[Review] Redmi 7A by Xiaomi; Android Sejutaan, Performa Tetap Andal

Bicara mengenai Redmi 7A, smartphone ini memang dirancang sebagai perangkat entry-level banget. Harganya terjangkau dan spesifikasinya sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar ber-smartphone.

Sejak Redmi 4A sampai Redmi 7A, peningkatan signifikan yang ditawarkan ialah penggunaan chipset yang lebih baru. Namun ada beberapa spesifikasi yang tidak berubah, seperti konfigurasi RAM dan memori internal yang masih sama yakni 2GB dan 16GB. Resolusi layarnya sebatas HD/HD+ dan kamera depannya tetap 5MP.

Dengan harga Rp1,2 juta, idealnya Redmi 7A cocok untuk siapa dan apa bedanya dengan Redmi 7 series? Berikut review Redmi 7A by Xiaomi selengkapnya.

Desain Redmi 7A

Review-Xiaomi-Redmi-7A

Dibanding dengan pendulunya, tampak depan keduanya masih terlihat mirip. Sebab masih mengusung layar 5,45 inci tanpa notch beresolusi 720×1440 piksel dalam rasio 18:9 yang sama.

Bezel sampingnya cukup tipis, tapi dahi dan dagunya masih terlihat cukup tebal. Area dagu yang cukup lapang tersebut pun dimanfaatkan untuk branding bertuliskan ‘Redmi’.

Review-Xiaomi-Redmi-7A

Beralih ke bagian belakang, Redmi 7A tiba dalam pilihan warna hitam dan biru dengan finishing matte. Dimensinya cukup ringkas, punya tinggi 146,30mm, lebar 70,41mm, ketebalan 9,55mm, dan bobot 165 gram.

Jauh lebih tebal dari Redmi 6A (8.3mm), lantaran Redmi 7A mengemas baterai yang lebih besar yakni 4.000 mAh. Meski begitu, ketebalannya justru membuatnya terasa erat di tangan.

Kelengkapan atributnya, mikrofon dan jack audio 3.5mm menempati sisi atas. Sementara, speaker dan port microUSB berada di sisi bawah. Sebelah kanan ada tombol power dan volume, serta SIM tray di sebelah kiri.

Layar & UI

Review-Xiaomi-Redmi-7A

Redmi 7A mengusung layar IPS berukuran 5,45 inci dengan resolusi 720×1440 piksel, punya kerapatan layar 295 ppi dan rasio layar 18:9. Kualitas layarnya cukup, standar minimum untuk sebuah smartphone.

Fitur-fitur yang tersedia antara lain automatic brightness, auto-rotate screen, reading mode, contrast & colors, text size, double tap screen to wake, raise to wake, dan dark mode. Karena bezel samping layarnya berwarna hitam, bila dark mode diaktifkan membuatnya terkesan menyatu dengan antarmukanya.

Bicara antarmuka, Redmi 7A menjalankan MIUI 10 berbasis Android 9 Pie terbaru yang punya banyak sekali fitur. Ada full screen gesture, untuk fungsi kembali Anda harus usap dari tepi kanan ke kiri atau sebaliknya. Karena tak ada sensor fingerprint, sistem keamanannya akan mengandalkan face unlock.

Kamera AI 12MP

Review-Xiaomi-Redmi-7A

Dari sektor kamera, ada sedikit peningkatan yang dibawa oleh Redmi 7A. Smartphone ini sudah mengandalkan kamera AI 12 MP dengan aperture f/2.2 dan piksel berukuran 1.25µm. Sementara, kamera depannya masih 5 MP yang juga bertugas untuk face unlock.

Review-Xiaomi-Redmi-7A-19

Terdapat empat mode utama yaitu photo, pro, video, dan short video. Mode photo dilengkapi dengan fitur filter, beauty, dan HDR. Lalu, pada mode pro kita bisa mengatur white balance, manual focus, shutter speed, dan ISO.

Perekaman videonya sebatas resolusi 1080p 30fps saja dan short video membantu kamu menghasilkan footage dengan durasi 15 detik. Tersedia juga mode time-lapse yang intervalnya bisa diatur lebih lanjut.

Berikut hasil bidikan kamera Redmi 7A by Xiaomi:

Performa dan Hardware

Review-Xiaomi-Redmi-7A

Dapur pacu yang digunakan kembali menggunakan chipset besutan Qualcomm, sebelumnya Redmi 6A mengandalkan Mediatek Helio A22 dan kini Redmi 7A ditenagai Snapdragon 439. SoC ini diproduksi dengan proses teknologi FinFET 12 nm yang konsumsi dayanya sangat ramah, tapi cukup untuk menangani kebutuhan dasar ber-smartphone harian.

Perbedaan performa antara Redmi 7A, Redmi 7, dan Redmi Note 7 sangat jauh. Namun selisih harga dari ketiga smartphone Redmi ini terbilang tipis. Masing-masing mengandalkan SoC Snapdragon 660, Snapdragon 632, dan Snapdragon 439.

Konfigurasi RAM 2GB dan memori internal 16GB akan membuat Redmi 7A ini cepat ngos-ngosan bila digunakan sebagai daily driver. Namun bila Anda membutuhkan smartphone kedua, atau budget benar-benar mepet dan urgent – Redmi 7A memang memiliki performa yang cukup baik untuk melayani aktivitas seperti chatting, media sosial, menikmati hiburan musik video, dan browsing.

Verdict

Review-Xiaomi-Redmi-7A

Harga Redmi 7A saat ini Rp1,2 juta, pilihan yang cukup sempurna bagi mereka yang ingin beralih dari feature phone. Kapasitas baterai 4.000 mAh bersanding chipset Snapdragon 439 yang irit daya dan hanya menangani panel HD+, daya tahan baterai Redmi 7A memang berada di atas rata-rata.

Kembali kepada kebutuhan masing-masing, pasar smartphone di Indonesia cakupannya sangat luas dan di kota-kota kecil – menurut saya smartphone entry-level seperti Redmi 7A ini pasti sangat diminati.

Sparks

  • Baterai 4000 mAh
  • SoC Qualcomm Snapdragon 439
  • Desain baru dengan finishing matte

Slacks

  • RAM dan memori internal sangat kecil
  • Tanpa sensor fingerprint

MIDC 2019: Ajang Kumpul Developer untuk Xiaomi, Mi Apps Berubah jadi GetApps

Semenjak kehadirannya pertama kali di Indonesia, Xiaomi selalu mengadopsi konten lokal untuk dihadirkan pada setiap perangkatnya. Kali ini, Xiaomi mengumpulkan para developer, khususnya di Indonesia, untuk berkontribusi membuat aplikasi. Oleh karena itu, Xiaomi pun mengumpulkan para developer dalam sebuah acara konferensi yang diadakan di Jakarta.

Acara tersebut bernama Mi Developer Conference 2019 (MIDC 2019), yang merupakan kedua kalinya mereka adakan di Indonesia. Cukup banyak developer-developer yang datang pada acara yang dihelat pada tanggal 4 September 2019 di Ballroom hotel Ayana Midplaza. Bahkan, orang-orang yang berasal dari vendor smartphone lain pun juga datang ke acara ini.

MIDC 2019

Sayangnya, pada saat MIDC dihelat, sesi untuk media hanyalah satu jam pertama. Sesi selanjutnya merupakan acara tertutup untuk para developer.

Pada acara tersebut, terungkap bahwa pengguna MIUI, antar muka yang digunakan pada hampir setiap perangkat Xiaomi, memiliki 279 juta pengguna aktif di seluruh dunia. Untuk Indonesia sendiri, MIUI memiliki lebih dari 24 juta pengguna aktif.

Xiaomi pun juga melakukan lokalisasi untuk aplikasi-aplikasi yang mereka miliki. Misalnya saja berita-berita pada browser dan juga aplikasi Mi Video. Tema juga menjadi satu hal yang mereka kedepankan untuk melakukan lokalisasi produk mereka.

Berbicara mengenai aplikasi, pada saat yang sama pula, Xiaomi mengganti nama toko aplikasi mereka. Saat ini, kemungkinan besar pengguna Xiaomi tidak akan lagi menemukan aplikasi yang bernama Mi Apps. Hal itu dikarenakan Mi Apps sudah berubah nama menjadi GetApps.

Getapps

Selain mengubah namanya, tampilan antar muka dari GetApps juga diubah. Hal tersebut dikarenakan semenjak Mei 2012, aplikasi ini sudah banyak digunakan. Sudah ada 220 miliar aplikasi yang telah didistribusikan oleh Mi App Store ke pengguna di seluruh dunia. Menurut Ivone Li, kepala GetApps, jumlah pengguna aktif toko aplikasi Xiaomi tersebut sudah ada 150 juta di lima negara utama.

Lima negara yang dimaksud oleh Ivone secara berurutan adalah Tiongkok, India, Indonesia, Rusia, dan Spanyol. Pengguna Getapps harian di Indonesia sendiri mencapai 1,7 juta orang dan jumlah itu naik 170% dari tahun sebelumnya.

Xiaomi pun menjanjikan pengalaman yang lebih baik buat para penggunanya. Hal ini dibuktikan dengan membagikan aplikasi berdasarkan kategori. Peringkat daftar aplikasi pun juga dibuat pada aplikasi Xiaomi tersebut. Ivone juga menjanjikan bahwa GetApps akan lebih simple, mulus, dan lebih baik dari sebelumnya.

Peringkat turun

Setelah sesi media selesai, kami pun mengadakan wawancara kepada salah satu perwakilan Xiaomi yang, sayangnya, tidak mau disebutkan namanya. Satu hal yang cukup menggelitik adalah peringkat Xiaomi yang kini turun. Bahkan menurut laporan IDC, pada kuartal kedua 2019 Xiaomi turun ke peringkat ke empat.

Perwakilan tersebut pun mengakui bahwa pihaknya memang tidak seagresif seperti sebelumnya. Pada kuartal pertama dan kedua, Xiaomi cukup berhati-hati dalam menentukan langkah mereka karena adanya perubahan internal. Mereka pun sedang menyiapkan strategi untuk melakukan efisiensi dan membawa produk lebih banyak lagi.

Hands-on Black Shark 2 Pro di Malaysia, Kapan Masuk Indonesia?

Teruntuk Anda para hardcore mobile gamer, ada kabar baik datang dari Black Shark. Anak perusahaan Xiaomi Perusahaan teknologi gaming yang salah satu investornya adalah Xiaomi ini telah meluncurkan smartphone gaming keempat mereka yakni Black Shark 2 Pro di Malaysia dan segera menyusul ke Indonesia setidaknya satu bulan lagi.

Menurut Yang Sun, selaku vice president marketing Black Shark Global. Mereka menargetkan akan meluncurkan Black Shark 2 Pro dan Black Shark 2 reguler ke Indonesia pada bulan depan secara bersamaan. Saat ini mereka tengah mempersiapkan untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30 persen dengan skema software bukan hardware.

Black-Shark-2-Pro-8

Harganya juga kemungkinan tidak akan terpaut jauh, di Malaysia Black Shark 2 Pro dibanderol RM 2.499 atau sekitar Rp8,4 juta untuk varian RAM 8GB dan storage 128GB. Serta, RM 2.999 atau Rp10 jutaan untuk varian tertinggi dengan RAM 12GB dan storage 256GB.

Saya mewakili Dailysocial turut menghadiri acara peluncuran Black Shark 2 Pro untuk kawasan Southeast Asia tersebut. Ada beberapa poin yang ditekankan oleh smartphone gaming ini, mari cari tahu lebih banyak.

Performa Optimal dengan Snapdragon 855+

Black-Shark-2-Pro-4

Guna menyuguhkan experience bermain game seoptimal mungkin, Black Shark 2 Pro mengandalkan Mobile Platform Qualcomm Snapdragon 855+. Dibandingkan dengan Snapdragon 855 versi standar, versi ‘plus’-nya ini memang diciptakan untuk mobile gaming. Di mana kemampuan GPU Adreno 640 pada Snapdragon 855+ ini meningkat 15 persen dan memiliki CPU sedikit lebih cepat.

Snapdragon 855+ sendiri dibuat dengan pabrikasi 7nm dan punya CPU octa-core yang terdiri dari satu core Kryo 485 2.96 GHz, tiga core Kryo 485 2.42 GHz, dan empat core 1.78 GHz Kryo 485.

Media penyimpanannya sudah menggunakan standar terbaru UFS 3.0 yang punya kecepatan baca dan tulis tinggi layaknya penyimpanan SSD. Kapasitasnya tersedia dalam pilihan 128GB dan 256GB, tanpa dukungan slot microSD. Serta, disokong RAM sebesar 8GB atau 12GB.

Buat mengatasi masalah panas saat bermain game secara intens, Black Shark 2 Pro dibekali dengan teknologi Liquid Cooling 3.0+. Sistem pendingin baru ini diklaim mampu meredam suhu panas smartphone hingga 14 derajat celcius.

Layar dengan Input 240 Hz

Black-Shark-2-Pro-5

Beralih ke bagian layar, bila smartphone gaming lain dibekali panel dengan refresh rate tinggi seperti 90 fps bahkan 120 fps – Black Shark punya pendekatan yang berbeda. Panel layarnya masih 60 fps, tapi punya teknologi touch-sensing yang mampu mengenali input 240 Hz – sangat responsif.

Response time-nya hanya 34,7ms dan pada game kompetitif seperti PUBG Mobile atau genre MOBA, kecepatan melepas tembakan atau skill – sangat mungkin membuat perbedaan dalam jalannya pertandingan. Black Shark juga menyertakan fitur master touch, resizable D-Pad, dan aksesori D-Pad yang meningkatkan kontrol permainan.

Black-Shark-2-Pro-7

Layarnya menggunakan jenis AMOLED seluas 6,39 inci beresolusi Full HD+ (430ppi) dalam aspek rasio 19.5:9. Cakupan warnanya DCI-P3 100% dengan fitur seperti always HDR mode, TrueView Adaptive Display, dan fingerprint under display.

Desain Bernuansa Gaming

Black-Shark-2-Pro-1

Bagi saya, penampilan Black Shark 2 Pro terlihat keren. Sangat kental dengan nuansa gaming, meski bagi sebagian orang mungkin terlalu berlebihan.

Ada lima LED RGB, tiga terletak di bagian belakang dan dua di sisi samping. Yang paling kentara ialah logo S-nya, diapit Shark Eyes. Sementara, yang disisi samping juga tak kalah mencolok.

Black-Shark-2-Pro-2

LED RGB ini akan berkedip secara dinamis, mengikuti alunan musik, video yang sedang kita tonton, dan tentu saja ritme saat bermain game. Anda dapat memilih sejumlah pola dan warna di pengaturan.

Body smartphone terbuat dari material aluminum dan bagian belakangnya ternyata tidak rata. Pola yang berada di logo S-nya ini agak menonjol dan saat memegangnya dalam posisi landscape seolah jemari kita ditopang olehnya. Terasa sangat grippy dan menambah kenyamanan bermain game dalam durasi yang lama.

Fitur Black Shark 2 Pro Lainnya

Black-Shark-2-Pro-6

Untuk kameranya, Black Shark 2 Pro menggunakan konfigurasi dual camera. Kamera utamanya menggunakan sensor Sony IMX 586 beresolusi 48 MP f/1.8. Kamera sekundernya adalah telephoto 12 MP f/2.2 dan menyuguhkan kemampuan optical zoom 2x. Sementara, kamera depannya 20 MP f/2.0.

Black Shark 2 Pro menjalankan Android 9 Pie yang disebut Joy UI dan tangki baterai bermuatan 4.000 mAh lengkap dengan Quick Charge 3.0 fast charging.

Jadi, kita nantikan saja kelanjutannya bulan depan. Bila Black Shark 2 Pro akhirnya dirilis di Indonesia, artinya bakal bersaing dengan ASUS ROG Phone yang saat ini masih menjadi satu-satunya smartphone gaming di Indonesia.

Redmi Note 8 Pro Resmi Diungkap, Usung Empat Kamera Belakang dengan Sensor Utama 64 Megapixel

Xiaomi punya penawaran baru yang sangat menarik buat konsumen kelas menengah ke bawah. Mereka baru saja menyingkap Redmi Note 8 dan Note 8 Pro secara resmi, dan keduanya sama-sama menawarkan banyak keunggulan terlepas dari harganya yang terjangkau.

Kita mulai dari yang lebih superior dulu, yakni Redmi Note 8 Pro. Ia merupakan ponsel pertama bikinan Xiaomi yang mengemas kamera 64 megapixel, siap bersaing langsung dengan Realme XT yang meluncur hampir bersamaan. Mengikuti tren terkini, kamera beresolusi masif tersebut turut didampingi oleh tiga kamera belakang lain.

Redmi Note 8 Pro

Ketiganya adalah kamera wide-angle 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan terakhir sensor 2 megapixel untuk merekam informasi depth. Di depan, ada kamera 20 megapixel yang bernaung di dalam notch. Layarnya sendiri merupakan panel IPS 6,53 inci dengan resolusi 2340 x 1080 pixel, lengkap beserta lapisan kaca Gorila Glass 5.

Dapur pacu Redmi Note 8 Pro ditenagai oleh chipset MediaTek Helio G90T yang masih sangat gres. Berhubung chipset ini dirancang untuk menyajikan performa gaming yang optimal, Xiaomi tak lupa melengkapinya dengan sistem liquid cooling pada Redmi Note 8 Pro. Untuk RAM dan storage internal, Note 8 Pro bakal ditawarkan dalam tiga konfigurasi: 6GB/64GB, 6GB/128GB, dan 8GB/128GB.

Redmi Note 8 / Xiaomi
Redmi Note 8 / Xiaomi

Beralih ke Redmi Note 8, kita masih akan disambut oleh kuartet kamera yang sama di belakang, hanya saja resolusi kamera utamanya bukan 64 megapixel, melainkan 48 megapixel. Di depan, Redmi Note 8 mengandalkan kamera selfie beresolusi 13 megapixel. Layar IPS-nya sedikit lebih kecil di angka 6,3 inci, tapi resolusi dan kaca pelapisnya sama persis.

Untuk spesifikasinya, Xiaomi memercayakan pada chipset Qualcomm Snapdragon 665. Konfigurasi RAM dan storage-nya juga ada tiga, yaitu 4GB/64GB, 6GB/64GB, dan 6GB/128GB. Baik Redmi Note 8 maupun Note 8 Pro sama-sama mengemas slot microSD untuk ekspansi.

Redmi Note 8

Kedua ponsel ini dibekali sensor sidik jari tradisional yang diposisikan di belakang. Baterai dengan dukungan fast charging 18 W via sambungan USB-C juga tersedia pada keduanya, meski kapasitasnya tidak sama: Note 8 dengan kapasitas 4.000 mAh, sedangkan Note 8 Pro dengan kapasitas 4.500 mAh.

Di Tiongkok, Redmi Note 8 Pro dijual dengan harga mulai 1.399 yuan (± Rp 2,8 juta) untuk varian dengan konfigurasi RAM dan storage terendahnya itu tadi, sedangkan Redmi Note 8 malah lebih terjangkau lagi, tepatnya mulai 999 yuan (± Rp 2 juta) saja.

Sumber: 1, 2, 3.

Xiaomi, OPPO dan Vivo Berkolaborasi Kembangkan Fitur Transfer File ala AirDrop

Android Q yang akan dirilis bersama Google Pixel 4 beberapa bulan lagi sudah pasti menyimpan banyak fitur baru. Kendati demikian, versi terbaru Android ini rupanya juga bakal menghapuskan salah satu fitur lamanya, yakni Android Beam, seperti dilaporkan oleh TechRadar.

Sekadar mengingatkan, Android Beam adalah fitur untuk berbagi file antar perangkat. Fungsinya kurang lebih mirip seperti fitur AirDrop di platform iOS. Namun yang membedakan adalah, AirDrop mengandalkan perpaduan Bluetooth dan Wi-Fi, sedangkan Android Beam menggunakan NFC.

Tren terkini menunjukkan bahwa NFC lebih cocok dipakai untuk fungsi pembayaran. Itulah mengapa Google memutuskan untuk mengeliminasi Android Beam. Kabar baiknya, Android Q disebut sudah menyiapkan penggantinya, yakni Fast Share, yang kalau berdasarkan pengujian 9to5Google, jauh lebih mirip dengan AirDrop ketimbang Android Beam.

Masalahnya, Fast Share disebut membutuhkan Google Play Services, dan kemungkinan besar ini yang menjadi alasan mengapa Xiaomi, OPPO, dan Vivo baru-baru ini memutuskan untuk bekerja sama mengembangkan fitur serupa versi mereka sendiri, berdasarkan info yang dirilis akun resmi MIUI (Xiaomi) di WeChat.

Fitur ini kabarnya bakal terintegrasi pada MIUI (Xiaomi), ColorOS (OPPO), dan FunTouchOS (Vivo). Seperti halnya AirDrop, kreasi trio brand Tiongkok ini menawarkan kecepatan transfer hingga 20 MB per detik, dan ini mengindikasikan keterlibatan Wi-Fi di belakang layar, di samping Bluetooth yang berperan menjadi perantara tiap perangkat.

Versi beta dari fitur ini disebut bakal dirilis pada akhir bulan ini juga. Aliansi Tiongkok ini mempersilakan pabrikan smartphone lain untuk mendaftar apabila mereka tertarik mengintegrasikan fitur transfer file ini pada perangkat bikinannya masing-masing.

Sumber: The Verge.

4 dari 5 Brand Smartphone dengan Penjualan Terbesar di Indonesia Adalah Brand Asal Tiongkok

Dua tahun terakhir ini kita dihadapkan dengan harga smartphone flagship yang terus melambung. Namun dampak positifnya, smartphone kelas menengah ke bawah kian bertambah banyak, dan kualitasnya pun terus meningkat dari tahun ke tahun.

Bicara soal smartphone kelas mid-end atau low-end, sudah pasti pabrikan smartphone asal Tiongkok yang menjadi subjek bahasan utamanya. Berdasarkan hasil riset Counterpoint, berbagai penawaran dari brand seperti Xiaomi, OPPO, maupun Vivo menjadi salah satu pendorong terbesar pertumbuhan pasar smartphone.

Data mereka menunjukkan bahwa ada peningkatan penjualan smartphone sebesar 6% di pasar Indonesia selama kuartal kedua kemarin jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Juga menarik adalah fakta bahwa empat dari lima brand smartphone dengan penjualan terbesar di tanah air merupakan brand asal Tiongkok, dengan total pangsa pasar melebihi 55%.

Samsung masih memegang posisi pertama berkat model-model gres seperti Galaxy A50 / DailySocial
Samsung masih memegang posisi pertama berkat model-model gres seperti Galaxy A50 / DailySocial

Keempat brand itu adalah, sesuai urutannya terkait pangsa pasar: Xiaomi (21%), OPPO (17%), Vivo (9%) dan Realme (8%). Untuk Xiaomi, bintang utama mereka di pasar tanah air adalah seri Redmi 7 dan Redmi 6A, dan peningkatan penjualan mereka turut didukung oleh pergeseran strategi dari yang tadinya eksklusif secara online, menjadi lebih banyak membuka toko ritel fisik sekarang.

Untuk OPPO, A5s dan A3s yang berharga terjangkau menjadi motor penjualan di tengah upaya mereka membangun branding di segmen high-end lewat seri Reno. Vivo di sisi lain berhasil meningkatkan angka penjualan mereka berkat strateginya merilis model yang sama seperti yang dijual di pasar Tiongkok, tapi dengan spesifikasi yang lebih rendah demi menekan harga jualnya dan menjadi lebih kompetitif di pasar lokal.

Di posisi kelima, ada Realme yang menjalani debutnya dengan cemerlang, meski eksistensinya belum ada satu tahun. Portofolio yang dimiliki sub-brand OPPO ini terbilang ringkas, dan di saat yang sama mereka juga cukup agresif dalam mematok harga. Ke depannya, Realme bahkan sudah punya niatan untuk membuka sejumlah toko ritel fisik demi semakin mendorong angka penjualan.

Brand non-Tiongkok yang masih bertahan di posisi lima besar adalah Samsung, dan mereka juga masih mantap di peringkat pertama, utamanya berkat tingginya penjualan model seperti Galaxy A50 yang menyasar kalangan muda-mudi. Kalau ditotal, lima brand smartphone dengan penjualan terbesar di Indonesia ini memegang pangsa pasar sebesar 82% sendiri.

Sumber: Counterpoint.

Smartphone Android Murah Xiaomi Redmi 7A Hadir di Indonesia

Xiaomi selalu mengeluarkan smartphone Android dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan para pesaingnya. Setelah melepaskan mereknya dari Xiaomi, Redmi masih mengusung strategi yang sama. Kali ini, Redmi meluncurkan perangkat baru dengan nama Redmi 7A pada Fintech Space – Satrio Tower, Jakarta di tanggal 6 Agustus 2019.

Xiaomi Redmi 7A - Launch

Redmi 7A memiliki dua buah fitur baru yang dikedepankan oleh Xiaomi. Yang pertama, smartphone ini sudah splash proof sehingga perangkat tidak bakal rusak akibat terkena percikan air. Namun, itu tidak berarti bahwa Redmi 7A mampu bertahan saat tercebur ke dalam air. Selanjutnya adalah kemampuan Redmi 7A untuk menangkap sinyal radio FM tanpa menancapkan earphone sebagai antenanya.

Redmi 7A juga memiliki kamera yang apik. Xiaomi menanamkan sensor Sony IMX 486 yang juga dipakai oleh beberapa perangkat mainstream di pasaran. Selain itu, baterai yang ditanamkan pada Redmi 7A juga sangat besar, yaitu 4000 mAh. Hal ini membuatnya dapat bertahan hingga dua hari.

Xiaomi Redmi 7A

Xiaomi Redmi 7A memiliki spesifikasi sebagai berikut

 

SoC Snapdragon 439
CPU 2×2.0 GHz Cortex-A53 + 6×1.45 GHz Cortex A53
GPU Adreno 505
RAM / Internal Storage 2/16 GB
Layar 5.45″ 1440 x 720 rasio layar 18:9
Baterai 4000 mAh
Sistem Operasi Android Pie 9 dengan MIUI 10

Redmi 7A tersedia dalam dua varian warna, yaitu Matte Blue dan Matte Black, dengan harga Rp.1.299.000 untuk versi 2GB+16GB. Sama seperti seri sebelumnya, di Lazada melalui flash sale perangkat ini dijual dengan harga Rp.1.199.000 yang tentunya akan membuat Anda harus bersiap-siap menekan tombol beli dengan secepat mungkin.

Cocok untuk Ojek Online

Mencoba Redmi 7A pada saat peluncuran memang tidak bisa seleluasa pada saat mendapatkan perangkat uji cobanya. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya jurnalis dan youtuber yang ingin mengambil gambar perangkat Redmi 7a. Oleh karena itu, saya pun juga hanya bisa mencoba sekitar 5-10 menit saja.

Xiaomi Redmi 7A - Camera Ring

Desain dari Redmi 7A sepertinya tidak akan cocok untuk mereka yang lebih suka layar dengan notch. Redmi 7A masih menggunakan desain layar yang memanjang dengan rasio 18:9. Bagian belakangnya masih terbuat dari plastik polikarbonat yang cukup kokoh saat digenggam. Saat membalik perangkat ini, Finishing belakangnya membuat sidik jari mudah tertempel.

Dengan Snapdragon 439, membuat navigasi pada smartphone ini cukup baik. Layarnya cukup responsif saat disentuh. Akan tetapi, saya cukup curiga dengan RAM yang hanya 2 GB saja akan membuat perangkat ini melambat pada saat terinstal banyak aplikasi. Walaupun begitu, biasanya Xiaomi menanamkan ZRAM agar RAM dapat sedikit lebih luas saat digunakan.

Saat mencoba menggunakan Google Map, GPSnya cukup akurat mendeteksi peta. Entah karena saya berada didekat jendela pada lantai yang lebih tinggi atau memang GPS pada SD439 yang baik. Dengan harga yang ditawarkan, tentu saja menjadi pilihan yang baik bagi para pengemudi ojek online yang saat ini sedang menjamur.

Xiaomi Black Shark 2 Pro Siap Tandingi Asus ROG Phone II dengan Performa Sekelas

Perang smartphone gaming edisi 2019 resmi dimulai. Belum ada satu bulan sejak Asus mengumumkan ROG Phone II, Xiaomi sudah siap menyerang balik dengan menyingkap Black Shark 2 Pro. Lucunya, Black Shark 2 sendiri baru dirilis beberapa bulan yang lalu, dan versi Pro-nya ini sejatinya cuma membawa sedikit peningkatan dari segi performa.

Seperti halnya ROG Phone II, Black Shark 2 Pro juga menjadi salah satu ponsel pertama yang mengusung chipset Snapdragon 855 Plus yang masih sangat baru, lengkap dengan dukungan sistem liquid cooling. Dibandingkan Snapdragon 855 yang terdapat pada Black Shark 2 standar, 855 Plus unggul berkat clock speed prosesor yang lebih tinggi, serta performa GPU yang naik hingga 15%.

Xiaomi Black Shark 2 Pro

Spesifikasi lainnya juga ikut direvisi sedikit: Black Shark 2 Pro hanya memiliki varian dengan RAM 12 GB, dan pilihan storage berkapasitas 128 atau 256 GB-nya juga sudah di-upgrade dari tipe UFS 2.1 menjadi UFS 3.0. Yang belum berubah adalah layarnya, yang masih mengandalkan panel AMOLED 6,39 inci beresolusi 2340 x 1080 pixel.

Cukup disayangkan layarnya ini masih memiliki refresh rate 60 Hz, jauh di bawah ROG Phone II maupun Razer Phone 2 yang sama-sama mengunggulkan layar dengan refresh rate 120 Hz. Bahkan smartphone yang tidak dikategorikan gaming seperti OnePlus 7 Pro pun mengemas layar dengan refresh rate 90 Hz.

Xiaomi Black Shark 2 Pro

Untungnya kekurangan itu bisa dibayar dengan cara lain: Black Shark 2 Pro menawarkan touch sampling rate 240 Hz, dengan touch latency yang sangat minim di angka 34,7 milidetik. Selisihnya cukup jauh jika dibandingkan dengan touch latency ROG Phone II yang berada di angka 49 milidetik, meski sampling rate-nya sama-sama 240 Hz.

Di dunia gaming, angka-angka seperti ini selalu menjadi pertimbangan penting bagi konsumen walau mungkin selisihnya terdengar kecil di telinga konsumen umum. Dalam kasus touch latency, perbedaan kecil pun sebenarnya bisa berdampak besar pada performa dalam bermain, apalagi kalau konteksnya sudah mengarah ke esport.

Xiaomi Black Shark 2 Pro

Selebihnya, Black Shark 2 Pro juga masih mempertahankan sejumlah fitur unik versi standarnya, semisal Master Touch yang pada dasarnya merupakan fitur macro berbekal layar pressure-sensitive, serta rancangan antena berbentuk huruf “X” yang dapat membantu menjaga stabilitas koneksi meski perangkat sedang digenggam dalam orientasi portrait maupun landscape.

Di Tiongkok, Xiaomi bakal memasarkan Black Shark 2 Pro seharga 2.999 yuan (± Rp 6,1 juta) untuk varian berkapasitas 128 GB, atau 3.499 yuan (± Rp 7,1 juta) untuk varian 256 GB.

Sumber: The Verge.

Masuk Dalam Fortune Global 500, Xiaomi Kian Agresif di Ranah Smart Home

Saat mendarat di Indonesia, saya masih ingat bagaimana Xiaomi mencoba menekankan bahwa mereka bukan sekadar produsen smartphone tapi juga perusahaan software. Namun kini kita tahu Xiaomi lebih dari itu. Ada banyak barang elektronik yang mereka sediakan, termasuk produk-produk home appliance. Dan sejak beberapa tahun silam, brand dari Beijing ini juga mulai menapaki ranah smart home.

Tepat di tanggal 29 Juli kemarin, Xiaomi mengumumkan bahwa mereka menjadi perusahaan termuda yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 dan mengucapkan terima kasih pada dukungan seluruh pihak di Indonesia. Country head Steven Shi selaku head of Southeast Asia menjelaskan bagaimana Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar dan mengungkapkan kembali komitmen perusahaan untuk ‘menyediakan berbagai produk teknologi inovatif’ di sini.

Sedikit mengenai Xiaomi di daftar Fortune Global 500: Perusahaan kabarnya menempati urutan ke-468 dengan pendapatan sebesar US$ 26.443,5 juta, dan Xiaomi hanya butuh waktu sembilan tahun untuk bisa sampai di sana. Segera setelah sambutannya usai, Steven Shi mengarahkan awak media buat menyimak tema besar berikutnya yang ingin Xiaomi angkat: smart home.

Mi 1

 

Smart home

Istilah rumah pintar mengacu pada tempat tinggal yang mengusung sistem automasi. Sistem ini biasanya mengatur pencahayaan, temperatur, aspek hiburan, perabotan elektronik, sampai keamanan. Walaupun sangat tersegmentasi akibat begitu banyaknya vendor, ranah smart home terus berkembang. Kabarnya, pasar home automation mencapai nilai US$ 5,77 miliar di tahun 2013 dan diperkirakan mampu menyentuh US$ 12,81 miliar di 2020.

Mi 12

Terkait smart home, Anda mungkin sudah familier dengan solusi yang Xiaomi tawarkan. Sang produsen sudah lama menawarkan integrasi antara sensor pintu/jendela, smart bulb, alarm, sampai automasi perangkat pemurni udara. Semua hal ini dijelaskan lebih detail di acara media gathering kemarin.

Mi 18

Xiaomi memang belum menghadirkan solusi smart home secara total di Indonesia, namun beberapa perkakas sudah mereka siapkan agar kita bisa mulai membangun sistem automasi. Tapi sebelum memulai semua itu, kita terlebih dulu perlu menentukan apa yang ingin dicapai dengan penerapan smart home: apakah untuk menyederhanakan rutinitas sehari-hari atau buat fungsi pengawasan?

Mi 10

 

Untuk memulainya

Buat membangun sistem automasi di rumah,  pertama-tama Anda membutuhkan set Mi Smart Sensor. Di dalam paketnya terdapat unit control hub, motion sensor, sensor pintu dan jendela serta wireless switch. Mi Control hub bisa diibaratkan sebagai otak dari ekosistem smart home, merupakan pusat dari segala kemampuan pintar yang memungkinkan perangkat bisa saling terhubung serta mempersilakan Anda melakukan berbagai pengaturan.

Mi 11

Selanjutnya via aplikasi Mi Home di perangkat bergerak, kita bisa mengustomisasi warna LED, menentukan ringtone, serta mengakses sensor dan perabotan pintar lain dari jarak jauh.

Mi 14

Rangkaian sensor pintu atau jendela juga punya peranan penting di skema rumah pintar Xiaomi. Misalnya, mereka dapat memberi tahu Anda jika ada pintu/jendela yang terbuka; atau Anda bisa memerintahkan agar unit pemurni udara mati atau beroperasi di mode rendah tenaga begitu pintu/jendela terbuka demi menghemat listrik.

Mi 9

Untuk kebutuhan pengawasan, Xiaomi turut menyertakan Mi Motion Sensor. Perangkat ini memanfaatkan inframerah serta lensa polyolefin buat mendeteksi gerakan orang ataupun peliharaan. Ia dirancang agar bisa diletakkan di mana saja, dapat berkerja jadi alarm serta mengaktifkan suatu perabotan tertentu secara otomatis.

Mi 16

Satu lagi bagian yang tak kalah penting adalah Mi Wireless Switch. Alat mungil ini terdiri dari tombol yang fungsinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan – contohnya menyala-matikan semua perangkat pintar di rumah – dan kita bisa menaruhnya di mana saja (jadi jangan sampai hilang). Mi Wireless Switch dapat langsung bekerja tanpa proses setup.

Mi 15

 

Perabotan pintar Mi di Indonesia

Ada beberapa produk pintar Xiaomi yang sudah bisa dibeli secara resmi di Indonesia, di antaranya adalah Mi Bedside Lamp (Rp 700 ribu), Mi LED Desk Lamp (Rp 500 ribu), Mi Induction Heating Rice Cooker (Rp 1,3 juta), Mi Smart Kettle (Rp 560 ribu), Mi LED Smart Bulb (Rp 300 ribu), Mi Home Security Camera 360 (Rp 600 ribu), Mi Robot Vacuum (Rp 4,5 juta), serta tentu saja Mi Smart Sensor Set (Rp 1 juta).

Mi 3

Jantung dari Mi Bedside Lamp ialah pencahayaan berbasis LED RGB. Itu artinya Anda bisa memilih 16 juta warna lebih dan kustomisasinya dapat dilakukan langsung dengan sentuhan jari. ‘Lampu tidur’ ini tersambung via koneksi Bluetooth 4.2 atau Wi-Fi ke smartphone, kemudian ia juga kompatibel ke layanan Amazon Alexa serta Google Assistant.

Mi 4

Mi LED Desk Lamp punya karakteristik yang berbeda dari Bedside Lamp. Anda diperkenankan mengatur temperatur warna dari 2700K ke 5600K – biasanya warna kekuningan lebih bersahabat bagi mata saat membaca. Lampu ini bebas efek flickering, menyuguhkan empat variasi mode, kompatibel ke Alexa dan bisa diakses via Mi Home dan Google Assistant.

Mi 6

Mirip Bedside Lamp, Mi LED Smart Bulb turut menyajikan opsi 16 juta warna lebih serta mempersilakan kita untuk meredupkan cahaya dan mengubah ‘suhunya’. Semua pengaturan bisa dilakukan sepenuhnya via aplikasi Mi Home, dan ia tak memerlukan hub eksternal agar dapat beroperasi.

Mi 8

Mi Smart Kettle mampu menjaga temperatur hingga 12 jam. Di mode warm, Anda bahkan bisa menentukan suhu air secara spesifik. Berbicara aspek teknis, Smart Kettle dibekali lapisan baja anti-karat 304, memanfaatkan desain dua lapis agar tidak mudah melepuh, dan mampu menampung air sebanyak 1,5-liter.

Mi 2

Sesuai namanya, Mi Home Security Camera 360 1080 adalah kamera pengawas dengan poros putaran 360 derajat dan melihat keadaan sekitarnya di resolusi full-HD. Kamera pintar ini mampu memberi tahu Anda ketika mendeteksi gerakan serta efektif saat bekerja di kondisi temaram. Lagi-lagi, pengendalian bisa dilakukan sepenuhnya via app Mi Home di smartphone.

Mi 5

Mi Induction Heating Rice Cooker merupakan satu-satunya perangkat yang tidak disambungkan ke Mi App di sesi demo kemarin karena alasan keamanan. Singkatnya, rise cooker pintar ini mampu menanak nasi untuk jenis/resep masakan berbeda. Dan karena memanfaatkan teknik induksi, distribusi panas jadi lebih merata dan bumbunya jadi lebih menyerap.

Mi 7

Mi Robot Vacuum ialah alternatif yang jauh lebih terjangkau iRobot Roomba atau Dyson 360 Eye dan ia tidak kalah cerdas. Rangkaian sensor yang dimilikinya memungkinkan robot pembersih ini mendeteksi keadaan di sekitarnya dan merencanakan rute, serta otomatis akan kembali ke docking ketika tugasnya beres. Tentu saja Anda dapat mengendalikannya secara manual lewat app.

Menjajal Kamera Xiaomi Redmi Note 7 dan Bermain dengan Redmi 7 di Kota Tua

Xiaomi kembali mengadakan sesi experience dengan menggunakan dua perangkat terbarunya, Xiaomi Redmi Note 7 dan Redmi 7. Kali ini, Xiaomi mengambil tema sejarah dengan mengunjungi Museum Sejarah Jakarta di Kota Tua. Tempat wisata yang sudah sangat dikenal di Jakarta ini pas untuk menjadi sasaran kamera dari Xiaomi Redmi Note 7.

Acara pun dibuka oleh Andi Rengreng selaku PR Manager Xiaomi Indonesia. Acara yang dilakukan pada hari Jumat tanggal 21 Juni 2019 tersebut terbagi ke dalam dua sesi. Sesi Xiaomi Redmi Note 7 akan membuktikan bagaimana kamera yang dimiliki bisa mengambil gambar, baik dalam kondisi cukup cahaya mau pun kurang. Sesi Redmi 7 akan menguji bagaimana Snapdragon 632 untuk digunakan dalam bermain game.

Xiaomi Launch

Xiaomi Redmi Note 7 menggunakan sensor buatan Samsung dengan ISOCELL GM1 yang memiliki resolusi 48 MP. GM1 sendiri merupakan sebuah sensor 12 MP yang mampu menggunakan teknologi tertentu sehingga bisa menghasilkan gambar 48 MP. Resolusi tersebut pun juga bisa diperbaiki lagi dengan menggunakan AI yang ada pada aplikasi kameranya.

Kami berhasil mengambil beberapa gambar pada saat melakukan tur di Museum Sejarah Jakarta. Dan pada saat berada didalam ruangan, kami juga berkesempatan untuk menggunakan mode malam (Night Mode). Mode ini diciptakan untuk mengambil gambar pada saat cahaya berkurang yang kerap membuat hasil foto menjadi tidak tajam dan terang.

Beberapa contoh pengambilan gambar tersebut dapat dilihat pada galeri berikut ini

Setelah sesi Xiaomi Redmi Note 7 selesai, kami pun diajak ke sebuah restoran bernama Histeria. Di sana, sesi Redmi 7 pun dimulai. Xiaomi sendiri ingin agar Snapdragon 632 yang digunakan tidak dianggap remeh. Snapdragon 632 sendiri pernah kami bahas pada sebuah artikel sebelumnya dan bisa dilihat pada tautan ini.

Saat dimulai, kami pun diminta untuk menonton sebuah video dari Youtube dan melakukan chatting dengan menggunakan split screen. Tidak ada lag yang terasa pada saat pengoperasiannya. Redmi 7 pun dapat digunakan dengan semestinya. Sayangnya, dengan layar sebesar itupun, tampilannya akan terganggu saat mengetik dan menggunakan split screen.

Terakhir adalah sesi bermain dengan menggunakan game PUBG. Ternyata, masih banyak orang yang skeptis akan lancarnya PUBG yang dijalankan pada platform Snapdragon 632. Padahal, penggunaan teknologi CPU cepat dari ARM (Cortex A73) sudah diimplementasikan di sini.

Dengan GPU Adreno 506, PUBG pun langsung menetapkan bahwa grafis ada pada profile paling bawah. Tak apa, kami pun bisa melakukan seting agar grafis dapat berjalan lebih lancar lagi. Dan hasilnya, kami tidak menemukan masalah saat bermain PUBG. (Sayangnya, saya mati saat bertanding karena zona yang mengecil… huh!).

Setelah bermain, kami tidak menemukan adanya hawa panas yang muncul dari perangkat Redmi 7. Dengan harga satu jutaan saja, smartphone ini bisa menjadi pilihan bagi mereka yang memiliki dana pas-pasan untuk membeli sebuah perangkat Android.