Kenali 16 Startup Social Commerce Indonesia 

Dilansir oleh Data Reportal, jumlah pengguna media sosial di Indonesia tiap tahunnya meningkat. Pada Januari 2020 tercatat 160 juta penduduk Indonesia menggunakan media sosial dan tren ini akan terus meningkat. Pertumbuhan ini pun  dipandang menjadi kesempatan tersendiri bagi pelaku social commerce.

Sederhananya sebuah platform social commerce memanfaatkan jejaring yang dimiliki oleh pengguna akhir untuk melakukan transaksi jual-beli barang. Bisa melalui media sosial, aplikasi pesan, bahkan word of mouth. Laporan Mckinsey, juga menyebutkan sekitar 40% dari pasar e-commerce di Indonesia merupakan social commerce

Platform social commerce juga menjembatani mitra pedagang dengan brand principal yang membutuhkan sistem distribusi yang lebih efisien. Berikut ini daftar startup social commerce yang saat ini beroperasi di Indonesia:

Berkahi

Berkahi adalah platform untuk menjual produk-produk UMKM yang halal, aman, dan berkualitas, dengan visi dan tujuan untuk membantu pelaku-pelaku bisnis kecil dan perorangan untuk bersaing dengan perusahaan besar dan yang sudah maju.

Startup social commerce satu ini memungkinkan pelaku bisnis dapat akses ke ribuan produk halal dari dalam dan luar negeri. Proses pengemasan dan pengiriman dilakukan langsung dari gudang yang tersebar di berbagai wilayah, sehingga lebih efisien. Bagi pelaku UMKM sendiri biaya operasional dan fasilitas gudang tidak dikenankan biaya.

Ide perkembangan bisnis berkahi ini rampung pada November 2021 didirikan oleh tiga co-founder yaitu Rowdy Fatha (CEO), Turina Farouk (CTO), dan Andre Raditya Makmur (CMO). 

Saat ini berkahi masih mengandalkan pendanaan dari angel investor untuk menjalankan bisnisnya. Saat ini, Berkahi juga sedang mencari pendanaan tahap awal venture capital.

Chilibeli

Chilibeli adalah aplikasi belanja online kebutuhan sehari-hari yang berkualitas. Mengambil langsung dari petani, Chilibeli menjamin harga terbaik untuk semua. Memiliki visi untuk menyediakan produk dengan kualitas terbaik, segar dan langsung dari sumbernya ke setiap rumah dengan harga murah.

Alex Feng mendirikan perusahaan ni pada tahun 2019, Chilibeli terakhir kali mendapatkan pendanaan seri A dari Lightspeed Ventures senilai 160 Miliar Rupiah untuk mengekspansi bisnis yang lebih banyak lagi. Dikabarkan Chilibeli telah diakuisisi WeBuy untuk selanjutnya menjadi kendaraan mereka memasuki pasar Indonesia.

Credimart

CrediMart adalah startup social commerce berupa layanan grosir online yang menjual berbagai kebutuhan pokok. Mulai dari kopi, sabun, snack, hingga alat tulis dan obat-obatan — tersedia dalam bentuk potongan hingga karton. CrediMart akan mengantarkan pesanan ke lokasi bisnis dalam waktu 1 x 24 jam.

Salah satu fitur Credimart adalah Credistore, yang memudahkan penjual warung untuk melakukan stock lebih banyak dan praktis. Startup social commece yang ini didirikan oleh Gabriel Fans (CEO), Christian Lie (COO), Dekha Anggareska (CTO) pada tahun 2021.

Pendanaan seri A Credimart didapat melalui perusahaan induknya Credibook senilai 116 miliar Rupiah diikuti oleh Monk’s Hill Ventures, Insigna Ventures Partners, Wavemmaker Partners, Alpha JWC Ventures, dan lain-lain.

Dagangan

Dagangan ini lebih mengarah belanja sembako online grosir atau eceran. Menyediakan berbagai kebutuhan pokok seperti sembako, produk segar juga kebutuhan harian lainnya. Dagangan ini didirikan oleh Wilson Yanapresetya dan Ryan Manafe pada tahun 2016.

Fitur yang dimiliki dagangan sangat menarik. Mereka ini startup social commerce dengan model hub-and-spoke dalam operasionalnya. Dalam artian, membangun pusat pengadaan kebutuhan pokok atau micro fulfillment center (hub) ke kota lapis dua dan tiga dan pedesaan.

Pada bulan Apri 2022, Dagangan mendapatkan pra-seri B senilai 95 miliar Rupiah dari BTPN Syariah Ventura beserta Monk’s Hill Ventures dan Hendra Kwik yang turut serta melakukan penggalangan dana.

Dusdusan

Dusdusan adalah pemasok produk rumah tangga eksklusif yang memiliki komunitas reseller terbesar di Indonesia, lengkap dengan dukungan pelatihan dan materi promosi online dan offline. Visi dari dusdusan adalah menjadi komunitas reseller produk rumah tangga terbesar di Asia Tenggara.

Startup social commerce yang satu ini didirikan oleh Christian Kustedi dan Ellies Kiswoto pada tahun 2014.

Evermos

Evermos adalah sebuah platform social commerce reseller yang menjual berbagai macam produk-produk Muslim Indonesia. Startup social commerce Indonesia ini didirikan oleh Ghufron Mustaqim dan sejumlah rekannya pada tahun 2018.

Evermos ini menawarkan fitur yang menarik bagi pelaku ukm bisnis kecil yang belum memiliki modal, Bisa menggunakan platform yang satu ini.

Pada awal september 2021, Evermos mendapatkan pendanaan seri B dengan perolehan 427 miliar rupiah yang dilibatkan oleh UOB Venture Management dengan MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Future Shape, Jungle Ventures dan Shunwei Capital.

Grupin

Grupin merupakan startup social commerce Indonesia yang didirikan oleh Kevin dan rekannya Ricky Christie pada 2021. Layaknya aplikasi social commerce yang sudah ada, Grupin menawarkan pengalaman belanja berbasis komunitas kepada konsumen secara kolektif, tujuannya untuk mendapatkan penawaran harga yang lebih baik. 

Barang yang disediakan seputar kebutuhan sehari-hari seperti sembako, perlengkapan dapur, produk bayi, sampai elektronik. Untuk saat ini layanan tersebut baru tersedia untuk area Jabodetabek dan Bandung.

Dipimpin oleh Surge, Grupin mendapatkan pendanaan 42 miliar Rupiah untuk mengekspansi bisnis dan meningkatkan penjualannya.

Ibusibuk

IbuSibuk merupakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat ibu dengan membuka peluang bagi ibu-ibu untuk menambah penghasilan sebagai brand ambassador, KOL/Influencer (Momfluencer) untuk berbagai brand. Ini merupakan bagian dari Orami yang kini ada di bawah Sirclo Group.

Startup social commerce yang satu ini didirikan oleh Ferry Tenka pada tahun 2022. Investor saat ini digelontorkan oleh Sirclo.

Kitabeli

KitaBeli didirikan oleh Prateek Chaturvedi, Ivana Tjandra, Subhash Bishnoi, dan Gopal Singh Rathore pada Maret 2020. Platform tersebut memfasilitasi pembelian barang kebutuhan pokok, FMCG, dan produk kebutuhan rumah tangga lain secara berkelompok (team buying). Pengguna aplikasi KitaBeli mengundang kenalannya untuk membentuk grup, kemudian membeli produk bersama dengan potongan harga.

Pada tahun 2021 silam, Kitabeli mendapatkan seri A sebesar 144 miliar Rupiah, Hal tersebut ditunjukan untuk melakukan ekspansi bisnis beserta menggunakan program tersebut untuk mengeksplorasi persaingan bisnis social commerce di Indonesia.

Mapan

Startup social commerce ini awalnya adalah salah satu pionir agen layanan pulsadan PPOB (payment point online bank) yang beroperasi di pulau Jawa dan Bali. Setelah diakuisisi oleh Gojek pada tahun 2017, Founder Mapan yaitu Aldi Haroyopratomo mengaskan Mapan akan menjadi salah satu social commerce Indonesia yang mensejahterahkan masyarakat Indonesia dengan Go-Mapan.

Go-Mapan sendiri dinilai sangat efektif untuk masyarakat di Indonesia terutama pada kalangan keluarga driver dari Gojek dan sebagainya.

Otozilla

Otozilla Bertujuan untuk memperluas edukasi dan kesadaran masyarakat umum akan pentingnya perawatan kendaraan pribadi yang digunakan sehari-hari, platform social commerce yang fokus kepada otomotif Otozilla diluncurkan. Salah satu fokusnya ialah mefasilitasi komunitas.

Startup social commerce yang satu ini didirikan pada tahun 2020 oleh Kenny Joseph. Sampai saat ini otozilla mendapatkan pendanaan pree-seed dari Angel Investor.

RateS

Rate adalah startup social commerce, meluncurkan aplikasi mobile terbaru mereka yang bernama RateS. Aplikasi yang berbasis social commerce ini memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk memulai bisnis online mereka dan menjual berbagai barang tanpa memerlukan modal awal.

RateS ini didirikan pada tahun 2018. RateS ini berbentuk social commerce yang memudahkan penggunaannya melakukan bisnis tanpa modal awal. Pada awal Januari 2022, RateS ini menutup pendanaannya yang dipimpin oleh KVision dari Kasikon Bank menjadi investor baru di putaran ini; turut andil juga investor sebelumnya yakni Vertex Ventures, Insignia Ventures Partners, dan Genesis Ventures senilai 85,8 miliar Rupiah. 

Selleri

Selleri adalah sebuah social commerce yang dimana untuk reseller ataupun dropshiper tanpa modal untuk berjualan.  Didirikan oleh Jayant Kumar (CEO), Najmudin Husein (COO), dan Firman Hasan (CCO). Selleri ingin memberdayakan masyarakat Indonesia dengan sistem reseller dan dropshipper agar mudah untuk berjualan tanpa ada modal sepersenpun,

Tahun lalu, Selleri berhasil mengantongi pre-seed sebesar $610.000 dari investor, atau setara dengan 8,7 miliar Rupiah. Venture Capital yang terlibat adalah Orbit Kejora-SBI.

Shox

Shox didirikan pada tahun 2013 oleh Sonat Yalcinkaya dan Rayi Pasca Febriani. Shox adalah platform berbasis komunitas untuk memenuhi kebutuhan rumah secara online yang dapat diakses hanya dari rumah dan dilengkapi dengan sistem pembayaran.

Selain memudahkan berbelanja kebutuhan rumah tangga, Shox telah membantu ratusan ibu untuk meningkatkan pendapatan hanya dari rumah dengan membuka peluang berwirausaha melalui komunitas Mitra Shox.

Shox sendiri mendapatkan pendanaan untuk pengembangan yang dipimpin oleh AC Ventures, Teja Ventures, dan sejumlah investor lainnya senilai 79 miliar Rupiah.

Super

Startup social commerce Indonesia yang satu ini mendapatkan pendanaan seri C senilai 1,5 triliun Rupiah pendanaan ini dipimpin New Enterprise Associates. Super merupakan platform social commerce pertama di Indonesia. Ini juga merupakan perusahaan teknologi konsumen Indonesia pertama yang didukung oleh Y Combinator, yang membawahi fitur utama, Superagent, Fitur tersebut adalah perdagangan yang dipimpin oleh agen yang memungkinkan para pemimpin komunitas menjadi pengecer di dalam komunitas mereka.

Super dirintis sejak 2018 oleh Steven Wongsoredjo, membawa diferensiasi yang memanfaatkan platform logistik hyperlocal untuk mengirimkan barang-barang konsumen ke ribuan agen dalam waktu 24 jam dari waktu pemesanan. Super bermitra dengan ribuan agen komunitas seperti individu dan warung untuk mengumpulkan dan mendistribusikan barang bernilai jutaan dolar AS ke komunitas mereka setiap bulan.

Woobiz

Woobiz adalah social commerce yang mampu untuk memberdayakan perempuan di Indonesia untuk tertarik berbisnis atau usaha mikro. Woobiz sendiri didirikan pada tahun 2018 oleh  Putri Noor Shaqina, Rorian Pratyaksa, Josua Sloane, dan Hendy Wijaya pada bulan Desember 2018.

Startup social commerce Indonesia yang satu ini memiliki fitur yang memudahkan para penggunanya untuk melacak atau mendukung bermitra lebih terjangkau melalui channel social neighbourhood community dan social sharing secara online.

4 Perbedaan Mitra Reseller dan Mitra Keliling Woobiz

Woobiz merupakan platform digital yang berfokus untuk memberdayakan masyarakat agar bisa mandiri secara finansial melalui dua program kemitraan, yakni Mitra reseller Woobiz dan Mitra Keliling Woobiz yang memiliki konsep berbeda. Keempat perbedaan dari program Mitra reseller dan Mitra keliling Woobiz akan dibahas secara lengkap pada artikel ini.

Perbedaan Mitra Reseller dan Mitra Keliling Woobiz

Mitra reseller dan Mitra Keliling Woobiz adalah dua program kemitraan yang dibuat untuk tujuan yang sama, yaitu membantu masyarakat untuk bisa mendapatkan penghasilan. Meski tujuannya sama, namun terdapat perbedaan di antara keduanya. Mulai dari aplikasi yang digunakan, hingga sumber pendapatannya.

Berikut ini adalah rangkuman keempat perbedaa tersebut yang bisa menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan program yang tepat bagi Anda.

Aplikasi

Woobiz menyediakan dua aplikasi yang berbeda untuk dua program kemitraan tersebut. Untuk program Mitra reseller Woobiz, Mitra dapat menggunakan aplikasi Woobiz. Sedangkan, untuk Mitra Keliling Woobiz, Mitra menggunakan aplikasi dengan nama yang sama, yakni Mitra Keliling, untuk memperoleh penghasilan.

Cara Kerja

Selain aplikasi, cara kerja Mitra reseller Woobiz dan Mitra Keliling Woobiz juga berbeda. Seperti namanya, Mitra reseller Woobiz memiliki cara kerja seperti reseller, dimana Mitra memasarkan produk dari aplikasi Woobiz, membelinya, kemudian meneruskannya ke pelanggan.

Sedangkan Mitra Keliling bisa mendapatkan penghasilan dengan mengunjungi warung-warung, menghubungkan pemilik warung dengan supplier di Woobiz, dan menawarkan pembelian stok warung dari supplier di Woobiz.

Target Pelanggan

Perbedaan ketiga dari Mitra reseller dan Mitra Keliling adalah dari segi target pelanggan. Dari penjelasan perbedaan sebelumnya, Anda tentu dapat melihat bahwa target pelanggan Mitra reseller dan Mitra Keliling cukup berbeda.

Target pelanggan Mitra reseller dapat dikatakan lebih general dibandingkan Mitra Keliling. Anda bisa menawarkan produk-produk dari Woobiz ke siapa saja, baik secara online maupun offline. Berbeda dengan Mitra reseller, target pelanggan Mitra Keliling adalah pemilik warung, mengingat tugas Anda sebagai Mitra adalah menghubungkan Mitra dengan supplier di Woobiz.

Sumber Pendapatan

Terakhir, program Mitra reseller dan Mitra Keliling memiliki perbedaan dari sumber pendapatannya. Melansir Woobiz.id, Mitra Keliling bisa mendapatkan penghasilan dari tiga sumber, yakni dari fitur kunjunan, fitur daftar belanja, komisi transaksi.

Lalu, untuk program Mitra reseller, Mitra bisa mendapatkan penghasilan dari dua sumber pendapatan, yakni dari komisi pembelian setiap produk dan keuntungan yang nominalnya bisa ditentukan oleh Mitra sendiri dalam melakukan penjualan.

Itu dia empat perbedaan program Mitra reseller dan Mitra Keliling Woobiz. Semoga informasi di atas dapat membantu Anda dalam menentukan program yang paling cocok untuk Anda. Jika sudah berhasil menentukan program mana yang ingin Anda ikuti, Anda dapat melanjutkan ke tahap pendaftaran Mitra Woobiz dengan lihat cara selengkapnya di sini.

Cara Jualan di Aplikasi Woobiz, Solusi untuk Mandiri Finansial

Berjualan kini bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukan, terlebih lagi sejak pandemi. Pandemi membuat mayoritas masyarakat Indonesia menjadikan jualan sebagai sumber pendapatan. Tak heran, kini banyak sekali kemudahan untuk berjualan. Salah satunya dengan cara jualan di aplikasi Woobiz.

Woobiz merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan produk-produk untuk dijual kembali oleh Mitra Woobiz dengan keuntungan dan juga komisi. Sehingga, Mitra Woobiz bisa mendapatkan penghasilan dan mewujudkan misi Woobiz, yakni membantu Mitra untuk bisa mandiri secara finansial.

Cara Jualan di Aplikasi Woobiz

Seperti yang telah disampaikan di atas, cara berjualan di Woobiz sangatlah mudah. Woobiz menciptakan sebuah sistem kerja yang mirip seperti reseller. Sehingga, akan mudah dipahami dan dijalankan oleh Mitra. Berikut ini lima langkah cara jualan di aplikasi Woobiz untuk para Mitra Woobiz.

Daftar Sebagai Mitra Woobiz

Langkah pertama adalah mendaftar sebagai Mitra Woobiz. Untuk menjadi Mitra Woobiz, Anda hanya perlu melakukan registrasi pada aplikasi Woobiz. Tapi, sebelum itu, jangan lupa untuk perhatikan syarat untuk menjadi Mitra Woobiz.

Setelah memastikan Anda sesuai dengan syarat yang berlaku, Anda bisa mendaftar dengan mengikuti cara yang telah dijelaskan di sini.

Lengkapi Data Diri dan Rekening Bank

Setelah mengikuti langkah-langkah registrasi Mitra Woobiz, berikutnya Anda perlu melengkapi data diri dan data rekening bank untuk keperluan pencairan komisi. Berikut ini adalah cara melengkapi data diri di aplikasi Woobiz:

  • Buka aplikasi Woobiz atau akses mitra.woobiz.id.
  • Login ke akun terdaftar.
  • Buka menu Akun.
  • Kemudian, pilih Data Diri.

  • Anda akan melihat beberapa kolom untuk mengisi informasi data diri. Seperti nama, nomor telepon, alamat email, jenis kelamin dan tanggal lahir.

  • Lengkapi data pada bagian yang masih kosong.
  • Lalu, klik Simpan Perubahan.

Kemudian, untuk melengkapi data rekening bank, Anda bisa mengikuti cara di bawah ini:

  • Buka aplikasi Woobiz atau akses mitra.woobiz.id.
  • Masuk ke akun terdaftar.
  • Lalu, masuk ke menu Akun dan pilih Daftar Rekening Bank.

  • Klik Tambah Rekening untuk mendaftarkan rekening pencairan komisi.

  • Pilih nama bank dan masukkan nomor rekening Anda.

  • Klik Simpan.

Verifikasi Data Diri

Langkah berikutnya untuk berjualan di aplikasi Woobiz adalah memverifikasi data diri yang telah Anda lengkapi di langkah sebelumnya. Simak langkah-langkah untuk verifikasi data diri berikut ini:

  • Buka aplikasi Woobiz atau akses mitra.woobiz.id.
  • Login/masuk ke akun terdaftar.
  • Buka menu Akun dan pilih Verifikasi Data Diri.

  • Klik Verifikasi Sekarang untuk mulai verifikasi identitas. Verifikasi akan dilakukan dalam dua langkah, yakni dengan mengambil foto KTP dan foto diri dengan KTP.

  • Klik Ambil Foto untuk mengambil foto KTP dan foto diri dengan KTP.

  • Kemudian, ikuti instruksi yang diberikan hingga pengajuan verifikasi terkirim.

Transaksi di Aplikasi Woobiz

Apabila Anda telah berhasil mengikuti ketiga langkah di atas, maka Anda sudah bisa mulai bertransaksi di aplikasi Woobiz. Anda dapat membeli stok jualan di aplikasi Woobiz. Woobiz menyediakan banyak sekali pilihan produk yang bisa Anda jual. Mulai dari produk kebutuhan sehari-hari, bahan makanan, kosmetik, hingga produk fashion.

Woobiz juga menyediakan pilihan metode pembayaran yang beragam untuk Anda pilih. Setelah barang pesanan sampai ke tempat Anda, Anda bisa melanjutkan ke langkah selanjutnya.

Promosi Produk

Langkah selanjutnya adalah mempromosikan produk yang telah Anda beli pada aplikasi Woobiz. Anda bisa mempromosikan produk-produk tersebut di media promosi apa saja secara online menggunakan fitur “Tawarkan Barang” yang ada di halaman produk ataupun offline kepada kerabat di lingkungan sekitar Anda.

Pada dasarnya, langkah ini dapat Anda tukar dengan langkah sebelumnya untuk meminimalisir kemungkinan stok yang menumpuk. Sehingga, barang dapat segera keluar sesaat setelah barang tersebut tiba di tempat Anda.

Nah, itu dia lima langkah cara jualan di aplikasi Woobiz untuk Anda yang berminat menjadi Mitra Woobiz. Untuk lebih memahami cara kerja Mitra Woobiz, Anda juga bisa simak informasi selengkapnya di sini. Selamat mencoba!

Cara Kerja Program Mitra Woobiz untuk Dapatkan Penghasilan

Saat ini banyak sekali pilihan untuk mendapatkan penghasilan dengan mudah. Salah satu caranya adalah dengan bergabung menjadi Mitra Woobiz. Selain bisa sebagai sumber mendapatkan penghasilan, cara kerja Woobiz juga sangat mudah, sehingga cocok untuk siapa saja.

Woobiz merupakan platform digital yang memiliki misi untuk membantu banyak orang agar bisa mandiri secara finansial. Salah satunya dengan program kemitraan Woobiz. Penasaran bagaimana cara kerja Mitra Woobiz? Simak penjelasannya di bawah ini.

Cara Kerja Mitra Woobiz

Mitra Woobiz memiliki cara kerja yang hampir sama dengan sistem reseller di mana Anda sebagai mitra melakukan penjualan produk dari Woobiz. Kemudian, promosi dan penjualan produk dari Woobiz ini dapat Anda lakukan secara online maupun offline.

Namun, sebelum mulai melakukan penjualan produk dari Woobiz, Anda harus melakukan registrasi langsung pada aplikasi Woobiz. Untuk cara daftar Mitra Woobiz, Anda bisa melihat langkah-langkahnya secara lengkap di sini. Jangan lupa juga untuk memperhatikan syarat menjadi Mitra Woobiz.

Setelah berhasil mendaftar Mitra Woobiz, Anda bisa mulai mempromosikan produk dari Woobiz di berbagai media promosi  online, seperti media sosial, atau secara offline ke kerabat di lingkungan Anda. Apabila Anda telah mendapatkan pesanan, selanjutnya Anda bisa melakukan transaksi di aplikasi Woobiz.

Dilansir dari woobiz.id, Anda sebagai Mitra diwajibkan untuk bertransaksi melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak Woobiz. Berikut ini adalah cara bertransaksi di aplikasi Woobiz untuk Mitra Woobiz:

  • Buka aplikasi Woobiz.
  • Pilih barang yang ingin di-check out.
  • Klik Pesan dan buka keranjang belanja.

  • Setelah itu, klik Lanjut dan masukkan alamat.

  • Kemudian, pilih metode pembayaran.
  • Lalu, ikuti instruksi pembayaran dan lakukan pembayaran secepatnya agar pesanan dapat segera diproses.

Sistem Komisi Mitra Woobiz

Bagaimana sistem komisi untuk Mitra Woobiz? Mitra Woobiz bisa mendapatkan keuntungan dari setiap pembelian produk melalui aplikasi Woobiz.

Nominal komisi yang diperoleh bisa berbeda-beda tergantung keterangan yang ada pada setiap halaman produk. Komisi nantinya akan masuk ke saldo komisi Mitra di aplikasi Woobiz.

Selanjutnya, Mitra dapat mencairkan komisi tersebut melalui fitur Pencairan aplikasi Woobiz. Setiap pencairan komisi ke rekening bank, Mitra akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.2.500 dengan waktu proses pencairan maksimal 3 hari kerja.

Demikian informasi mengenai cara kerja dan sistem komisi di Woobiz. Woobiz menciptakan sistem kerja yang sangat sederhana dan mudah dipahami untuk membantu mitranya yang ingin mulai mendapatkan penghasilan.

Syarat Jadi Mitra Woobiz, Wajib Tahu Sebelum Mendaftar!

Menjadi mitra Woobiz adalah salah satu alternatif untuk bisa mendapatkan penghasilan. Namun, sebelum mendaftar, ada baiknya Anda mengetahui syarat dan ketentuan untuk jadi mitra Woobiz yang selengkapnya akan dijelaskan pada artikel ini.

Tapi, sebelum masuk ke sana, di bawah ini akan disampaikan informasi mengenai apa itu mitra Woobiz bagi Anda yang belum mengetahuinya.

Tentang Mitra Woobiz

Woobiz merupakan sebuah aplikasi yang memungkinkan Anda untuk bisa mendapatkan penghasilan melalui kemitraan. Nantinya, Anda sebagai mitra bisa melakukan penjualan barang-barang dari aplikasi Woobiz yang sistemnya mirip seperti reseller. Sehingga, Anda tidak perlu bingung mencari ide barang jualan ataupun mencari supplier.

Selain menjadi mitra reseller Woobiz, Woobiz juga menyediakan kemitraan lainnya bernama Mitra Keliling. Berbeda dengan Mitra Woobiz, Mitra Keliling bertugas menawarkan produk-produk Woobiz ke warung-warung. Sehingga, mereka pemilik warung tidak perlu repot untuk mencari stok warung.

Syarat Menjadi Mitra Woobiz

Baik Mitra reseller Woobiz dan Mitra Keliling, keduanya perlu memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pihak Woobiz sebelum mendaftar. Apa saja syarat yang perlu disiapkan untuk jadi Mitra Woobiz?

Melansir woobiz.id, berikut ini adalah beberapa informasi yang harus disiapkan untuk daftar mitra Woobiz:

  • Nama lengkap
  • Nomor HP aktif
  • Alamat lengkap sesuai KTP
  • Alamat email untuk dicantumkan saat pendaftaran
  • Tanggal lahir
  • Jenis kelamin

Semua informasi tersebut akan diminta untuk dicantumkan saat proses pendaftaran untuk kemudian akan digunakan tidak lain untuk memproses pengajuan pendaftaran Anda sebagai Mitra, memudahkan proses komunikasi pihak Woobiz dengan Anda selaku Mitra, dan peningkatan layanan Woobiz kepada Mitra.

Untuk informasi selengkapnya mengenai syarat dan ketentuan menjadi Mitra Woobiz, Anda dapat melihatnya di sini.

Setelah mengetahui syarat menjadi Mitra Woobiz, selanjutnya Anda dapat melanjutkan proses pendaftaran mitra di aplikasi Mitra Woobiz atau Mitra Keliling yang langkah-langkahnya sudah dijelaskan secara lengkap di sini.

Semoga informasi di atas dapat membantu Anda yang ingin mulai mendapatkan penghasilan melalui program kemitraan Woobiz. Selamat mencoba!

Langkah-Langkah Daftar Mitra Woobiz dan Mitra Keliling Woobiz

Saat ini banyak sekali platform digital yang berfokus untuk memberdayakan perempuan, terutama dalam hal berbisnis. Woobiz merupakan salah satu platform yang bisa digunakan oleh pengusaha perempuan untuk bisa mendapatkan penghasilan dan mengembangkan diri dengan cara daftar sebagai mitra Woobiz.

Tapi, sebelum mendaftar sebagai mitra Woobiz, ada baiknya Anda mengenal lebih dekat platform bernama Woobiz satu ini.

Apa Itu Woobiz?

Woobiz merupakan wadah social-commerce yang berfokus pada pemberdayaan melalui kemitraan. Misi Woobiz adalah membantu para mitranya untuk bisa mandiri secara finansial. 

Sejak awal berdiri, Woobiz memang lebih berfokus pada pemberdayaan perempuan karena melihat banyaknya populasi perempuan yang ingin mandiri secara finansial atau mendapatkan penghasilan tambahan sejak pandemi. Namun, kini Woobiz tidak hanya berfokus kepada perempuan, melainkan semua orang dengan moto #WeEmpowerEveryone.

Untuk mewujudkan misinya, Woobiz saat ini memiliki dua jenis kemitraan yang dapat Anda pilih sesuai keinginan dan kebutuhan Anda, yakni Mitra Woobiz dan Mitra Keliling.

Cara Daftar Mitra Woobiz

Untuk menjadi Mitra Woobiz, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mengunduh aplikasi dengan nama yang sama, yakni Mitra Woobiz, melalui Play Store.

Selain melalui Play Store, registrasi juga dapat Anda lakukan melalui mitra.woobiz.id. Untuk step by step cara daftar Mitra Woobiz, simak informasinya di bawah ini:

  • Selanjutnya, masukkan nama lengkap Anda dan nomor telepon aktif.

  • Lalu, klik Lanjut.
  • Setelah itu, pilih metode verifikasi nomor HP. Anda bisa memilih untuk verifikasi melalui SMS atau WhatsApp.

  • Masukkan kode OTP yang telah dikirimkan melalui metode yang Anda pilih sebelumnya (SMS/WhatsApp).
  • Klik Konfirmasi OTP jika aplikasi tidak memproses secara otomatis.
  • Proses pendaftaran selesai. Anda telah menjadi Mitra Woobiz. Klik Mulai Langkah Awalmu untuk mengeksplor aplikasi Mitra Woobiz.

Cara Daftar Mitra Keliling Woobiz

Selain Mitra Woobiz, Woobiz juga menyediakan aplikasi Mitra Keliling untuk para mitra yang bertugas menawarkan barang ke warung-warung. Berikut ini langkah-langkah mendaftar sebagai Mitra Keliling:

  • Buka aplikasi Mitra Keliling atau akses mitrakeliling.id.
  • Kemudian, Anda akan masuk ke halaman login. Untuk mendaftar, tekan Klik disini untuk Bergabung di bagian bawah halaman.

  • Selanjutnya akan ada informasi mengenai apa itu Mitra Keliling. Klik Lanjutkan dan Gabung Sebagai Mitra Keliling untuk melanjutkan pendaftaran.

  • Masukkan nomor telepon aktif Anda sebagai langkah pertama pendaftaran. Klik Lanjut.

  • Berikutnya, pilih metode yang Anda inginkan untuk melakukan verifikasi nomor telepon (SMS/WhatsApp).

  • Masukkan kode OTP yang telah dikirimkan.
  • Setelah itu, masukkan nama lengkap Anda, email, jenis kelamin, dan tangal lahir. Klik Ke Tahap Selanjutnya.

  • Di tahap selanjutnya, masukkan alamat lengkap toko/rumah Anda. Kemudian, klik Ke Tahap Selanjutnya untuk mengakhiri pendaftaran.

  • Selesai.

Nah, demikian informasi mengenai cara daftar menjadi Mitra Woobiz dan Mitra Keliling. Hanya dengan bermodalkan nomor telepon, Anda dapat mulai memperoleh penghasilan dengan menjual produk-produk Woobiz. Selamat mencoba!

Geliat “Reseller” Berjualan di Media Sosial

Pekerja informal merupakan kelompok yang paling rentan terdampak pengaruh pandemi. Mereka harus putar otak mencari pekerjaan tambahan untuk melanjutkan hidup. Pilihan pertama yang biasanya diambil adalah berdagang menjual produk-produk yang sedang dicari masyarakat.

Dalam tulisan DailySocial sebelumnya, pemain social commerce saat ini sedang memanfaatkan momentum dalam menjaring reseller baru karena terjadi pergeseran konsumsi belanja ke platform digital. Dampak kenaikan tersebut tidak merata hanya dinikmati pemain e-commerce, tapi juga platform social commerce.

Platform social commerce menawarkan kesempatan menjadi reseller dengan mudah. Hanya bermodalkan smartphone dan tidak memerlukan modal awal. DailySocial mewawancarai tiga pemain reseller yang kini cukup berbahagia karena kenaikan jumlah reseller yang bergabung, yakni RateS, Woobiz, dan Evermos.

Evermos saat ini melakukan pendekatan yang berbeda dalam menjaring reseller baru. Mereka menggratiskan biaya pendaftaran dari awalnya harus membayar biaya komitmen awal sebesar Rp300 ribu. CEO Evermos Iqbal Muslimin mengatakan pandemi telah memakan lebih dari dua juta orang yang terkena PHK karena itulah kebutuhan orang menghasilkan penghasilan tambahan juga semakin besar.

“Kita membuat dalam rangka memberdayakan para pekerja informal yang terkena dampak langsung seperti driver ojek online dan agen travel umroh bekerja sama dengan PergiUmroh,” ucapnya.

“Alhamdulillah reseller baru juga bisa mulai lancar jualan karena konsumen juga menghindari aktivitas di luar dan mulai beralih ke pesan produk secara online atau lewat WA,” sambungnya.

Dia tidak menyebutkan seberapa besar kenaikan reseller sejak pandemi. Namun ia menyatakan bahwa sekarang ada lebih dari 100 ribu reseller yang bergabung dan tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

Data Woobiz tak jauh berbeda. Co-Founder Woobiz Putri Noor Shaqina menuturkan banyak orang yang tertarik bergabung dengan Woobiz karena mereka bisa mendapatkan pendapatan tanpa perlu meninggalkan tempat tinggal atau pergi jauh.

“Mitra lama kami juga mengalami dampak positif di mana banyak tetangga-tetangga mereka yang berbelanja ke mitra kami. Kami melihat peningkatan rata-rata transaksi mitra kami hingga lebih dari 30% setiap bulannya sejak pandemi ini,” katanya.

Woobiz disebutkan memiliki 10 ribu mitra sejak pertama kali beroperasi pada Juli tahun lalu. Mayoritas mereka berasal dari Jabodetabek, lalu menyebar ke Jawa Barat, Timur, dan Tengah sejak bekerja sama dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPPNU).

RateS juga demikian. Startup asal Singapura ini baru masuk ke Indonesia sejak Juni tahun lalu namun pencapaiannya diklaim memuaskan. Chief Strategy Officer RateS Albert Ho menerangkan, perusahaan kini memiliki ratusan ribu reseller yang bergabung.

“Bisa dikatakan mayoritas reseller kami ada di Pulau Jawa, tapi juga ada di Medan, Makassar, Palembang, dan Balikpapan. Separuh reseller kami tidak ada yang datang dari kota lapis pertama. Kami banyak menyentuh kota lapis dua dan tiga, seperti Sukabumi, Cianjur, dan Malang,” kata Albert.

Terus melengkapi produk

Sama seperti pemain e-commerce, katalog produk semakin dilengkapi agar tetap relevan dengan permintaan yang sedang tinggi, seperti produk-produk yang berkaitan dengan kesehatan dan makanan pokok sehari-hari. Di Evermos, perusahaan menambah kemitraan dengan UKM produsen herbal untuk mengenalkan produk vitamin dan madu untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Evermos termasuk pemain reseller yang fokus pada produk halal seperti fesyen, makanan, kosmetik, dan kebutuhan rumah tangga.

“Ini [produk vitamin] merupakan salah satu top kategori kita. Kita selalu sesuaikan produk UKM untuk reseller agar bisa dijual dengan mudah apalagi di masa pandemi.”

Sementara itu, kategori produk yang paling laku dijual reseller di RateS adalah bahan pokok rumah tangga, alat masak, dan mainan untuk anak. Lalu alat-alat olahraga, seperti tikar yoga, juga sering dicari. Albert memperkirakan pertumbuhan transaksi di kategori tersebut setidaknya mencapai 30% sejak pandemi.

“Intinya [kenaikan] memang seperti yang kita pikirkan: selama lockdown, orang Indonesia masih ingin menghibur anak-anak mereka dengan mainan, lebih banyak memasak di rumah, lebih banyak hiburan di rumah. Tentunya, produk fesyen saat ini turun sekali,” tutur Albert.

RateS menempatkan dirinya sebagai pemain yang kuat di produk alat-alat rumah tangga dan ibu dan anak. Albert menuturkan dalam pengadaan barang ini perusahaan bekerja sama dengan produsen peralatan asli (original equipment manufacturer/OEM) di luar negeri lalu mengimpornya ke Indonesia. Ada 200 pabrikan yang sudah digaet perusahaan.

Sementara untuk pengadaan produk dari lokal, masih bisa dihitung jari baru lima brand. “Untuk penyimpanan, kami memakai inventaris kami di berbagai gudang di seluruh Indonesia. Idealnya kami ingin sedekat mungkin dengan ekonomi pedesaan, jadi pengiriman jarak jauh kami paling rendah ke pelanggan.”

Woobiz juga memperluas kerja samanya dengan brand FMCG untuk memenuhi permintaan di lapangan. Perusahaan tersebut menyediakan kurasi produk dari beragam brand dari kategori kecantikan, makanan dan minuman, fesyen muslim, aksesoris, perawatan dan kesehatan, ibu dan anak, dan produk segar.

Perlu peningkatan kapabilitas

Ketiga pemain reseller ini kompak menyatakan orang Indonesia itu sangat sosial. Masih banyak orang yang membutuhkan bantuan ketika ingin membeli produk secara online. Untuk itu dibutuhkan sosok reseller yang membantu mereka secara personal.

“Target konsumen reseller adalah mereka yang bisa di-touch langsung secara offline atau lewat aplikasi media sosial dan chat messaging mereka,” tandas Iqbal.

Kendati ketiganya membuka channel penjualan di media sosial, mereka juga membuka kesempatan untuk berjualan di platform digital lainnya, misalnya membuka toko di situs e-commerce. Iqbal menuturkan pihaknya membuka portal pribadi bernama Berikhtiar.com untuk mewadahi reseller yang terbiasa berjualan online.

Sementara itu, di RateS, semua reseller diarahkan untuk sepenuhnya berjualan di platform e-commerce. Kata Albert, pilihan tertinggi reseller untuk berjualan adalah di Shopee, disusul Tokopedia.

Di Woobiz, menurut Putri, meski fokusnya berjualan di media sosial, reseller mulai diarahkan untuk untuk berjualan di platform e-commerce agar mereka dapat menjangkau konsumen lebih luas. Reseller dapat mengikuti program kelas internal yang diberi nama Woouniversity.

Reseller kami berjualan di aplikasi media sosial seperti Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Ketiganya jadi lebih sering digunakan. Fitur status di media sosial memudahkan mitra memasarkan barang tanpa harus menawarkan secara personal. Bahkan aktivitas berjualan melalui grup komunitas WA semakin gencar untuk meningkatkan penghasilan.”

Dampak ekonomi yang diberikan aplikasi reseller ini sebenarnya cukup jelas. Reseller bisa mendapatkan penghasilan tambahan untuk menyambung hidup. Pemberdayaan secara berkelanjutan tentunya harus dilakukan oleh para pemain tersebut agar reseller tersebut bisa naik tingkat hingga mampu memproduksi barang sendiri.

Kehadiran program pendampingan untuk membimbing mereka perlu disiapkan, seperti cara pemasaran, manajemen keuangan, hingga menyiapkan mental sebagai pengusaha.

“Kami memiliki misi agar para mitra kami dapat mandiri secara finansial, meningkatkan kemampuan ekonomi mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” pungkas Putri.

Pandemi Beri Momentum bagi Platform Social Commerce

Seiring penurunan jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan dan toko retail, para pebisnis harus memutar otak untuk bisa tetap bertahan atau terkikis perlahan. Kehadiran konsep social commerce yang menyatukan aktivitas sosial dan niaga dalam beberapa tahun terakhir dinilai sebagai sebuah inovasi yang tepat guna, terlebih di tengah pandemi yang sedang melanda berbagai belahan dunia.

Berdasarkan laporan yang dibuat Econsultancy bersama Magento dan Hootsuite pada bulan Oktober 2019 berjudul “The State of Social Commerce in Southeast Asia”, industri social commerce diproyeksikan akan bertumbuh signifikan. Dengan lebih dari 350 juta pengguna internet di Asia Tenggara dan 90% masyarakat terhubung ke internet menggunakan smartphone, peluang untuk
bertransaksi sangatlah besar.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa layanan yang mengarahkan bisnis mereka pada konsep social commerce, sebut saja Woobiz, TapTalk.io, dan layanan baru Storie.

Memanfaatkan momentum

Pandemi Covid-19 yang saat ini membatasi ruang gerak dan aktivitas di tempat publik turut mendorong pergeseran kebiasaan masyarakat dalam berbelanja. Meskipun tren belanja online sudah marak dilakukan sejak akses internet semakin mudah, pandemi ini semakin mendorong tren konsumsi online yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir.

Co-Founder Woobiz Putri Noor Shaqina mengakui, sejak pandemi ada dampak yang cukup signifikan dalam pertumbuhan bisnis. “Kami melihat peningkatan rata-rata trannsaksi mitra lebih dari 30% setiap bulannya sejak pandemi,” ujarnya.

Menurut laporan Comscore bertajuk “COVID-19 and its impact on Digital Media Consumption in Indonesia”, beberapa fakta menarik diajukan mengenai konsumsi masyarakat atas media digital di masa pandemi.

WhatsApp, Facebook, dan Instagram merajai peringkat mobile app yang paling sering digunakan. Pembatasan interaksi sosial langsung mendorong semangat para pelaku industri untuk bisa mencari pendapatan tanpa harus melangkah ke luar rumah. Hal ini tidak lepas dari fitur-fitur di media sosial seperti “Instagram Story” yang turut membantu penjual dalam melakukan pemasaran.

Sebagai salah satu layanan yang menawarkan solusi teknologi dalam pengelolaan pesan untuk UKM, TapTalk.io, melalui representatifnya mengungkapkan, “Momentum ini telah memicu percepatan transformasi teknologi sejauh enam tahun, karena itu para pelaku industri harus bisa memanfaatkan hal ini untuk menyiapkan online presence bagi bisnisnya agar lebih mudah dijangkau oleh pelanggan.”

Saling melengkapi

Tidak dapat dipungkiri, konsep social commerce melekat erat dengan ranah e-commerce. Masih di laporan Econsultancy, pada tahun 2025, pasar e-commerce diproyeksikan akan melebihi $100 miliar per tahunnya. Hal ini turut mendongkrak popularitas social commerce.

Co-Founder Storie Rizky Kaljubi menyampaikan, “Saat ini e-commerce dan transaksi secara digital semakin familiar. Penetrasi media sosial juga semakin banyak dalam berbagai lini bisnis. Semakin banyak pelaku industri ingin memiliki penghasilan dari digital dan semakin banyak brand beralih dari tradisional menuju soft selling.

Data Comscore menunjukkan peningkatan signifikan terjadi pada industri e-commerce tanah air selama pandemi.

Mengenai peta persaingan industri social commerce dan e-commerce, pihak TapTalk.io berkomentar, “Menurut kami, social commerce tidak bersaing langsung dengan sektor e-commerce, tetapi bisa berjalan seiring dan saling melengkapi. Hal ini juga karena peran social commerce diperlukan untuk menghidupkan kembali human touch di dalam aktivitas transaksi jual beli secara digital.”

Tantangan ke depan

Meskipun banyak data yang menunjukkan tren positif, industri social commerce tidak semata-mata imun terhadap tantangan. Sebagai industri yang tergolong baru di Indonesia, masih diperlukan edukasi merata, baik ke sisi bisnis maupun konsumennya. Salah satu solusi yang ditawarkan Woobiz adalah Wooniversity, sebuah komitmen memberikan dampak nyata melalui media pelatihan dan edukasi secara langsung.

Putri menambahkan, “Banyak reseller yang masih belum nyaman memesan produk jualannya melalui platform online dan banyak juga yang tertarik tapi belum bisa berjualan [..] Kami ingin mengedukasi para mitra kami juga melatih mereka untuk dapat berjualan demi meningkatkan kemampuan ekonomi.”

TapTalk.io memiliki pandangan tersendiri. Menurut mereka, masih banyak bisnis yang mengkategorikan kanal social commerce ini sebagai third-level channel atau kanal tambahan untuk pengembangan bisnis mereka.

“Tetapi kami melihat ke depannya, channel sosial ini akan menjadi salah satu kebutuhan utama bagi bisnis untuk dapat menjangkau pelanggan, tidak hanya untuk keperluan penjualan, namun juga dukungan after sales yang lebih baik dan terintegrasi untuk para pelanggan,” ujar juru bicara TapTalk.io.

10 Startup “Femtech” Berpotensi di Indonesia

Riset yang dilakukan Frost & Sullivan menyebutkan female technology (femtech) secara global bisa menjadi pasar bernilai $50 miliar hingga tahun 2025 mendatang. Femtech bisa berarti bisnis yang didirikan oleh perempuan dan kebanyakan menyasar kebutuhan khusus untuk kalangan perempuan.

Di Indonesia sendiri, perlahan tapi pasti, sudah mulai banyak startup yang didirikan perempuan. Beberapa startup di antaranya diprediksi bakal meluncur mulus dalam waktu 2 hingga 3 tahun ke depan, termasuk yang menyasar produk kecantikan, layanan e-commerce dan marketplace fashion, kebutuhan produk segar, dan makanan dan keperluan bayi.

Menyambut peringatan hari Kartini bulan April ini, berikut adalah rangkuman 10 startup yang didirikan dan dipimpin perempuan dan menyediakan layanan dan produk untuk perempuan Indonesia.

1. Base

CEO Base Yaumi F. Sugiharta
CEO Base Yaumi F. Sugiharta

Base adalah layanan e-commerce kecantikan yang memberikan rekomendasi produk berdasarkan kondisi kulit pengguna. Rekomendasi akan muncul setelah konsumen mengisi seluruh pertanyaan yang ditanyakan. Startup ini didirikan oleh Yaumi Fauziah Sugiharta dan Ratih Permata Sari.

Seluruh produk kecantikan Base diproduksi sendiri. Akhir tahun 2019 lalu startup produk kecantikan berbasis metode direct-to-consumer (DTC) ini mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh East Ventures dan Skystar Capital.

“Industri kecantikan di Indonesia saat ini sedang tumbuh dengan cepat. Hal tersebut terjadi seiring dengan berkembangnya kebutuhan konsumen dan juga kemajuan teknologi. Dengan mudahnya akses informasi dan jual beli produk dari luar negeri, saat ini konsumen memiliki demand produk dengan kualitas tinggi. Fenomena tersebut mendorong para pemain industri kecantikan untuk meningkatkan standar kualitas produknya. Audiens Gen Z dan juga milenial adalah segmen yang dapat kami kategorikan sebagai smart buyer, ingin mengenal dengan cermat tentang produk yang mereka gunakan dan terliterasi dengan baik,” kata Yaumi.

Tahun 2020 ini Base memiliki target pengembangan produk baru sesuai dengan masukan konsumen dan mengenalkan brand serta edukasi kepada audiens yang lebih luas. Perusahaan juga akan melakukan penyempurnaan teknologi untuk mengoptimalkan analisis data menggunakan Artificial Intelligence, yang kemudian digunakan untuk pengembangan produk dan strategi pengembangan perusahaan.

2. Sayurbox

CEO Sayurbox Amanda Cole
CEO Sayurbox Amanda Susanti Cole

Sayurbox hadir mencoba memenuhi kebutuhan buah segar dan produk sayuran berkualitas kepada warga ibukota. Platform online ini menyediakan bahan segar dan produk sehat berkualitas dari petani dan produsen lokal Indonesia. Sayurbox awalnya didirikan Amanda Susanti Cole dan Rama Notowidigdo, kemudian Metha Trisnawati bergabung ke tim sebagai COO.

Sayurbox mengusung konsep bisnis farm-to-table yang memungkinkan konsumen mendapatkan berbagai bahan segar dan produk berkualitas langsung dari petani dan produsen lokal. Sayurbox merupakan salah satu startup yang telah menerima beberapa putaran pendanaan, termasuk dari Patamar Capital di tahun 2018 dan kemungkinan Tokopedia tahun lalu.

3. Love and flair

Co-founder & CEO LOVE AND FLAIR Emily Jaury
Co-founder & CEO LOVE AND FLAIR Emily Jaury

Didirikan oleh Emily Jaury, Love and Flair merupakan layanan e-commerce multibrand yang dikurasi untuk perempuan Indonesia. Dengan menerapkan bisnis berorientasi konsumen, semua masukan dari konsumen menjadi fokus perusahaan. Selain bisa diakses secara online, Love and Flair juga telah memiliki toko permanen di mall terkemuka Jakarta.

Tahun 2018 lalu Love and Flair tergabung dalam program akselerator besutan Gojek dan Digitaraya, Gojek Xcelerate batch kedua, yang fokus ke startup karya founder perempuan Indonesia dan Asia Pasifik.

4. Kotoko

CEO Kotoko Cynthia Krisanti
CEO Kotoko Cynthia Krisanti

Didirikan di Singapura tahun 2019 lalu oleh Cynthia Krisanti, Kotoko adalah startup di bidang ritel dan teknologi yang menyediakan ekosistem online dan offline bagi brand-brand independen, termasuk DTC, di Indonesia untuk memasarkan produk-produk mereka ke lebih banyak konsumen. Perusahaan mendapatkan dana awal dari Antler.

Saat ini Kotoko telah memiliki sekitar 60 brand independen ternama dengan jumlah kumulatif 1 juta pengikut di Instagram. Perusahaan telah membuka multibrand store pertama di Plaza Indonesia dan mempersiapkan ekspansi ke kota-kota besar di luar Jabodetabek, seperti Bandung, Surabaya, Makassar, dan Bali.

5. Gigel

Co-founder Gigel Putri Arinda
Co-founder Gigel Putri Arinda

Gigel didirikan oleh pasangan suami istri Putri Arinda dan Muhammad Syahdani. Platform ini berisi penyewaan produk yang banyak dibutuhkan pasangan muda yang baru memiliki anak, seperti stroller, mainan, dan lain-lain.

Awal tahun ini Gigel gencar mengembangkan cakupan layanan dan model bisnis marketplace penyewaannya. Tidak hanya produk untuk bayi, pengguna bisa menyewa barang seperti winter jacket, koper untuk wisata, atau kamera. Gigel mengklaim telah memiliki sekitar 500 mitra dan 15 ribu pengguna aktif. Masih terbatas di kawasan Jabodetabek, tahun ini Gigel memiliki rencana untuk memperluas layanan ke kota-kota besar lainnya.

“Saat ini kami telah memiliki angel investor dan belum berencana untuk melakukan penggalangan dana. Masih fokus kepada traksi dan melayani lebih banyak pengguna. Diharapkan tahun ini kami juga bisa menambah pilihan produk untuk pengguna,” kata Arinda.

6. Rata

CMO RATA Drg. Deviana Maria A
CMO RATA drg. Deviana Maria A

Startup Rata didirikan oleh drg. Edward Makmur, Danny Limanto, Jason Wahono, dan drg. Deviana Maria A untuk mengatasi permasalahan estetika gigi yang dibantu teknologi artificial intelligence.

“Kami ingin menciptakan clear aligner yang bisa dijangkau semua orang, dan pastinya much better than using braces. Permasalahan seperti kawat gigi yang menusuk, harus datang ke klinik dental secara rutin dan mengganggu penampilan yang pada akhirnya membuat orang menjadikan permasalahan estetika gigi kebutuhan kesekian,” ujar Deviana.

Mendapat investasi dari Alpha JWC Ventures, Rata juga memberikan kesempatan konsultasi online secara gratis dan melakukan engagement langsung memanfaatkan media sosial.

7. Bubays

CPO Bubays Ifatul Khasanah
CPO Bubays Ifatul Khasanah

Bubays didirikan oleh pasangan suami istri Ifatul Khasanah dan Muhammad Faiz Ghifari. Platform ini menjual produk makanan pendamping air susu ibu (MPASI). Ide pengembangan usaha tersebut muncul ketika founder mengikuti program startup generator Antler di Singapura. Bubays juga sudah membukukan pre-seed funding dari Antler senilai 1,5 miliar Rupiah.

Bubays menghadirkan makanan bayi sehat untuk keluarga muda di Indonesia, yang bisa diantar hingga ke rumah. Platform ini memastikan makanan yang dibuat dengan bahan-bahan segar, lezat, dan bernutrisi tinggi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Platform ini memungkinkan pengguna untuk secara khusus memesan makanan bayi mereka berdasarkan usia bayi, alergi, dan juga membantu melacak tumbuh kembang bayi mereka.

Saat ini cakupan pangsa pasar Bubays baru di seputar Jabodetabek.

8. Greenly

Co-founder Greenly Liana Gonta Widjaja
Co-founder Greenly Liana Gonta Widjaja

Greenly didirikan oleh Liana Gonta Widjaja dan Edrick Joe Soetanto. Liana adalah sarjana di bidang nutritional science, dietetics, dan juga telah menjalani karier sebagai ahli nutrisi kesehatan.

Konsep new retail yang diadopsi Greenly menawarkan aneka makanan dan minuman sehat. Selama satu tahun perjalanannya, Greenly mengklaim berhasil mengalami pertumbuhan hingga lima kali lipat dengan ratusan pesanan tiap harinya.

Memasuki tahun keduanya, Greenly berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal yang dipimpin East Ventures. Dana segar yang didapat rencananya akan digunakan perusahaan untuk menginovasi produk, pengembangan teknologi, dan memperluas jaringannya di Surabaya, termasuk juga ekspansi di kota-kota lainnya.

9. Style Theory

Co-founder dan COO Style Theory Raena Lim
Co-founder dan COO Style Theory Raena Lim

Diluncurkan pada 2016 di Singapura oleh Raena Lim dan Chris Halim, platform penyewaan produk fesyen Style Theory hadir menawarkan opsi penyewaan lebih dari 50 ribu koleksi busana yang dapat diakses melalui aplikasi. Perusahaan menawarkan langganan bulanan dan resmi hadir di Indonesia sejak tahun 2017 lalu. Perusahaan ingin mengurangi konsumsi busana (dalam bentuk pembelian) di kalangan masyarakat, yang pada akhirnya diharapkan berpengaruh ke lingkungan.

Saat ini Style Theory telah memiliki lebih dari 13 ribu pengguna yang tersebar di Indonesia, Singapura, hingga Hong Kong. Awal bulan Desember lalu Style Theory mengantongi pendanaan putaran Seri B yang dipimpin SoftBank Ventures Asia.

10. Woobiz

Co-founder Woobiz Putri Noor Shaqina / SWA
Co-founder Woobiz Putri Noor Shaqina / Photo credit : SWA

Woobiz didirikan oleh Putri Noor Shaqina, Rorian Pratyaksa, Josua Sloane, dan Hendy Wijaya pada bulan Desember 2018. Platform ini menawarkan akses teknologi bagi para perempuan Indonesia untuk bisa menjadi pengusaha mikro. Salah satunya adalah menghubungkan mitra, yang kebanyakan ibu rumah tangga, dengan brand. Woobiz mengklaim bisnis yang dijalankan, sebagai social commerce, memiliki misi untuk memberdayakan perempuan Indonesia, khususnya ibu rumah tangga, agar bisa meningkatkan kualitas hidup serta mandiri secara finansial.

“Dalam ekosistem kita, mitra atau user akan berjualan menggunakan channel social neighbourhood community dan kita dukung dengan fitur untuk social sharing secara online,” kata Chief Growth and Marketing Woobiz Putri Noor Shaqina.

Dari sisi pendanaan, Woobiz telah mendapatkan pendanaan sejak akhir tahun 2018. Untuk monetisasi bisnis, pihaknya mengaku juga mendapat bagian dari produk yang berhasil didistribusikan. Sejauh ini, mereka telah bekerja sama dengan pihak ketiga yang mempunyai infrastruktur logistik.

“Ke depannya, kita berencana untuk memperkuat sendiri, membangun hub atau pick-up point,” ujar Putri.

Platform Social Commerce Woobiz Bercita-cita Tingkatkan Kualitas Hidup Perempuan Indonesia

Sebuah platform yang mengkategorikan dirinya sebagai social commerce, Woobiz, memiliki misi untuk memberdayakan perempuan Indonesia khususnya ibu rumah tangga agar bisa meningkatkan kualitas hidup serta mandiri secara finansial. Saat ini telah ada 750 mitra yang sudah bergabung dan sekitar 50-100 pengguna sudah mulai aktif berjualan.

Woobiz didirikan oleh Putri Noor Shaqina, Rorian Pratyaksa, Josua Sloane, dan Hendy Wijaya pada bulan Desember 2018. Platform yang masih dalam beta version ini menawarkan akses teknologi bagi para perempuan Indonesia untuk bisa menjadi pengusaha mikro. Salah satunya adalah menghubungkan mitra, yang kebanyakan ibu rumah tangga, dengan brand.

Dengan menjadi mitra, pengguna akan mendapatkan akses ke berbagai macam produk yang sudah dikurasi, mulai dari skincare, make-up, hijab, hingga makanan ringan. Kebanyakan produk yang ditawarkan adalah lokal, seperti Kedaung Home, Rabbani, Dear Me Beauty, Orang Tua, Kimbo, namun ada juga beberapa brand dari luar seperti Celebon, Foccalure, dan JM solution.

Dari sini, mereka bisa mulai mendistribusikan barangnya melalui social neighbourhood community. Woobiz juga memberikan komisi yang akan segera cair saat pesanan sudah diterima.

Chief Growth and Marketing Woobiz Putri Noor Shaqina menyatakan, “Dalam ekosistem kita, mitra atau user akan berjualan menggunakan channel social neighbourhood community dan kita dukung dengan fitur untuk social sharing secara online.”

Selain itu, Woobiz juga menawarkan akses dan ruang untuk komunitas bisa berkembang, menyediakan pelatihan dalam berjualan, komunikasi, serta mengatur pendapatan.

Beberapa aksi edukasi komunitas digalakkan, seperti program roadshow Wooniversity, bertujuan untuk mendukung para perempuan Indonesia bisa saling menginspirasi. Salah satu kampanye mereka adalah #SuperwoomenMovement yang melibatkan perempuan dari seluruh penjuru Indonesia untuk berbagi cerita kesuksesan. Fokusnya saat ini masih di wilayah Jabodetabek, namun akan terus memperluas jangkauan ke daerah sekitarnya.

“Mandiri secara finansial adalah tujuan besar kami, ujung tombak kami terletak pada individu dan juga komunitas yang ingin berjuang untuk kesejahteraan dan hidup yang lebih bernilai.”

Dari sisi pendanaan, Woobiz telah mendapatkan pendanaan sejak akhir tahun 2018. Untuk monetisasi bisnis, pihaknya mengaku juga mendapat bagian dari produk yang berhasil didistribusikan. Sejauh ini, mereka telah bekerja sama dengan pihak ketiga yang mempunyai infrastruktur logistik.

“Kedepannya, kita berencana untuk memperkuat sendiri, membangun hub atau pick-up point.” tambah Putri.