Atlus Akan Meluncurkan Kembali Game Catherine di PlayStation 4 dan PS Vita

Catherine ialah buah dari upaya eksperimental Atlus untuk menggarap game bertema dewasa. Permainan ini dikerjakan oleh para talenta di belakang seri Persona, mengusung genre petua-langan dan puzzle. Tak disangka, respons gamer sangat positif. Meski hanya tersedia buat Xbox 360 dan PS3, Catherine kabarnya terjual sebanyak setengah juta kopi secara global di akhir tahun 2011.

Ternyata, sang publisher punya agenda untuk menghadirkan lagi Catherine buat platform game current-gen punya Sony. Berdasarkan laporan Famitsu, permainan dengan judul baru Catherine: Full Body itu sedang berada di tahap pengembangan. Game tetap memanfaatkan formula dan narasi yang sama, tetapi Atlus tak lupa memperbarui aspek visualnya serta membubuhkan beragam konten anyar.

Di Catherine: Full Body, Anda kembali bermain sebagai Vincent Brooks, pemuda berusia 32 tahun tanpa ambisi yang selalu takut pada komitmen. Ia akhirnya terpaksa memilih antara dua orang gadis – Katherine atau Catherine – setelah sebuah insiden aneh menimpanya. Skenario permainan terbagi dua. Di siang hari, Vincent dapat berinteraksi dengan kedua wanita itu, serta karakter-karakter yang ada di Stray Sheep Bar. Lalu di malam hari, Vincent harus bertahan hidup dalam mimpi buruknya.

Bagian ini merupakan gameplay utama Catherine. Di sana, Vincent ditantang untuk mendaki tangga raksasa dan tiba di puncak. Dan kadang, ia harus berhadapan dengan makhluk-makhluk mengerikan. Jika gagal dan terjatuh, maka Vincent juga akan tewas di dunia nyata. Kian cepat Anda menyelesaikan tugas itu, skor yang diperoleh semakin banyak, dan Anda akan mendapatkan penghargaan berdasarkan jumlahnya.

Pilihan-pilihan Anda di beberapa bagian dalam permainan akan memengaruhi perkembangan karakter Vincent dan rute narasi, direpresentasikan oleh ‘meteran moral’ – bergantung dari pesan singkat yang Anda kirim ke gadis-gadis tersebut, dan bagaimana Vincent berinteraksi dengan karakter lain. Catherine memiliki banyak ending, tergantung dari kecenderungan siapa yang lebih Anda sukai.

Di versi Full Body-nya, Atlus berencana untuk menambahkan tingkat kesulitan baru (gamer umumnya mengeluhkan level kesulitan Catherine yang tinggi), serta memodikasi mekanisme permainan buat memperumit teka-teki baloknya. Selain itu, developer juga akan memperkenalkan karakter baru (namanya Rin) serta menambahkan mode multiplayer online – dahulu tidak tersedia di versi Xbox 360 dan PlayStation 3-nya.

Atlus belum menginformasikan tanggal peluncuran Catherine: Full Body. Publisher akan untuk mengungkapnya di acara live stream pada tanggal 22 Desember nanti.

Via Polygon.

Game Petualangan Oxenfree Bisa Anda Miliki Gratis via GOG

Promo diskon permainan yang dilangsungkan buat memperingati musim gugur (dan Black Friday) memang sudah berakhir, namun berkah Natal bahkan telah dirasakan berminggu-minggu sebelum tanggal 25 Desember tiba. Humble Bundle tak ada henti-hentinya menyodorkan game gratis, dan kali ini, penawaran serupa disuguhkan oleh layanan distribusi game bebas-DRM, GOG.

Platform penjualan game dan film yang dimiliki oleh CD Projekt itu belum lama memulai program bagi-bagi Oxenfree secara gratis – yaitu permainan petualangan 2.5D independen bertema misteri garapan Night School Studio. Game ini pertama kali drilis di Windows pada bulan Januari 2016, kemudian menyusul di PlayStation 4 serta Linux tak lama sesudahnya, dan baru di tahun ini Oxenfree mendarat di mobile dan Switch.

Tentu saja Oxenfree yang bisa Anda dapatkan gratis ini merupakan versi PC. Caranya sangat mudah, lebih sederhana dibanding penyajian game cuma-cuma via Humble Store karena kita tidak usah menyambungkan dua akun platform distribusi berbeda. Semua bisa dilakukan lewat situs GOG.com, tanpa perlu mengakses email ataupun mengunduh software client.

Silakan mampir di page Oxenfree di Good Old Games, dan sign in. Jika sudah, Anda tinggal mengklik tombol ‘Get It Here‘ dan permainan segera masuk dalam daftar library. Untu mengeceknya, gerakkan mouse ke nama akun Anda hingga muncul menu drop down, lalu tekan tombol Games. Anda akan segera dibawa ke laman ‘My Collection‘, berisi daftar permainan koleksi Anda.

Untuk men-download Oxenfree, klik icon permainan tersebut buat memunculkan tautan. Anda perlu mengunduh dua bagian, yakni part 1 dan 2, jangan lupa simpan kedua file installer itu di satu folder yang sama. Setelah beres, jalankan file berformat executable-nya (.exe). Oxenfree tidak mengonsumsi ruang penyimpanan terlalu besar, hanya 3-gigabyte sesudah instalasi. Dan untuk menjalankannya secara optimal, Anda cuma memerlukan prosesor Intel i5 2,5GHz, kartu grafis GeForce GTX 460 serta memori RAM 2GB.

Oxenfree merupakan game petualangan yang menitikberatkan elemen narasi, tanpa mengusung cutscene. Anda bermain sebagai Alex, seorang gadis yang pergi ke sebuah pulau bersama kawan-kawannya. Setelah tak sengaja melepas kekuatan paranormal di tempat itu, Alex harus mencari cara untuk menghentikannya. Pemain dibebaskan untuk mengeksplorasi pulau, dan tantangan hadir dalam bentuk puzzle.

Tidak ada kondisi yang membuat petualangan Anda ‘game over‘, namun pilihan yang Anda buat selama bermain akan memengaruhi ending-nya.

Penawaran Oxenfree gratis ini punya batas waktu, berlangsung hingga hari Kamis tanggal 21 Desember besok pukul 21:00 WIB.

Game My Hero Academia Baru Akan Meluncur Tahun Depan di Xbox One, PS4, Switch dan PC

Muncul pertama kali di majalah Shonen Jump tahun 2014, My Hero Academia pelan-pelan sukses mengumpulkan fans karena ceritanya yang unik: manga ini fokus pada petualangan seorang anak yang bermimpi jadi pahlawan super meski ia terlahir tanpa kekuatan super. Seri komik ini diangkat ke anime dua tahun setelahnya, dibarengi oleh upaya adaptasi ke video game.

Permainan video pertama My Hero Academia, berjudul Battle for All, dirilis untuk 3DS di pertengahan tahun 2016. Sayang sekali, game ini hanya dilepas secara eksklusif di Jepang. Status dari My Hero Academia: One’s Justice juga kurang lebih sama. Eksistensi permainan tersebut disingkap lewat website teaser berbahasa Jepang, tetapi saat itu belum dikonfirmasi apakah Bandai Namco punya agenda buat meluncurkannya secara global.

Di minggu ini, sang publisher mengungkap berita gembira buat kita semua. Mereka memublikasikan satu trailer anyar untuk permainan bertajuk ‘My Hero Game Project’, dan di akhir video tersebut, Bandai Namco tak lupa menginformasikan bahwa game akan tersedia di console PlayStation 4, Xbox One, PC via Steam dan juga Nintendo Switch di tahun depan.

My Hero Game Project 1

Detail mengenai permainan ini masih sangat sedikit. Di situsnya, Bandai Namco hanya menjelaskan bahwa My Hero Game Project merupakan permainan ber-genre action-adventure, digarap oleh tim developer asal Jepang, Byking Studios. Game tentu saja mengambil latar belakang jagat fiksi My Hero Academia, akan menyajikan pertempuran antara para pahlawan versus supervillain.

My Hero Game Project

Trailer dari My Hero Game Project sendiri memperlihatkan potongan cuplikan pertarungan antara  Izuku Midoriya dengan karakter antagonis Tomura Shigaraki, pemimpin dari faksi League of Villains. Aspek grafisnya mengusung gaya cell shading, sehingga visualnya menyerupai komik. Dalam permainan, gamer diberikan kemampuan untuk meluluhlantakkan bangunan di arena tempur.

My Hero Game Project 3

Beberapa hal yang belum bisa dipastikan adalah ada atau tidaknya pengisian suara dalam bahasa Inggris. Ada cukup besar kemungkinan, percakapan di permainan disuguhkan sepenuhnya dalam bahasa Jepang, dengan teks terjemahan Inggris. Dan sebagai gamer PC, saya pribadi berharap versi port Windows My Hero Game Project digarap secara optimal, termasuk aspek kendalinya.

Saat ini, belum diketahui kapan tepatnya My Hero Academia: One’s Justice akan meluncur, dan apa maksud tulisan ‘Plus Ultra!!’ yang Bandai Namco bubuhkan di trailer-nya.

Via Gematsu.

Facebook Luncurkan App Sosial Berbasis VR Spaces di HTC Vive

Facebook mengumumkan Spaces dalam konferensi developer F8 di bulan April silam. Space adalah versi virtual reality dari app sosial media populer tersebut yang dirancang untuk digunakan dari head-mounted display Oculus Rift, mempersilakan para penggunanya untuk berbagi ‘ruang’ dan mengakses foto-foto serta video 360 derajat dengan berbekal avatar.

Oculus VR mungkin masih terlihat enggan menghadirkan konten-kontennya ke platfform virtual reality kompetitor, namun tampaknya sang perusahaan induk tidak terlalu keberatan dengan hal itu. Pada tanggal 19 Desember kemarin, Facebook resmi meluncurkan app Spaces untuk headset HTC Vive. Aplikasi Spaces di Vive merupakan versi beta serupa seperti yang sudah tersedia di Oculus Store sejak bulan Juli 2017.

Tentu saja ada beberapa batasan yang tak mau Facebook langkahi. User Vive memang telah diperkenankan memanfaatkan aplikasi sosial ini, tapi mereka tetap harus mengunjungi laman Spaces di Facebook untuk bisa mengunduhnya karena Spaces belum tersedia di store digital Steam ataupun Viveports. Cara mendapatkannya sangat mudah, cukup dengan mengklik tautan ‘Spaces on Vive’ untuk men-download file installer-nya.

Di dalam Spaces, Anda dipersilakan menggunakan foto profile untuk diubah jadi karakter digital. Kita hanya tinggal menentukan satu foto favorit, dan kemudian, Facebook segera menyiapkan beberapa alternatif yang dapat dipilih. Selanjutnya, Anda bisa mengustomisasi avatar tersebut lebih jauh seperti memodifikasi model rambut, warnanya, warna mata, serta mengustomisasi fitur-fitur lain di wajah.

Via Spaces, kita bisa melakukan atau menerima panggilan video ke teman (meski mereka tidak mengaksesnya via virtual reality), mengaktifkan mode live, men-share foto serta video, menggambar objek-objek tiga dimensi, hingga mengambil foto selfie avatar. Spaces memanfaatkan periferal motion controller sebagai metode utama berinteraksi dengan kontennya.

Fitur menggambar 3D di Spaces sendiri sangat unik karena dapat dimanfaatkan untuk beragam permainan: gambar pedang dan Anda bisa mengajak teman buat berduel, lalu kita dapat menikmati permainan-permainan tabletop dadakan semisal tic-tac-toe. Kawan-kawan Anda di sana diperkenankan untuk berinteraksi dengan objek tiga dimensi buatan Anda, dan juga sebaliknya.

Seperti di Oculus Rift, para pemilik HTC Vive bisa menikmati versi beta dari Facebook Spaces secara gratis.

Via Games Industry.

NYSW Adalah Fitness Tracker Elegan Berpenampilan Arloji Chronograph Klasik

Ada beberapa keunggulan dari pemanfaatan layar untuk menampilkan informasi di smartwatch: konten aplikasi disuguhkan secara interaktif serta menarik, lalu Anda juga bisa mengganti watch face-nya kapanpun. Tapi kendala umum dari penggunaan layar LED seperti di Gear S3 atau Apple Watch adalah konsumsi baterai yang cukup besar.

Solusi yang diambil oleh tim New York Standard Watch Company dalam merakit smartwatch barunya buat mengatasi kekurangan ini sangat simpel, namun efektif, bahkan bisa menggaet mereka yang masih menyukai arloji dibanding perangkat pintar wearable. Startup asal Amerika itu memperkenalkan NYSW, smartwatch dengan ‘dashboard‘ informasi analog, membuatnya menyerupai jam chronograph.

NYSW 1

Tim desainer mengganti mengganti seluruh komponen layar digital dengan elemen analog. Hasilnya, NYSW terlihat begitu elegan. Case serta back cover-nya terbuat dari baja anti-karat 316L, dipoles dengan berlian agar menghasilkan permukaan seperti cermin. Untuk dial-nya, New York Standard Watch Company memanfaatkan kaca safir – bahan ini sangat kuat, merupakan material terkeras kedua setelah permata.

NYSW 3

NYSW mampu menyesuaikan waktu bergantung dari tempat Anda berada, serta menampilkan informasi tanggal ala jam tangan klasik. Tapi jika dilihat lebih teliti, Anda akan menemukan beberapa hal yang tidak biasa. Contohnya di subdial. Bagian yang biasanya menampilkan tanggal, bulan atau detik itu digantikan oleh icon-icon app dan sosial media (Facebook, Instagram, Twitter, sampai notifikasi pesan atau panggilan masuk) serta status dari target fitness harian.

NYSW 2

Layaknya smartwatch, NYSW tersambung ke smartphone via Bluetooth. Dibantu app companion, kita dapat mencari tahu banyaknya langkah serta jumlah pembakaran kalori, menyetel pengingat agar Anda tidak lupa untuk mengonsumsi air putih atau meminum obat, serta memasang countdown ala chronograph sejati. Notifikasi – baik untuk aplikasi, panggilan telepon, atau saat countdown berakhir – disajikan berupa getaran.

NYSW 4

Untuk fungsi penunjuk waktu, New York Standard Watch Company memanfaatkan mesin buatan Jepang. Teknologi pedometer (penghitung langkah) di NYSW juga diklaim paling presisi di kelasnya, bahkan lebih tepat dari Fitbit 2. Baterai smartwatch ini diisi ulang melalui metode wireless charging, namun bahkan jika Anda lupa (atau tak mau menggunakan fitur pintarnya), NYSW tetap dapat bekerja seperti jam tangan biasa.

Selama periode crowdfunding masih berlangsung di Kickstarter, NYSW bisa Anda pesan seharga mulai dari US$ 200. New York Standard Watch Company menyediakan beberapa pilihan desain berbeda, dengan latar belakang dial hitam atau putih, serta strap interchangeable kulit atau stainless steel.

[Rumor] CS:GO Akan Kehadiran Mode Battle Royale ala PUBG?

Berawal dari sebuah mod untuk ARMA 2, PlayerUnknown’s Battleground berubah menjadi fenomena global dalam waktu kurang dari setahun. Permainan ber-genre action multiplayer ini sukses menumbangkan Dota 2 sebagai game terpopuler di Steam, serta memicu demam battle royale, membuat mode sejenis muncul di beberapa permainan seperti Fortnite serta Ark: Survival Evolved.

Kali ini ada berita mengejutkan datang dari komunitas Counter-Strike. Berdasarkan laporan dari Valve News Network via YouTube, permainan Counter-Strike: Global Offensive kabarnya akan kehadiran mode battle royale ala PUBG. Dan menariknya lagi, jika Valve betul-betul berniat untuk membubuhkan mode itu di sana, developer dirumorkan sudah mempunyai rencana tersebut jauh sebelum PlayerUnknown’s Battleground dirilis.

Sang kreator Valve News Network, Tyler McVicker, menyampaikan bahwa implementasi patch bertema survival telah dilangsungkan sejak bulan Mei 2016. Saat itu PUBG bahkan belum diumumkan, namun mode seperti ini sendiri sudah mulai naik daun di kalangan gamer berkat partisipasi Brendan ‘PlayerUnknown’ Greene dalam pembuatan mod Battle Royale di DayZ serta mode King of the Hill untuk H1Z1.

Lewat video ini, McVicker mengungapkan eksistensi dari sejumlah fitur dan konten yang ada dalam patch tahun lalu, namun belum hadir di CS:GO. Isinya menyebutkan banyak hal: senjata berupa busur (compound bow), kemampuan bertarung tanpa senjata, baju pelindung ‘ringan’ dan ‘berat, suntikan adrenalin, sonar dan suar, drone, peti perbekalan, granat dan peledak jenis baru, sampai kacamata night vision.

Selain itu, patch juga beberapa kali menyebutkan kata ‘survival’ serta ‘survival_island’ (yang akan membuat imajinasi kita melayang), tapi hingga kini belum ada informasi resmi apapun dari Valve. Jika rumor tersebut benar adanya, akan sangat menarik melihat bagaimana developer menyulap peta permainan CS:GO yang tidak begitu luas menjadi arena tempur open-world.

Sudah pasti, tetap ada peluang mode ‘survival’ ini tidak akan hadir di Counter-Strike: Global Offensive, meski mungkin Valve sempat merencanakannya. Hal ini tak jarang terjadi terjadi: gamer sudah pernah menemukan data-data terkait Left 4 Dead 3 dan Half-Life 3, tetapi hingga sekarang, keberadaan dua game ini belum dikonfirmasi.

Saat artikel ini ditulis, PUBG berada di posisi puncak daftar game dengan pemain terbanyak di Steam. CS:GO berada di urutan ketiga, namun jumlah pemainnya kurang dari satu per lima PlayerUnknown’s Battleground.

Via PC Gamer &VG247.

SUV Elektrik NIO ES8 Dari Tiongkok Siap Tandingi Tesla Model X

Didirikan tiga tahun lalu oleh William Li, NIO (dahulu dikenal sebagai NextEV) memulai bisnisnya di ranah otomotif dengan berpartisipasi dalam kejuaraan Formula E serta pengembangan EP9, supercar dua kursi bermesin elektrik yang menyimpan 1.341-tenaga kuda. Tentu saja, NIO juga punya niatan untuk menghadirkan teknologi tersebut ke kendaraan kelas konsumen.

Setelah memamerkan konsepnya di Shanghai Motor Show 2017 bulan April lalu, perusahaan otomotif asal Tiongkok itu akhirnya resmi meluncurkan SUV elektrik pertama mereka, NIO ES8. Melihat dari penyajiannya, kendaraan ini tampaknya disiapkan untuk menghalau manuver Tesla Model X di China – berbekal desain yang atraktif, performa menjanjikan, serta harga yang lebih terjangkau.

NIO ES8 1

Sekilas, penampilan NIO ES8 terlihat seperti Nissan Murano, namun Anda akan segera melihat perbedaan pada lekukan di tubuhnya. Wujudnya cukup atraktif: garis dan grille di area depan, lubang lampunya yang tipis, lalu lampu rem melengkung di belakang betul-betul menonjolkan kesan futuristis. Tubuh dan chassis-nya terbuat dari aluminium, lalu Anda disuguhkan tujuh kursi, sistem all-wheel drive, serta sistem infotainment lengkap dengan dua LCD dan layar sentuh raksasa di tengah.

NIO ES8 4

ES8 juga dibekali sistem NIO Pilot, diotaki oleh chip Mobileye EyeQ4. Chip in tersambung ke lima kamera, 12 sensor ultrasonic dan lima radar; memungkinkan kendaraan memperoleh fitur adaptive cruise control, rem darurat otomatis, fitur peringatan saat keluar lajur, hingga mampu mendeteksi area-area di titik buta. Selain itu, NIO punya rencana untuk membubuhkan AI bernama NOMI – kecerdasan buatan ini memanfaatkan sistem cloud computing agar pengemudi dapat mengakses fitur ES8 secara interaktif.

NIO ES8 2

Kendaraan ini ditenagai oleh sepasang motor elektrik, ditempatkan di dua rodanya. Jika dijumlahkan, kedua mesin tersebut mampu menghasilkan tenaga sebesar 480kW atau kurang lebih 644-tenaga kuda. Berbekal motor ini, NIO ES8 mampu melaju dari nol ke 100-kilometer per jam dalam 4,4 detik. Baterai bersistem swap-nya memberikan ES8 kesanggupan untuk menempuh jarak 355-kilometer, dan kabarnya, pak baterai bisa diisi penuh selama tiga menit saja. Lalu via metode home charging, mobil dijanjikan dapat melintas sejauh 100km cukup dengan men-charge selama 10 menit.

NIO ES8 3

NIO punya agenda buat memulai produksi ES8 tahun depan, akan dijajakan di harga 448 ribu yuan atau sekitar US$ 68 ribu. Angka ini hanya separuh dari harga Tesla Model X di Tiongkok. Berdasarkan informasi dari The Verge, ES8 juga akan memperoleh subsidi, membuat harganya merosot lagi sekitar US$ 6 ribu.

Via Tech Crunch.

Game Horor Layers of Fear Bisa Anda Dapatkan Gratis via Humble Bundle

Ketika pemilik console harus berlangganan Xbox Live Gold atau PlayStation Plus untuk memperoleh konten eksklusif serta permainan gratis, gamer di PC boleh berbangga karena mereka bisa mendapatkan game secara cuma-cuma tanpa syarat. Caranya tidak terlalu sulit: mereka hanya perlu siaga karena biasanya penawaran seperti ini dilakukan dalam waktu terbatas.

Hanya beberapa hari setelah membagi-bagikan permainan real-time tactics Company of Heroes 2, Humble Bundle kembali menyodorkan game gratis buat para pengguna Steam, kali ini adalah permainan horor psikologis kreasi Bloober Team yang dirilis awal tahun lalu: Layers of Fear. Dan menariknya lagi, penawaran gratis ini tak hanya berlaku untuk game-nya saja, soundtrack permainannya pun bisa diperoleh tanpa perlu membayar.

Cara mendapatkan Layers of Fear sama seperti saat game gratis lain disuguhkan lewat Humble Store. Anda perlu log-in di situs Humble Bundle dan Steam, menyambungkan kedua akun tersebut agar bisa memperoleh Steam key di email, kemudian me-redeem-nya via app Steam di PC. Tentu saja promo ini memiliki jangka waktu terbatas, berlaku (kira-kira) sampai hari Kamis pukul 1:00 pagi WIB.

Selama countdown-nya masih berjalan di Humble Store, Anda berkesempatan buat memasukkan Layers of Fear secara permanen ke Steam library. Di platform distribusi digital tersebut, Layers of Fear dibanderol seharga Rp 136 ribu. Soundtrack-nya sendiri dijual secara terpisah seharga Rp 46 ribu, lalu Bloober Team juga menjajakan Masterpiece Edition (Layers of Fear plus DLC Inheritance) di harga Rp 155 ribu.

Layers of Fear menempatkan pemain sebagai seorang pelukis yang mengidap gangguan psikologis. Ia punya keinginan untuk menyelesaikan mahakaryanya, dan Anda ditugaskan untuk membantunya. Game disajikan dalam perspektif orang pertama, dan teka-teki visual merupakan tantangan utamanya. Rumah tempat ia bertualang awalnya tampak seperti tempat tinggal mewah biasa, namun seiring berjalannya permainan, kondisi di sana pelan-pelan berubah.

Permainan dibagi dalam enam episode, masing-masing menugaskan Anda buat menemukan sejumlah item agar sang pelukis bisa merampungkan karyanya. Dengan memungut objek dan potongan-potongan surat yang tercecer di permainan, Anda bisa mengetahui masa lalu serta rahasia dari tokoh protagonis. Game memiliki beberapa ending berbeda (baik, buruk, netral), bergantung dari pilihan Anda selama bermain.

Layers of Fear serta soundtrack-nya bisa Anda dapatkan melalui tautan ini.

ZF Ajukan Konsep Setir Berteknologi Gesture Buat Mendukung Mobil Autonomous

Hanya dalam beberapa tahun silam, ide mobil tanpa pengemudi hanya ada di film-film fiksi ilmiah, namun itu semua mulai berubah sejak sejumlah raksasa di ranah teknologi mulai mencoba mengembangkan dan melangsungkan uji coba kendaraan autonomous. Tentu saja, ketersediaan sistem transportasi ini harus dibarengi oleh sistem pengendalian yang intuitif dan dapat diandalkan.

Mencoba memberikan solusi terbaik, produsen part mobil asal Jerman ZF Friedrichshafen mengajukan ide desain setir dengan sistem kendali gesture untuk menunjang mobil autonomous. Menurut ZF, secanggih apapun teknologi otomatis di kendaraan-kendaraan futuristis itu nantinya, mereka tetap memerlukan pengemudi. Pengendara harus memperoleh metode kendali yang familier, tapi juga menyeluruh dan memudahkannya mengakses seluruh fungsi mobil.

Setir berteknologi gesture ZF memadukan teknologi lawas dan masa depan. Anda tetap perlu menaruh tangan di sana; dan selanjutnya, sistem menggabungkan kendali gesture serta layar tradisional, dengan tujuan untuk menyempurnakan komunikasi antara supir dan kendaraan. Informasi terkait kendaraan dan notifikasi akan langsung disuguhkan di panel.

“Dalam merealisasikan gagasan bertajuk ‘Vision Zero’, bagi kami, bagian interface pengemudi dan kendaraan merupakan pondasinya,” tutur vice president ZF Juergen Krebs. “Saat sistem transportasi autonomous jadi kian umum, kita membutuhkan teknologi kendali yang semakin canggih demi meningkatkan keselamatan pengendara, serta mendongkrak kognisi supir terhadap jalan dan lingkungan di sekitarnya.”

Setir ZF didesain agar bisa memicu fungsi kendaraan via gesture – sesuai pilihan produsen mobil. Beberapa gerakan tangan diadopsi dari kebiasaan kita menggunakan smartphone dan perangkat pintar lain. Contohnya: satu tap di bagian cover berfungsi untuk mengaktifkan klakson, kemudian dua kali tap atau melakukan tap dan swipe di area tepi akan mengakses fungsi yang berkaitan dengan climate control. Selanjutnya, status aktif atau tidaknya fungsi-fungsi ini ditunjukkan di layar.

Display LCD tersebut berada di tengah, memiliki lebar 7-inci, bertugas jadi elemen interface utama. Buat melengkapinya, ZF membubuhkan pencahayaan LED di setir sebagai indikator mode: biru artinya mode otomatis sedang berjalan, warna putih berarti mode manual tengah aktif, kemudian LED segera menyala merah untuk memberi peringatan buat sang supir. ZF juga membubuhkan 10 sensor kapasitif di setir agar mobil dapat mengetahui apakah pengemudi sedang dalam kendali atau tidak.

ZF rencananya akan memamerkan teknologi ini di CES 2018 Las Vegas bulan Januari besok.

Sumber: ZF.

[Review] Corsair HS50, Headphone Gaming Stereo Terjangkau Berkualitas Premium

Corsair sudah mengamankan namanya sebagai penyedia aksesori gaming premium dan di bidang penyajian suara, lineup  Void Pro merupakan kebanggaan mereka. Namun perusahaan Amerika itu mengerti tak semua gamer diberkahi modal yang besar untuk berbelanja perangkat-perangkat mumpuni. Mungkin inilah salah satu alasan Corsair memperkenalkan headset gaming HS50.

HS50 merupakan headphone stereo wired. Sang produsen menjelaskan bahwa perangkat ini didesain untuk memberikan penggunanya kenyamanan tinggi, dibangun agar tahan lama, dan siap menemani Anda ber-gaming selama berjam-jam tanpa membuat telinga jadi tak nyaman. Dan dalam waktu kurang lebih dua minggu ini, Corsair memberikan saya kesempatan untuk mencoba secara personal dan menguji langsung kinerja HS50.

Satu hal yang saya sukai dari HS50 ialah kesederhanaannya. Ia merupakan headset multi-platform, siap mendukung sistem gaming berbeda – PC, console hingga mobile. Beberapa elemen di sana disajikan secara modular, dan saya mengapresiasi kemudahan akses ke sejumlah fungsi krusial. Dan dengan harga yang ‘masuk akal’, sulit untuk tidak merekomendasikan Corsair HS50. Ayo simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Bundel

HS50 diramu agar dapat segera dipakai begitu dikeluarkan dari bungkusnya. Di dalam, Anda akan menemukan unit headphone, Y-adapter ke sepasang port audio in/out 3,5-milimeter, microphone detachable, dan dua lembar petunjuk garansi. Untuk mulai menggunakanya, tak ada software yang perlu diinstal. Namun agar bisa tersambung ke Xbox One, Anda membutuhkan adapter dari Microsoft.

Corsair HS50 2

 

Desain

Penampilan Corsair HS50 cukup berbeda dari Void Pro dan housing ala diamond-nya. Di HS50, speaker mempunyai wujud oval berjenis over ear dengan struktur terbuka. Ear cup merangkul seluruh permukaan telinga dan kedua housing disambung oleh satu headband berstruktur logam. Dan seperti biasa, Anda dapat menyesuaikan ukurannya dengan menarik housing speaker dari headband.

Corsair HS50 23

Corsair HS50 22

Unit HS50 yang Corsair pinjamkan merupakan varian bertema Xbox. Seperti versi karbon standar, tubuhnya didominasi warna hitam, namun beberapa zona di sana dibumbui warna hijau khas Xbox – berupa garis oval di sisi luar speaker dan pada jahitan padding headband. Penerapan warna hijaunya itu halus dan tak berlebihan, membuat HS50 bukan hanya cocok dipasangkan bersama console Xbox One, tapi juga unit PC ber-case hitam plus LED hijau atau laptop Razer Blade.

Corsair HS50 9

Corsair HS50 4

HS50 sendiri sama sekali tidak dibekali pencahayaan RGB – mungkin sedikit mengecewakan bagi Anda yang ingin memeriahkan setup gaming kesayangan. Namun buat saya, kesederhanaan ini membuatnya terlihat lebih serasi saat disandingkan dengan console/PC apapun. Lalu ketiadaan LED juga menjaga temperatur headphone tetap rendah.

Corsair HS50 1

Tubuh HS50 terbuat dari kombinasi bahan plastik dan logam. Plastik digunakan sebagai case housing dan area-area pembatas, sedangkan material baja ‘rugged‘ diterapkan pada bagian-bagian penting seperti tulang dari headband, engsel, dan grille di luar ear cup. Engsel di headphone sendiri hanya bisa bergerak satu arah. Namun meski sudut geraknya terbatas, ia dapat beradaptasi cukup baik dengan ukuran dan bentuk kepala berbeda.

Corsair HS50 21

Corsair HS50 12

Bagi saya, penyuguhan akses kendali terasa sedikit timpang ke area kiri, namun boleh jadi hal ini dilakukan agar simpel dan dapat dilakukan satu tangan Anda. Kenop volume, tombol mute, sambungan kabel, serta port microphone berada di unit housing kiri. Kabar baiknya, ukuran kenop dan tombol dibuat cukup besar serta menonjol sehingga mudah untuk menemukannya tanpa perlu melepas headset.

Corsair HS50 19

Corsair HS50 14

Microphone-nya mudah disambung serta dilepas, dan Corsair juga telah menyiapkan lubang khusus agar posisinya tidak terbalik. Mic unidirectional tersebut mempunyai struktur yang gampang diarahkan, jadi bahkan tanpa melepasnya, Anda bisa menjauhkan mic dari mulut seandainya merasa terganggu oleh kehadirannya.

Corsair HS50 8

Corsair HS50 7

Corsair HS50 terkoneksi ke perangkat utama lewat kabel sepanjang kira-kira 1,8-meter dengan colokan berlapis emas. Kabel tersebut menggunakan bahan karet biasa, cukup tebal serta lentur – tapi Anda tetap perlu berhati-hati agar ia tidak sampai terlindas atau terlilit di roda kursi saat sedang seru bermain game.

Corsair HS50 5

Corsair HS50 6

 

Kenyamanan

HS50 bukanlah headset berkonsep portable, tapi ia tidak pernah terasa membebani kepala walaupun saya mengenakannya berjam-jam setiap hari. Corsair mencantumkan bantalan empuk berlapis kulit sintetis di bagian dalam housing dan headband. Awalnya saya mengira, bahan ini akan membuat telinga cepat panas seandainya HS50 digunakan di ruang tanpa penyejuk udara, namun ternyata saya keliru. Material tersebut sepertinya mempunyai pori-pori besar sehingga sirkulasi udaranya cukup baik.

Corsair HS50 17

Konstruksi baja yang kokoh di HS50 sangat krusial dalam memastikan headset sanggup menahan perlakuan kasar gamer serta membuatnya mencengkeram kepala pengguna dengan mantap. Sudut gerak engselnya tidak begitu luas, tetapi ia tetap nyaman dikenakan – bahkan buat saya yang sehari-hari harus memakai kacamata. HS50 terpasang sempurna di kepala, tanpa menekan telalu kencang.

Corsair HS50 18

Terlepas dari tubuh HS50 yang terlihat bulky, bobotnya ternyata cukup ringan (Corsair tidak menginformasikan beratnya secara spesifik). Hal ini boleh jadi tercapai berkat headband dan padding-nya yang secara efektif mendistribusikan beban secara merata, ditambah cengkeraman ear cup ke kepala yang pas. Bahkan ketika saya gelengkan kepala dengan cepat, headphone tidak gampang tergeser atau terlepas dari kepala.

Corsair HS50 13

 

Performa suara dan pengalaman penggunaan

Untuk produk yang dijajakan di harga di bawah Rp 1 juta, perfoma Corsair HS50 cukup mengagetkan. Jantung dari headphone ini adalah sepasang driver neodymium berukuran 50-milimeter, mampu menyajikan suara di frekuensi 20Hz sampai 20KHz.

Corsair HS50 3

Dalam menangani sejumlah lagu berbeda (Highway Tune-nya Greta Van Fleet, Hotel California dari Eagles, High Road oleh Mastodon, hingga Seemann-nya Nina Hagen), bass HS50 terasa menendang tanpa kehilangan kekuatan dentuman di frekuensi rendah. Selanjutnya, suara vokal terasa natural, dengan mid-range yang kaya serta detail. Buat nada-nada tinggi, output-nya jernih dan ‘renyah’. Saya hampir tidak mendengar suara mendesis ataupun noise.

Karakteristik ini membuat Corsair HS50 cocok buat menemani gamer menikmati permainan first-person shooter serta game-game balap. Beberapa judul yang saya gunakan untuk mengujinya meliputi Titanfall 2, Wolfenstein II: The New Colossus, Grand Theft Auto V (Online), dan Project CARS 2.

 

corsair hs50 1

Walaupun tidak memanfaatkan sistem surround 7.1, Corsair HS50 sangat ampuh dalam mendeteksi lawan di Titanfall 2. Posisi mereka terekspos dari derap langkah, suara grappling hook atau cloaking yang diaktifkan, serta bunyi jump kit sewaktu mereka melakukan lompatan ganda. Titanfall 2 juga merupakan satu dari sejumlah game yang menggunakan audio sebagai isyarat status perlengkapan Anda – misalnya suara rentetan senapan serbu jadi kian nyaring karena peluru di magazine menipis. HS50 sangat membantu menonjolkannya.

 

corsair hs50 2

Di game single-player murni seperti Wolfenstein II, audio detail yang dihidangkan HS50 tentu menyempurnakan aspek visual permainan. Semua senjata, apapun pilihan Anda, terasa memuaskan ketika ditembakkan. Bunyi favorit saya adalah suara dentuman Schockhammer serta suara kapak yang saya lempar dan menghantam baju pelindung baja lawan. Efeknya terdengar begitu meyakinkan.

 

corsair hs50 4

Pengalaman audio terasa lebih menyeluruh di Grand Theft Auto Online karena adanya musik-musik dan DJ di radio. Kinerja bass dan fleksibilitas HS50 menangani beragam lagu di sana sangat kentara. Lalu ketika keluar dari kendaraan, segala bunyi-bunyian di permainan – percakapan NPC di telepon, suara selipan ban saat motor mengerem mendadak, hingga bunyi ledakan dikejauhan – segera mengepung Anda dengan segala detailnya.

 

corsair hs50 3

Project CARS 2 sendiri memang dirancang untuk menyajikan suara kendaraan serealistis mungkin, terutama dari raungan mesin (Pagani Zonda Cinque Roadster 2010 dengan atap terbukanya betul-betul mengagumkan) dan suara pergantian gigi. Corsair HS50 sangat ideal untuk menunjang Project CARS 2, dan ketiadaan surround 7.1 lebih dapat ditolerir di genre permainan ini.

 

Corsair HS50 11

Corsair HS50 10

Dari uji coba microphone, HS50 sanggup menangkap input dan menyuguhkannya ke lawan bicara secara jernih. Level dengungannya minimal, dan hampir tidak ada efek gema berkat dukungan teknologi noise cancellation. Rekan satu tim saya di Titanfall 2 dan Ghost Recon Wildlands tidak pernah mengeluh karena suara saya sulit didengar. Perlu diingat juga bahwa HS50 telah tersertifikasi dan dioptimalkan untuk app VoIP Discord.

 

Konklusi

Memang ada banyak headphone gaming dengan performa lebih baik serta desain yang ‘lebih gaming‘, namun tidak mudah bagi kita untuk menemukannya di harga yang terjangkau. Lewat celah inilah Corsair HS50 menyalip para kompetitor sekelasnya: kinerja audionya mumpuni, desainnya nyaman, build quality-nya memuaskan, dan Anda dapat miliki semua itu cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 750 ribu saja. Corsair juga menjamin produk ini bebas dari cacat produksi (jika ada masalah, Anda dapat segera menukarnya) dan melengkapinya bersama garansi selama dua tahun.

Selera audio tiap orang memang berbeda-beda, meski begitu, saya akan menyarankan HS50 bagi Anda yang menginginkan headset gaming sekaligus perangkat buat menikmati musik sehari-hari. Kesederhanaan desain juga menjadi nilai tambah, tapi mungkin beberapa dari Anda menyadari, rancangan Corsair HS50 – apalagi dengan housing oval dan engselnya – menyerupai Kingston HyperX Cloud. Lalu apakah ini merupakan hal buruk? Tidak juga. Anggap saja HS50 merupakan alternatif yang lebih ekonomis.

Corsair HS50 16

Corsair HS50 15