Mandiri Capital Hadirkan Platform StartupBerbagi Khusus Bantu UMKM

Bank Mandiri melalui anak usahanya Mandiri Capital Indonesia (MCI) memberikan akses aplikasi gratis kepada pelaku UMKM lewat platform StartupBerbagi. Seluruh aplikasi bisnis dan keuangan yang ada di dalam kanal tersebut dapat diunduh secara gratis, hasil kolaborasi MCI dengan startup binaannya yang sebelumnya sudah tergabung di inkubator.

Semangat yang ingin disampaikan dari kehadiran platform ini adalah MCI ingin memfasilitasi UMKM yang belum digital dan ingin ‘go digital’ dengan membantu menyediakan web hosting, app building, services, dan lainnya. Yang menyediakan jasa tersebut adalah startup yang tergabung dalam program inkubator Mandiri.

Direktur Finance & Treasury Bank Mandiri Pahala N Mansury mengatakan StartupBerbagi diharapkan dapat mendukung percepatan pengembangan bisnis UMKM di Tanah Air, agar makin memiliki daya saing baik di ranah nasional maupun regional.

“Inisiatif ini juga sejalan dengan tren inovasi digital yang telah mengubah perilaku masyarakat dalam mendapatkan solusi atas permasalahan sehari-hari, termasuk pelaku UMKM. Kami pun menyadari bahwa inovasi digital merupakan solusi efektif untuk pengembangan UMKM,” ucapnya.

Dari total startup binaan MCI yang sudah masuk ke inkubator, sebenarnya ada 14 startup. Namun hanya sembilan yang terpilih untuk masuk ke dalam StartupBerbagi. Beberapa di antaranya Konektifa, Folio, Atom, Taxies, PickPack, DompetSehat, Mikrobiz, IDCloudHost,dan Erz4p.

“Tidak semua startup binaan kami berpartisipasi dalam program CSR ini karena beda-beda offering, kapasitas, dan lain hal. Tiap enam bulan akan ada batch baru, jika waktu sudah habis akan ada batch berikutnya,” terang CEO MCI Eddi Danusaputro.

Pelaku UMKM dapat mengakses layanan fintech ataupun aplikasi bisnis lainnya melalui StartupBerbagi. Aplikasi yang dapat dimanfaatkan, misalnya Erzap untuk pembuatan laporan keuangan yang komprehensif, PickPack untuk layanan distribusi barang, Folio untuk inventori produk dan jaringan point-of-sale berbasis cloud. Atau Atom untuk pembuatan aplikasi penjualan produk dan layanan secara sederhana.

Untuk tahap awal, akses ke platform ini akan diberikan kepada 100 ribu pelaku UKM. Adapun dari segi potensi UMKM yang belum memanfaatkan teknologi digital jumlahnya mencapai 60 juta UMKM di Indonesia.

Mengacu laporan terkini Deloitte, sekitar 36% UMKM di Indonesia sama sekali belum menggunakan teknologi internet. 30% UMKM sudah memiliki pemahaman dasar tentang akses internet, lalu 18% UMKM mengaku sudah menggunakan media sosial. Namun, hanya 9% UMKM yang sudah capai level mahir berjualan melalui layanan e-commerce.

“Lewat platform ini, MCI ingin memberikan kontribusi yang lebih baik untuk bangun ekosistem digital di Indonesia,” pungkas Eddi.

Siap-Siap “Diusik” Era Digital

Era digital kini mulai mengusik usaha petahana yang sejak dulu menguasai bisnis dari segala sektor. Sektor yang pertama kali diusik oleh digital adalah musik, kemudian film, media, dan kini mulai masuki sektor pertanian, perikanan, kelautan, pertambangan, transportasi, logistik, hingga keuangan.

Ambil contoh terdekat dari tutupnya toko musik raksasa asal Tanah Air, Aquarius Mahakam dan Disc Tarra. Perwakilan dari Disc Tarra mengungkapkan, tradisi membeli album rilisan fisik, pengunduhan musik secara ilegal dan berubahnya pola konsumsi musik ke digital berdampak pada penurunan penjualan kaset dan CD sejak 2010.

Sejak saat itu, pihak Disc Tarra mulai menutup satu per satu gerainya. Hingga akhirnya, pada awal tahun ini secara nasional mengumumkan gulung tikar. Disc Tarra tercatat pernah memiliki lebih dari 100 unit tersebar di seluruh kota di Indonesia.

Tidak cepat tanggap, hingga akhirnya harus gulung tikar, mungkin jadi pelajaran yang sangat berharga bagi Disc Tarra untuk tidak main-main dengan digital. Industri media pun tidak bisa lepas dari serangan digital. Satu per satu media cetak mulai menuju “sunset”, belum sempat transformasi karena sudah “dimakan” media online.

Yang terbaru, grup media terbesar di Tanah Air, Kompas Gramedia (KG) mengumumkan penutupan delapan majalah miliknya, di antaranya Kawanku, Sinyal, Chip, dan Motor. Sebelumnya, KG menutup Fortune, Harian Bola, dan Jeep. Perubahan gaya membaca berita dari masyarakat jadi online, dengan mengakses internet dari gawai membuat perusahaan media cetak jadi kesulitan mendapatkan pemasukan iklan.

Melompat ke sektor transportasi, contoh penerapan teknologi baru yang mengganggu pasar “disruptive innovation” dan paling fenomenal adalah Go-Jek. Lewat pengenalan aplikasi untuk pengemudi ojek, perkembangan Go-Jek cukup fantastis hingga membuat kantung pendapatan kompetitor jadi agak kembang kempis.

Bagi pemerintah suatu negara, perkembangan digital yang pesat seringkali sulit dikejar untuk dibuatkan peraturannya. Pasalnya ada tiga aspek utama yang harus selalu dilindungi, yaitu konsumen, mencegah praktik monopoli, dan standar etika. Belum lagi, teknologi itu sifatnya tanpa batas nasional. Makanya, pemerintah antar negara seharusnya membuat regulasi yang sifatnya multilateral.

Adopsi penerapan teknologi bahkan sudah masuk ke ranah peraturan negara karena bisa mempengaruhi tingkah laku masyarakat dan negara itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi bisa menjadi tolak ukur bagaimana pertumbuhan ekonomi suatu negara dan prediksinya di masa depan.

Sementara, bagi perusahaan bagaimana mereka bisa memanfaatkan teknologi untuk berinovasi, berevolusi, dan beradaptasi.

Perusahaan startup digital yang menciptakan bisnis disruptive innovation, semestinya disikapi dengan lebih terbuka, bukan dihindari. Jangan sampai kesalahan dari perusahaan sebelumnya yang gulung tikar kembali terjadi.

Perusahaan petahana terancam dengan startup digital

Ilustrasi / Pixabay
Ilustrasi / Pixabay

Berkembang pesatnya startup digital dengan segala “disruptive innovative” yang ditawarkan, rupanya membuat perusahaan petahana jadi khawatir. Seperti terlihat dari hasil riset yang dilakukan oleh Dell Technologies baru-baru ini. Di sana dijelaskan bahwa 83% perusahaan di Asia Pasifik dan Jepang (APJ) merasa terancam oleh startup digital.

Tak hanya ancaman saja, sebanyak 52% perusahaan merasa khawatir akan bangkrut dalam tiga sampai lima tahun mendatang. Enam dari sepuluh (61%) pemimpin perusahaan di APJ dilaporkan telah mengalami perubahan signifikan dalam industri mereka dalam tiga tahun terakhir akibat teknologi digital dan Internet of Everything.

Hasil survei ini adalah hasil wawancara independen yang dilakukan lembaga riset independen Vanson Bourne dengan 4 ribu pemimpin perusahaan -dari skala menengah hingga besar- di 16 negara dan mencakup 12 industri.

“Revolusi digital secara signifikan telah memangkas berbagai hambatan untuk masuk ke berbagai industri. Disertai semangat wirausaha dan dukungan kuat pemerintah di kawasan APJ, kita telah menyaksikan munculnya berbagai perusahaan startup digital,” kata Presiden APJ Commercial Dell EMC Amit Midha.

Hanya satu dari tiga perusahaan yang disurvei telah melakukan menguji atribut bisnis digital dengan baik. Sementara, di sebagian besar perusahaan hanya beberapa organisasi yang telah berpikir dan bertindak secara digital. Mayoritas (77%) responden mengakui transformasi digital seharusnya dilakukan lebih merata di seluruh organisasi mereka.

Penyelamatan perusahaan dengan digital

Mempertimbangkan ancaman disrupsi yang bisa berdampak fatal, perusahaan-perusahan di APJ mulai meningkatkan upaya untuk menyelamatkan bisnis mereka dengan transformasi bisnis ke arah digital.

Sebanyak 78% responden sepakat untuk memprioritaskan strategi terpusat untuk bisnis mereka, 70% responden juga berencana untuk melakukan investasi infrastruktur TI dan meningkatkan keterampilan digital. Kemudian, 73% responden sepakat untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan perangkat lunak.

Maka dari itu, menurut responden di APJ, ada empat sektor investasi TI yang penting untuk dilakukan dalam tiga tahun ke depan. Yaitu, big data dan pengolahan data, infrastruktur terkonvergensi, teknologi berkinerja sangat tinggi, dan teknologi Internet of Things (IoT).

Responden APJ juga mengungkapkan bahwa sebanyak 34% di antara mereka telah menyusun laporan laba rugi secara digital, bermitra dengan perusahaan startup untuk mengadopsi model inovasi terbuka (34%), telah menjual sebagian dari perusahaan (31%), dan berencana untuk memperoleh keterampilan dan inovasi yang mereka perlukan melalui proses merger dan akuisisi (27%).

UangTeman Bidik Transaksi 100 Miliar Rupiah Tahun Depan

Prospek bisnis fintech yang cerah, membuat pemainnya jadi makin agresif menumbuhkan bisnisnya. Misal, PT Alpha Digital Indonesia (UangTeman) yang membidik total penyaluran (transaksi) tumbuh tiga kali lipat pada tahun depan dibanding pencapaian di 2016, jadi Rp 100 miliar dari posisi saat ini Rp 25 miliar.

Caranya dengan merambah model bisnis pinjam meminjam langsung perorangan atau P2P lending, settlement loan, dan produk khusus khusus UMKM di 2017. Tak hanya itu, pihak Uang Teman juga akan menargetkan ekspansinya ke luar Pulau Jawa, di antaranya Bali, Makasar, Balikpapan, Palembang, Jambi, dan kota lainnya di Sumatera.

Saat ini UangTeman sudah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp25 miliar dengan jumlah nasabah lebih dari 5 ribu orang, di mana setengah diantara mereka sudah melakukan peminjaman ulang.

Adapun lokasi peminjam yang sudah dilayani UangTeman tersebar sekitar 80% terpusat di Jabodetabek, sisanya di Yogyakarta, Magelang, Solo, Klaten, Bandung, Surabaya, dan Semarang.

“Tahun ini, total penyaluran kami tumbuh tiga kali lipat dibanding tahun lalu. Di 2017, kami berharap transaksi bisa tumbuh tiga kali lipat kembali jadi Rp 100 miliar,” ucap CEO & Co-Founder UangTeman Aidil Zulkifli.

Direktur Marketing dan Komunikasi UangTeman Donna Arifin menambahkan hingga Desember 2016 jumlah pinjaman pertama sudah meningkat jadi Rp 3 juta dari sebelumnya maksimal Rp 2 juta. Bagi peminjam yang sudah lunas, sambungnya, dapat meminjam kembali dan berpeluang memperoleh pinjaman maksimal Rp 4 juta.

“Bagi peminjam pertama maksimal Rp 3 juta, biaya layanan 1% per hari, dan jangka waktu 10 hari sampai 30 hari. Prosesnya pengajuannya tinggal mengakses website dan aplikasi mobile UangTeman,” ucap Donna.

Biaya layanan dapat berkurang secara bertahap bagi nasabah yang melakukan pinjaman kedua, ketiga, dan seterusnya. Adapun biaya layanan tersebut dapat turun hingga 0,7% per hari.

Permudah proses pinjaman

Untuk mendukung pencairan dana lebih cepat, UangTeman meluncurkan aplikasi mobile terbaru versi Android 2.0 dan iOS di bulan ini. Aplikasi ini diklaim dapat mempercepat pencairan dana untuk peminjam jadi 15 menit sejak pengajuan, dari sebelumnya harus menempuh waktu selama dua hari.

CTO UangTeman Darmawan Zaini mengatakan, selama ini akselerasi proses peminjaman dari nasabah mayoritas menggunakan desktop sekitar 60% dan sisanya dari aplikasi mobile 40%. Inovasi ini, sambung Darmawan, diharapkan dapat membuat komposisi jadi bergeser ke aplikasi mobile.

“Sebenarnya kami sudah luncurkan aplikasi Android versi 1.0 di Maret 2016. Sampai awal bulan ini sudah mencatatkan lebih dari 46 ribu pengunduh. Kami targetkan dapat meningkat hingga 300% di tahun depan,” terangnya.

Proses pengajuannya, nasabah tinggal mengunggah fotocopy KTP dan foto pribadi. Jika disetujui, maka pinjaman pertama dengan besaran maksimal Rp3 juta akan ditransfer ke rekening yang bersangkutan dengan biaya layanan 1% per hari dan jangka waktu 10-30 hari.

Seluruh proses pengajuan, diklaim tidak seluruhnya disetujui pihak UangTeman, mengingat harus ada good strong risk management. Dari total aplikasi yang masuk hanya sekitar 25%-30% saja yang disetujui.

“Sejak UangTeman pertama kali sudah ada lebih dari 50 ribu aplikasi pinjaman yang masuk dan tidak semuanya disetujui. Pasalnya, kami menggunakan algoritma yang secara otomatis dapat tahu karakteristik peminjam. Aplikasi terbaru ini, memiliki teknologi yang lebih kuat dalam hal verifikasi data dan credit scoring. Terlihat dari kredit macet masih di bawah 3%,” pungkas Deputi CEO UangTeman Rio Quiserto.

Application Information Will Show Up Here

Mengembalikan Semangat Harbolnas Ke “Khittah”-nya

Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang berlangsung selama 12 Desember – 14 Desember 2016 telah berakhir. Ada banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi oleh seluruh pemain e-commerce, utamanya adalah banyak munculnya diskon fiktif. Kebetulan isu ini sempat menimpa Lazada, Bukalapak, Matahari Mall, dan lainnya.

Isu seperti ini pada akhirnya tidak sejalan dengan semangat awal diadakannya Harbolnas, yakni ingin mendorong orang untuk mencoba berbelanja online dan membantu ekosistem layanan e-commerce jadi lebih kondusif.

“Terkait diskon fiktif, sementara ini masih diserahkan secara penuh ke peserta bersangkutan untuk menindak tegas ke seller-nya yang nakal. Mungkin ke depannya bisa bekerja sama dengan lembaga hukum, agar bisa ditindak lebih tegas,” ujar Ketua Panitia Harbolnas 2016 Miranda Suwanto, Senin (19/12).

[Baca juga: Masihkah Konsumen Butuh HARBOLNAS?]

CEO Lion Parcel Gunardi menambahkan mengontrol harga dan diskon yang bertebaran di internet memang agak susah. Namun, pada dasarnya konsumen harus tahu produk apa saja yang logis untuk diberikan diskon hingga 90%.

Produk seperti gadget atau teknologi keluaran terbaru tidak mungkin bisa di diskon hingga 90%, kecuali produk tersebut adalah barang lama atau tidak laku di pasaran. Menurut dia, produk yang bisa diberi diskon tinggi itu lebih cocok untuk aksesoris, foodware, atau sifatnya memiliki kadaluarsa yang cepat.

“Agak susah control pricing dari sekian banyak peserta yang tergabung di bisnis online ini. Kalau jual produk gadget, jadi agak tricky lagi karena penjual menjual dengan harga yang telah dinaikkan sebelumnya, baru diberi diskon. Ini memang kurang fair bagi konsumen, makanya konsumen harus teliti dan jangan sampai terjebak dengan harga seperti itu.”

Harbolnas = diskon?

Hasil survei dari Nielsen Indonesia / Nielsen
Hasil survei dari Nielsen Indonesia / Nielsen

Menurut Miranda, Harbolnas itu tidak hanya menjual diskon besar-besaran saja. Tapi ada nilai lainnya, yaitu perang memberikan kualitas produk dan pelayanan terbaik. Bentuknya, tidak hanya diskon saja, tapi juga dapat berupa ongkos kirim gratis, cashback, atau undian berhadiah.

Harbolnas menjadi ajang bagi seluruh pemain e-commerce untuk sama-sama menjangkau konsumen lebih dalam lagi. Kesempatannya jadi setara dengan pemain e-commerce yang sudah berskala besar. Sekaligus, upaya peserta e-commerce untuk mencapai target kinerja tahunan mereka.

Menurut hasil survei dari Nielsen yang menghimpun 500 responden dari 20 kota urban, diskon jadi hal utama pemicu konsumen mengunjungi situs e-commerce. Persentasenya mencapai 90%, ongkos kirim gratis (41%), voucher (27%), dan cashback (15%).

Shopback juga melakukan survei serupa pasca Harbolnas berakhir. Shopback melakukan survei dengan menghimpun 539 responden yang berasal dari Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya, dan Banjarmasin.

Dari temuannya, konsumen menyampaikan harapannya untuk Harbolnas 2017. Konsumen menyatakan adanya diskon dengan nominal lebih tinggi sebanyak 60,3%, mengharapkan diskon tanpa disertai minimum pembelian (49,1%), promo yang disajikan berlaku untuk seluruh barang (46,6%).

Kemudian, mengharapkan promo yang lebih mudah dimengerti (19,1%) dan informasi yang disampaikan terkait promo yang disajikan dibuat lebih jelas dan lengkap (14,7%).

Konsumen Indonesia sudah pandai meriset

Lebih jauh diungkapkan dari hasil survei Shopback, ternyata sebanyak 33,1% responden menjawab bahwa mereka menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk berbelanja online. Sementara, konsumen yang menghabiskan waktu selama 15-25 menit (17,7%), 26-40 menit (17,1%), 6-15 menit (17,1%), 40-60 menit (10%), dan 1-5 menit (4,8%).

Menurut pantauan Shopback, konsumen yang membutuhkan waktu lebih banyak, rata-rata membeli produk yang memang membutuhkan banyak pertimbangan dan perbandingan, seperti laptop, smartphone, atau wisata.

Dengan durasi yang konsumen habiskan, mayoritas dari mereka mengunjungi tiga hingga empat toko online (42,6%), 1-2 toko online (35,9%), dan 5-6 toko online (15,9%).

“Sama halnya dengan mengunjungi toko offline, konsumen pasti perlu datangi lebih dari satu toko sebelum akhirnya memutuskan untuk beli barang dimana. Artinya konsumen sudah jauh lebih pintar dan memiliki banyak pilihan toko online untuk melakukan riset,” ungkap Miranda.

Target transaksi tidak tercapai

Kategori produk yang paling banyak dijual saat Harbolnas menurut survei Nielsen / Nielsen
Kategori produk yang paling banyak dijual saat Harbolnas menurut survei Nielsen / Nielsen

Sebelum Harbolnas digelar, panitia sempat mengumbar target transaksi yang naik dua hingga tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Sebagai gambaran, tahun lalu prediksi transaksi Harbolnas mencapai Rp2,1 triliun. Akan tetapi, tahun ini dipredikasi hanya mencapai Rp3,3 triliun, atau naik 1,57 kali lipat.

Angka transaksi ini bukan hasil nyata yang dikumpulkan panitia Harbolnas, melainkan hasil prediksi dari Nielsen. Menurut Nielsen, ada kenaikan dari sisi penjualan dengan rata-rata 3,9 kali, tapi bila dibandingkan dengan hari biasa.

Menurut Miranda, meski target tidak tercapai tapi ada temuan perbedaan perilaku berbelanja konsumen. Dari hasil survei Nielsen, ternyata produk yang banyak dibeli adalah produk kebutuhan sehari-hari. Sehingga, bila dibandingkan dengan gadget, tentu nilai nilai barangnya berbeda.

“Tidak semua peserta Harbolnas terbuka dengan hasil laporannya, makanya kita pakai hasil prediksi dari Nielsen. Di satu sisi target transaksi memang tidak tercapai, tapi kalau lihat dari kenaikan item yang dijual 5x lebih banyak sementara kenaikan sales hanya 2x. Sebabnya, ada shifting perubahan produk yang dibeli konsumen yaitu daily needs.”

Selain itu, dari segi edukasi terjadi peningkatan. Tingkat awareness konsumen Indonesia terhadap Harbolnas mencatatkan terjadinya kenaikan. Dari survei Nielsen, sebanyak 89% responden mengatakan mereka sebelumnya telah mengetahui Harbolnas. Persentase ini naik 13% dibandingkan tahun lalu. Responden yang mengatakan bahwa mereka sebelumnya telah berbelanja online juga naik 11% jadi 61%.

Hasil survei dari Shopback mengungkapkan, tingkat kepuasan konsumen terhadap Harbolnas 2016 dibandingkan dengan tahun sebelumnya jawabannya cukup merata. Responden yang menjawab lebih baik sebanyak 36,3%, sama saja 35,5%, dan lebih buruk 29,5%.

Responden juga mengungkapkan kesediaannya untuk kembali berbelanja online pada Harbolnas 2017, sebanyak 98,4% mengatakan bersedia dan 1,6% mengatakan tidak bersedia.

Blanja Luncurkan Kanal Belanja Khusus eBay

PT Metraplasa (Blanja), layanan e-commerce patungan dari Telkom Indonesia dan eBay, melakukan soft launching untuk situs kanal belanja eBay untuk konsumen Indonesia, ebay.blanja.com. Produk yang disediakan diklaim pihak Blanja mencapai 500 juta produk dari seluruh dunia dengan tujuh kategori utama, mulai dari otomotif, fesyen, digital, hingga mainan.

Seluruh proses pengiriman dilakukan dari Amerika Serikat dengan jaminan lama pengiriman antara 10 hari hingga 25 hari. Penyelesaian transaksinya dilakukan dengan cara bank transfer atau kartu kredit.

“Ini masih tahap pertama. Ke depannya kami akan kembangkan beberapa fitur penyempurnaan. Kami perlu edukasi konsumen, sebab kanal ini memberikan experience belanja di eBay dengan cita rasa lokal. Sebelumnya, untuk belanja di eBay butuh PayPal atau kartu kredit,” terang CEO Blanja Aulia E Marinto kepada DailySocial.

Hadirnya kanal eBay di Indonesia, lanjut Aulia, diharapkan bisa jadi salah satu pilihan para pelancong, sebagai sasaran konsumen utama. Mereka sebelumnya bepergian keluar negeri hanya untuk belanja, kini bisa memilih barang langsung yang mereka inginkan dari rumah

“Mereka [pelancong] bisa browsing barang dulu yang mereka sasar dari sini, bisa banding-bandingkan harganya, lalu saat ketemu barangnya bisa belanja dari eBay. Tentu akan lebih murah, dibandingkan mereka harus datang langsung ke sana.”

Komitmen serius eBay di Indonesia

Untuk menangkap peluang bisnis e-commerce di Indonesia, komitmen eBay terlihat cukup serius ingin menjadikan Blanja sebagai kendaraan utamanya di Indonesia, menghadapi kompetitor lokal seperti Tokopedia atau OLX. Sekaligus menghadapi kompetitor dari skala global yang sudah perlahan membidik Indonesia, di antaranya Amazon.

Salah satu upayanya, terlihat dari partisipasi awal suntikan dana dari eBay ke Blanja sejak 2012, membuka kantor perwakilannya di Indonesia pada awal tahun ini, hingga kembali menyuntikkan dana segar ke Blanja sebesar $10 juta di pertengahan 2016. Saat ini porsi kepemilikan eBay di saham Blanja sebesar 40% dan sisanya (60%) dimiliki Telkom

Di kesempatan terpisah, sebelumnya Aulia mengungkapkan Blanja membidik nilai transaksi (Gross Merchandise Value/GMV) sebesar Rp1 triliun di 2020. Strategi yang dilakukan adalah merampungkan proses pembangunan fundamental di internal perusahaan, mulai dari penyempurnaan aplikasi Blanja, menambah user experience, dan talenta yang berkualitas.

“Sejak awal kita berdiri, fokusnya adalah membuat fundamental yang kokoh selama dua hingga tiga tahun. Kami menargetkan seluruh proses tersebut akan selesai pada akhir tahun ini. Sebab, tahun depan saya baru mau sangat ngebut mencetak nilai transaksi Rp1 triliun di 2020,” ujarnya.

Realisasi lain yang telah dilakukan Blanja adalah menjadikan Blanja sebagai etalase online produk UMKM binaan BUMN. Integrasi ini didasari oleh semangat yang sama yaitu ingin memperluas jangkauan produk UMKM ke seluruh Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Melepas Label Pasar Modal Si “Anak Bawang” Lewat Fintech

Pamor pasar modal sebagai salah satu layanan jasa keuangan (LJK) memang masih kalah dibandingkan institusi lainnya, seperti bank ataupun asuransi, sebagai alternatif tempat untuk berinvestasi. Tak heran label “anak bawang” hingga kini masih terus melekat di tubuh pasar modal.

Dari hasil survei edukasi keuangan terbaru yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga September 2016 terjadi kenaikan tingkat penetrasi dan inklusi mengenai pasar modal, masing-masing sebesar 5%-6% dan 1,1%, dari sebelumnya 3,79% dan 0,11% di tahun 2013.

Meski ada kenaikan tipis, pamor produk pasar modal masih tetap kalah dibandingkan produk jasa keuangan lainnya, perbankan (21,8%), asuransi (17,08%), pegadaian (14,85%), pembiayaan (9,8%), dan dana pensiun (7,13%).

Hasil survei tahunan Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) di Februari 2016 mengenai tingkat persepsi masyarakat terhadap investasi menyebutkan sebanyak 66% mengatakan bahwa mereka tahu mengenai investasi, sementara sisanya menjawab tidak tahu.

Mirisnya, ketika ditelusuri lebih dalam, tentang instrumen mana yang mereka pilih untuk berinvestasi, sebanyak 92% responden bilang mereka memilih tabungan dan deposito.

Bila hasil kedua survei ini didalami lebih jauh, Head of Technology & Innovation MAMI Tubagus Ilham menjelaskan hasil survei ini memperlihatkan meskipun tingkat literasi masih rendah, masyarakat Indonesia memiliki keinginan untuk berinvestasi.

Hanya saja instrumennya masih belum tepat bila ingin berinvestasi untuk masa depan, karena tingkat pengembalian dari deposito tidak setinggi reksa dana atau saham mengingat tingkat risikonya yang berbeda.

Menurutnya, strategi awal harus lewat edukasi lewat media sosial. Pendekatannya bukan langsung memberi tahu risiko bila berinvestasi di reksa dana atau saham, melainkan pengetahuan dasar tentang pengertian investasi itu sendiri.

Ilham menjelaskan strategi edukasi ini dilakukan oleh MAMI lewat akun Twitter sejak 2014. Sejak saat itu, pihaknya mencatat sebanyak 385 orang dari seluruh Indonesia yang menghubungi call center MAMI menunjukkan minatnya untuk mulai investasi.

Lokasinya tersebar dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Manado, hingga Papua. Lebih luas dari kantor cabang MAMI yang sementara ini masih terpusat di Jawa dan beberapa kota di Sumatera.

“Masyarakat Indonesia perlu pendekatan yang berbeda. Pengetahuan investasinya masih sangat konvensional. Makanya, kami lakukan edukasi lewat pemanfaatan teknologi Twitter,” ucapnya saat menghadiri acara diskusi Indonesia Fintech Forum Vol.3, kemarin (15/12).

Setelah proses edukasi, tahap berikutnya yang dilakukan adalah membuat aplikasi reksa dana KlikMAMI di April 2016. Aplikasi ini memungkinkan proses pembelian reksa dana bisa dilakukan secara full online, hingga data masuk ke bank kustodian tanpa harus ada proses tatap muka.

Lewat fintech seperti ini, sambungnya, sangat membantu pihaknya untuk menjangkau calon investor dari manapun. Di satu sisi, sangat membantu MAMI mengurangi beban pembukaan kantor, atau sumber daya manusia. Pihaknya mencatat, hingga kini jumlah investor yang membeli reksa dana lewat aplikasi mencapai 2.700 orang.

“Saat kami ingin launch KlikMAMI, benchmark yang kami anut adalah aplikasi layanan e-commerce. Harus sama feel-nya, seperti berbelanja online. Proses harus fully online dan menggandeng Midtrans agar pembelian reksa dana bisa connect ke semua bank.”

Sosialisasi sudah bagus, distribusi jadi tantangan tertinggi

OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak beberapa tahun belakangan cukup aktif menggalakkan edukasi demi meningkatkan literasi pasar modal. Selain menerbitkan POJK yang bertujuan memudahkan pelaku usaha, juga aktif mendirikan Galeri Investasi kini jumlahnya sudah menyentuh angka 235 unit galeri yang tersebar di seluruh Indonesia.

Direktur Pengembangan BEI Hosea Nicky Hogan memaparkan jumlah investor pasar modal dalam negeri terus meningkat. Bisa dilihat dari jumlah single investor identification (SID) jadi 490 ribu per Juli 2016, dibandingkan tahun sebelumnya 430 ribu.

Meski demikian, kenaikan ini tidak bisa dibilang banyak bila dibandingkan dengan tingkat populasi masyarakat Indonesia. Maka dari itu, lanjut Nicky, kuncinya adalah pemerataan distribusi pemasaran lewat pemanfaatan fintech.

“Fintech bisa bantu pasar modal untuk terus lakukan perbaikan, dengan keyakinan investasi di reksa dana atau saham bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat.”

Ucapan Nicky turut diamini Tubagus. Menurutnya, edukasi yang dilakukan BEI dan OJK sudah cukup tinggi, sekarang tinggal memanfaatkan fintech sebagai jalur distribusi pemasaran untuk investasi.

Tubagus mengatakan dalam proses pengajuan aplikasi pembelian reksa dana, sebelumnya pihaknya harus melakukan proses tatap muka. Potensi gagal belinya cukup besar karena konsumen harus mengisi data yang lengkap di hadapan tenaga pemasar.

“Bagi sebagian orang Indonesia, pembicaraan mengenai keuangan dengan pihak lain masih dianggap tabu. Makanya banyak yang gagal mau beli reksa dana ketika ditemui oleh tenaga pemasar karena mereka tidak mau jujur dengan penghasilannya. Padahal ini sangat mempengaruhi penghitungan besaran investasi yang harus dikeluarkan secara rutin. Berkat bantuan dari fintech, sekarang jadi sangat membantu untuk menjembataninya.”

Robo advisor sebagai komplementer

Ilustrasi robo advisor / Pixabay
Ilustrasi robo advisor / Pixabay

Kehadiran fintech bagi pasar modal bisa dikatakan sebagai angin segar. Selain proses distribusi yang kini bisa makin meluas, peranan perencana keuangan sebagai pihak advisor saat berkonsultasi dengan klien secara berangsur-angsur mulai terbantu karena banyak memiliki kemudahan yang ditawarkan, misalnya lewat kalkulator otomatis.

Kalkulator tersebut memudahkan klien saat simulasi penghitungan berapa besar investasi yang harus rutin dikeluarkan untuk membeli suatu pencapaian di masa depan.

Di satu sisi, kehadiran robo advisor memang menjadi ancaman. Namun bila melihat dari kacamata yang luas, ada segmen tertentu yang masih membutuhkan kehadiran tenaga pemasar untuk berkonsultasi yakni kalangan investor yang sudah mature. Sementara, robo advisor bakal lebih banyak diperuntukkan untuk anak muda karena banyak kemudahan yang bisa mereka rasakan.

“Kehadiran fintech untuk advisor investasi jadi komplementer untuk tenaga pemasar. Di satu sisi, cakupan konsumen jadi lebih luas dijangkau, tidak butuh kontak fisik, dan bisa dilakukan sendiri. Implikasinya terhadap profesi perencana keuangan jadi besar berkat adanya teknologi,” ucap Andoko, Perencana Keuangan dari Oneshildt Consulting.

DompetSehat luncurkan DS-GO

Untuk mendukung profesi perencana keuangan, analis kredit, konsultan pajak, dan agen asuransi, startup penyedia layanan perencanaan keuangan pribadi DompetSehat meluncurkan aplikasi DompetSehat-GO (DS-GO). Aplikasi ini bakal siap diunduh pada Januari 2017 mendatang.

DS-GO didesain untuk mengakomodir pemberian masukan dari berbagai profesi tersebut kepada pengguna DompetSehat. Proses penggunaannya sama halnya dengan media sosial Facebook, ada fitur friend request dengan memasukkan username atau email yang digunakan pengguna DompetSehat.

Setelah request pertemanan diterima pengguna, mereka bisa bebas memilih informasi mana saja yang ingin didiskusikan dengan perencana keuangan, di mana sebelumnya seluruh data sudah dimasukkan ke dalam aplikasi DompetSehat.

“DompetSehat itu aplikasi untuk end user, sementara DS-GO adalah aplikasi mirror untuk perencana keuangan, konsultan pajak, dan analis kredit membantu pekerjaan mereka. Aplikasi ini cuma bisa kasi advice saja lewat data yang sudah di-share pengguna, tidak untuk transaksi pembelian apapun,” terang Founder & CEO DompetSehat Ibnu Hajar Ulinnuha.

Ke depannya akan banyak pengembangan yang bakal disiapkan untuk mendukung investasi di Tanah Air. Salah satunya, aplikasi DompetSehat bakal bisa mengakomodir pembelian produk reksa dana dari perusahaan manajer investasi.

“Dari hasil advice dari perencana keuangan, bisa jadi pertimbangan pengguna DompetSehat untuk membeli produk reksa dana. Sudah perusahaan MI yang mau kerja sama dengan kami, rencananya akhir Januari 2017 baru bisa diumumkan,” pungkasnya.

Menurut Ibnu, hadirnya DS-GO yang bisa terintegrasi dengan DompetSehat dapat membantu mengakselerasi target nasabah reksa dana sebanyak 5 juta nasabah dalam lima tahun mendatang, sebagaimana yang telah dicanangkan OJK.

Strategi Bisnis Aplikasi Loyalitas Manis di Indonesia

Ebizu Global PTE LTD (Manis), aplikasi layanan program loyalitas asal Negeri Jiran, telah resmi beroperasi di Indonesia sejak akhir 2015 dengan nama badan hukum PT Ebizu Prima Indonesia. Indonesia adalah negara pertama yang dipilih pihak Manis sebagai langkah ekspansi berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.

Langkah ini diambil, mengingat Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang begitu besar baik dari sisi jumlah populasi, pengguna smartphone, internet, iklim ekonomi yang cukup stabil dan pengusaha UKM yang terus bertumbuh. Pihak Ebizu menilai fakta ini sejalan dengan tujuan bisnisnya yakni membantu kegiatan UKM untuk tumbuh.

Pihak Ebizu mengungkapkan setelah Indonesia ada beberapa negara di Asia Tenggara yang siap diincar di kuartal pertama tahun depan, yaitu Thailand, Vietnam, dan Filipina. Kemudian, di dua tahun mendatang pihaknya akan membidik Tiongkok.

Manis adalah aplikasi loyalitas yang memberikan hadiah kepada pengguna di manapun mereka berbelanja, menikmati hiburan, dan makan. Cara kerjanya, pengguna memotret struk belanja (bukan struk yang ditulis tangan, kecuali RS, pom bensin, tiket parkir, hotel, dan perjalanan) untuk mendapatkan point.

Point tersebut dikumpulkan dan dapat ditukarkan dengan berbagai voucher, antara lain pulsa, voucher pertamina, food and beverages (FnB), mini market, dan lainnya.

Manis pertama kali diluncurkan di Malaysia pada akhir 2014. Manis sudah berpartner dengan banyak outlet dan jumlah penggunanya lebih dari 600 ribu pengguna. Di Malaysia, pengguna Manis bisa menikmati layanan eksklusif lewat kerja sama dengan merek sepatu besar di dunia. Mereka mendapat kesempatan masuk lebih awal dibandingkan yang belum menjadi pengguna Manis.

“Tujuan awal dari produk Ebizu untuk menjawab gap antara perusahaan dengan para pengguna. Ada gap, di mana perusahaan sama sekali tidak mengenali siapa sebenarnya para konsumen dari produk yang mereka keluarkan. Di sinilah Ebizu berusaha menjawab dari sisi konsumen dengan menyediakan layanan aplikasi dari sisi konsumen yang bernama manis,” terang Imelda Tirta selaku Merchant & Marketing Senior Manager Manis Indonesia kepada DailySocial, Kamis (15/12).

Beri sentuhan berbeda

Cara menggunakan Manis / Manis
Cara menggunakan Manis / Manis

Imelda melanjutkan, pihaknya mengklaim Manis memiliki platform yang lebih lengkap dibandingkan kompetitor, baik dari segi konsumen dan perusahaan. Contohnya, aplikasi dapat memotret struk belanja di semua outlet (kecuali RS, parkir, tol, tiket perjalanan, dan tiket pesawat), ada beacon di outlet, dan ada laporan perilaku konsumen yang dapat diakses melalui Ebizu Data Cloud untuk merchant yang sudah bekerja sama.

“Kami akan terus menambah jumlah merchant dan meningkatkan jumlah pengunduh dari semua event yang kami lakukan. Sekaligus berusaha meningkatkan engagement dengan para pengguna Manis melalui channel media sosial yang kami miliki.”

Untuk terus meningkatkan bisnis Manis, pihaknya akan terus membidik merchant sebanyak-banyaknya, terutama yang sudah memiliki outlet yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Adapun saat ini, Imelda mengklaim sudah ada ribuan outlet yang sudah menjadi rekanan Manis.

Imelda juga menargetkan dapat menggaet 1,5 juta pengguna yang mengunduh aplikasi di tahun depan. “Target kami adalah menjadi perusahaan aplikasi CRM yang exist di Asia, terutama di Indonesia. Tahun depan target pengguna kami harus mencapai 1,5 juta pengunduh,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Dimo Kini Miliki 80 Ribu Pengguna Aktif Bulanan

Berkat tren perkembangan teknologi digital tahun ini adalah fintech, turut mendongkrak pertumbuhan bisnis yang cukup signifikan bagi PT Dimo Pay Indonesia (Dimo). Dari Januari 2016 hingga November 2016, persentase pertumbuhan jumlah pengguna, volume transaksi, hingga nilai transaksi diklaim mencapai ribuan persen.

Kenaikan ini dipicu karena pihak issuer yang sudah menjalin kemitraan dengan Dimo jumlah kini mencapai 15 issuer, dibandingkan dengan tahun lalu baru sebesar tiga issuer. Jumlah merchant yang bergabung kini sudah lebih dari 2.500 merchant, sementara di tahun lalu masih di bawah 200 merchant.

Kabar terbaru, issuer yang baru bergabung dengan Dimo di bulan ini ada tiga perusahaan, yakni BNI untuk produk e-wallet UnikQu, BRI untuk BRI Mobile, BRI Internet Banking, dan BRI Credit Access. Juga bergabung Finnet untuk kebutuhan pembayaran tagihan siaran TV kabel.

“Kenaikan drastis ini didapat dari pengguna aplikasi PayByQR pada issuerissuer Dimo dari sisi e-wallet, mobile banking hingga credit card loyalty. Kami akan terus mengembangkan teknologi yang ada untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan rekanan kami,” ungkap CEO Dimo Brata Rafly, Kamis (15/12).

Dari segi pertumbuhan pengguna, persentase pertumbuhannya mencapai 7.062% dengan kisaran 80 ribu pengguna aktif per bulannya. Sementara, dari segi volume transaksi tumbuh 7.150% dengan pertumbuhan nilai traksaksi sebesar 16.885%. Brata enggan membeberkan lebih lanjut soal angka dan nominalnya,

Bergabungnya BNI, BRI, dan Finnet diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan bisnisnya bisa lebih signifikan lagi. Pasalnya, ketiga perusahaan tersebut masing-masing memiliki pangsa pasar yang luas dan tersebar di seluruh Indonesia.

Jumlah nasabah aktif BRI mencapai 22 juta orang, sementara BNI mencapai 16 juta yang bisa digaet untuk menggunakan PayByQR.

“Nanti teknologi PayByQR di Finnet akan digunakan untuk pembayaran TV kabel. Sudah ada tiga juta TV yang terhubung di bawah jaringan Finnet. Saat ini masih proses integrasi, perkiraannya Februari sudah bisa di-launch dengan Finnet.”

Rencana Dimo tahun 2017

Menurut Brata, fintech ke depannya akan terus menggempur industri petahana, sehingga mau tak mau mereka “dipaksa” untuk berkolaborasi daripada hancur karena enggan untuk berubah. Keyakinan inilah yang memacu pihaknya untuk terus mengejar kerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari perbankan, layanan e-commerce, hingga industri transportasi, sembari menambah jumlah merchant.

Layanan PayByQR disebut didesain secara agnostic, tidak bersifat eksklusif dan bisa diterapkan untuk semua issuer, juga memudahkan konsumen saat bertransaksi.

Brata mengungkapkan, Bank CIMB Niaga sudah mulai melirik kerja sama dengan Dimo. Rencananya baru akan direalisasikan kerja samanya di Januari 2017.

Tak hanya itu, Dimo juga akan mulai gencar mengajak kerja sama dengan penyedia layanan e-commerce. Sudah ada dua layanan e-commerce yang sudah menggunakan teknologi PayByQR, yaitu Lazada dan JD.id.

“Kalau tahun ini, kami baru mengejar kerja sama dengan perusahaan yang bergerak di offline. Tahun depan kami akan kejar bisnis yang online, di antaranya layanan e-commerce.”

Dimo juga akan terus melakukan edukasi ke masyarakat secara hyperlocal, bergantung lokasi issuer. Adapun saat ini lokasi pengguna Dimo masih terpusat di Jakarta. Diharapkan tahun depan akan mulai merambah ke kota lainnya, mengikuti lokasi operasional di mana pihak issuer berada.

“Edukasi yang kami lakukan agak berbeda, kami edukasi sesuai dengan lokasi issuer, sehingga masih terpetak-petak. Kemudian, convert merchant yang ada di sekitar bank untuk jadi merchant Dimo,” pungkas Brata.

Application Information Will Show Up Here

Perhatikan Lima Hal Ini Sebelum Membuat “Pop Up Store”

Gerai sementara (pop up store) merupakan salah satu strategi pemasaran online-to-offline (O2O) yang dianggap ampuh untuk mendongkrak penjualan suatu bisnis. Malah, strategi ini bisa diaplikasikan untuk semua jenis bisnis, termasuk layanan e-commerce. Contoh terdekatnya adalah Berrybenka sudah beberapa kali menggelar pop up store di kawasan Jakarta.

Menurut pihak Berrybenka, lewat implementasi strategi ini pertumbuhan penjualan dan konsumen meningkat hingga 300% di masing-masing kota yang menghadirkan Berrybenka Pop Up Store.

Selain mendongkrak penjualan, keberadaan pop up store menawarkan berbagai manfaat. Misalnya, menarik pengunjung untuk berkunjung lebih cepat, spontanitas, dan secara informal. Serta, pop up store dapat dibangun atau dibongkar lebih cepat dalam hitungan jam, sehingga lebih fleksibel tidak seperti gerai tradisional.

Pop up store juga memberikan tampilan seakan-akan hanya memerlukan sedikit perencanaan karena tampilannya yang begitu sederhana. Sebenarnya ini hanya kamuflase, dalam artian positif, sebab ada prinsip bisnis menyebut penjualan produk yang baik itu terlihat dari penampilan yang penuh spontanitas.

Artikel ini akan membahas lima kunci sukses yang perlu diperhatikan oleh pengusaha sebelum menggelar pop up store di tempat publik. Berikut rangkumannya:

1. Buat pop up yang eksklusif

Eksklusif adalah kunci untuk menghasilkan kehebohan tentang acara Anda. Ketika Google berkeinginan untuk memamerkan platform virtual reality (VR), mereka memutuskan untuk membuka pop up store di New York.

Alhasil, konsumen jadi tertarik dengan janji-janji yang ucapkan Google bahwa mereka bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat. Jika Anda membuat pop up store sendiri, pastikan kata-kata dalam undangan yang Anda sebarkan memberikan kesan eksklusif.

Contohnya, “hanya 20 kursi tersedia” akan mendorong respon yang lebih cepat dari konsumen.

2. Buat untuk jangka waktu yang singkat

Kunci sukses lainnya adalah adakan pop up store untuk jangka waktu yang singkat. Entah Anda sudah memutuskan untuk mengadakan acara dari beberapa hari atau beberapa bulan sebelumnya dari hari H, pastikan Anda sudah mengirimkan undangan dari jauh hari.

Sebab Anda harus berhati-hati dalam mengkoordinasikan bagaimana Anda akan mempromosikan pop up store, baik untuk pelanggan dan calon pelanggan yang ingin diraih. Selama masa perencanaan, buat jadwal posting tentang acara tersebut.

3. Kolaborasi dengan pemain lainnya

Jika tujuan akhir Anda adalah menjangkau pelanggan baru, maka salah satu pendekatan yang paling baik adalah berpartner dengan pemain lainnya yang dapat menjangkau pelanggan lewat jaringan mereka sendiri.

Seperti yang dilakukan perusahaan cloud computing asal Amerika Salesforce, mereka berpartner dengan kelompok konsultan kecil yang memiliki klien dari perusahaan profil tinggi untuk memberikan nasihat.

Pertimbangkan manfaat yang bisa diterima oleh pelanggan, sebagai salah satu hal utama yang harus Anda pikirkan sebelum memilih partner acara.

4. Buat topik yang sifatnya in-demand

Subyek acara pop up yang Anda buat akan jadi berbeda dan menarik, bila dikemas dengan cara yang berbeda. Pilih topik yang akan Anda bahas, dengan jangkauan target pelanggan yang luas.

Sebuah firma hukum di London menjadi tuan rumah acara pop up acara hukum, di mana dapat mempertemukan pelanggan secara tatap muka untuk memberikan nasihat hukum. Hal ini dapat membantu Anda menghasilkan pembicaraan di komunitas lokal, juga menciptakan potensi dapat memperoleh klien baru di masa mendatang.

Anda mungkin merasa seolah-olah sudah memberikan apa yang Anda ketahui kepada mereka, namun klien itu pada dasarnya tidak pernah merasa puas. Mereka ingin menggali informasi lebih jauh, sebab info yang mereka dapat saat acara pop up terlalu singkat.

5. Pilih lokasi yang tepat

Kecuali Anda mengadakan pop up store secara online, Anda hanya membutuhkan host yang kuat saat live nantinya. Tapi bila Anda ingin mengadakan secara offline, memilih kantor Anda sebagai lokasi pop up store mungkin jadi pilihan yang paling aman. Tapi pikirkan secara obyektif dari pandangan calon pelanggan, lokasi mana yang paling nyaman bagi mereka.

Jika mengadakan di kantor Anda, mungkin calon pelanggan akan menolak datang karena tempatnya yang jauh dari lokasi kantor mereka, meski mereka sudah cukup tertarik dengan konsep pop up store yang sudah Anda umumkan.

Lokasi yang Anda pilih haruslah memiliki karakter, yang tepat dengan produk dan tema acara. Bahkan, jika Anda menggelar pop up store di ruang konferensi hotel, Anda buat sentuhan sendiri dengan penataan ulang furnitur.

Secara keseluruhan, pop up store mungkin terlihat spontan, tapi untuk sukses butuh waktu perencanaan yang bisa memakan banyak waktu. Ketika Anda sukses menggelar pop up store, mungkin ke depannya ada strategi lainnya yang bisa Anda terapkan.

Indonesia Ajak India Bentuk Ekosistem Ekonomi Digital

Untuk mengakselerasi target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 mendatang, kini pemerintah berencana untuk mengajak kerja sama dengan India di bidang pengembangan ekonomi digital dan layanan e-commerce.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas T Lembong mengatakan peluang Indonesia untuk bisa bekerja sama dengan India cukup besar dan sangat prospektif, mengingat kedua negara sedang mengalami perkembangan pesat di bidang tersebut.

Dia juga menilai beberapa perusahaan digital seperti Tokopedia, Traveloka, dan Go-Jek jadi contoh yang cukup sukses di Indonesia. Hal yang sama juga terjadi di India, banyak perusahaan digital yang cukup sukses lahir di sana.

Tak hanya itu, Lembong melihat sejumlah perusahaan e-commerce lokal telah menggunakan jasa programmer dan coder yang didatangkan langsung dari Negeri Bollywood tersebut. Tujuannya untuk memecahkan permasalahan utama kekurangan talenta yang sesuai kebutuhan industri.

“Indonesia sedang mengalami kekurangan programmer tatkala pertumbuhan ekonomi digital di negara ini sedang booming. Hal yang sama juga terjadi di India, tapi permasalahan ini bisa mereka atasi,” ucapnya seperti dikutip dari Antara.

Menurut Lembong, kerja sama dengan India bisa dijalankan sepenuhnya karena India sudah memiliki pengalaman lebih banyak mengenai pengembangan teknologi informasi (TI). Ia menilai kerja sama seperti ini akan sangat prospektif bagi Indonesia.

Go-Jek menjadi contoh

Go-Jek jadi salah satu startup digital yang belakangan ini rajin mengakuisisi sekaligus mempekerjakan (acquihire) talenta asal India. Malah, niatan pihak Go-Jek makin besar setelah meresmikan kantornya perwakilannya di sana dengan nama GoProducts Engineering India LLC.

CEO Go-Jek Nadiem Makariem bilang pembukaan kantor ini erat kaitannya dengan pengembangan layanannya. Pasalnya, sebagian programmer Go-Jek berasal dari India. CTO Go-Jek juga kerap menjalin komunikasi dengan developer di sana, sehingga kantor barunya tersebut diharapkan pengembangan layanan ride sharing bisa lebih cepat dilakukan.

Pembukaan kantor di India juga diharapkan jadi langkah mencari bibit-bibit baru developer dan menjadi pusat pelatihan untuk seluruh engineer Go-Jek, baik dari India maupun Indonesia.

“Kami telah melihat bagaimana kolaborasi dan berbagi pengetahuan antara engineer kami di Indonesia dan India. Hal tersebut telah bantu mempercepat inovasi produk, data mining, dan meningkatkan pengalaman konsumen di Go-Jek,” katanya dikutip dari Detik.

Setidaknya tahun ini Go-Jek sudah mengakuisisi empat perusahaan dari India. Pianta, perusahaan yang bergerak di bidang home healthcare. Dua startup konsultan teknologi C42 dan CodeIgnition. Terakhir, startup pengembangan produk LeftShift.