Google Sempat Berkeinginan untuk Akuisisi Epic Games

Perseturuan antara Epic Games melawan Apple dan Google tentunya menjadi salah satu kasus paling gempar di industri video game. Karena memang keduanya mempertaruhkan jumlah uang yang sangat besar bila menang nantinya.

Bila Epic menang, Apple dan juga Google tentu harus mematuhi tuntutan untuk menurunkan persentase potongan toko online mereka yang akan mempengaruhi perputaran uang dalam skala masif. Begitu juga sebaliknya karena Epic Games telah mengeluarkan dana yang tidak sedikit ke dalam gugatan ini.

Namun dari dokumen terbaru yang diungkap dalam kasus ini menunjukkan bahwa sebelumnya Google sempat berkeinginan untuk membeli sebagian atau bahkan seluruh perusahaan Epic Games. Keinginan tersebut tentu untuk mengeliminasi Epic Games yang memang berpotensi menjadi ancaman bagi Google.

CEO Epic, Tim Sweeney bahkan mengekspresikan rasa terkejutnya terhadap dokumen yang baru dibuka tersebut. Dirinya bahkan membuat cuitan di akun Twitter-nya yang menunjukkan bahwa mereka tidak mengetahui rencana tersebut sebelum pihak pengadilan membeberkannya.

Dikutip dari dokumen tersebut, dituliskan bahwa Google telah melangkah jauh bahkan hingga mau membagi keuntungan monopolinya degan mitra bisnisnya untuk mengamankan kesepakatan menghindari hukuman dari undang-undang persaingan usaha.

Google juga disebut telah memiliki beberapa projek internal untuk mengatasi upaya Epic dan pihak lainnya yang berusaha untuk memberikan konsumen dan para pengembang tempat alternatif yang kompetitif — yang berbuntut pada pertimbangan untuk membeli Epic Games.

Fortnite
Image credit: Epic Games

Dokumen tersebut juga mengklaim bahwa seorang Manajer Senior Google Play telah membuat beberapa tawaran kepada Epic dengan membuat “kesepakatan khusus” untuk Fortnite. Namun pihak Epic menolah tawaran Google tersebut yang kemudian membuat Epic mengarahkan para pemain Fortnite mengunduh lewat website mereka dan persetujuan distribusi eksklusif dengan Samsung.

Keputusan berani Epic tersebut membuat Google cukup panas karena Google kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa praktek ‘direct download‘ yang dilakukan oleh Epic sebenarnya buruk dan merupakan pengalaman yang mengerikan. Google juga mulai membagikan berbagai statistik mengenai aplikasi-aplikasi palsu yang tertangkap oleh Google karena diunduh di luar Google Play Store.

Kasus antara Epic Games melawan Apple dan Google ini memang sudah berlangsung hampir satu tahun dan telah membeberkan banyak rahasia yang ada di dalam industri video games. Status kasusnya sendiri kini tengah menunggu hasil dari pengadilan.

10 Game PlayStation 1 yang Harusnya Di-Remake Kembali

Remake dari sebuah game lawas memang dahulu banyak ditentang oleh para gamer. Namun dengan semakin berumurnya game-game lama tersebut, keinginan untuk bernostalgia sekaligus melihat bagaimana visi para pengembang untuk membawa game klasik mereka tersebut dengan teknologi sekarang semakin meningkat.

Beberapa game pun berhasil mendapatkan proses remake yang sangat layak yang bahkan mampu memberikan pengalaman baru bagi para pemain lama ataupun baru. Kami bahkan sudah merangkumnya di “10 Game Remake Terbaik yang Paling Menawan”. Tentunya kita juga punya harapan besar kepada penerbit dan para pengembang untuk membawa kembali game-game klasik era PlayStation 1 untuk dibawa ke konsol Next-Gen.

Dan lewat daftar ini, kami telah merangkum 10 Game legendaris PlayStation 1 yang perlu di-remake di PlayStation 5 ataupun platform lain.

Nascar Rumble

Pengembang: EA Redwood Shores | Penerbit: EA Games

Genre game balap dengan power-up memang masih mampu bertahan hingga saat ini namun yang memiliki pendekatan seunik Nascar Rumble memang tidak ada. Seperti namanya game ini menjadi “spin-off” untuk game Nascar yang dikemas layaknya Mario Kart.

Sayangnya seri keren ini hanya berhenti pada Rumble Racing di PlayStation 2. Tentunya akan menyenangkan bila EA dan pengembang EA Redwood Shores (sekarang Visceral Games) me-remake game balap arcade ini.

Digimon Rumble Arena

Pengembang: Bandai | Penerbit: Bandai

Era Digimon mungkin kini telah meredup karena serial animasinya juga telah berhenti tayang di televisi. Namun kami yakin bahwa banyak yang memiliki memori tentang game pertarungan Digimon ini.

Apalagi game fighting-platformer seperti ini kini tengah lumayan diminati, seperti SpongeBob yang bahkan mendapatkan game fighting-nya sendiri. Sekarang bisa jadi waktu yang tepat bagi Bandai Namco mengajak para gamer dan khususnya fans Digimon untuk bernostalgia dengan remake dari game ini.

Pepsiman

Pengembang: KID Corp. | Penerbit: KID Corp.

Video game yang berisi iklan tentunya sangat menyebalkan, apalagi bila game tersebut memang dibuat untuk mempromosikan produk tersebut secara penuh atau yang biasa disebut dengan Advergame.

Namun Pepsiman mungkin menjadi salah satu pengecualian lewat gameplay-nya yang menarik dan seru. Sebuah remake untuk game ini tentunya akan menarik melihat game serupa seperti Temple Run atau Subway Surf laku keras.

Twisted Metal

Pengembang: Single Trac| Penerbit: Sony Interactive Entertainment

Siapa yang tidak mengenal Twisted Metal, game pertarungan antar mobil dengan senjata dan maskot badut berapi-api ini. Cukup aneh melihat bahwa di era game shooter dan battle royale seperti saat ini Sony Interactive Entertainment tidak membawa kembali game ini.

Setidaknya mereka bisa membuat versi remake layaknya Crash Bandicoot untuk melihat respon pasar sekaligus bernostalgia. Apalagi memang game bergenre serupa memang telah tidak ada kelanjutannya saat ini.

Silent Hill

Pengembang: Konami Team Silent| Penerbit: Konami

Silent Hill mungkin menjadi game horor yang paling berpolemik dalam beberapa tahun terakhir. Game ini bahkan harus melewatkan generasi konsol PlayStation 4 saat Hideo Kojima keluar dari Konami.

Kini Silent Hill kembali dirumorkan akan dirilis untuk konsol next-gen. Dan pastinya akan sangat menyenangkan juga bila Konami mau me-remake Silent Hill original dengan gaya Resident Evil 2 yang mampu memberikan pengalaman yang fresh dan baru.

Dino Crisis

Pengembang: Capcom | Penerbit: Capcom

Tentu banyak fans yang telah melihat keberhasilan Capcom dalam me-remake  dua seri Resident Evil kemarin. Karenanya, semakin banyak juga fans yang menginginkan Capcom untuk me-remake Dino Crisis.

Apalagi berbeda dengan Resident Evil yang terus memiliki instalasi baru, Dino Crisis sudah vakum sejak 2003. Seharusnya Capcom tidak perlu meragukan animo para gamer bila memang mereka berencana untuk me-remake game yang satu ini.

Rampage

Pengembang: Midway | Penerbit: Activision

Meskipun berhasil diadaptasi menjadi film layar lebar yang dibintangi oleh Dwayne “The Rock” Johnson, namun sayangnya hal tersebut masih tetap membuat Rampage belum berhasil untuk mendapatkan game barunya.

Padahal franchise ini kini dimiliki oleh Warner Bros, yang bisa dengan mudah me-remake game pertamanya dengan visual, konten, dan tentunya gameplay yang lebih modern.

Tenchu

Pengembang: From Software | Penerbit: Activision

Sepertinya sudah lama kita tidak melihat game yang mengambil latar cerita ninja yang kental. Bila berbicara soal ninja, saya langsung teringat dengan nama Tenchu.

Game ninja satu ini memang tengah diistirahatkan oleh From Software. Namun bila From Software ingin me-remake game mereka lainnya, Tenchu bisa menjadi salah satu game yang layak dibawa ke era modern.

Castlevania Symphony of the Night

Pengembang: Konami | Penerbit: Konami

Salah satu franchise milik Konami yang sayangnya dianaktirikan begitu saja. Padahal serial animasinya yang tayang di Netflix bisa dibilang sukses besar. Namun Konami nampaknya sudah puas dengan hal tersebut dan tidak merilis game terbarunya.

Para fans tentu akan sangat gembira bila Konami mau me-remake Castlevania Symphony of the Night dengan grafis dan gameplay yang lebih modern layaknya Lord of Shadow.

Bishi Bashi

Pengembang: Konami| Penerbit: Konami

Game bergenre mini-games kompetitif memang tidak dilirik lagi oleh mayoritas pengembang, termasuk Konami yang dulu membuat Bishi Bashi.

Namun di saat beberapa game kompetitif menyenangkan seperti Fall Guys mencuri banyak perhatian, tidak ada salahnya juga bila Konami me-remake game yang satu ini mengingat banyak keluarga yang membutuhkan game untuk menghabiskan waktu bersama-sama karena pandemi.

Penutup

Tentunya kami tidak bisa merangkum semua game favorit setiap gamer ke dalam daftar ini karena tiap orang memiliki game kesukaannya masing-masing. Namun setidaknya 10 game di atas merupakan game-game yang bisa dibilang ikonik pada jamannya.

Memang di era sekarang, ketika para pengembang game mulai rajin untuk menghidupkan judul-judul lama mereka. Para gamer yang merindukan game-game favorit mereka dulu jadi berharap agar para pengembang mau menghidupkan game-game masa kecil mereka lewat remake.

Film Dokumenter Mengenai Sejarah Game FPS Tengah Dibuat

First Person Shooter atau yang lebih populer dikenal sebagai FPS memang menjadi salah satu genre yang paling banyak digemari di seluruh dunia. Hal tersebut membuat para pengembang melahirkan berbagai macam variasi sejak awal muncul di tahun 70-an.

Sekarang, FPS berkembang jadi punya banyak sekali sub-genre yang punya beragam variasi mulai dari mekanik permainan, desain level, hingga aspek-aspek lain yang membuat banyak game FPS punya pengalaman yang unik.

Mungkin hal inilah yang menginspirasi Creator VC, sebuah rumah produksi indie yang berhasil mengumpulkan dana untuk membuat sebuah dokumenter mendalam tentang genre game satu ini. Film dokumenter itu sendiri akan berjudul “FPS—First Person Shooter. The Ultimate FPS Documentary”.

Seperti namanya, dokumenter ini ingin menjadi “perayaan terbesar dari genre FPS”. Tidak tanggung-tanggung film dokumenter ini ditargetkan akan berdurasi 3 jam lebih. Namun dapat dipahami mengingat film ini akan membahas genre FPS mulai dari awal di tahun 1970-an hingga sekarang.

Dokumenter ini juga akan menghadirkan 40 lebih orang-orang yang berpengaruh dalam genre FPS. Nama-nama besar pengembang seperti Co-founder Gearbox Software, Randy Pitchford (Borderlands series, Brothers in Arms). Co-founder id Software dan Ion Storm, John Romero dan Tom Hall (Doom, Wolfenstein, Deus Ex). Co-creator Halo, Marcus Lehto, dan masih banyak lagi termasuk para artist dan juga gamer profesional.

Film dokumenter ambisius ini nantinya akan menjelaskan berbagai topik mulai dari perkembangan teknologi yang memungkinkan genre FPS berkembang hingga sekarang, mekanik dalam game-nya seperti free aiming, regenerating health, dan cut-scene interaktif, dan banyak lainnya.

Komunitas FPS juga akan masuk ke dalam dokumenter ini, termasuk dunia speedrunning yang muncul sejak Doom, dan tentunya juga scene kompetitif dari game shooter yang jadi salah satu paling populer sampai sekarang.

Masih banyak hal lain dari dokumenter ini yang daftar lengkapnya bisa dilihat sendiri di website crowdfunding-nya. Film dokumenter FPS ini direncanakan akan mulai produksinya pada Agustus tahun ini dan akan dirilis pada Desember 2022 mendatang.

Penjualan Mass Effect Legendary Edition Ternyata Melebihi Ekspektasi EA

Banyak gamer yang mengatakan bahwa remaster dari sebuah game hanyalah cara malas dari para pengembang dan penerbit untuk menjual ulang game-game lawas mereka. Namun kenyataannya game-game lama yang diimprovisasi ini tetap disukai oleh para fans.

Sebut saja versi remaster dari trilogi Mass Effect yang baru saja dirilis oleh EA. Game yang berjudul lengkap Mass Effect Legendary Edition ini ternyata mampu laris terjual dan bahkan melebihi ekspektasi dari EA pada awalnya.

Hal ini diungkap oleh EA lewat laporan finansial terbaru mereka lewat sang CEO, Andrew Wilson. Sayangnya tidak disebutkan berapa angka pasti dari total penjualannya. Namun klaim tersebut dapat dibuktikan lewat game-nya yang populer di Steam.

Image Credit: EA

Dari data yang dicatat Steam, Mass Effect Legendary Edition berhasil mencapai pemain terbanyaknya dengan hampir 60.000 pemain. Angka tersebut menjadikan game buatan BioWare ini sebagai game EA terlaris kedua di Steam setelah Apex Legends.

Sebelum Mass Effect, EA memang telah merilis beberapa remaster dari game lain mereka seperti Command & Conquer, Burnout Paradise, dan juga Need For Speed Hot Pursuit. Namun memang remaster yang paling serius baru diterapkan pada Mass Effect yang berbuah manis dengan penjualannya yang tinggi.

Meskipun dengan penjualan yang melebihi ekspektasi, namun keuntungan terbesar dari EA tetap berada pada game-game multiplayer live-service mereka, game olahraga, dan juga game mobile. Dalam laporannya, EA mengatakan bahwa pendapatan mereka dari game-game tersebut mencapai $1,5 miliar atau meningkat sebanyak 6% dari tahun lalu.

Image Credit: EA

Ke depannya, EA juga telah memiliki proyek remaster lain yang telah diumumkan yaitu Dead Space remake. Dan bila nantinya game tersebut mendulang kesuksesan tentu hal tersebut akan membuat EA semakin percaya diri untuk membawa lebih banyak judul-judul lama mereka yang mungkin sudah dianggap tidak laku.

EA memang berada di titik seimbangnya karena mereka berhasil menghadirkan game-game multiplayer seperti Apex Legends dan Knockout City. Battlefield 2042 juga kemungkinan besar akan menjadi hits terbaru mereka selanjutnya. Namun EA juga sukses menghadirkan game-game single player berbasis narasi berkualitas seperti Star Wars: Jedi Fallen Order, Mass Effect Legendary Edition, dan nantinya Dead Space Remake.

Bocoran Detail PSVR untuk PS5 Tunjukkan Peningkatan Impresif

Meskipun bukan jadi perangkat wajib, absennya perangkat virtual reality (VR) pada peluncuran PlayStation 5 memang membuat banyak fans bertanya-tanya. Apalagi Sony juga memperlihatkan aksesoris PS5 lain seperti 3D Pulse headset hingga PS Media Remote.

Namun akhirnya keberadaan dari perangkat yang disebut PSVR ini terungkap saat gelaran Sony developer summit. Meskipun tidak diumumkan untuk umum, detail mengenai headset VR ini dibagikan oleh kanal YouTube PSVR Without Parole. Dalam event tersebut, Sony memberikan detail spesifikasi dan fitur untuk perangkat baru ini.

Perangkat yang belum memiliki nama resmi ini sebelumnya juga sempat dibocorkan oleh UploadVR akan memiliki resolusi 4000×2040 pixel atau 2000×2040 pada setiap layar/matanya. PSVR baru ini juga dikatakan akan menggunakan eye-tracking untuk mengoptimalkan performa rendering-nya.

Image credit: Sony

Nantinya, perangkat VR ini akan menggunakan teknologi bernama foveated rendering dan juga flexible scaling resolution. Kedua teknologi ini untuk lebih meningkatkan performa dari game-game PSVR.

Detail lain yang diungkap lewat video tersebut adalah perangkat ini memiliki kode nama NGVR (next-generation VR) dan akan menggunakan layar HDR OLED dengan luas pandangan (FOV) seluas 110 derajat. 10 derajat lebih luas dari PSVR.

Yang unik adalah dikabarkan juga bahwa perangkat kepala dari PSVR ini juga dilengkapi dengan teknologi haptic feedback seperti pada joystick DualSense. Entah bagaimana prakteknya dalam game nanti namun dikatakan bahwa perangkat kepalanya nanti akan dilengkapi dengan rumbling rotary motor.

Berlanjut ke kontrolernya, perangkat VR ini nantinya akan punya kontroler dengan sensor sentuh kapasitif untuk ibu jari, telunjuk, dan juga jari tengah. Sensor ini dikabarkan akan melakukan tracking gerakan terhadap kontroler, namun juga mengetahui seberapa jauh jari-jari mereka berada dari kontroler.

Sony juga dilaporkan telah mengatakan kepada para pengembang untuk memberikan dukungan virtual reality kepada game-game AAA yang tengah mereka kerjakan. Yang nantinya mereka juga akan memberikan pilihan kepada para pemain untuk memilih apakah mereka ingin mengunduh versi untuk monitor atau versi VR.

Mengenai perilisannya, kanal PSVR Without Parole mengatakan bahwa Sony tidak akan merilisnya pada tahun ini. Sehingga kemungkinan besar headset VR PS5 ini akan tiba paling cepat awal tahun depan.

Karyawan Activision Blizzard Bentuk Koalisi, Tolak Putusan Sang CEO

Kelanjutan dari demo mogok kerja yang dilakukan oleh para karyawan Activision Blizzard terhadap gugatan pelecehan seksual kepada para petingginya terus berlanjut. Kini para karyawan yang melakukan aksi tersebut membentuk sebuah koalisi yang disebut “Aliansi Pekerja ABK”.

Aliansi pekerja ini dibentuk karena perusahaan dianggap gagal memenuhi tuntutan yang dimiliki oleh para karyawan. Aliansi ini berisikan karyawan-karyawan dari Activision, Beenox, Blizzard Entertainment, High Moon Studios, Infinity Ward, King, Sledgehammer Games, Raven Software, dan Vicarious Visions, serta studio dan anak perusahaan Activision Blizzard lainnya.

Aliansi ini kemudian mengirimkan surat kepada CEO Activision Blizzard, Bobby Kotick dan para direksinya. Surat tersebut berisikan permintaan kepada para tim pimpinan eksekutif untuk menanggapi gugatan dari Departemen Ketenagakerjaan California dan mengakui realita kondisi kerja yang ada di perusahaan tersebut.

Mereka juga menuntut adanya perubahan yang berarti di Activision Blizzard. Pasalnya, aliansi tersebut merasa bahwa solusi perusahaan yang disampaikan oleh sang CEO tidak menjawab permintaan mereka.

Image credit: techobig

Selain itu, mereka juga mengkritik keputusan perusahaan yang memilih menyewa firma hukum WilmerHale untuk mengaudit perusahaan mereka. Hal tersebut dipermasalahkan karena firma hukum WilmerHale ini sudah memiliki hubungan dengan para eksekutif Activision Blizzard sebelumnya, yang dianggap akan membuat adanya konflik kepentingan.

WilmerHale juga dikatakan memiliki sejarah melemahkan hak-hak dan aksi dari para pekerja. Firma hukum ini juga dikenal memang ahli dalam melindungi mereka yang kaya dan berkuasa. Karena itu, muncul sebuah kekhawatiran jika usaha para pekerja akan dimentahkan begitu saja.

Di akhir surat yang diterima IGN, Aliansi Pekerja AKB juga menyebutkan beberapa inisiatif yang mereka lakukan untuk improvisasi lingkungan kerja mereka, seperti bimbingan kerja antar karyawan, sesi mendengarkan terbuka untuk membantu karyawan, dan juga pertemuan komunitas antar pekerja.

Aliansi Pekerja AKB mengatakan bahwa semua aksi tersebut mereka lakukan karena mereka mencintai studio mereka dan juga peduli kepada rekan-rekan kerjanya. Dan mereka meminta para petinggi eksekutif untuk juga ikut memberikan usaha untuk memperbaiki perusahaan bersama-sama.

Saham Tencent Terjun Terkait Pemberitaan Negatif Game Sebagai “Electronic Drugs”

Siapa yang bisa menyangka bahwa saham perusahaan video game sebesar Tencent bisa anjlok hanya karena pemberitaan. Namun hal itulah yang terjadi kemarin ketika kantor berita milik pemerintah Tiongkok mengeluarkan berita yang menyebut bahwa video game adalah “narkoba elektronik” dan “candu spiritual“.

Koran yang mengunggah berita tersebut adalah The Economic Information Daily yang ternyata merupakan milik Xinhua News Agency yang dijalankan oleh pemerintah Tiongkok. Dikutip dari Bloomberg, dalam pemberitaan Xinhua dituliskan bahwa banyak siswa yang memainkan game Honor of Kings (Arena of Valor) selama 8 jam setiap hari dan menyerukan agar adanya kontrol yang lebih ketat terhadap terhadap waktu bermainnya.

“Pemilihan kata opium spiritual sangat kasar. Akan mengejutkan jika para pembuat kebijakan tidak melakukan apa-apa tentang ini,” Ungkap Ke Yan, seorang analis DZT peneliti yang berbasis di Singapura mengatakan kepada Bloomberg.

Berita yang menyerukan bahwa video game haruslah “baik, bersih, dan aman” tersebut langsung membuat saham milik perusahaan-perusahaan game Tiongkok seperti Tencent, NetEase, Bilibili, XD, dan bahkan CMGE (China Mobile Games and Entertainment Group) turun drastis.

Bukan hanya perusahaan asal Tiongkok, namun raksasa video game asal Jepang seperti Capcom, Konami, dan Nintendo juga terkena dampaknya meskipun tidak semasif perusahaan-perusahaan asal Tiongkok.

Anehnya, berita tersebut tiba-tiba dihapus beberapa jam setelah dipost tanpa kejelasan. Dan kemudian muncul kembali pada website koran tersebut pada sore harinya tetapi dengan referensi terhadap narkoba telah disunting.

Tencent pun langsung menindaklanjuti pemberitaan tersebut dengan janji bahwa mereka akan lebih membatasi waktu bermain khususnya untuk anak di bawah umur. Nantinya waktu bermain yang diperbolehkan adalah satu jam pada hari kerja dan tidak lebih dari dua jam selama liburan dan hari libur.

Lebih lanjut, Tencent juga berencana untuk melarang pembelian dalam game untuk anak-anak di bawah 12 tahun untuk game-game populer mereka. Dan bahkan ada kemungkinan bahwa industri game Tiongkok akan melarang anak-anak di bawah 12 tahun untuk bermain video game sama sekali.

Pemerintah Tiongkok memang memiliki andil yang cukup besar dalam pembuatan aturan kepada video game. Apalagi Presiden Xi Jinping disebut-sebut orang yang memang tidak terlalu menyukai keberadaan video game.

Sekolah Ini Punya Klub Esports Khusus Perempuan

Memiliki klub esports di sekolah mungkin semakin lumrah hari-hari ini. Dengan semakin populernya esports, maka banyak sekolah-sekolah yang membuatkan klub esports agar para siswanya bisa mulai mengasah skill-nya sejak dini.

Di Jepang, klub esports di sekolah ini memang sudah menyebar ke banyak sekolah dari berbagai daerah. Namun mayoritas klub tersebut berisikan siswa laki-laki. Salah satu yang mencoba menggebrak hal tersebut adalah SMA Wanita Jin-Ai yang berada di Prefektur Fukui.

SMA ini mendirikan klub esports-nya pada Oktober lalu dan langsung mendapat banyak perhatian dari berbagai media nasional. Pendirian klub ini merupakan salah satu bentuk peraturan dari Prefektur Fukui untuk menyebarkan esports di daerah terrsebut. Mereka membetuk organisasi esports yang kemudian menghubungi sekolah-sekolah untuk mendirikan klub esports-nya masing-masing.

Image credit: Mainichi.jp

Untuk sekarang, sudah ada 12 siswa perempuan yang menjadi member dari klub esports SMA Wanita Jin-Ai. SMA tersebut mengubah kantor humas mereka menjadi ruang klub yang dilengkapi dengan enam komputer untuk digunakan para anggotanya untuk bermain dan berlatih.

Dilansir dari media lokal Mainichi.jp, presiden klub esports tersebut, Mayu Mura mengatakan bahwa sesi praktek dari klub mereka layaknya acara perkumpulan. Namun dirinya juga mengatakan bahwa mereka tengah melakukan diskusi serius tentang bagaimana mereka dapat mengimprovisasi kemampuan mereka.

“Kemampuan Anda, bukan gender Anda, itu yang terpenting. Karena ada juga pemain (esports) perempuan di dalam tim profesional,” ungkap Mayu yang kini berada di kelas 12.

Image credit: Mainichi.jp

Hal yang menarik dari keberadaan klub esports ini adalah murid dari tingkat apapun dapat menjadi satu tim. Hal ini memang baru bagi remaja di Jepang karena sebelumnya ada hirarki yang kuat antar murid yang berbeda tingkatan kelas.

Namun status senpai (senior) dan kouhai (junior) itu tidak diterapkan di dalam klub tersebut, yang ternyata malah membuat adanya rasa kesetaraan pada anggota klub. Hal tersebut membuat para anggota merasa bahwa kemampuan mereka untuk berkomunikasi meningkat.

Ke depannya, target dari klub esports SMA Wanita Jin-Ai adalah untuk memenangkan turnamen tingkat nasional seperti Kejuaraan esports tingkat SMA.

Game New World Jadi yang Terlaris di Steam Meski Belum Rilis Resmi

Game Massive Multiplayer Online atau MMO ternyata mampu membuktikan bahwa genre tersebut masih memiliki banyak fans. Di tengah-tengah gempuran game battle-royale dan shooter, ternyata satu game MMO berhasil muncul dan mendulang kesuksesan. Game tersebut adalah game terbaru dari Amazon yaitu New World.

Game ini memang telah ditunggu oleh para fans sejak awal diumumkan oleh Amazon pada 2016 silam. Setelah 5 tahun menunggu, para gamer dan pecinta MMO kelihatannya tidak mampu menahan hasrat untuk segera memainkan game ini.

Hal tersebut membuat para gamer menyerbu sesi beta tertutup yang diadakan oleh Amazon pada minggu kemarin. Beta yang berlangsung selama 7 hari tersebut langsung diserbu para pemain. Rekornya game ini berhasil memiliki 200.000 pemain secara bersamaan yang bahkan membuat server game-nya penuh.

Gelombang besar para gamer ini bahkan berhasil membuat New World menjadi game nomor satu Top Seller di Steam. Tidak hanya game standarnya, namun versi Deluxe-nya pun ikut menjadi runner-up dalam penjualan terbaik Steam.

Padahal New World baru akan dirilis pada 31 Agustus mendatang. Hal ini membuat New World menjadi salah satu game yang mampu laris terjual jauh sebelum game-nya dirilis. New World berhasil mengalahkan game-game baru lain seperti The Ascent, Tribes of Midgards, dan Orcs Must Die! 3.

Daya tarik utama dari game ini tentu adalah dari role-playing yang ditawarkan game-game MMORPG klasik seperti World of Warcraft atau Runescape. Namun New World memberi kebebasan para pemain untuk membangun karakternya tanpa harus terjebak dalam satu kelas tertentu.

Perbedaan lain ada pada gameplay-nya yang lebih terasa action, berbeda dengan game MMO yang biasanya berfokus pada kombinasi berbagai spell atau skill. Dalam New World pemain akan memainkan mekanisme aksi layaknya The Elder Scroll Online ataupun Black Desert Online.

Hal ini tentu membuat permainan berjalan lebih intuitif dan lebih fleksibel karena pemain juga dapat menghindar atau menangkis serangan lawan. Mekanisme gameplay ini juga membuat mode pemain versus pemain atau PvP menjadi lebih menarik.

New World direncanakan untuk dirilis pada akhir bulan Agustus ini eksklusif untuk platform PC. New World memang memiliki potensi untuk menjadi sensasi baru bagi industri game yang mulai jenuh dengan game battle royale dan shooter. Dan selama Amazon mampu memenuhi apa yang para pemain nanti inginkan, genre MMO bisa menjadi tren baru ke depannya.

Ariana Grande Akan Jadi Bintang Konser Virtual Terbaru Fortnite

Game battle-royale milik Epic Games, Fornite memang telah membuktikan bahwa mereka bukan hanya sekadar game namun juga sebuah layanan hiburan. Bagaimana tidak, selain sebagai wadah untuk bermain game, Fortnite kini sudah dianggap sebagai tempat untuk bersosialisasi dan bahkan menikmati hiburan lain seperti konser musik.

Sebelumnya Fortnite telah berhasil menggelar beberapa konser seperti Marshmallow dan juga rapper Travis Scott yang ternyata disukai oleh para pemain karena memberikan sebuah pengalaman yang berbeda saat menonton konser virtual. Sisi interaktif dari sebuah video game yang ditawarkan Fortnite memang menjadi pengalaman baru.

Konser yang disebut Rift Tour ini akan berlangsung pada 6 Agustus 2021 mendatang pada pukul 6 sore waktu Amerika (Tanggal 7 Agustus pukul 5 pagi WIB). Akan ada 5 kali konser yang akan dipertunjukkan pada event yang akan berlangsung hingga 8 Agustus tersebut.

Untuk konsernya, para pemain bisa berkaca pada konser virtual Travis Scott di Fortnite tahun lalu. Para pemain akan masuk ke dalam arena bersama teman-temannya dan menikmati berbagai lagu dari Ariana Grande yang akan mempengaruhi elemen-elemen di dalam game-nya.

Ketika waktu konser utamanya tiba, para pemain akan melakukan perjalanan bersama-sama pemain lainnya menuju dunia yang akan menggabungkan dunia Fortnite dan Ariana.

Seperti biasa selain konser virtual tersebut, Epic juga akan menjual skin berbasis Ariana Grande yang akan masuk dalam koleksi “Icon Series”.  Selain skin, akan ada juga aksesoris seperti Piggy Smallz Back Bling. Berita baiknya para pemain yang menonton langsung Rift Tour tersebut akan dihadiahi item payung cantik Cuddly Cloudcruiser.

Konser Rift Tour yang diadakan oleh Fortnite memang terus mendulang sukses besar. Seperti konser sebelumnya yang mendatangkan Marshmello pada Februari 2019 berhasil mengumpulkan hingga 10 juta pemain. Dan konser Travis Scott pada April 2020 mampu menghadirkan hingga 12 juta pemain.

Dengan posisinya sekarang, Epic Games tentu cukup percaya diri untuk mendatangkan mega bintang seperti Ariana Grande ke dalam Fortnite. Dengan popularitasnya sebagai diva, Ariana tentu diharapkan akan mendatangkan lebih banyak pemain.