Data Security Optimization in the Fintech App

Data security for a digital startup is a must. Apart from protecting company assets, data security also serves as a guarantee of trust for their customers.

This factor is becoming increasingly relevant for fintech startups. It is common knowledge that companies engaged in the financial sector. Therefore, data security in fintech is absolutely not something that can be negotiated.

Andre Pratama as Acting CTO of UangTeman explained that preventive measures against data leakage are a very important requirement. Andre shares his knowledge and experience in data security in the latest #SelasaStartup edition.

In general, issues in data security come from internal and external factors. Andre said that vulnerability from within could be the biggest problem in his field. Without a strict surveillance system, vulnerability holes can appear here and there. Apart from needing capable tools, the internal integrity of the company needs to be nurtured from the start.

“I think there are a lot of tools out there, but if the integrity is not maintained, it will be conceded too,” said Andre.

Secure from the inside

There are several steps a company can take to prevent security vulnerabilities from emerging. One of the first steps is to make sure the entire employee team is safe from the worst.

According to Andre, these steps can be started from making a non-disclosure agreement (NDA) or a confidentiality agreement with employees. The next step is to create a system that prevents problems that can arise accidentally.

An example of this step is not allowing laptops that employees use to connect to WiFi. Even if you need access to WiFi, it can only be used by certain people with clear purposes. Another example is erasing the contents of the blackboard after a meeting and requiring that minutes of meeting (MoM) only circulate within the company.

From the infrastructure aspect, there are steps needed. As a fintech, Andre said that his party has created a layered security system for every transaction that occurs. Likewise, in the data itself, everything is encrypted and hashed.

Collaboration with the third party

Vulnerability is also very possible when a startup wants to collaborate with third parties. The confluence of methods and technology between the two parties allows for loopholes that intruders can enter. Therefore, preventive measures are also needed.

Andre emphasized that before starting the cooperation, NDA must attend first. Then he assessed that the company must see whether the API that each uses is open or encrypted, whether the API can be installed directly or must register first, whether the API already uses https or not. Although it seems complicated but steps need to be taken.

“Usually intruders will take APIs that are still hollow or only http. It’s better to be strict than easy but vulnerable,” he added.

Data safety from and for all

The platform certainly has the responsibility of storing and using personal data that has been provided by its users. They are also bound by a number of regulations made by the government and associations.

However, in terms of preventing user awareness, it is also expected. Due to the fact that a number of data leak modus operandi can occur taking advantage of the user’s lack of knowledge of personal data security.

At UangTeman, according to Andre, education on data security applies to borrowers and lenders. They also provide education to both parties. The most basic example is a one-time use username and password (OTP) that no one can know. In addition to education like that, UangTeman also uses a forced system to protect the security of user data.

“We also do soft force for customers. So we detect from our mobile app if it takes too long to log in and just stay silent, we will force quit,” Andre concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Optimasi Keamanan Data di Aplikasi Fintech

Keamanan data untuk sebuah startup digital adalah keharusan. Selain melindungi aset perusahaan, keamanan data juga berfungsi sebagai jaminan kepercayaan untuk pelanggan mereka.

Faktor tersebut jadi kian relevan bagi startup fintech. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perusahaan yang bergerak di sektor keuangan. Maka dari itu keamanan data di fintech sama sekali bukan hal yang bisa ditawar.

Andre Pratama selaku Acting CTO UangTeman menjelaskan, langkah-langkah preventif terhadap kebocoran data sebagai syarat yang begitu penting. Andre membagi pengetahuan dan pengalamannya di keamanan data dalam edisi #SelasaStartup terbaru.

Pada umumnya isu di keamanan data berasal dari faktor internal dan eksternal. Andre mengatakan kerentanan dari dalam justru bisa menjadi masalah paling besar dalam bidangnya. Tanpa sistem pengawasan yang ketat, lubang kerentanan bisa muncul di sana-sini. Selain butuh alat yang mumpuni, integritas internal perusahaan perlu dipupuk sejak awal.

“Saya pikir banyak sekali tools di luar sana, tapi kalau integritasnya tidak dijaga pasti akan kebobolan juga,” tegas Andre.

Menjaga dari dalam

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan suatu perusahaan untuk mencegah kerentanan keamanan muncul. Salah satu langkah pertamanya adalah memastikan seluruh tim karyawan aman dari kemungkinan terburuk.

Menurut Andre langkah-langkah itu bisa dimulai dari membuat non-disclosure agreement (NDA) atau perjanjian kerahasiaan dengan pegawai. Langkah berikutnya adalah menciptakan sistem yang mencegah masalah yang bisa timbul secara tidak disengaja.

Contoh dari langkah itu adalah tidak memperbolehkan laptop yang dipakai pegawai tersambung ke WiFi. Kalaupun perlu akses ke WiFi, hanya bisa digunakan oleh orang-orang tertentu dengan tujuan yang jelas. Contoh lainnya adalah menghapus isi papan tulis selepas rapat dan mewajibkan minutes of meeting (MoM) hanya beredar di internal perusahaan.

Dari aspek infrastruktur pun ada langkah-langkah yang diperlukan. Sebagai fintech, Andre bercerita pihaknya telah membuat sistem keamanan berlapis untuk setiap transaksi yang terjadi. Begitu pula di datanya sendiri, semua sudah dienkripsi dan sudah diacak (hashed).

Saat berkolaborasi dengan pihak ketiga

Kerentanan juga sangat mungkin terjadi ketika sebuah startup ingin berkolaborasi dengan pihak ketiga. Pertemuan metode dan teknologi dua pihak memungkinkan adanya celah yang bisa dimasuki penyusup. Oleh karena itu perlu langkah-langkah pencegahan juga.

Andre menekankan sebelum memulai kerja sama NDA wajib hadir terlebih dulu. Kemudian ia menilai perusahaan harus melihat apakah API yang masing-masing pakai terbuka atau terenkripsi, apakah API-nya langsung bisa dipasang atau harus registrasi dulu, apakah API-nya sudah menggunakan https atau belum. Meski terkesan rumit tapi langkah-langkah itu perlu diambil.

“Biasanya intruder akan ngambil API yang masih bolong atau masih http saja. Lebih baik strict dibanding gampang tapi rawan,” ia menambahkan.

Keamanan data untuk dan oleh semua

Platform tentu punya tanggung jawab dalam menyimpan dan menggunakan data pribadi yang sudah diberikan oleh para penggunanya. Mereka pun terikat dengan sejumlah peraturan yang dibuat oleh pemerintah maupun asosiasi.

Kendati begitu dalam hal pencegahan kesadaran pengguna pun turut diharapkan. Karena pada faktanya sejumlah modus operandi kebocoran data dapat terjadi memanfaatkan minimnya pengetahuan pengguna akan keamanan data pribadi.

Di UangTeman, menurut Andre edukasi akan keamanan data berlaku untuk borrower dan lender. Edukasi pun mereka berikan kepada kedua pihak tadi. Contoh paling dasar adalah nama pengguna dan kata sandi sekali pakai (OTP) tak boleh diketahui oleh siapa pun. Selain edukasi seperti tadi, pihak UangTeman pun memakai sistem paksa guna melindungi keamanan data pengguna.

“Kami juga lakukan soft force buat nasabah. Jadi kita mendeteksi dari mobile app kami apabila terlalu lama login dan diam saja, kami akan force quit,” pungkas Andre.

Application Information Will Show Up Here

Makin Gencar Berikan Pinjaman Produktif, UangTeman Tambah Lender Institusi

UangTeman mengumumkan Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) sebagai lender institusi. Komitmen dana yang disalurkan dirahasiakan, namun dianggap signifikan untuk membantu pengusaha mikro.

VP Corporate Finance & Investor Relations UangTeman Irfan Sidik menerangkan, nominal dana tersebut cukup signifikan dan diharapkan mampu membantu masyarakat yang akan memulai usaha kecilnya untuk mendapatkan pendanaan dengan cepat dan bertanggung jawab.

Dia melanjutkan, kerja sama ini menjadi salah satu bukti kolaborasi yang saling bermanfaat antara fintech lending dan perbankan untuk menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat. Inisiatif ini juga sejalan dengan komitmen industri keuangan dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Menurutnya, peran fintech lending di masa pandemi masih menjadi peluang yang baik karena teknologi digital yang mereka gunakan dapat menyasar masyarakat luas dengan akurat dan cepat. “Kegiatan ini juga menjadi strategi jangka panjang kami untuk memberikan fasilitas pembiayaan yang mudah dan cepat,” kata dia dalam keterangan resmi, kemarin (7/10).

Berkaitan dengan itu, UangTeman merilis dua produk baru untuk membantu pelaku usaha mikro yang terkena dampak pandemi. Kedua produk itu adalah Installment dan Lite Installment.

Peminjam memiliki durasi pengembalian yang lebih panjang dari produk sebelumnya sekitar 10 hari-30 hari. Installment memberikan pinjaman dengan tenor tiga bulan, sementara Lite Installment maksimal hingga enam bulan.

Untuk nominal pinjaman meningkat jadi Rp20 juta dari produk sebelumnya yaitu mulai dari Rp1 juta hingga Rp8 juta. UangTeman mulai masuk ke kredit produktif dan membiayai usaha mikro, saat mereka baru berdiri di 2015 aktif membiayai kredit konsumtif.

OJK menerbitkan aturan yang mewajibkan penyelenggara fintech lending menyalurkan 20% portofolionya ke sektor produktif. Namun, dalam data OJK terpampang mayoritas penyaluran kredit lari ke sektor konsumtif sebanyak 66% dari Rp113,46 triliun per Juni 2020.

Oleh karenanya, OJK mendorong fintech lending berkolaborasi dengan perbankan dan pemerintah untuk meningkatkan kontribusinya.

Manfaatkan dana dari institusi

Tak hanya UangTeman, memanfaatkan dana dari institusi sebagai lender (Super lender) kini menjadi suatu strategi yang cukup penting buat fintech lending. Beberapa perusahaan lainnya, ada KoinWorks yang gandeng Bank BTN, Bank Sampoerna, dan Bank CIMB Niaga.

Disebutkan portofolio lender institusi di KoinWorks kini memegang 30% dari total penyaluran keseluruhan. Kebanyakan institusi yang bergabung berasal dari perbankan dan multifinance.

Selanjutnya, ada Investree yang bekerja sama dengan BRI Agro, Bank Mandiri, Bank BRI, dan tujuh institusi lainnya dari jasa keuangan dan investor dari luar negeri. Berikutnya, Modalku yang bekerja sama dengan Bank Varia, Bank Sinarmas, BPR Bekasi Binatanjung, dan BPR Sukawati Pancakanti. Terakhir, Akseleran yang menggandeng Mandiri Tunas Finance, Bank Mandiri, dan Bank J Trust.

Bagi fintech yang memanfaatkan lender institusi ini mereka akan mendapat keleluasaan karena dana jumbo tersebut dapat lebih cepat menyalurkan pinjaman sesuai dengan target nasabah yang dibidik oleh tiap lender. Sementara bagi institusi, mereka dapat meminimalisir risiko gagal bayar dan mendapat calon nasabah baru lewat fintech.

Application Information Will Show Up Here

Rencanakan IPO Tahun 2023, UangTeman Perkuat Strategi Bisnis Berkelanjutan

Tahun 2020 banyak rencana yang akan dilancarkan oleh UangTeman. Salah satunya ingin fokus untuk menjalankan bisnis berkelanjutan dan mencapai profit yang lebih baik lagi.

Kepada DailySocial, Founder & CEO UangTeman Aidil Zulkifli mengungkapkan, tahun ini perusahaan juga akan fokus menawarkan produk pinjaman dengan bunga rendah lebih banyak lagi kepada pelaku UKM yang masuk dalam segmentasi bisnis mikro.

“Mikro di sini yang kami fokuskan adalah mereka kalangan B dan C yang memiliki bisnis warung makan hingga bisnis kecil lainnya yang membutuhkan tambahan modal. Bukan hanya menurunkan bunga, UangTeman juga ingin merangkul lebih banyak mereka.”

Sebelumnya UangTeman memang kerap menawarkan pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi. Tahun ini perusahaan memutuskan untuk menurunkan bunga dan fokus kepada pemilik bisnis mikro sebagai target pengguna.

Dalam survei yang dilakukan secara internal oleh perusahaan terungkap, hampir 31% pinjaman yang masuk adalah pinjaman produktif untuk keperluan usaha. Menurut Aidil hasil survei tersebut membuktikan bahwa kalangan yang masuk dalam kategori underbanked atau mereka yang tidak memiliki akun rekening hingga kartu kredit, paling ideal untuk diberikan pinjaman.

“Kita juga melihat bisnis mikro yang saat ini mulai ramai disasar oleh layanan finansial hingga dompet digital, paling ampuh untuk memberikan profit kepada perusahaan. Dibandingkan dengan produk pinjaman yang bersifat consumerism seperti KTA atau PayLater,” kata Aidil.

Untuk memperluas ekosistem, perusahaan juga berencana untuk menambah kemitraan dengan institusi finansial, startup hingga perbankan dalam waktu dekat. Harapannya melalui kolaborasi tersebut bisa menambah channel memanfaatkan produk unggulan dari masing-masing mitra. Salah satu produk yang akan diluncurkan dalam waktu dekat adalah, pinjaman kepada karyawan perusahaan besar seperti pabrik yang nantinya akan difasilitasi oleh mitra perbankan.

Peluang pasar lending seperti yang disasar UangTeman memang sangat besar. Dengan demografi unbankable usia dewasa yang mencapai 92 juta jiwa, ditambah dengan 64 juta UKM yang tersebar di berbagai wilayah, produk fintech berbasis pinjaman miliki masa depan yang cukup cerah.

Tak ayal per tahun 2019 sudah ada 144 fintech lending serupa UangTeman yang terdaftar di OJK. Hingga tahun 2019 jumlah pinjaman yang didistribusikan juga telah capai 60,4 triliun Rupiah, memfasilitasi sekitar 14,3 juta pengguna.

Dengan banyaknya pemain di Indonesia saat ini, baik yang menyasar konsumer maupun UKM, penting bagi pemain seperti UangTeman untuk hadirkan diferensiasi produk — di luar kualitas layanan yang harus selalu ditingkatkan. Beberapa pemain di sektor serupa bahkan sudah klaim bervaluasi centaur, alias telah membukukan modal lebih dari US$100 juta, di antaranya KoinWorks dan Investree.

Rencana IPO tahun 2023

Jajaran manajemen dan tim UangTeman
Jajaran manajemen dan tim UangTeman

Saat ini UangTeman telah memiliki sekitar 82 ribu pengguna aktif dan 1 juta unduhan aplikasi. Perusahaan juga telah menyediakan layanan di 14 kota di Indonesia.

Disinggung apakah UangTeman akan melakukan ekspansi ke kota-kota besar lainnya di Indonesia, Aidil menyebutkan belum memiliki rencana dalam waktu dekat. Untuk saat ini fokus perusahaan adalah bagaimana bisa memperoleh profit di 14 kota yang ada.

“Sesuai dengan komitmen kita yaitu untuk bisa IPO tahun 2023 mendatang, diharapkan perusahaan bisa mengumpulkan profit menyesuaikan dengan persyaratan yang ditentukan jika startup berencana melakukan IPO,” kata Aidil.

Pertengahan bulan Februari perusahaan juga telah mengumumkan pendanaan seri B2. Tidak disebutkan berapa nilai investasi yang diterima, namun pendanaan tahapan seri B2 ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan teknologi dan mempercepat proses penerimaan aplikasi pinjaman dari pengguna.

Saat ini perusahaan mengklaim, satu orang yang ditempatkan mampu mengumpulkan 100 aplikasi. Dengan bantuan teknologi diharapkan bisa mempercepat proses menjadi 200 aplikasi dalam satu hari. UangTeman juga berencana untuk menambah tim engineer.

Investor yang terlibat dalam pendanaan tahapan seri B2 ini di antaranya adalah ACA Investments dan Pegasus Tech Ventures. Sebelumnya UangTeman telah menutup putaran pertama pendanaan seri B1 tahun 2019 lalu. Investor di tahap ini meliputi KDDI Open Innovation Fund dan Global Brain Corporation. Secara keseluruhan UangTeman telah mengumpulkan pendanaan seri B senilai US$10 juta.

“Pendanaan ini juga menandakan kepercayaan investor kepada kami. Untuk itu dengan mengembangkan teknologi diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan bisnis, mengumpulkan profit dan menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Sekaligus tentunya bertanggung jawab penuh kepada sharehodler hingga investor,” kata Aidil.

Application Information Will Show Up Here

UangTeman Closes Series B Round Worth of 143 Billion Rupiah, Planning for Expansion and Acquisition

The financial technology startup UangTeman announced the first round of Series B funding – named series B. There are new faces, including KDDI Open Innovation Fund and Global Brain Corporation. Some investors from the previous round also involved.

They also informed the second round (series B2) should be closed by October 2019. In this round, Spiral Ventures will take the lead. The whole series B is to make $10 million or 143 billion Rupiah.

Spiral Ventures’ CEO, Yuji Horiguchi said on this round that they are going all out through the current experience and skill to support UangTeman current development.

“In Indonesia, the online loan industry has become a part of social infrastructure. By following the path of UangTeman, we can have a better understanding and making a further contribution to support and creating effective social infrastructure for SMEs in Indonesia,” he said.

Acquisition, diversification and expansion

UangTeman has acquired an official license from Financial Service Authority (FSA) on May 2019, after passing through the whole series of the auditing process. Furthermore, this momentum is to create product diversification. In a specific way is to distribute online loans focused on productive micro business.

Diversification will be made through the acquisition of another online loan company which is already registered on OJK. The name is still undisclosed but the product coverage includes invoice financing and payroll distribution. The process is to be finished by September 2019.

In addition, UangTeman is planning a strategic step to expand to the Philippines. They are currently in the process of getting a license from the local financial service regulator. In order to increase penetration in Southeast Asia, they also plan for Series C in 2020.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

UangTeman Tengah Rampungkan Pendanaan Seri B Senilai 143 Miliar Rupiah, Siapkan Ekspansi dan Akuisisi

Perusahaan teknologi yang bergerak di bidang teknologi finansial UangTeman mengumumkan telah menutup putaran pertama pendanaan seri B –mereka menyebut dengan istilah seri B1. Investor baru di tahap ini meliputi KDDI Open Innovation Fund dan Global Brain Corporation. Beberapa investor sebelumnya juga dikatakan turut terlibat, namun detailnya tidak disebutkan.

Mereka juga menginformasikan bahwa putaran kedua pendanaan seri B (disebut seri B2) ditargetkan rampung pada Oktober 2019. Di putaran kedua, Spiral Ventures akan memimpin pendanaan. Total yang ditargetkan untuk seri B ini mencapai $10 juta atau senilai 143 miliar Rupiah.

Mengomentari hal ini CEO Spiral Ventures Yuji Horiguchi menyampaikan, melalui partisipasinya ini pihaknya berusaha semaksimal mungkin menggunakan pengalaman dan keahlian yang dimiliki untuk mendukung pertumbuhan bisnis UangTeman.

“Di Indonesia sendiri, industri pinjaman online telah terbukti menjadi bagian dari infrastruktur sosial. Dengan mengikuti pertumbuhan UangTeman, kami dapat lebih memahami dan berkontribusi lebih jauh dalam mendukung dan membangun infrastruktur sosial yang benar-benar dibutuhkan bagi pemilik usaha kecil yang berada di Indonesia,” ujar Yuji.

Akuisisi, diversifikasi dan ekspansi

UangTeman telah berhasil mengantongi izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei 2019 silam, setelah melalui serangkaian proses audit menyeluruh. Selanjutnya dengan momentum ini, perusahaan berencana untuk melakukan diversifikasi produk. Tepatnya akan menjadi pinjaman online yang berfokus pada bisnis mikro yang produktif.

Diversifikasi ini akan ditempuh dengan cara akuisisi salah satu perusahaan pinjaman online lainnya yang juga sudah terdaftar di OJK. Belum ada nama yang disebutkan, hanya ada keterangan inti produknya melingkupi pembiayaan faktur dan pendanaan payroll. Aksi perusahaan ini ditargetkan rampung dan diumumkan September 2019.

Selain itu UangTeman juga tengah menyusun langkah strategis untuk melakukan ekspansi ke Filipina. Saat ini mereka tengah dalam tahap mengurus proses perizinan dari regulator jasa keuangan setempat. Untuk meningkatkan penetrasi di Asia Tenggara, pendanaan seri C juga direncanakan pada tahun 2020.

Application Information Will Show Up Here

“Startup Mindset” Tetap Jadi Faktor Penting Penarik Talenta

Dalam sebuah survei di Amerika Serikat disebutkan, 1 dari 3 milenial saat ini memilih untuk bekerja di startup dibandingkan korporasi besar. Selain menawarkan fasilitas yang super fun, startup kerap memberikan kebebasan pegawai dalam hal pemilihan dress code, jam kerja fleksibel, dan pilihan remote working.

Selain faktor di atas, startup dianggap menawarkan suasana kerja yang dinamis, kesempatan untuk menyuarakan ide, kontribusi secara individu secara bebas, dan kemudahan untuk melancarkan pekerjaan tanpa adanya batasan birokrasi dan struktural manajemen yang kaku.

Fleksibilitas yang ditawarkan memunculkan peluang untuk maju dan kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier mereka dengan cepat. Di sisi lain, konsep karier korporasi biasanya memiliki jalur yang lebih kaku dan proses yang panjang dan berliku.

Meskipun demikian, seiring dengan perkembangan perusahaan, bibit birokrasi menyeruak. Mereka yang memiliki ribuan karyawan dan memiliki status unicorn atau centaur terlihat mulai meninggalkan esensi atau cita rasa khas startup dan mulai beroperasi seperti korporasi.

Kultur startup masih diminati

Meskipun menikmati fasilitas lengkap dan memberikan kesempatan untuk banyak belajar, beberapa testimoni pegawai atau mantan pegawai startup unicorn mengklaim perusahaan sebesar itu makin terlihat meninggalkan esensi startup dan mulai menerapkan sistem bekerja ala korporasi.

“Minusnya dari bekerja dengan startup besar adalah manajemen sudah mulai mengarah ke korporasi sehingga semakin banyak layer untuk approval dan kontribusi individual mulai tidak terasa dan cenderung terlihat, walaupun perusahaan tetap mengapresiasi pekerjaan setiap karyawannya,” kata seorang mantan pegawai Gojek, yang memilih tidak disebutkan namanya, kepada DailySocial.

Saat ini ia memilih untuk bekerja di startup yang masih dalam skala kecil dan masih merintis untuk menjadi besar. Ia mengklaim startup tersebut masih mengedepankan flat hierarchy, sehingga tidak ada senioritas dan semua orang bisa memberikan pendapat, ide, dan kontribusi kepada perusahaan.

“Selain itu, kontribusi individu kepada perusahaan lebih terlihat dan terasa jika berada di startup kecil karena jumlah karyawan yang masih sedikit. Banyak yang masih bisa di-explore sehingga kita bisa belajar hal baru lebih banyak,” lanjutnya.

Tinneke, yang bekerja di Block 71, memberikan pendapat yang berbeda. Menurutnya, banyak talenta digital yang masih ingin menikmati suasana kerja dinamis dengan mengedepankan mental startup dalam keseharian mereka.

Jika startup tidak mampu menerapkan konsep work-life balance, perusahaan bisa mengakomodir konsep work-life integration, yaitu kebebasan bagi pegawai menikmati pekerjaan yang mereka lakukan dengn tidak melarang pegawai bersenang-senang di luar jam kerja. Pegawai dianjurkan pula untuk menjalankan hobi mereka, apalagi yang berkaitan dengan passion mereka di komunitas dan dunia startup.

“Perusahaan kami masih menerapkan esensi startup hingga saat ini. Khususnya, startup terkenal dengan gaya kerja yang cepat dan tidak bertele-tele dan ini merupakan kultur perusahaan kami yang belum berubah hingga sekarang. Kami selalu menanyakan diri sendiri what’s new, what’s exciting sehingga kami selalu tertantang untuk membuat inovasi produk ataupun cara baru dalam bekerja.” kata Tinneke.

Hal serupa diterapkan manajemen UangTeman. Diklaim UangTeman masih menerapkan semangat perusahaan startup karena kultur perusahaannya masih sangat cair. Meskipun tetap ada jalur koordinasi formal dengan team leader, pegawai juga memungkinkan untuk berdiskusi secara informal dengan siapapun, termasuk dengan pimpinan perusahaan.

“Di UangTeman, manajemen sangat memperhatikan produktivitas karyawan dalam bekerja. Tuntutan kerja yang dinamis dalam startup diimbangi dengan disediakannya fasilitas penunjang yang memadai, termasuk fasilitas hiburan seperti gaming room, meja biliar, karaoke room, hingga sleeping pod. Fasilitas itu bisa dimanfaatkan kapanpun dibutuhkan oleh karyawan untuk bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat waktu,” kata Dimas, pegawai UangTeman.

Sementara menurut Yunnie, yang saat ini bekerja di AnyMind Group, sebuah perusahaan teknologi asal Jepang yang beroperasi di Indonesia, pegawai diberikan kesempatan untuk berinisiatif, terutama untuk perkembangan perusahaan dan setiap individu di dalamnya. Melalui proses ini, pegawai belajar banyak untuk bertanggung jawab atas kebebasan yang diberikan dan perusahaan selalu mendukung setiap inisiatif yang diambil agar bisa menghasilkan output yang sesuai.

“Saya percaya dengan struktur yang terorganisir di perusahaan berada di tahap yang tepat untuk itu, di mana perusahaan yang masih memiliki ‘startup mindset‘ mendorong pegawai untuk berkembang. Berkembang bukan hanya berarti dalam jumlah atau angka, tapi juga bisa mengantarkan value di setiap prosesnya.”

Arahan startup unicorn

Bagi Bukalapak, konsep work-life balance menjadi bentuk implementasi yang bertujuan menunjang pertumbuhan tanpa meninggalkan esensi dan semangat bekerja di perusahaan startup.

Chief of Talent Bukalapak Bagus Harimawan mengatakan:

“Kami percaya bahwa work-life balance penting dijaga oleh perusahaan agar tetap dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitas karyawan. Pada dasarnya, work-life balance tidak hanya menjadi tanggung jawab dari perusahaan maupun karyawan, tapi juga proses kolaborasi antara perusahaan dan pegawai untuk menciptakan keseimbangan pada lingkup ruang kerja. Perusahaan dapat memberikan dukungan demi terciptanya hal ini melalui fasilitas yang dapat menunjang hal tersebut.”

Ia melanjutkan,  “Bukalapak melihat talenta sebagai aset yang sangat penting. Hal ini yang mendasari prinsip kami bahwa talenta di Bukalapak harus memiliki agility mindset dan skill set untuk dapat menyesuaikan kebutuhan dan menghadapi tantangan bisnis agar dapat terus berinovasi menghasilkan produk / fitur yang menjawab kebutuhan para pengguna Bukalapak dan lebih luas lagi, memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia.”

Sementara itu, menurut CHRO Gojek Monica Oudang, meskipun telah berkembang semakin besar, Gojek mengklaim tetap menerapkan bottom-up initiative. Perusahaan berupaya mendorong tim untuk mengeluarkan ide-ide, sedangkan pemimpin bertugas mengayomi, memberikan insight dan arahan, dan mendorong adanya inovasi yang berkesinambungan.

Disinggung apakah Gojek sebagai perusahaan teknologi sudah mulai menerapkan manajemen ala korporasi dan meninggalkan kultur startup, Monica menyebutkan, Gojek percaya bahwa budaya perusahaan itu didorong oleh kepemimpinan. Perusahaan mendorong pemimpin untuk merangkul timnya, mendorong tim untuk tidak takut berbuat salah, dan berani bertanggung jawab atas kesalahan.

Monica berujar:

“Salah satu nilai perusahaan yang kami bangun adalah be fast and fearless, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi siapapun dalam berinovasi dan berkontribusi namun demi kepentingan serta kemajuan organisasi.”


Amir Karimuddin berkontribusi dalam penulisan artikel ini

DStour #70: Berkunjung ke Kantor Baru UangTeman

Di tahun 2019 ini UangTeman memutuskan memindahkan kantor mereka ke gedung baru yang masih terletak di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Berbeda dengan kantor sebelumnya yang mengadopsi desain ala korporasi, di kantor baru ini manajemen UangTeman memanjakan pegawainya dengan ruang karaoke, olahraga, sleeping pod, hingga game room.

Dipandu Government Affairs & Policy Specialist UangTeman Aysha Marsa Ananditha, berikut edisi terbaru #DStour selengkapnya.

UangTeman Segera Buka Kembali Penyaluran Kredit, Siapkan Produk Syariah

Di akhir tahun 2018, platform pinjaman online UangTeman (PT Digital Alpha Indonesia) menghentikan penyaluran kredit secara terencana di 13 kota selain Jabodetabek. Mulai akhir Maret 2019, proses disbursement akan kembali dibuka secara bertahap, mulai di 5 kota terlebih dahulu.

Kepada DailySocial, SVP Corporate Affairs UangTeman Adrian Dosiwoda mengungkapkan, penghentian sementara tersebut merupakan bagian dari rencana perusahaan. Disebutkan penerapan credit scoring yang selama ini memanfaatkan data pelanggan ponsel dianggap sudah tidak sesuai lagi dan dinilai mengganggu privasi pengguna.

“Dengan alasan itulah akhirnya kami terpaksa untuk menghentikan proses disbursement di 13 kota yang secara langsung mempengaruhi portofolio bisnis kami hingga 60%. Namun setelah semua proses kami sesuaikan kembali kami optimis akhir Maret 2019 disbursement akan kami buka kembali,” kata Adrian.

Pasca pembukaan kembali layanan di luar Jabodetabek, perusahaan akan menerapkan proses automated credit scoring yang diklaim lebih akurat dan meminimalisir proses pengecekan manual untuk pemberian pinjaman.

Dalam proses pengecekan di awal tersebut, sejumlah langkah terdigitalisasi, seperti E-KYC dan tandatangan digital bakal diaplikasikan.

“Untuk proses survei tetap kami lakukan untuk kasus tertentu. Namun bagi mereka yang memiliki track record dan rekam kredit yang baik bisa langsung mendaftarkan tanpa melalui survei,” kata Adrian.

Sementara untuk memudahkan proses pinjaman bagi borrower yang memiliki portofolio yang baik, UangTeman juga akan merilis fitur Virtual Credit Line. Dengan fitur ini, pelanggan yang memiliki pagu cukup besar bisa mengambil kreditnya secara bertahap atau parsial tanpa harus mengembalikan pinjaman sebelumnya yang sedang berjalan.

Untuk mendukung rencana-rencana tahun ini, UangTeman berharap bisa menyelesaikan penggalangan dana lanjutan yang dijadwalkan difinalisasi pada akhir Maret ini.

Sebelumnya UangTeman memperoleh pendanaan Seri A sebesar $12 juta pada Agustus 2017 lalu. Investor yang terlibat termasuk K2 Venture Capital dan Draper Associates.

“Kita juga memiliki rencana untuk menambah tim, di antaranya adalah tim IT, human capital hingga marketing. Tujuannya tentu saja untuk menambah jumlah pengguna baru. Di UangTeman sendiri sebagian besar borrower adalah repeat borrower,” kata Adrian.

Produk syariah di Q4

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, khususnya dari kalangan UKM, UangTeman juga berencana merilis produk syariah di kuartal keempat tahun ini. Nantinya penjual online (online merchant) yang memiliki usaha di berbagai layanan marketplace bisa mengajukan pinjaman produktif berbasis syariah.

“UangTeman sendiri selama ini sifatnya adalah pinjaman konvensional. Kenapa pada akhirnya kita masuk ke pasar syariah agar bisa fokus ke pembiayaan produktif. Berbeda dengan cash loan, di syariah akadnya adalah sharing profit modelnya, sehingga harus diberikan kepada pengguna yang memiliki usaha,” kata Adrian.

Application Information Will Show Up Here

Rencana dan Fokus UangTeman di Tahun 2019

Platform pinjaman online UangTeman (PT Digital Alpha Indonesia) mengklaim telah berhasil mencatatkan kinerja positif selama tahun 2018. Pihaknya telah menyalurkan total pinjaman lebih dari 430 miliar Rupiah. Nilai ini meningkat hampir 200% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain pesatnya pertumbuhan penyaluran pinjaman, UangTeman juga berhasil mempertahankan tingkat kredit macet (NonPerforming Loan/NPL) di bawah 3%.

Sebelumnya pada bulan November 2018, UangTeman mengumumkan rencananya untuk melakukan ekspansi ke Filipina. Hingga saat ini rencana tersebut masih menjadi fokus UangTeman, namun masih dalam tahap pengembangan dan riset oleh tim internal.

Sepanjang tahun 2018, pinjaman online UangTeman disalurkan kepada lebih dari 50 ribu nasabah baru di seluruh Indonesia dengan pengajuan pinjaman hampir 200 ribu kali. Sementara 74% dari pengajuan tersebut merupakan pengajuan berulang. Dari sisi penggunaan pinjaman, mayoritas dana dipakai untuk kebutuhan modal usaha dan kebutuhan dana darurat lainnya, seperti pendidikan, biaya kesehatan, dan konsumsi lainnya.

“Capaian penyaluran pinjaman kami pada tahun 2018 merupakan fondasi yang baik untuk membukukan pertumbuhan yang lebih besar pada tahun 2019. Jika melihat pertumbuhan rata-rata per tahun sejak awal kami berdiri (tahun 2015) hampir 300%, ini membuktikan bahwa model bisnis dan juga produk pinjaman online mikro jangka pendek telah diterima dengan baik oleh masyarakat,” kata Presiden Direktur UangTeman Aidil Zulkifli.

Menerapkan “credit underwriting”

Di tahun 2019 ini UangTeman juga memiliki rencana untuk mengembangkan teknologi yang relevan untuk kepentingan nasabah. Salah satunya adalah penerapan “credit underwriting”, yakni teknologi yang dikembangkan oleh untuk mempercepat analisis risiko kredit calon nasabah menggunakan big data dan machine learning.

“Banyak yang menganggap bahwa penerapan credit underwriting yang hati-hati semata-mata untuk melindungi kepentingan perusahaan. Namun demikian, sesungguhnya hal ini justru untuk melindungi masyarakat atau peminjam itu sendiri agar di kemudian hari tidak mengalami kesulitan dalam pengembalian dana pinjamannya. Kami sangat selektif dalam memberikan persetujuan kredit, sehingga acceptance rate kami tidak sampai seperempat dari total pengajuan tiap bulannya,” kata Aidil.

Rencana UangTeman di tahun 2019

Hingga saat ini UangTeman telah memiliki 68 ribu nasabah, sementara dari sisi penggunaan pinjaman, mayoritas dana dipakai untuk kebutuhan modal usaha dan kebutuhan dana darurat lainnya.

Untuk memberikan pilihan lebih kepada nasabah, UangTeman juga memiliki rencana meluncurkan sejumlah produk baru untuk memperluas jangkauan produk payday loan yang ada saat ini. Salah satunya dengan meluncurkan produk pinjaman online mikro berbasis syariah.

Kehadiran layanan ini merupakan langkah strategis perusahaan untuk memperluas segmen pasar dan menjangkau lebih banyak golongan masyarakat yang dapat memperoleh manfaatnya. Saat ini produk pinjaman online mikro yang berprinsip syariah masih dikembangkan.

“Kalau rata-rata tren pertumbuhan UangTeman itu dua kali lipat per tahunnya, maka tahun 2019 kami tentunya mengincar pertumbuhan yang kurang lebih sama,” ujar Aidil.

Application Information Will Show Up Here