Menengok Kekuatan Besar YouTube sebagai Alat Beriklan

Tidak terbantah lagi bahwa YouTube menempati posisi teratas sebagai destinasi utama hiburan gratis yang menyediakan beragam konten, sampai-sampai dilabeli sebagai mini TV. Praktis, karena banyak kunjungan yang datang ke YouTube, bisa menjadi tempat beriklan yang efektif untuk menjangkau calon konsumen baru.

Menurut data termutakhir YouTube dari ComScore VMX, dikatakan ada 93 juta pengunjung unik di Indonesia yang berusia di atas 18 tahun yang menonton video di YouTube setiap bulannya selama setahun terakhir. Alias, 91% orang Indonesia setidaknya mengunjungi YouTube sekali dalam setiap bulannya.

Jumlah tersebut begitu fantastis karena tidak seberapa kalau digabung antara populasi di Inggris dan Australia. Kenaikan ini meningkat hingga 10% dari tahun sebelumnya sebesar 79 juta.

Jenis konten yang banyak ditonton orang Indonesia dalam rentang 12 bulan hingga Juni 2020 adalah video tentang sains, humaniora, bisnis, dan hukum tumbuh lebih dari 80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penelusuran untuk “drama korea”, “korea drama”, dan “drakor” juga naik 130% untuk periode yang sama.

Lalu, terjadi peningkatan penelusuran hingga 2 kali lipat untuk “cookies” dan “cakes” dan peningkatan lebih dari 50% untuk waktu tonton video multiplayer online battle arena. Meledaknya jumlah kunjungan ini selaras juga dipicu oleh bertambahnya channel kreator yang mendapat subscriber.

Kini ada 19 channel dari Indonesia yang mendapat lebih dari 10 juta subscribers (Diamond button) dan 600 channel yang mendapat lebih dari 1 juta subscribers (Gold button). Seluruh channel ini datang dari beragam konten, seperti hiburan, smartphone, edukasi, label musik, dan kreator individu.

Pencapaian ini begitu menakjubkan bila diartikan buat para marketer. YouTube mengembangkan tools terbaru untuk membantu mereka dalam menjangkau target audiensnya. Yakni CPM Masthead, YouTube Director Mix, dan TrueView Discovery on Search.

“Inovasi terbaru dari tools ini untuk membantu brand mengembangkan bisnis mengembangkan bisnis,” ucap Head of Large Customer Marketing YouTube Indonesia Muriel Makarim dalam konferensi pers secara virtual, kemarin (15/9).

Jangkau konsumen secara online

Dalam tips pertama ini, Muriel menerangkan bahwa beriklan digital adalah suatu keharusan buat brand terlebih di tengah pandemi ini. Tools CPM Masthead ini bisa berguna karena iklan ditempatkan di posisi teratas dari laman utama. Spot tersebut dapat dimanfaatkan brand dan dipersonalisasi sesuai target audiensnya.

“Jadi iklan tersebut hanya akan ada bila target audiensnya sesuai dengan kriteria yang disasar brand, bahkan bisa pilih lokasi audiensnya sehingga budget marketing spend akan lebih efektif.”

Pengalaman untuk terjun ke dunia online juga dilakukan oleh brand FMCG Enesis Group pemilik brand Adem Sari. CMO Adem Sari Ryan Tirta menerangkan, Adem Sari adalah salah satu produk pertama yang diluncurkan grup selama puluhan tahun lalu. Meski secara brand sudah dikenal masyarakat, tapi Adem Sari mulai kehilangan relevansinya dengan kondisi saat ini karena pengguna loyalnya sudah berusia lanjut.

Dengan kata lain, Adem Sari harus terjun ke iklan digital untuk mendapatkan pengguna loyal baru yang datang dari generasi muda. Maka dari itu cara komunikasinya harus diubah.

“Di YouTube kita memasukkan campaign yang lebih appealing ke younger generation. Yang kita selipkan komunikasinya tetap sama, bagaimana mencegah panas dalam karena ini insiden yang sering terjadi, tapi dibuat lebih relevan dengan target audiensnya,” terang Ryan.

Melalui strategi ini yang mendukung periklanan konvensional sebelumnya, Adem Sari berhasil mempertahankan pertumbuhan penjualan meski adanya penutupan toko ritel selama pandemi. Mereka berhasil menjangkau 6 juta pengguna unik melalui kampanye dan memberi dampak pertumbuhan penjualan sebesar 33%. Sementara cost per click vs benchmark turun sampai 4,6 kali lipat.

Berbicara dengan bahasa konsumen

Terkait hal ini menggunakan tools YouTube Director Mix yang dapat mengenali 75 jenis audiens yang berbeda dan 200 materi iklan yang disesuaikan dengan minat individu. Telkomsel termasuk salah satu brand yang memanfaatkan tools tersebut.

VP of Branding and Marketing Communications Telkomsel Nirwan Lesmana menjelaskan bahwa permainan, film, dan musik merupakan beberapa genre yang paling populer di YouTube. Telkomsel melihat peluang untuk berekspansi ke layanan gaya hidup digital untuk mendorong kesadaran terhadap tiga produk yang sudah dimiliki perusahaan.

Untuk itu, perusahaan perlu menyampaikan pesan yang relevan dengan minat setiap individu dengan Director Mix. membuat 200 materi iklan yang disesuaikan dengan minat individu dengan menargetkan lebih dari 75 audiens yang berbeda. Bagi penggemar musik, disuguhi pesan “Streaming semua lagu favorit Anda melalui satu platform,” sementara bagi penggemar permainan disuguhi pesan “Beli kuota game dengan mudah melalui MyTelkomsel”.

Ikuti kemauan konsumen

Banyaknya ibu-ibu yang bekerja dari rumah karena Covid-19, semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk memasak. Kesempatan tersebut diambil Frisian Flag untuk meningkatkan konsumsi susu bubuk dengan menginspirasi para ibu melalui berbagai resep membuat kue di rumah.

Terlebih query penelusuran untuk “baking”, “kue”, dan “cookie” melonjak 100% di YouTube sekitar bulan April, Frisian Flag membuat 17 video resep yang mudah dengan menggunakan susu bubuknya. Dengan menggunakan fitur baru di YouTube Search, video resep satu menit ini dapat menjangkau pengguna yang mencari “kue” dan 6 ribu kata kunci relevan lainnya.

Marketing Director Frisian Flag Felicia Julian mengungkapkan, respons penonton terhadap video satu menit yang ditayangkan pada Mei 2020 sangat baik. Secara rata-rata, pengguna menonton 90% dari setiap video, menghasilkan impresi 60% lebih tinggi dengan setengah dari biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan kampanye sebelumnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Logitech Gaming Jalin Kerja Sama dengan Streamer India Shagufta “Xyaa” Iqbal

Perusahaan manufaktur gaming peripheral Logitech menjalin kerja sama dengan streamer dan gamer asal India, Shagufta “Xyaa” Iqbal. Sesuai dengan informasi yang ada di laman media sosial miliknya, Xyaa akan didukung dengan gaming peripheral dari Logitech Gaming.

Sudah sejak lama Logitech eksis dan famliar ekosisotem esports. Berawal dari peripheral yang menunjang kegiatan bekerja, Logitech kemudian beradaptasi dengan mengembangkan lini produk Logitech Gaming. Tercatat di beberapa waktu berbeda, Logitech Gaming menjadi sponsor bagi tim-tim esports besar seperti Astralis, Team Solo Mid, bahkan juga BOOM Esports di Indonesia.

Xyaa | via: Instagram xyaalive
Xyaa | via: Instagram xyaalive

Sedikit lebih jauh tentang kerja sama antara Xyaa dan Logitech, saat ini YouTube channel yang dimulai dan dikembangkan oleh Xyaa sudah menembus angka 200 ribu subscriber. Tidak main-main Xyaa mengembangkan secara mandiri channelnya dari awal tahun 2018, yang pada saat itu konten streaming di India masih menjadi hal yang relatif baru.

Di tahun 2019, Xyaa akhirnya yakin untuk meninggalkan pekerjaan tetapnya dan menjadi streamer profesional. Sebelum memetuskan untuk mundur, sebagai seorang streamer Xyaa juga menghabiskan waktu yang tidak sedikit untuk dapat membangun dan mengembangkan channelnya.

Ketika Xyaa memutuskan memulai streaming, ia berharap bisa mengembangkan dirinya agar tidak menjadi seseorang yang kaku dan pemalu. Sedari kecil Xyaa cukup akrab dengan komputer karena ayahnya juga seorang software developer. Dahulu, ayahnya berlangganan majalah PC yang membuatnya mendapatkan beberapa CD demo game dan kemudian memainkannya di komputer. Kebiasaan itulah yang membentuk Xyaa perlahan berminat dan tertarik pada dunia gaming.

via: Instagram xyaalive
via: Instagram xyaalive

Lebih jauh lagi mengenal Xyaa, kesempatan untuk berinteraksi sesama gamers adalah hal yang mendorongnya untuk melakukan streaming. Meskipun demikian manjadi streamer dan gamer perempuan masih terlalu sering mendapatkan banyak stigma dan perlakuan yang negatif.

Adapun salah satu tantangan menjadi seorang streamer adalah melakukan multitaksing. Seorang streamer sebaiknya bisa menemukan cara paling nyaman untuk bisa tetap berinteraksi dengan viewer, menghibur dan memenangkan game di waktu bersamaan.

Menjadi seorang streamer yang berhasil bisa memberikan ganjaran uang dalam jumlah yang menjanjikan. Namun di sisi lain yang ada juga hal yang tidak terlihat dari kehidupan seorang streamer, yaitu resiko kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial sehari-hari bisa jadi terganggu. Seorang streamer bisa saja harus menghabiskan waktu 4 bahkan sampai 10 jam sehari untuk streaming, belum lagi jika hal itu dilakukan 6 hari selama sepekan.

6 Tips Membuat Konten Video untuk YouTube Menggunakan Smartphone

Membangun channel YouTube memang tidak mudah, butuh kerja keras dan kesabaran. Namun, setiap orang punya kesempatan untuk menjadi seorang YouTuber bahkan bila hanya mulai dengan mengandalkan smartphone.

Bagi yang ingin atau baru mulai, tidak masalah bila merekam menggunakan kamera smartphone. Pada dasarnya, kita masih bisa menerapkan beberapa teknik videografi untuk mengoptimalkan hasilnya.

Peralatan apa saja yang dibutuhkan sebagai YouTuber pemula dan bagaimana menghasilkan kualitas video yang optimal meski hanya menggunakan kamera smartphone? Simak tips berikut ini.

1. Pencahayaan

Seperti fotografi, pencahayaan juga merupakan elemen penting dalam videografi. Seperti yang kalian ketahui, sensor pada kamera smartphone ukurannya kecil dan bila Anda tidak punya peralatan lighting maka pastikan syuting di tempat yang terang.

Baik itu di luar ruangan atau di dalam ruangan mengandalkan cahaya dari jendela. Kalau mengandalkan cahaya matahari dari jendela, artinya tergantung posisi jendela. Agar cahaya bisa masuk ke kamar, antara pagi menjelang siang (sekitar jam 7 – 11) atau jam siang menjelang sore (sekitar jam 2-5).

Pilih waktu yang tepat saat cahaya masuk ke kamar, atur posisi agar wajah kita jelas di depan kamera jangan membelakangi sumber cahaya (backlight). Tapi, menghadap cahaya atau miring agar hanya setengah bagian wajah kita yang terpapar cahaya sehingga menimbulkan kesan yang cinematic.

2. Mikrofon Eksternal

tips-membuat-konten-video-menggunakan-smartphone-untuk-youtube-1

Sebelum mulai syuring, mari persiapkan peralatan dasar yang paling dibutuhkan. Pertama mikrofon eksternal, bagaimana pun kualitas audio sama pentingnya dengan visual.

Untuk mikrofon eksternal untuk smartphone bisa menggunakan jenis lavaliere alias lavs (clip-on). Kelebihannya suaranya bakal lebih jelas, karena dekat dengan mulut kita (dijepitkan di kerah). Hanya saja, bakal berusan dengan kabel.

Harga mikrofon eksternal untuk smartphone ini relatif murah. Untuk clip-on ada Boya By-M1 Pro, Saramonic LavMicro U3A, Boya My-M3 M3D, dan Rode Smartlav.

Bisa juga menggunakan mikrofon jenis shotguN kamera mirrorless, banyak yang ukurannya kecil tapi perlu menggunakan conventer tambahan TRRS ke TRS agar bisa bekerja. Mikrofon ini menerima sinyal suara hanya dari satu arah saja, pastikan lurus dan jaraknya tidak terlalu jauh.

3. Tripod

Bahkan bila merekam video pakai smartphone, peralatan yang satu ini tetap dibutuhkan oleh para content creator awal. Untuk memudahkan kita untuk merekam video secara lebih fleksibel dan juga untuk mengambil footage B-roll dengan pergerakan kamera yang stabil.

Selain bicara langsung di depan kamera (disebut A-roll), footage B-roll juga dibutuhkan untuk memperlihatkan lebih detail apa yang sedang dijelaskan. Sebagai contoh, bikin video review smartphone – artinya kita perlu memperlihatkan desain dan fitur-fiturnya.

4. Gunakan Frame Rate Tinggi

Kalau smartphone kamu punya fitur perekaman video 1080p pada 60 fps, maka gunakan sebaik mungkin. Syuting dengan frame rate tinggi ini memungkinkan membuat slow-motion hingga 40 persen bila diedit pada 24 fps, sehingga memperhalus pergerakan kamera saat tilting dan panning.

Selain agar tampil cinematic, juga terkait fungsionalitas. Misalnya bila waktu syuting terbatas, kita bisa mengisi timeline yang diedit agar mencakup lebih banyak cerita karena setiap detik bernilai 2 detik.

5. Video dengan Resolusi 4K

Syuting video di resolusi 4K juga banyak manfaatnya. Contohnya saat diedit pada 1080p, kita bisa zoom atau crop video hingga 50 persen tanpa kehilangan kualitas.

Hal ini membuat proses editing lebih leluasa. Sebab, selain crop juga kita bisa membuat efek pergerakan di dalam video. Contohnya tilting, panning, hingga zoom in dan zoom out. Tapi, laptop atau yang smartphone untuk mengedit videonya cukup kuat.

6. Editing

tips-membuat-konten-video-menggunakan-smartphone-untuk-youtube-2

Saat merekam video, kita sedang membuat bahan-bahan untuk karya video. Selanjutnya, tahap yang tidak kalah penting ialah post processing atau editing.

Bila belum ada laptop buat editing, pakai smartphone pun bisa meskipun fungsionalitasnya terbatas. Aplikasi edit video seperti Adobe Premiere Rush, PowerDirector, KineMaster, InShot, dan lainnya cukup bisa diandalkan. Pilih yang sesuai kebutuhan Anda.

Satu lagi sebagai penutup, di kamera smartphone ada fitur seperti time-lapse dan AR lens atau 3D Emoji. Manfaatkan fitur tersebut untuk membuat footage yang lebih kreatif lagi.

YouTuber Kini Bisa Pakai Fitur Smart Reply untuk Membalas Komentar

Sekitar lima tahun yang lalu, Google meluncurkan fitur Smart Reply pertama kalinya untuk aplikasi Inbox by Gmail (yang sekarang sudah almarhum). Sejak itu fitur berbasis AI tersebut sudah menyebar ke produk-produk Google lainnya, mulai dari Gmail sampai Wear OS. Smart Reply bahkan juga dipakai oleh developer aplikasi untuk membantu mereka merespon review pengguna di Google Play Store.

Sekarang, giliran kreator YouTube yang kebagian jatah Smart Reply. Fitur ini sudah bisa mereka gunakan melalui YouTube Studio, dan diharapkan dapat membantu kreator jadi lebih aktif berinteraksi dengan para penontonnya. Jadi ketimbang harus mengetik balasan komentar satu per satu, kreator dapat mengklik anjuran balasan yang AI berikan, lalu menambahkannya lagi secara manual jika dirasa perlu.

Smart Reply di YouTube sejauh ini baru mendukung bahasa Inggris dan Spanyol saja, akan tetapi Google tentu sudah berencana untuk menambahnya lebih banyak lagi. Rencana ini juga didukung oleh model AI yang mereka rancang, yang ternyata cuma satu model saja tapi dengan tipe cross-lingual, bukan merupakan model yang terpisah untuk tiap-tiap bahasa.

Ini penting mengingat YouTube merupakan produk berskala global, dan komentar dari seorang penonton terkadang bisa terdiri dari dua bahasa yang berbeda. Belum lagi bahasa yang digunakan juga sering kali bukan bahasa baku, melainkan yang kerap kita jumpai pada konteks percakapan sehari-hari. Alhasil, Google harus merombak cara kerja Smart Reply secara drastis di YouTube, sebab fitur ini awalnya terlahir dari lingkup email yang didominasi perbincangan formal.

Juga menjadi tantangan lebih lanjut adalah bagaimana komentar-komentar di YouTube kerap menggunakan singkatan, slang, emoji, maupun tanda baca yang tidak konsisten. Google bilang bahwa model cross-lingual memungkinkan AI-nya untuk mempelajari sendiri sejumlah elemen percakapan – macam konteks pemakaian emoji misalnya – dalam suatu bahasa untuk memahami penggunaannya di bahasa lain.

Lalu apakah Smart Reply akan aktif di seluruh komentar yang ada pada suatu video? Tidak. Google turut melatih sistemnya untuk mengidentifikasi komentar-komentar yang sekiranya akan dibalas oleh sang pemilik channel. Idealnya, kalau kata Google, Smart Reply hanya akan aktif ketika AI-nya bisa menganjurkan balasan yang spesifik dan masuk akal.

Sumber: VentureBeat dan Google. Gambar header: Hello I’m Nik via Unsplash.

Dampak Pandemi, Netflix Gratiskan Lusinan Film Dokumenter via YouTube

Tidak bisa dipungkiri, Netflix mempunyai koleksi konten yang begitu masif. Namun di tengah-tengah deretan film dan serial itu, terdapat pula lusinan film dokumenter yang cocok dijadikan materi pendidikan.

Selama bertahun-tahun, Netflix mempersilakan kalangan guru untuk memutar koleksi dokumenternya di kelas mereka masing-masing. Ini jelas tak lagi bisa dilakukan selama pandemi. Untuk itu, Netflix memutuskan untuk mengunggahnya ke YouTube.

Ya, total ada 34 film dokumenter yang dapat kita tonton secara gratis di channel YouTube Netflix. Agar lebih memudahkan, Netflix bahkan telah menyiapkan satu playlist khusus untuk jenis konten edukatif tersebut.

Semuanya memang disajikan dalam bahasa Inggris, akan tetapi tiap-tiap film dokumenter turut dilengkapi subtitle. Sayang tidak ada subtitle berbahasa Indonesia, namun fitur Auto Translate bawaan YouTube rupanya dapat menerjemahkan secara cukup akurat, bahkan untuk dokumenter yang mengangkat topik politik sekalipun.

Upaya ini tentu bakal sangat membantu para orang tua yang tengah mencarikan aktivitas buat anak-anaknya selama akses ke sekolah masih tidak diperbolehkan. Kalangan guru pun pastinya juga akan merasa terbantu, apalagi mengingat tiap-tiap film dokumenter turut disertai materi pembelajarannya masing-masing.

Netflix bahkan sudah punya rencana untuk mengadakan sesi tanya-jawab dengan sejumlah kreator film dokumenter sehingga para murid bisa mendapatkan jawaban langsung dari tangan pertama.

Sumber: Deadline dan Netflix.

OBS Studio Berat? Coba Cara Alternatif Live Streaming ke YouTube Tanpa Aplikasi Ini

OBS Studio memang menawarkan opsi dan fitur yang sangat lengkap. Tapi, bagi sebagian orang, aplikasi ini relatif kurang bersahabat bagi resource komputer. Akibatnya, banyak yang kemudian mencari cara alternatif agar dapat tetap live streaming ke YouTube dengan fungsi yang hampir serupa.

Continue reading OBS Studio Berat? Coba Cara Alternatif Live Streaming ke YouTube Tanpa Aplikasi Ini

Permudah Pengalaman Menemukan Musik Baru, YouTube Music Kini Dilengkapi Tab Explore

YouTube belum lama ini mengganti tab Trending menjadi Explore. Sekarang giliran YouTube Music yang kebagian jatah yang sama. Di YouTube Music, yang digantikan oleh Explore adalah Hotlist.

Sebelum ini, Hotlist pada dasarnya cuma berfungsi untuk menampilkan deretan video musik yang sedang ngetren di YouTube. Kalau ini yang dicari, saya pribadi sih akan langsung membuka laman Trending YouTube sendiri.

Explore, di sisi lain, dimaksudkan untuk membantu pengguna menemukan musik-musik baru. Bagian teratasnya dihuni oleh deretan album, single maupun video musik baru berdasarkan riwayat lagu-lagu yang pernah didengarkan oleh masing-masing pengguna.

YouTube Music

Lanjut ke bawah, ada kumpulan playlist yang dikelompokkan berdasarkan mood dan genre. Tampilannya sengaja dibuat mirip seperti kumpulan kategori yang ada pada tab Explore di aplikasi YouTube, yang kebetulan juga nyaris sama seperti tampilan anyar aplikasi Spotify.

Kehadiran tab Explore ini semakin memudahkan dan menyempurnakan pengalaman menemukan musik baru di YouTube Music. Sebelumnya, YouTube Music sudah meluncurkan tiga personalized playlist (Discover Mix, New Release Mix, Your Mix) guna menyuguhkan sajian segar setiap minggunya, dan sekarang pengguna juga bisa menikmati rekomendasi-rekomendasi ekstra melalui Explore.

Sumber: Engadget.

Kurangi Konsumsi Bandwith, YouTube Batasi Resolusi Default Video

Di masa-masa seperti ini, sebagian besar dari kita pasti menghabiskan lebih banyak waktu di YouTube. Kenapa YouTube? Karena selain sebagai sumber hiburan, YouTube juga kerap diperlakukan sebagai sumber informasi.

Berdasarkan laporan terbaru lembaga riset Sandvine, YouTube disebut menghasilkan volume traffic dua kali lebih besar ketimbang Netflix selama pandemi. Jadi tidak berlebihan apabila kita menganggap YouTube sebagai konsumen bandwith internet terbesar di dunia saat ini.

YouTube tidak mau tinggal diam dalam menghadapi situasi yang tidak umum seperti ini. Mereka memutuskan bahwa selama sebulan ke depan, semua video secara default akan diputar dalam resolusi standard definition (SD). Sebelum ini, resolusi default (Auto) ditentukan oleh koneksi internet masing-masing pengguna.

Kita tetap bisa menonton video dalam resolusi HD atau bahkan 4K (kalau memang tersedia pada videonya), akan tetapi kita harus menetapkan resolusinya secara manual. Jadi jangan kaget kalau tiba-tiba video dari vlogger favorit Anda tiba-tiba jelek resolusinya. Tidak ada yang salah dari mereka, hanya saja Anda tidak bisa menikmatinya dalam resolusi HD secara otomatis.

Tujuan akhirnya adalah untuk mengurangi konsumsi bandwith yang melonjak drastis belakangan ini seiring populasi Bumi dihimbau untuk mendekam di kediamannya masing-masing. YouTube sebelumnya sudah memberlakukan perubahan peraturan yang sama di Eropa, dan sekarang mereka memperluas cakupannya ke seluruh dunia demi semakin menghemat bandwith.

Lebih baik bisa terus menikmati konten YouTube meski dalam resolusi rendah ketimbang tidak bisa mengaksesnya sama sekali karena operator kehabisan bandwith, kira-kira begitu premis di balik upaya semacam ini.

Sumber: Bloomberg. Gambar header: Szabo Viktor via Unsplash.

YouTube Ubah Tab Trending Menjadi Explore Demi Memprioritaskan Komunitas Kreator

Ada yang berbeda di aplikasi YouTube hari ini, baik versi Android maupun iOS-nya. Tab yang bertuliskan “Trending” kini sudah berganti nama menjadi “Explore”. Apakah ini sebuah fitur baru? Ya, dan YouTube rupanya telah mengujinya selama satu tahun lebih.

Explore pada dasarnya menyuguhkan rekomendasi yang lebih luas ketimbang Trending. Di bagian paling atas, terdapat deretan kategori video macam “Music”, “Gaming”, “News”, dan lain sebagainya. Mungkin hanya kebetulan, tapi tampilannya sangat mirip dengan desain baru halaman utama aplikasi Spotify.

Di bawah kategori-kategori tersebut, Explore bakal menyajikan segmen berjudul “Creator on the Rise” dan “Artist on the Rise” guna menyoroti video dari kreator-kreator baru yang berpotensi menjadi besar ke depannya. Berdasarkan informasi yang tertera di support page YouTube, setiap minggunya akan ada dua kreator baru yang di-highlight untuk kawasan Indonesia.

YouTube Explore tab

Lalu ke mana Trending pergi? Tidak ke mana-mana, Trending masih akan eksis sebagai bagian dari Explore. Posisinya sengaja ditempatkan di bawah (atau di atas sebagai salah satu dari deretan kategori itu tadi) demi memprioritaskan konten dari kreator-kreator baru.

YouTube adalah platform dengan konsep user-generated content. Mengutamakan komunitas kreator merupakan langkah yang bijaksana, apalagi mengingat channel milik brand atau media tradisional bisa saja menguasai segmen Trending.

Di kawasan Indonesia misalnya, saya melihat tidak jarang tayangan Indonesian Idol yang mengisi segmen Trending, dan ini sebenarnya bisa kita tonton melalui saluran TV tradisional. Dengan perubahan ini, kreator-kreator baru yang berpotensi setidaknya akan menerima exposure yang lebih besar, bukan malah ‘ditenggelamkan’ oleh video-video Trending yang didominasi media tradisional.

Sumber: The Verge dan YouTube.

Melihat Potensi YouTube sebagai Sumber Penghasilan

Jika ada yang masih ragu atau menganggap remeh Youtuber bisa menjadi profesi yang menjanjikan, mungkin belum pernah ngobrol dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya; atau belum melihat statistik dan insight yang valid. Bahkan boleh dibilang, Youtube is a serious business!

Banyak alasan mengapa YouTube menjadi platform yang semakin besar dan dijadikan sumber monetisasi andalan oleh para kreator konten. Mulai dari infrastruktur yang makin baik, harga gadget yang makin terjangkau, paket data unlimited yang menggoda, menjadikan YouTube makin tak terhentikan.

Alasan utama adalah hingga saat ini Youtube masih menjadi satu-satunya platform yang langsung memberikan penghasilan dalam bentuk pendapatan iklan Adsense kepada konten kreator — di samping tentu saja pendapatan dari luar seperti brand deal atau placement. Hal ini yang membedakan YouTube dengan platform lain yang hanya mengandalkan endorse atau brand deal, tapi belum ada bentuk payment dari platform yang bersangkutan.

Faktor lainnya, brand memang lagi fokus spending anggarannya buat influencers, KOL (key opinion leader), vlogger dan seterusnya, di mana Youtube tetap menjadi platform utama yang dibidik. Brand memanfaatkan influencer dalam mengkampanyekan dan mempromosikan produk dan layanan barunya, baik yang fokus pada branding, eksposur, story telling maupun yang mengincar konversi dan aktivasi.

Momentum yang tepat dan didukung oleh ekosistem yang makin baik inilah yang menjadikan YouTube platform yang efektif bagi industri dalam menyampaikan pesan dan merangkul target audiensenya.

Melihat potensi YouTuber di Indonesia

Saat ini di Indonesia sudah banyak nama populer di kalangan YouTuber. Belum lagi ada sederet selebritas yang banting setir mau nyemplung ke Youtube juga.

Ini artinya apa? Jelas, Youtube adalah sebuah bisnis besar — jika paham platform, produksi konten dan komunitas.

Memang tak semua orang bisa masuk ke Youtube dalam artian mampu menjadikan platform ini sebagai sumber pendapatan, tapi peluangnya sama dan terbuka lebar: siapa pun bisa jadi bintang di era Youtube ini.

Seberapa besar pendapatan Youtuber ini? Sekadar contoh dan simulasi sederhana, untuk kreator yang memiliki 1 juta subscriber —dengan asumsi video-videonya diunggah secara reguler; jumlah video views yang konsisten; dan user engagement yang memadai; plus tergantung nilai CPM (cost per miles) dari vertikal/bidang yang menjadi tema video-videonya— yang bersangkutan bisa mendapatkan di kisaran Rp20 juta – 80 juta per bulannya dari YouTube! Ya, itu baru dari YouTube, belum lagi dari endorse ataupun dari brand deal lainnya.

Konten edukasi, inspirasi dan hiburan

Konten apa yang sukses di YouTube? Paling ada tiga strategi konten yang efektif di Youtube: 1) to educate, 2) to inspire, 3) to entertain. Selama sebuah channel memiliki salah satu, dua atau ketiga unsur tersebut, biasanya komunitasnya mulai terbentuk dan video views-nya akan secara konsisten berkembang dengan baik.

Bahkan, jika ingin berbicara secara lebih teknis, diperlukan variasi konten yang disebut sebagai hero content, hub content dan help content.

Bidang atau vertikalnya bisa beragam: bisa komedi, musik, gaming, kuliner, wisata, ilmu pengetahuan, kecantikan —asalkan penyajian videonya dilakukan dengan menghibur, mengedukasi atau menginspirasi, bisa dipastikan channel tersebut akan berkembang.

Intinya adalah, setiap channel harus fokus dan konsisten. Hindari mencampuradukkan berbagai vertikal atau topik dalam mengelola channel YouTube Anda. Hal tersebut akan membuat bingung algoritma YouTube sehingga video Anda luput ditampilkan dalam gerbong rekomendasi oleh Youtube dan itu berarti Anda akan kehilangan potensi tsunami traffic/views dari pengunjung non-subscribers!

Selain itu, campur aduk topik akan membuat bingung komunitas juga. “Ini sebenarnya channel apaan sih?” begitu mungkin gerutuan pengunjung channel Anda.

Tak ubahnya seperti memiliki produk atau layanan yang mau dijual, channel Anda juga harus fokus sehingga target audience-nya juga jelas, brand yang mau masuk juga tidak kebingungan dan Anda sendiri akan terbantu dalam menciptakan konten karena fokus dan terarah.

Di atas itu semua, cara yang paling ampuh untuk terjun dalam industri konten ini adalah dengan memulai eksekusinya. Mulailah bikin channel, bikin dan upload video dan see how it goes.

Pada gilirannya kita memang butuh data, statistik dan insight soal video mana yang berhasil atau gagal. Jika Anda tak mulai mengunggah video, Anda tentu tak punya statistiknya sama sekali.


Artikel ini ditulis oleh Budi Putra, Country Manager Indonesia untuk Collab Asia.