipis untuk mengencang atau mengendur. Sama seperti punya Nike, semuanya bisa dikontrol melalui aplikasi smartphone. Yang berbeda, Adapt BB mengandalkan tombol sebagai input manualnya, sedangkan Puma Fi mengusung semacam touchpad pada bagian atasnya.

Juga sama seperti Nike Adapt BB adalah kemampuannya untuk mengendur dan mengencang dengan sendirinya mengikuti kondisi kaki penggunanya. Aplikasi maupun touchpad-nya itu pada dasarnya hadir sebagai alternatif ketika pengguna masih merasa kurang pas dengan mode otomatisnya.

Kemiripan Fi dengan Adapt BB terus berlanjut sampai ke mekanisme charging-nya yang wireless. Sayang Puma belum mengungkap seberapa awet baterainya, namun yang menarik, baterainya ternyata bisa dilepas dan diganti dengan unit lain, sangat berguna ketika kehabisan daya selagi sedang tidak di rumah.

Puma Fi

Rencananya, Puma bakal menjual sepatu canggih ini dengan harga $330, lebih murah $20 ketimbang besutan Nike. Sangat disayangkan pemasarannya baru akan berlangsung tahun depan, yang berarti Nike punya waktu sekitar satu tahun untuk ‘mengenyangkan’ dirinya di segmen sepatu self-lacing.

Lebih mengecewakan lagi adalah fakta bahwa Fi bukanlah sepatu self-lacing pertama Puma. Di tahun 2016, mereka sempat memperkenalkan Puma AutoDisc, yang merupakan cikal bakal dari sepatu ini. Jeda waktu tersebut Puma manfaatkan untuk mematangkan teknologinya; menciutkan ukurannya dan membuatnya lebih komersial, sekaligus melengkapinya dengan lapisan penutup yang breathable.

Sumber: Digital Trends dan Puma.

Google Berpotensi Mengembangkan Smartwatch dengan Fitur ECG ala Apple Watch

Google membuat kejutan belum lama ini dengan mengakuisisi divisi smartwatch Fossil senilai $40 juta. Kabar ini pun langsung dikaitkan dengan rumor bahwa Google sedang menyiapkan smartwatch bikinannya sendiri untuk menjadi model flagship di platform WearOS, sekaligus bersaing langsung dengan Apple Watch.

Untuk bisa menyaingi Apple Watch dengan baik, Google tentu perlu menyematkan fitur-fitur kesehatan yang tak kalah komprehensif, apalagi mengingat Apple Watch generasi terbaru datang membawa fitur ECG alias electrocardiogram. Kabar baiknya, masih ada harapan bagi Google untuk menyematkan fitur serupa seandainya mereka benar-benar merilis smartwatch bikinannya sendiri nanti.

Baru-baru ini, anak perusahaan Alphabet yang berfokus di bidang sains, Verily, berhasil mengantongi persetujuan FDA (Food and Drug Administration) di AS atas fitur ECG pada smartwatch buatannya, Study Watch. Sesuai namanya, Study Watch dirancang untuk menjadi alat bantu riset di ranah medis, dan salah satu fitur unggulannya adalah ECG.

Persetujuan dari FDA ini secara langsung menetapkan status Study Watch sebagai perangkat medis Class II, dan status yang sama rupanya juga dimiliki oleh Apple Watch Series 4 terkait fitur ECG-nya. Sejauh ini memang tidak ada tanda-tanda Study Watch bakal direalisasikan menjadi produk untuk konsumen secara luas, tapi setidaknya ada harapan bagi Google untuk menerapkannya di smartwacth bikinannya.

Akuisisi divisi smartwatch Fossil dikawinkan dengan pencapaian Verily, semestinya rival Apple Watch dari Google ini sudah semakin dekat dengan kenyataan.

Sumber: Wareable.