Aplikasi Windows Your Phone Kini Mendukung Fitur Multiple Apps untuk Smartphone Tertentu

Dewasa ini, bekerja menggunakan laptop dan smartphone sekaligus sudah menjadi hal yang biasa sehari-harinya, terlepas dari fakta bahwa skenario seperti ini terbilang jauh dari kata ideal. Tidak jarang konsentrasi bisa buyar karena fokus kita harus terbagi ke dua layar yang berbeda.

Seandainya dua layar itu bisa disatukan, semuanya akan terasa lebih mudah. Kira-kira seperti itu premis di balik lahirnya fitur Your Phone pada Windows 10. Sejauh ini, Your Phone memang cuma terbatas untuk pengguna perangkat Samsung saja, dan khusus untuk model tertentu, pengalaman yang didapat justru lebih istimewa lagi.

Pengalaman istimewa yang saya maksud adalah membuka beberapa aplikasi smartphone sekaligus di layar PC (multiple apps), sama seperti bagaimana kita biasanya membuka lebih dari satu aplikasi Windows dalam satu kesempatan yang sama. Sebelum ini, kita cuma bisa membuka satu aplikasi saja menggunakan Your Phone, dan itu jelas tidak efektif bagi yang terbiasa multitasking.

Untuk bisa membuka beberapa aplikasi sekaligus di Your Phone, Anda wajib menggunakan salah satu dari perangkat berikut (yang semuanya menjalankan sistem operasi Android 11):

  • Samsung Galaxy S20 Series, termasuk halnya S20 FE
  • Samsung Galaxy Note20 Series
  • Samsung Galaxy Fold dan Z Fold2
  • Samsung Galaxy Z Flip

Syarat berikutnya tentu saja adalah PC atau laptop yang menjalankan sistem operasi Windows 10, minimal yang telah menerima update versi May 2020 dan memiliki setidaknya RAM berkapasitas 8 GB. Kalau semua syarat itu terpenuhi, maka Anda bisa langsung mengakses lebih dari satu aplikasi smartphone di PC di saat yang bersamaan.

Satu hal yang saya penasaran dan belum sempat mencoba (karena tidak ada device-nya) adalah apakah drag-and-drop konten/file antar aplikasi Android juga didukung. Kalau drag-and-drop antar aplikasi Android dan Windows jelas sudah bisa, seperti yang bisa kita lihat pada video ilustrasinya di atas.

Terlepas dari itu, fitur multiple apps ini pastinya bisa semakin memudahkan aktivitas bekerja atau belajar menggunakan laptop dan smartphone sekaligus. Harapan ke depannya tentu adalah supaya fitur ini juga dapat dinikmati oleh pengguna smartphone dari brand lain.

Sumber: SlashGear.

Otter.ai Sajikan Transkrip Audio Real-Time untuk Google Meet

Pandemi yang tak kunjung berakhir berarti kita masih harus berkutat dengan Zoom, Google Meet, maupun layanan video conference lain untuk bekerja maupun belajar setiap harinya. Itulah mengapa tool seperti Otter.ai jadi terasa semakin esensial setiap harinya.

Buat yang tidak tahu, Otter.ai merupakan tool berbasis kecerdasan buatan yang fungsinya adalah untuk membuatkan transkrip dari sebuah sesi video conference secara real-time. Anggap saja seperti menonton film dengan subtitle, hanya saja ini untuk video conference. Sejauh ini yang didukung memang baru bahasa Inggris, akan tetapi AI-nya cukup pintar untuk mengenali aksen dari negara-negara yang berbeda.

Otter.ai sudah lama menawarkan integrasi dengan Zoom. Jadi cukup dengan mengklik satu tombol saja, transkrip percakapan akan langsung muncul di layar dengan sendirinya. Kabar baiknya, Otter.ai sekarang juga sudah punya integrasi dengan Google Meet.

Bukannya Google Meet sendiri sudah punya fitur live caption? Benar, akan tetapi Otter.ai yakin mereka bisa memberikan nilai lebih karena transkrip yang dihasilkannya bersifat interaktif, alias dapat diedit dan dijadikan medium berkolaborasi ketika sesi rapat sudah selesai. Isi transkripnya juga dapat dicari berdasarkan kata kunci sehingga pengguna bisa langsung lompat ke bagian-bagian tertentu dengan mudah.

Juga unik adalah bagaimana pengguna dapat mencantumkan sejumlah kata kunci yang spesifik sehingga AI milik Otter.ai bisa bekerja dengan lebih optimal, menghasilkan transkrip yang lebih akurat dan tidak dibuat bingung oleh istilah-istilah khusus yang umumnya dipakai di bidang pekerjaan tertentu.

Untuk menggunakan Otter.ai di Google Meet, Anda perlu terlebih dulu mengunduh extension Chrome-nya (juga kompatibel buat Microsoft Edge). Setelah login menggunakan akun Otter.ai, pengguna bisa mengklik tombol record pada extension-nya setiap kali sesi Google Meet berlangsung, lalu klik tombol berlabel “CC” untuk menampilkan teksnya secara langsung.

Pada versi gratisannya, Otter.ai hanya bisa dipakai untuk membuat transkrip audio dengan durasi total 600 menit per bulan (maksimum 40 menit per sesi). Ke depannya, integrasi dengan Google Meet ini bakal dijadikan salah satu fitur untuk paket berlangganannya yang dipatok seharga $20 per bulan.

Sumber: Engadget dan Forbes.

Versi Anyar Microsoft Edge Hadirkan Sinkronisasi Tab dan History Beserta Password Manager

Tidak terasa sudah satu tahun berlalu semenjak Microsoft merombak total browser-nya, Edge, menggunakan teknologi yang sama seperti Chrome. Dalam kurun waktu tersebut, Microsoft tidak hentinya menghadirkan fitur-fitur baru buat Edge, dan tren itu masih mereka pertahankan di tahun 2021 ini.

Versi terbaru Microsoft Edge datang membawa seabrek fitur anyar, akan tetapi satu yang paling krusial adalah fitur sinkronisasi tab dan history. Sebelum ini, Microsoft Edge hanya bisa menyinkronisasikan bookmark, password, dan informasi autofill. Sekarang, tab dan history di Microsoft Edge versi desktop maupun mobile akan selalu tersinkronisasi satu sama lain, dengan catatan Anda login menggunakan satu akun yang sama.

Bicara soal password, versi anyar Edge nantinya juga akan dibekali fitur password generator, yang akan merekomendasikan kata sandi yang aman setiap kali Anda mendaftarkan akun online baru, atau setiap Anda mengganti password dari suatu akun yang Anda punyai. Tentu saja semua informasi tersebut juga akan disimpan dan disinkronisasikan secara otomatis.

Juga menarik adalah fitur sidebar search, yang memungkinkan kita untuk menyeleksi teks, lalu melakukan pencarian dengan teks yang diseleksi sebagai kata kuncinya. Yang istimewa, hasil pencariannya akan ditampilkan di sebuah side panel, bukan di tab baru, sehingga kita masih bisa tetap berfokus pada tab yang sedang dibuka selagi mencari referensi tambahan.

Buat yang menggunakan layanan email Outlook, Anda sekarang juga bisa mengintip isi inbox secara cepat hanya dengan membuka tab baru di Edge. Versi baru Edge ini turut memperkenalkan fitur sleeping tab, yang secara otomatis akan ‘menidurkan’ deretan tab yang sudah lama tidak dibuka sehingga tidak terus mengonsumsi RAM dan daya CPU.

Durasi waktu sebelum fitur sleeping tab ini aktif bisa Anda tentukan sendiri di menu pengaturan. Tujuan akhirnya tentu untuk mencegah kinerja perangkat jadi melambat akibat terlalu banyak tab di Edge.

Terakhir, Microsoft juga tidak lupa membenahi sejumlah aspek visual dari Edge. Beberapa icon-nya sudah diperbarui agar konsisten dengan filosofi Fluent Design System, dan Microsoft juga telah merancang 24 tema baru untuk Edge yang terinspirasi oleh sejumlah franchise populer.

Sumber: Microsoft.

10 Tren Teknologi Teratas di Tahun 2021 Menurut Alibaba DAMO Academy

2020 merupakan tahun yang sangat berat, dan sulit rasanya membayangkan bagaimana kita dapat melalui masa pandemi tanpa bantuan teknologi. Dari yang sepele seperti teknologi video conferencing untuk membantu kita menjalani rutinitas sehari-hari, sampai teknologi-teknologi yang dimanfaatkan oleh para ilmuwan guna mencari solusi yang paling efektif.

Di tahun 2021 ini, teknologi sudah pasti akan kembali banyak dilibatkan, dan harapan terbesarnya tentu adalah supaya peradaban kita bisa kembali berjalan normal. DAMO Academy, inisiatif riset global yang diprakarsai oleh Alibaba Group, baru saja memublikasikan prediksi mereka terkait tren terbaru yang berpotensi membentuk industri teknologi di tahun 2021. Berikut sorotannya.

1. Penggunaan bahan semikonduktor generasi ketiga, diwakili oleh GaN dan SiC, akan berkembang ke industri baru

Gallium nitride (GaN) dan silikon karbida (SiC) sebenarnya bukanlah barang baru, akan tetapi selama ini penggunaannya sangat terbatas akibat metode pemrosesannya yang kompleks serta biaya produksinya yang tinggi. Barulah di beberapa tahun terakhir, kita bisa melihat penerapan yang lebih luas – GaN untuk charger smartphone, SiC untuk inverter mobil – berkat terobosan dalam bidang pertumbuhan material dan fabrikasi perangkat yang berhasil membantu mengurangi ongkos produksinya.

Namun dalam lima tahun ke depan, pemanfaatan material semikonduktor generasi ketiga diperkirakan juga bakal merambah bidang baru, seperti misalnya stasiun pangkalan 5G, kendaraan yang menggunakan sumber energi baru, pembangkit listrik bertegangan sangat tinggi, dan pusat data.

2. Koreksi kesalahan kuantum dan utilitas praktis komputasi kuantum akan menjadi prioritas utama pada era “pasca-supremasi-kuantum”

2020 adalah tahun pertama yang berlalu setelah supremasi kuantum berhasil tercapai. Di tahun 2020, kita melihat investor di seluruh dunia yang berbondong-bondong beralih ke bidang komputasi kuantum. Lalu seiring dengan teknologi dan ekosistemnya yang berkembang pesat, banyak platform komputasi kuantum yang menjadi terkenal.

Di tahun 2021, tren ini diperkirakan bakal mendapat perhatian lebih dari seluruh lapisan masyarakat. Komputasi kuantum harus cukup bernilai agar bermanfaat. Misi di era “pasca-supremasi-kuantum” harus diselaraskan di seluruh industri: untuk mengatasi masalah ilmiah dan teknis yang kritis melalui inovasi kolaboratif; dan untuk membuka jalan bagi koreksi kesalahan kuantum dan utilitas praktis, dua tonggak penting dalam komputasi kuantum.

3. Terobosan pada bahan berbasis karbon akan mendorong perkembangan alat elektronik fleksibel

Dulu, komponen elektronik yang fleksibel tidak cukup lentur dan tidak mampu bersaing dengan komponen berbasis silikon yang kaku dalam hal karakteristik listrik, sehingga membatasi penggunaan komersialnya. Sekarang, komponen-komponen ini sudah bisa kita jumpai pada banyak perangkat wearable maupun layar yang fleksibel.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, terobosan dalam pengembangan bahan berbasis karbon telah memungkinkan komponen elektronik fleksibel untuk melampaui kemampuan generasi sebelumnya. Contohnya, tabung nano karbon sekarang telah digunakan untuk menghasilkan sirkuit terintegrasi berskala besar yang memberikan kinerja lebih baik daripada sirkuit berbasis silikon dengan ukuran yang sama. Graphene, bahan berbasis karbon yang cocok untuk alat elektronik fleksibel, juga sudah mulai diproduksi dalam skala besar.

4. Teknologi AI mempercepat R&D obat-obatan dan vaksin

Artificial intelligence (AI) sudah diadopsi secara luas untuk menginterpretasikan gambar medis dan mengelola rekam medis, akan tetapi penerapannya dalam pengembangan vaksin dan penelitian klinis obat masih dalam tahap uji coba. Namun di saat algoritma AI baru mulai bermunculan dan daya komputasi bisa mencapai tingkat yang baru, teknologi ini akan mempermudah penyelesaian R&D obat-obatan dan vaksin yang sebelumnya sangat memakan waktu sekaligus mahal.

Integrasi AI di bidang ini pada dasarnya bakal mengurangi pekerjaan yang berulang sekaligus meningkatkan efisiensi R&D. Lalu apa manfaatnya bagi masyarakat luas? Well, kita dapat menikmati perawatan medis dan obat-obatan yang lebih baik dengan lebih cepat.

5. Teknologi brain-computer interface (antarmuka otak-komputer) memungkinkan kita melampaui batas tubuh manusia

Teknologi antarmuka otak-komputer adalah pilar dan kekuatan pendorong rekayasa saraf, yang menganalisis bagaimana otak manusia bekerja pada dimensi yang lebih tinggi. Dari kacamata sederhana, antarmuka otak-komputer membentuk jalur komunikasi langsung antara otak dan perangkat eksternal yang dapat memperoleh, menganalisis, dan menerjemahkan sinyal otak untuk mengendalikan mesin.

Di masa depan, teknologi ini bakal membantu manusia mengendalikan tangan robot secara lebih baik, atau membantu mengatasi keterbatasan fisik para pasien yang sepenuhnya sadar tapi tidak bisa berbicara atau bergerak.

6. Pemrosesan data akan menjadi independen dan dapat berkembang secara mandiri

Perkembangan pesat cloud computing dan pertumbuhan data eksponensial memunculkan tantangan besar terkait pemrosesan tugas komputasi, pengendalian biaya penyimpanan, dan manajemen klaster selama pemrosesan data dilakukan dengan cara tradisional. Solusi yang lebih baik adalah optimasi otomatis sistem manajemen data berbasis AI.

Ke depannya, AI dan machine learning akan diadopsi di berbagai bidang, dan ini bakal meminimalkan biaya yang dibutuhkan untuk keperluan komputasi, pemrosesan, penyimpanan, optimasi, dan perawatan. Hasil akhirnya adalah ketersediaan sistem pengelolaan data yang otonom dan berkembang secara mandiri.

7. Teknologi cloud-native akan membentuk kembali sistem TI

Siklus pengembangan produk yang panjang dan efisiensi R&D yang rendah dalam pengembangan software tradisional sudah menjadi problem sejak lama. Di sinilah arsitektur cloud-native, yang hadir dengan distribusi beban kerja, skalabilitas dan fleksibilitas mencoba memberikan solusi, dengan tujuan agar perusahaan dapat memanfaatkan dan mengelola beragam hardware dan sumber daya cloud computing secara lebih efektif.

Manfaat yang ditawarkan teknologi cloud-native sejatinya terlalu banyak untuk disebutkan, tapi beberapa contohnya meliputi pemisahan banyak lapisan komponen infrastruktur seperti jaringan, server, dan sistem operasi, mengurangi biaya komputasi, meningkatkan efisiensi teknologi, memudahkan proses pengembangan aplikasi di cloud, serta memperluas cakupan aplikasi cloud.

8. Pertanian akan didukung oleh teknologi inteligensi data

Teknologi digital generasi baru, termasuk halnya Internet of Things (IoT), AI, dan cloud computing, saat ini tengah gencar diterapkan di industri pertanian, mulai dari proses produksi hingga ritel. Sensor generasi baru membantu mendapatkan data lahan pertanian secara real-time. Analitik big data dan AI mempercepat pemrosesan data pertanian dalam jumlah besar. Praktisi pertanian dapat memantau tanaman, menerapkan pembiakan yang presisi, dan mengalokasikan sumber daya lingkungan sesuai kebutuhan.

Di samping itu, teknologi seperti 5G dan blockchain turut dimanfaatkan untuk mengontrol sekaligus melacak aspek logistik dari produk pertanian, memastikan pengiriman yang aman dan dapat dipercaya. Singkat cerita, dengan adanya teknologi digital generasi baru ini, industri pertanian tidak harus sepenuhnya bergantung pada kondisi alam, dan akan terbantu banyak oleh analisis data yang cerdas.

9. Industri inteligensi data berkembang dari implementasi titik tunggal ke implementasi pada seluruh industri

Setelah masa pandemi COVID-19 di awal tahun 2020, ketahanan ekonomi digital berhasil menarik perhatian perusahaan-perusahaan besar, di mana teknologi digital berkembang dan menyebar dengan cepat, dan lebih banyak investasi disuntikkan ke dalam pembangunan infrastruktur baru. Beberapa faktor ini membantu membangun persepsi di mana kita bisa melihat lompatan inteligensi industri dari yang tadinya cuma digunakan oleh satu bagianm menjadi diterapkan di seluruh industri.

Inteligensi industri akan muncul di setiap celah dan membantu pengambilan keputusan yang tepat guna di industri. Hal ini akan memberikan dampak berskala besar, dan penerapannya bisa berlaku di rantai pasokan, produksi, manajemen aset, logistik, dan penjualan.

10. Intelligent operations centers (pusat operasi cerdas) akan menjadi suatu keharusan bagi kota-kota di masa depan

Inisiatif kota pintar (smart city) pertama kali diluncurkan satu dekade lalu dan telah memicu peningkatan signifikan dalam tata kelola kota melalui teknologi digital. Namun di tengah hantaman pandemi COVID-19, beberapa kota pintar pun harus menjumpai sejumlah tantangan. Dari situ pusat operasi cerdas mulai digunakan secara luas guna memaksimalkan penggunaan sumber daya data dan mempromosikan tata kelola dan layanan publik global yang mendetail sekaligus real-time.

Di saat Artificial Intelligence of Things (AIoT) telah matang dan diterapkan secara luas serta teknologi komputasi spasial makin ditingkatkan, pusat operasi pun akan menjadi kian cerdas. Lalu dengan mempertahankan konsep kota sebagai “digital twins”, pusat operasi cerdas menganggap setiap kota sebagai sebuah sistem terpadu dan mampu menyajikan layanan di seluruh kota. Singkatnya, pusat operasi cerdas akan menjadi infrastruktur digital kota di masa yang akan datang.

Gambar header: Depositphotos.com.

Instagram Uji Tampilan Baru Fitur Stories di Versi Web-nya

Berbeda dari Facebook, Instagram adalah media sosial yang terlahir di platform mobile. Itulah mengapa sebagian besar fiturnya dirancang untuk skenario penggunaan di smartphone – percaya atau tidak, aplikasi Instagram bahkan hingga kini belum punya tampilan yang dioptimalkan untuk iPad.

Salah satu fitur Instagram yang mungkin paling pas untuk pengguna smartphone adalah Stories. Format video pendek yang disajikan dalam orientasi portrait tentu sangat ideal buat layar smartphone. Kendati demikian, tentu ada masanya di mana pengguna hanya bisa mengakses Instagram lewat laptop atau komputer, dan itulah mengapa Instagram juga punya web app versi desktop yang fungsional sejak lama.

Secara perlahan, Instagram terus menyempurnakan versi web-nya. Fitur-fitur yang tadinya cuma tersedia di aplikasi Instagram mulai dihadirkan di versi web-nya, seperti misalnya fitur DM maupun live stream.

Stories sendiri sebenarnya sudah bisa diakses pada Instagram versi web, hanya saja tampilannya jauh dari kata optimal, dengan sepotong konten yang mengisi hanya sepertiga bagian layar saja di tengah. Kabar baiknya, Instagram rupanya sedang menguji tampilan baru yang jauh lebih menarik sekaligus fungsional.

Pada tampilan barunya, Stories disajikan dalam bentuk carousel, di mana pengguna dapat melihat preview dari Story sebelum dan sesudah yang tengah ditampilkan. Cara menavigasikannya sendiri tidak berubah, pengguna dapat membiarkannya berjalan secara otomatis, atau mengkliknya satu per satu.

Berdasarkan keterangan dari Instagram yang diterima Engadget, fitur ini sudah mereka uji dengan sekelompok kecil pengguna sejak bulan lalu. Sayangnya mereka enggan menyebut apakah fiturnya bakal segera dihadirkan untuk publik secara luas. Perubahannya memang terkesan sepele, namun bisa sangat berarti bagi mereka yang memang rutin mengakses Instagram via browser komputer.

Sumber: Engadget. Gambar header: Depositphotos.com.

Google Mulai Tampilkan Video Pendek dari TikTok dan Instagram pada Hasil Pencarian

Sepopuler apakah format video pendek yang dipopulerkan oleh TikTok? Cukup populer untuk mencuri perhatian Google. Baru-baru ini, Google rupanya tengah menguji fitur anyar yang akan menampilkan deretan video pendek dari TikTok maupun Instagram pada hasil pencarian di Google Search.

Deretan video pendek ini bisa ditemukan di segmen carousel dengan label “Short Videos” di laman hasil pencarian. Selain dari TikTok dan Instagram, Google turut mengagregasi konten serupa dari YouTube Shorts, Tangi, maupun Trell, kompetitor TikTok di pasar India.

Saat salah satu videonya diklik, pengguna akan dibawa ke versi web dari masing-masing platform, bukan ke aplikasinya, meskipun aplikasinya sudah ter-install di perangkat. Kemungkinan Google sengaja merancangnya sedemikian rupa agar pengguna bisa dengan cepat kembali ke Google Search setelah selesai menonton videonya.

Fitur ini berbeda dari fitur Web Stories yang Google luncurkan pada bulan Oktober lalu – yang sebelumnya juga dikenal dengan nama AMP Stories. Web Stories adalah kumpulan video pendek dari berbagai media publikasi yang menjadi mitra resmi Google, seperti misalnya Now This, Vice, Bustle, dan lain sebagainya.

Short Videos di sisi lain hanya menampilkan konten video pendek yang berasal dari platform sosial. Sejauh ini belum diketahui apakah Google punya deal khusus dengan TikTok maupun Facebook (Instagram) terkait upaya mereka menampilkan konten video pendek dari masing-masing platform pada hasil pencariannya.

Berdasarkan keterangan resmi dari Google kepada TechCrunch, fitur ini untuk sekarang masih diuji secara terbatas di perangkat mobile, dan ini berarti Anda mungkin hanya bisa menjumpai carousel Short Videos di beberapa hasil pencarian saja. Terlepas dari itu, kabar ini semestinya bisa meyakinkan kalangan kreator untuk semakin rajin membuat konten video pendek mengingat trennya memang seperti itu.

Sumber: TechCrunch. Gambar header: Depositphotos.com.

Berkat Fitur Together Mode, Sesi Video Conference di Skype Kini Bisa Lebih Interaktif

Juli lalu, Microsoft Teams kedatangan sebuah fitur yang sangat menarik bernama Together Mode. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, fitur tersebut mengandalkan AI untuk memisahkan subjek dari background, lalu memindahkan mereka menuju ke sebuah auditorium virtual sehingga semuanya seakan-akan terlihat sedang bersama.

Harapannya tentu adalah supaya pengguna Teams dapat saling berinteraksi dengan lebih baik dan tidak bosan dengan format video conference tradisional yang ada selama pandemi masih berlangsung. Begitu apiknya fitur ini, NBA pun menggunakannya untuk memunculkan sensasi tribun penonton yang sedang penuh saat sebuah pertandingan sedang berjalan dan disiarkan secara langsung.

Kabar baiknya, Microsoft memutuskan untuk menghadirkan fitur Together Mode ini di Skype. Selama ada setidaknya lima orang yang menyalakan tampilan kameranya dalam suatu sesi video conference di Skype, sang host dapat langsung mengaktifkan fitur ini dengan memilih opsi “Together Mode” di menu Switch View, dan semua partisipan pun akan langsung ditempatkan di sebuah lokasi virtual bersama-sama.

Together Mode awalnya cuma memiliki auditorium sebagai satu-satunya lokasi virtual yang tersedia, akan tetapi sekarang opsinya sudah bertambah dan mencakup alternatif macam kedai kopi untuk sesi video conference yang jumlah partisipannya tidak terlalu banyak.

Yang istimewa, sesuai dengan gagasan bahwa Skype sekarang dapat digunakan tanpa ribet dan tanpa aplikasi, fitur Together Mode ini rupanya juga tersedia meski pengguna mengakses Skype dari browser. Mereka juga sama sekali tidak membutuhkan akun, dan sesi video conference-nya dapat diikuti oleh siapa saja yang menerima tautannya.

Dalam kesempatan yang sama, Microsoft tidak lupa menambahkan format Large Grid sehingga Skype dapat menampilkan total 49 orang (7×7) dalam satu kesempatan yang sama. Kalau memang belum terbiasa dengan Together Mode, tampilan Large Grid ini tentunya dapat menjadi alternatif yang tak kalah efektif dalam mewadahi interaksi seluruh partisipan sesi video conference.

Sumber: The Verge.

GoPro Luncurkan Remote Control Bluetooth untuk Hero9, Hero8 dan Max

Kabar gembira bagi para konsumen GoPro. Produsen action cam tersebut baru saja meluncurkan aksesori baru berupa remote control Bluetooth. Sesuai dugaan, fungsinya sudah pasti untuk mengendalikan action cam GoPro dari kejauhan.

Berbekal konektivitas Bluetooth Low Energy (LE), remote ini dapat dipakai untuk mengoperasikan hingga lima kamera GoPro sekaligus, dengan jarak maksimum sampai 60 meter dalam kondisi yang ideal. Ia datang bersama sebuah wrist strap yang membuatnya sangat fleksibel perihal mounting.

Seperti halnya kamera GoPro itu sendiri, remote ini mengusung desain yang rugged dan tahan air hingga kedalaman 5 meter, sehingga menggunakannya selagi surfing pun bukanlah masalah besar. Total ada tiga tombol berukuran besar (dua di samping kiri, satu di depan) yang semuanya mudah ditekan meski pengguna menggunakan sarung tangan.

GoPro tak lupa menyematkan layar monokrom beresolusi tinggi agar pengguna bisa memantau status kamera dengan mudah, terutama saat ada lebih dari satu kamera yang tersambung. Kamera yang kompatibel sendiri adalah GoPro Hero9 Black, GoPro Hero8 Black dan GoPro Max. GoPro pun telah merilis firmware update untuk ketiga kamera tersebut sehingga dapat digunakan bersama remote control ini.

Charging remote ini dapat dilakukan menggunakan kabel USB-C, terlihat dari paket penjualannya yang menyertakan kabel USB-C. Sayangnya GoPro tidak merincikan seberapa lama baterainya bisa bertahan, namun semestinya tidak akan mati lebih dulu daripada kameranya berkat penggunaan Bluetooth LE.

Di Amerika Serikat, remote control ini sudah dijual dengan harga $80, dan pemasaran globalnya baru akan dimulai pada bulan Februari 2021. Aksesori ini mungkin tidak bisa dikategorikan esensial, tapi kalau Anda sering merekam dari banyak angle menggunakan lebih dari satu kamera GoPro, remote ini semestinya dapat membantu memudahkan proses pengambilan gambar secara cukup signifikan.

Sumber: GoPro dan SlashGear.

Netflix Kini Dilengkapi Mode Audio Only Layaknya Aplikasi Podcast

Demam podcast sepertinya memang tidak terbendung. Bahkan Netflix pun sekarang mulai menunjukkan kesiapannya untuk menyajikan konten audio only. Berdasarkan laporan dari Android Police, versi terbaru aplikasi Netflix di Android kedatangan mode baru untuk memutar konten tanpa videonya.

Jadi saat pengguna memutar video dalam tampilan full-screen, mereka bakal melihat tombol biru bertuliskan “Video Off” di bagian atas. Klik tombol tersebut, maka layar otomatis bakal menjadi hitam, akan tetapi audionya masih terus berjalan.

Streaming film tanpa menampilkan videonya jelas terdengar aneh, tapi seperti yang kita tahu, katalog Netflix tidak terbatas pada film maupun serial saja, melainkan juga konten lain seperti stand-up comedy. Saya bisa membayangkan bagaimana fitur ini bisa sangat berguna bagi para penggemar stand-up comedy, sebab mereka bisa mendengarkan lelucon-lelucon dari komika favoritnya selagi melangsungkan kegiatan lain – plus menghemat kuota internet apabila mereka mengandalkan konektivitas seluler.

Jadi selama memutar audio saja seperti ini, aplikasi Netflix bisa kita biarkan berjalan di background layaknya sebuah aplikasi podcast. Pada menu pengaturan aplikasi, pengguna juga dapat menentukan bagaimana mereka ingin menggunakan mode audio only ini; apakah modenya akan aktif setiap saat, atau hanya ketika pengguna menyambungkan headphone/earphone maupun speaker eksternal ke perangkatnya.

Eksistensi mode audio only ini bisa dilihat sebagai indikasi bahwa Netflix punya niatan untuk menyeriusi industri podcasting. Netflix sendiri sebenarnya sudah memproduksi sejumlah podcast resmi yang mereka siapkan sebagai pelengkap tayangan-tayangan orisinalnya, tapi anehnya podcastpodcast tersebut sejauh ini hanya tersedia di platform seperti Apple Podcast atau Spotify saja. Kemungkinan dengan adanya mode audio only ini, Netflix jadi bisa menghadirkan podcastpodcast tersebut di platform-nya sendiri.

Bagi yang belum kebagian fitur baru ini, harap bersabar sebab peluncurannya mungkin tidak dilakukan secara serentak. Sejauh ini juga belum ada informasi kapan aplikasi Netflix di iOS bakal kebagian jatah update yang sama.

Sumber: Engadget. Gambar header: Depositphotos.com.

Aplikasi Microsoft Authenticator Kini Dilengkapi Fitur Password Manager

Di titik ini, saya yakin sebagian besar dari kita sudah cukup familier dengan yang namanya password manager. Aplikasi semacam ini sangat berguna dalam membantu mengamankan berbagai akun digital kita secara mudah, sebab yang perlu kita ingat-ingat hanyalah satu kata sandi utama (master password) saja.

Tidak seperti beberapa tahun yang lalu, pilihan aplikasi password manager sekarang sudah sangat melimpah. Bahkan layanan populer seperti Dropbox pun kini punya password manager-nya sendiri. Yang terbaru, Anda bisa memanfaatkan password manager dari Microsoft.

Password manager ini datang dalam wujud sebuah fitur baru untuk aplikasi Microsoft Authenticator di iOS maupun Android Jadi selain untuk keperluan two factor authentication, aplikasi tersebut sekarang juga dapat dipakai untuk menyimpan beragam kata sandi dari akun-akun digital Anda.

Untuk menggunakannya, Anda perlu memiliki akun Microsoft. Setelahnya, Anda dapat langsung menggunakan aplikasi Microsoft Authenticator untuk mengisi informasi akun sekaligus kata sandinya (autofill) di beragam aplikasi maupun situs secara otomatis. Jangan lupa jadikan Microsoft Authenticator sebagai opsi default untuk autofill. Berikut langkah-langkahnya:

  • iOS: Buka Settings –> Cari “Autofill Passwords” –> Klik “Autofill Passwords” –> Pilih “Authenticator”
  • Android: Buka Settings –> Cari “Autofill” –> Pilih “Auto-fill service” –> Klik “Auto-fill service” di halaman berikutnya –> Pilih “Authenticator”

Dari situ Authenticator akan mencantumkan kata sandi yang telah Anda simpan secara otomatis. Lalu ketika Anda mengunjungi situs yang informasi akun beserta kata sandinya belum tersimpan, Authenticator bakal menawarkan diri untuk menyimpannya.

Sejauh ini fitur password manager pada Microsoft Authenticator ini masih berstatus beta, akan tetapi kita sudah bisa menggunakannya pada perangkat yang menjalankan minimal sistem operasi iOS 12 atau Android 6. Sinkronisasi antar perangkat juga didukung, yang berarti Anda bisa menggunakan password manager ini di PC atau laptop via browser Microsoft Edge maupun Google Chrome (dengan bantuan extension).

Sumber: XDA Developers.