Nielsen: 49 Persen Sponsor Esports di Tahun 2018 adalah Brand Non-Endemic

Tahun 2018 lalu adalah tahun yang sangat menarik bagi esports. Menurut laporan dari Newzoo, revenue di seluruh dunia dari esports diperkirakan mencapai lebih dari US$900 juta (sekitar Rp12,59 triliun). Organisasi-organisasi esports raksasa seperti Cloud9 dan Team Liquid telah memiliki nilai valuasi di atas US$200 juta, dan ekosistem ini memiliki lebih dari 300 juta audiens sebagai penikmat konten. Serunya lagi, pertumbuhan ini diprediksi masih akan terus melesat, setidaknya hingga tahun 2021.

Revenue sebesar itu berasal dari banyak sekali jalur, seperti periklanan, penjualan tiket atau merchandise, hak siar, dan lain-lain. Namun sponsorship masih menjadi kontributor terbesar. Sponsorship di dunia esports telah lama didominasi oleh perusahaan-perusahaan teknologi dan perangkat gaming, seperti Intel atau SteelSeries. Tapi data dari Nielsen yang baru-baru ini dipublikasikan menunjukkan bahwa tren tersebut bisa saja bergeser.

Dilansir dari Esports Observer, Nielsen mencatat bahwa rasio sponsor dari brand non-endemic (bukan gaming atau teknologi) di dunia esports global telah mencapai 49% dari keseluruhan. Angka tersebut naik sebesar 8% dibanding tahun 2017. Data ini mencakup seluruh sponsorship yang ada, baik itu sponsorship untuk event, liga, ataupun sponsorship tim. Sementara bila berbicara tentang event/liga saja, rasio sponsor non-endemic tahun 2018 adalah 39%.

Overwatch League - New York Excelsior
Mano (Dong-gyu Kim) dari New York Excelsior | Sumber: Blizzard/OWL

Ada pencapaian tersendiri dalam liga-liga esports yang dirancang memiliki struktur regional. Regional di sini maksudnya adalah liga yang timnya merupakan perwakilan kota dalam suatu negara. Contohnya Overwatch League (OWL), yang diikuti oleh tim-tim seperti Los Angeles Valiant, Shanghai Dragons, dan Seoul Dynasty.

“Liga berbasis lokasi seperti NBA 2K League dan Overwatch League menunjukkan keberhasilan dalam menarik dukungan brand dari organisasi-organisasi lokal atau regional, dan sponsor non-endemic yang sebelumnya tidak berminat pada esports karena melihat audens globalnya,” kata Nicole Pike dari Nielsen dalam laporannya di Esports Observer. Overwatch League sendiri pada tahun 2018 telah disponsori oleh 43% brand non-endemic. Mereka terutama berasal dari kategori brand makanan/camilan, audio, dan entertainment.

NBA 2K League lebih dahsyat lagi. Meski merupakan liga baru dengan season pertama yang dimulai pada bulan Mei 2018, NBA League berhasil menarik sponsor sebesar 72% brand non-endemic. Partisipasi sebesar ini salah satunya didorong oleh hubungan yang sudah ada antara tim-tim NBA dengan brand sebelum NBA 2K League diluncurkan. Selain itu, tim-tim dalam NBA 2K League juga mendekati beragam sponsor non-endemic yang memiliki kaitan dengan lokasi geografis masing-masing tim.

NBA 2K League - Knicks Gaming
Knicks Gaming, tim esports milik New York Knicks | Sumber: NBA 2K League

Nielsen percaya bahwa esports adalah ranah yang masih terus berubah (evolving space), di mana tren dapat datang dan pergi dengan cepat. Akan tetapi data telah menunjukkan secara konsisten bahwa kini para pemilik brand tak lagi memandang investasi esports sebelah mata. Apalagi dengan audiens serta proyeksi revenue yang masih terus meningkat.

Untuk tim atau organizer yang masih kesulitan dalam meyakinkan para pemegang brand itu, strategi regional seperti Overwatch League dan NBA 2K League adalah alternatif yang patut dicoba. Di Indonesia sendiri sudah mulai banyak “pemain besar” dari ranah non-endemic yang terjun mendukung ekosistem esports, seperti Indofood, BCA, atau Kratingdaeng. Sangat mungkin dalam waktu dekat kita akan melihat lebih banyak lagi perusahaan mengikuti jejak mereka.

Sumber: Nielsen/Esports Observer, Dexerto

Electronic Arts Kerjasama Dengan ELEAGUE Untuk Kompetisi FIFA 19

ELEAGUE, salah satu penyelenggara kompetisi esports yang terkenal berkat kompetisi CS:GO, umumkan akan selenggarakan kompetisi FIFA 19. Hal ini dilakukan ELEAGUE setelah kerjasama antara mereka dengan sang pengembang FIFA 19, Electronic Arts, akhirnya resmi terjalin.

Bentuk kerjasama antar keduanya adalah penyelenggaraan serta penayangan kompetisi FIFA 19 oleh ELEAGUE, termasuk kompetisi FIFA 19 Global Series (salah satu kompetisi kelas Major dari game FIFA 19). Selain itu karena kepemilikan Turner (konglomerasi media di Amerika Serikat) terhadap ELEAGUE, maka kerjasama ini juga menawarkan integrasi unik antara FIFA 19 dengan kompetisi sepakbola itu sendiri serta kesempatan untuk menayangkan esports di jaringan televisi TBS.

Sumber: Esports Observer
Esports FIFA 19, menjadi salah satu game yang banyak dilirik oleh ekosistem industri hiburan esports di luar negeri sana. Sumber: Esports Observer

Kerjasama ini tentu menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi EA sendiri selaku pengembang FIFA. Alih-alih sekadar menayangkan kompetisi mereka di Twitch dengan menggunakan branding ELEAGUE, tawaran agar game FIFA 19 bisa tayang di televisi tentu jadi tawaran rekanan yang sulit untuk dilewatkan.

“Hal ini adalah kesempatan yang besar. Sejak awal kami memang sudah melihat peluang pada game FIFA 19. Dengan aset yang kami miliki, kami merasa kerjasama ini adalah kesempatan untuk membuat esports jadi lebih dikenal lagi, memberi pengalaman yang lebih menyeluruh namun tetap otentik kepada para fans. Menurut kami, ini adalah nilai pembeda dari ELEAGUE; sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh ESL ataupun MLG.” Kata Craig Barry, Executive Vice President dan Chief Content Officer dari Turner Sports kepada Esports Observer.

Seperti tadi sudah disebutkan, ELEAGUE selama ini terkenal sebagai salah satu penyelenggara dari kompetisi Major CSGO. Namun portfolio pengalaman mereka tak terbatas pada  CSGO saja. Selama kurang lebih 4 tahun pengalaman, mereka juga sudah menggelar kompetisi beragam game, contohnya seperti Super Smash Bros, Street Fighters, Injustice 2,  dan juga Rocket League.

Sumber: Esports Observer
Sumber: Esports Observer

Dengan semua pengalaman tersebut, ELEAGUE menjanjikan produksi berkualitas tinggi seperti kompetisi lainnya yang pernah mereka jalankan. Barry pun kembali menambahkan soal evolusi teknologi serta industri game yang kini semakin bergeser nilainya. Kembali mengutip dari Esports Observer, menurutnya salah satu pelajaran terbesar dalam industri tersebut adalah keharusan untuk mendengar masukan dari para fans dan ekosistem.

Salah satu contoh terbesar hal ini adalah Fortnite, yang mana game tersebut tak lagi hanya sekadar game. Fortnite, terutama di Amerika Serikat sana, seakan jadi perpanjangan tangan dari kultur serta cara anak muda untuk bersosialisasi, layaknya seperti bagaimana popularitas Mobile Legends mengakar di Indonesia.

Fnatic Jalin Kerja Sama Eksklusif dengan Platform Streaming Twitch

Platform streaming paling populer di dunia, Twitch, dikenal sering menjalin kerja sama dengan para pemain di ekosistem esports. Beberapa organisasi yang sudah mengikat kontrak dengan anak perusahaan Amazon ini antara lain Team Liquid, Cloud9, dan G2 Esports, semuanya adalah organisasi senior yang disegani. Kini, Twitch menjalin satu lagi kerja sama dengan tim senior, yaitu Fnatic.

Ikatan kerja antara Fnatic dan Twitch mencakup kontrak kerja sama eksklusif untuk siaran gaming, juga penciptaan konten talk show. Artinya mulai saat ini para atlet esports di bawah payung Fnatic hanya akan melakukan streaming di Twitch, tidak di platform lain. Kerja sama ini juga merupakan kolaborasi jangka panjang, namun pihan Fnatic tidak menyebutkan berapa nilai nominal kontraknya.

Fnatic memiliki sejumlah tim esports yang mencakup beberapa game, termasuk di antaranya Dota 2, League of Legends, Rainbow Six: Siege, Fortnite, dan lain-lain. Dengan kerja sama ini, Fnatic berharap penggemar dari seluruh game itu bisa mendapatkan hiburan yang lebih kreatif dan inovatif. Selain itu para penggemar juga bisa berinteraksi lebih dekat dengan para pemain profesional, serta berkesempatan memenangkan produk atau giveaway tertentu.

Fnatic - New Jersey
Jersey baru Fnatic yang diumumkan via Twitch | Sumber: Fnatic

“Tak diragukan lagi, Twitch adalah platform terbaik bagi para fans dan player dari sisi gameplay, dan di sinilah sebagian besar fans kami telah berinteraksi dengan konten-konten tersebut. Yang membuat kerja sama ini spesial adalah bahwa kami percaya Fnatic dan Twitch memiliki visi yang sama untuk menghadirkan esports ke setiap rumah lewat bentuk-bentuk konten baru yang memberikan pengalaman menonton luar biasa,” demikian kata Wouter Sleijffers, CEO Fnatic, dilansir dari Inven Global.

Event pertama hasil kerja sama Fnatic dan Twitch sudah diluncurkan pada awal 2019 lalu, berupa acara streaming Legends in Action Live. Acara tersebut disiarkan langsung secara global, di mana Fnatic mengungkap wujud jersey baru mereka yang melibatkan kerja sama besar dengan produsen smartphone OnePlus. Fnatic juga menyajikan acara tanya jawab dan wawancara eksklusif selama dua jam dalam rangka menyambut season baru League of Legends European Championship (LEC).

“Fnatic adalah tim esports legendaris dengan pengikut kuat di antara komunitas Twitch, menjadikan partnership eksklusif ini sangat cocok untuk layanan kami,” ujar Petya Zheleva, Esports Partnership Manager EMEA di Twitch. “Sebagai tempat utama esports yang fokus pada pengalaman streamer dan spectator, kami berencana bekerja secara dekat dengan Fnatic untuk mengembangkan lebih banyak engagement di sekitar konten menarik mereka.”

Selain Legends in Action Live, para pemain Fnatic juga menayangkan siaran streaming secara rutin terhitung mulai tanggal 1 Februari 2019. Di antara streamer itu adalah dua atlet CS:GO Fnatic, JW (Jesper Wecksell) dan KRIMZ (Freddy Johansson). Para penggemar bisa menyaksikannya tayangannya lewat channel Twitch JW, juga menikmati konten-konten lainnya lewat channel Twitch Fnatic.

Sumber: Inven Global, Jesper Wecksell

Dorong Kesadaran Akan Kesehatan Mental, CLG Kerjasama Dengan NAMI

Perkara kesehatan mental memang selalu jadi topik yang susah-susah-gampang untuk dicerna masyarakat umum. Penyebabnya adalah karena kesehatan mental tidak seperti kesehatan fisik yang terlihat. Masalah ini juga sebenarnya bukan cuma terjadi di Indonesia, bahkan Amerika Serikat juga turut mengalami ini. Alhasil, permasalahan ini masih terus disuarakan oleh berbagai pihak agar bisa dimengerti oleh khalayak umum.

Maka dari itu organisasi esports Counter Logic Gaming (CLG) menjalin kerjasama yang unik dengan asosiasi yang bergerak di bidang kesehatan mental bernama NAMI (National Alliance on Mental Illness). Seperti yang sudah Hybrid bahas, perjuangan atlet esports dari sudut pandang psikologi memang sangat keras. Maka rekanan ini dilakukan salah satunya untuk meningkatkan kesadaran akan isu kesehatan mental, dan untuk meningkatkan kondisi kesehatan mental para atlet esports.

1
Counter Logic Gaming, organisasi esports yang dibangung dari sebuah tim League of Legends. Sumber: Twitter @clgaming

Mengutip dari Esports Insider, Nick Allen selaku COO Counter Logic Gaming mengatakan “Yang NAMI lakukan dalam hal meningkatkan kesadaran akan isu kesehatan mental sangat terasa dampaknya dan kami percaya komunitas gaming bisa mendapat keuntungan dari usaha mereka (NAMI) untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang menderita penyakit mental”

Masih dari Esports Insider, Mary Giliberty CEO dari NAMI juga mengatakan “NAMI sangat senang bisa rekanan dengan CLG dan berkomitmen bergabung bersama kami untuk melawan stigma soal penyakit mental melalui edukasi, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan tentunya gerakan sosial”.

Sumber: Rift Herald
Dengan penonton sebanyak ini, kerjasama dengan niat mulia ini tentu diharapkan bisa mempengaruhi banyak orang terutama anak muda gamers. Sumber: Rift Herald

Selama ini kerjasama antar brand dalam esports kebanyakan cenderung adalah bentuk kerjasama bisnis. Melihat kerjasama antara CLG dengan NAMI ini tentu adalah sesuatu yang baru, juga tentunya diharapkan bisa berdampak positif, baik bagi komunitas gamers, juga bagi masyarakat secara keseluruhan.

CLG sejauh ini sudah melakukan rekanan dengan berbagai macam brand baik itu endemik ataupun non-endemik. Beberapa di antaranya seperti OMEN by HP, Squarespace, Spectrum, ataupun MAXNOMIC by NEEDforSEAT. Berbasis di Amerika Serikat, organisasi esports Counter Logic Gaming merupakan salah satu yang terbesar di Industri. Berangkat sebagai tim League of Legends, kini CLG punya beberapa divisi seperti tim CS:GO, Smite, H1Z1, Fortnite, Clash Royale, dan Super Smash Bros.

Vici Gaming Ingin Belajar Ilmu Manajemen dari Tim Sepak Bola

Esports dan olahraga konvensional adalah dua hal yang punya banyak kemiripan. Keduanya sama-sama butuh keahlian tinggi bila ingin dipertandingkan di level profesional, dan untuk mencapai hal itu hanya bisa dengan dedikasi dan kedisiplinan. Untuk esports atau olahraga tim, komunikasi serta leadership menjadi elemen krusial yang harus dimiliki. Angkatan bersenjata Amerika Serikat bahkan memandang esports mirip dengan ilmu keprajuritan.

Karena berbagai kesamaan itulah, tidak mengejutkan bila kemudian ada tim esports yang menjalin kerja sama dengan tim olahraga. Contohnya Vici Gaming (VG), tim esports asal Tiongkok yang beberapa waktu lalu mengumumkan ikatan strategis dengan klub sepak bola Shanghai International Port Group F.C. (SIPG).

Dalam konferensi pers yang digelar di markas Vici Gaming, dua organisasi ini menjelaskan bahwa kerja sama mereka akan dimulai dengan game Kings of Glory (Arena of Valor versi Tiongkok). Bersama Shanghai SIPG, Vici Gaming akan bekerja mempromosikan integrasi antara esports dan olahraga konvensional. Sementara dari sisi Shanghai SIPG, mereka ingin meningkatkan diversitas penggemar dan meningkatkan jumlahnya dengan menggaet para penyuka esports.

Vici Gaming x Shanghai SIPG
Vici Gaming jalin ikatan dengan Shanghai SIPG | Sumber: Esports Insider

“Karena tim Tiongkok memenangkan kejuaraan Arena of Valor di Asian Games 2018, esports kini menjadi dikenal luas dan diterima oleh masyarakat, dan esports akan banyak ditonton seperti olahraga tradisional di masa depan,” kata Ding Jun, founder Vici Gaming, dilansir dari Esports Insider.

“Di akhir 2018, VG telah berhasil kembali ke liga profesional resmi tertinggi Kings of Glory, King Pro League (KPL), dan VG berharap tim esports ini dapat mempelajari manajemen serta model operasi olahraga tradisional yang digunakan Shanghai SIPG. Dengan peluncuran kerja sama ini, VG berharap tim kami dapat meraih kesuksesan besar di KPL dan menjadi pemimpin liga seperti Shanghai SIPG,” lanjut Ding Jun.

Di Tiongkok, baik Vici Gaming maupun Shanghai SIPG sama-sama dipandang sebagai organisasi raksasa yang berprestasi. Beberapa waktu lalu Vici Gaming berhasil meraih runner-up di turnamen ESL One Hamburg 2018, juga menjuarai beberapa turnamen bergengsi di Tiongkok. Sementara Shanghai SIPG baru saja menjadi juara Chinese Super League di akhir 2018 lalu.

Vici Gaming - CS:GO
Vici Gaming juga berlaga di cabang Counter-Strike: Global Offensive | Sumber: Vici Gaming

Kerja sama antar dua raksasa seperti ini tentu akan menarik perhatian, dan besar kemungkinan juga dapat membuat sponsor lebih berminat untuk mendekati kedua tim. Exposure yang didapat akan jauh lebih besar, apalagi Vici Gaming tidak hanya terkenal di Tiongkok tapi juga secara global.

Vici Gaming bukan tim esports Tiongkok pertama yang bekerja sama dengan tim sepak bola. Sebelumnya, LGD Gaming telah melakukan hal serupa dengan tim asal Perancis, Paris Saints-Germain, dan kini tim tersebut dikenal sebagai PSG.LGD. Ikatan antar klub seperti ini membuat batas antara esports dan olahraga konvensional semakin tipis, dan mungkin kita akan melihat lebih kerja sama sejenis di masa depan.

Sumber: Esports Insider

Capcom Pro Tour 2019 Dimulai pada Bulan Maret, Terapkan Sistem Kualifikasi Baru

Capcom baru saja mengumumkan jadwal resmi untuk rangkaian kompetisi Capcom Pro Tour (CPT) 2019. Sama seperti tahun 2018 kemarin, CPT 2019 masih akan fokus pada game Street Fighter V: Arcade Edition, namun ada beberapa perubahan dalam sistem kualifikasinya. Menurut Capcom, perubahan ini dilakukan dalam rangka menyederhanakan kualifikasi regional dan memberi kesempatan partisipasi bagi wilayah-wilayah baru, seperti Australia atau Timur Tengah.

Pada dasarnya, Capcom Pro Tour adalah serangkaian turnamen sepanjang tahun yang diakui resmi oleh Capcom dan memiliki berbagai tingkatan. Dengan bertanding di turnamen-turnamen yang terdaftar di Capcom Pro Tour, seorang pemain dapat mengumpulkan CPT Point, dan nantinya CPT Point akan menjadi penentu apakah ia lolos ke acara puncak (Capcom Cup) atau tidak.

Gachikun - Capcom Cup 2018 Champion
Gachikun otomatis lolos ke Capcom Cup 2019 | Sumber: Capcom

Capcom Cup 2019 menyediakan slot untuk 32 peserta, dengan pilihan jalur kualifikasi sebagai berikut:

  • 1 orang juara Capcom Cup 2018 (Gachikun) otomatis lolos
  • 26 orang pemain peringkat tertinggi Global Ranking Point Leaderboard
  • 4 orang pemenang Regional Finals Tournament
  • 1 orang pemenang Capcom Cup Last Chance Qualifier

Hal yang berbeda kali ini adalah bahwa terdapat dua Leaderboard terpisah, yaitu Global Ranking Point Leaderboard dan Regional Ranking Point Leaderboard. Pemain yang tinggal di Amerika Utara (NA), Amerika Latin (LATAM), Eropa (EU), dan Asia dapat mengikuti turnamen di wilayahnya untuk memperoleh CPT Point khusus yaitu Regional Ranking Point. Sebagai gantinya, mereka tidak akan mendapatkan CPT Point biasa (Global Ranking Point). Nantinya, 8 orang peraih Regional Ranking Point tertinggi di tiap wilayah akan diadu dalam Regional Finals Tournament untuk menentukan siapa yang lolos ke Capcom Cup 2019.

CPT 2019 - Regional Point Ranking Leaderboard
Turnamen di wilayah tinggal akan memberikan Regional Ranking Point | Sumber: Capcom

Sementara itu, untuk perolehan CPT Point global, Capcom membagi turnamen di seluruh dunia ke dalam empat tingkatan, masing-masing dengan perolehan poin berbeda. Empat tingkatan itu adalah:

  • Super Premier Event: Tiga turnamen Street Fighter V termegah, yaitu EVO 2019, Japan Premier, dan North American Regional Finals Open Tournament
  • Premier Event: Turnamen-turnamen berskala besar lainnya, termasuk empat Regional Finals Tournament
  • Ranking Event: Turnamen-turnamen umum berskala kecil, jumlahnya ada 37 event di seluruh dunia
  • Online Ranking Event: Turnamen online, kesempatan meraih poin bagi pemain yang tak dapat mengikuti turnamen lainnya

Mungkin Anda bingung karena ada nama Regional Finals di dua tingkat, yaitu Super Premier Event dan Premier Event. Sebenarnya, di setiap turnamen Regional Finals, selalu ada turnamen sampingan yang terbuka untuk umum, yang disebut Open Tournament. Tahun ini Capcom rupanya menempatkan Open Tournament di NA Regional Finals dalam posisi yang sangat tinggi, sejajar dengan EVO 2019.

CPT 2019 - Global Ranking Point
Turnamen global memberikan poin berbeda sesuai tingkatan turnamennya | Sumber: Capcom

Pertimbangannya bisa jadi adalah karena Amerika Utara merupakan wilayah kompetisi yang paling ramai dan paling sering mengadakan turnamen besar. Selepas pengumuman ini, ada sebagian penggemar fighting game di forum-forum yang menyuarakan protes karena wilayah NA seperti mendapat perlakuan spesial. Tapi tentu Capcom punya pemikiran tersendiri. Super Premier Event sendiri merupakan tingkatan baru yang tidak ada di CPT 2018.

Sama seperti tahun lalu, dalam Capcom Pro Tour 2019 seorang pemain tidak boleh menempati lebih dari satu slot kualifikasi. Seandainya ada yang berhasil melakukannya (misalnya peringkat 1 CPT Global Ranking Point sekaligus lolos di Regional Finals Tournament), maka slot kualifikasi akan diberikan ke peserta lain yang menempati peringkat di bawahnya.

Turnamen pertama dalam rangkaian Captom Pro Tour 2019 diadakan pada tanggal 15 Maret 2019. Hidangan pembuka itu adalah turnamen Final Round 2019 di Amerika Serikat yang merupakan sebuah Premier Event. Kemudian CPT 2019 akan terus berlangsung selama 9 bulan lamanya dengan total prize pool senilai lebih dari US$600.000. Puncak kompetisi ini adalah Capcom Cup 2019 di bulan Desember nanti. Bisakah Gachikun mempertahankan gelar juaranya, ataukah akan muncul juara baru?

Sumber: Capcom

Cari Bibit Atlet Esports, IESPA Gelar IEL University Series 2019

Menghadapi industri esports di Indonesia yang berkembang dengan pesatnya, pemerintah pun semakin giat memberikan dukungan. Setelah kemarin kita mendengar kehadiran Piala Presiden Esports 2019 dan Youth National Esports Championship (YNEC) dari KEMENPORA, kali ini ada IEL University Series 2019 yang digagas IESPA bekerjasama dengan MIX 360 yang tentunya kembali didukung oleh berbagai elemen pemerintahan.

Seperti namanya, IEL University Series 2019 ini akan mempertandingkan para mahasiswa yang diikuti oleh 12 kampus ternama di Indonesia. Kompetisi ini didukung oleh berbagai elemen pemerintahan, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), dan tentunya Indonesia Esports Association (IESPA).

Kehadiran kompetisi ini memang diniatkan menjadi wadah untuk mencari bibit-bibit anak muda di bidang esports. Harry Kartono selaku Chief Operational Officer dari MIX360 mengatakan bahwa misi penyelenggaraan IEL University Series 2019 adalah untuk mempersiapkan calon atlet esports.

Dokumentasi Hybrid - Novarurozaq Nur
Harry Kartono, COO MIX360 yang merupakan penyelenggara dari IEL University Series 2019. Dokumentasi: Hybrid – Novarurozaq Nur

“Untuk memajukan esports kita harus mengubah paradigma tradisional para orang tua dan institusi pendidikan. Maka dari itu kami mempersiapkan calon atlet esports di tingkat universitas agar bisa masuk ke PELATNAS Indonesia untuk persiapan SEA Games 2019 di Manila yang digelar tahun ini” tambah Harry.

Lalu bagaimana IEL University Series 2018 ini bisa terintegrasi dengan ekosistem esports secara keseluruhan? Bagaimana para atlet esports mahasiswa semi-pro ini nantinya bisa menuju ke jenjang yang lebih tinggi, jenjang profesional entah lokal atau internasional? Harry mengatakan bahwa ini alasan mereka menggandeng beberapa sponsor seperti meta.us dan juga Razer.

Meta.us sebagai platform untuk menunjukkan skill seoarang pemain ini nantinya berfungsi sebagai cara untuk menunjukkan kemampuan para pemain IEL University Series 2019 ke para pencari bakat dari organisasi esports yang berasal dari berbagai negara. Lalu bagaimana dengan jenjang yang lebih tinggi setelah IEL University Series yang merupakan kompetisi tingkat nasional?

Dokumentasi Hybrid - Novarurozaq Nur
Eddy Lim, Ketua Umum IESPA saat diwawancara oleh televisi nasional. Dokumentasi: Hybrid – Novarurozaq Nur

Eddy Lim selaku ketua umum IESPA pun menjawab hal ini. Ia mengatakan bahwa tujuan dari kerjasama IESPA dengan AESF selaku Federasi esports Asia adalah untuk dapat mencapai hal tersebut. “Jadi selain di Indonesia, beberapa negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand, Vietnam, dan lain sebagainya juga akan memulai liga universitas seperti ini. Nantinya setelah liga nasional selesai, kompetisi ini akan berlanjut ke tingkat yang lebih tinggi” Jawab Eddy.

Babak final dari IEL University Series 2019 direncanakan digelar pada 27-28 April 2019 mendatang. Namun sebelumnya tentu akan ada babak penyisihan terlebih dahulu yang diselenggarakan dari Januari hingga Maret 2019 mendatang. Kompetisi ini akan mempertandingkan dua game MOBA terpopuler di Indonesia; Mobile Legends sebagai cabang mobile games dan Dota 2 sebagai cabang PC games. Pada babak final yang akan diadakan di LigaGame Arena, atlet esports kampus tersebut akan memperebutkan total hadiah sebesar Rp1 milyar.

Turnamen Fight Fest 2019 Telah Selesai, Ini Dia Para Juaranya

Kompetisi Fight Fest 2019 baru saja selesai dipertandingkan di Jakarta beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 26 – 27 Januari 2019. Acara ini merupakan hasil kerja sama banyak pihak, antara lain Advance Guard, Indonesia Esports Games (IEG), Dfox Dojo, MyRepublic Indonesia, Technosolution, serta didukung langsung oleh SNK.

Fight Fest merupakan ajang yang cukup penting, karena bukan hanya acara ini mempertandingkan enam fighting game berbeda, tapi Fight Fest juga mewadahi kompetisi Tekken 7 yang jadi bagian dari acara IEG 2018. Juga termasuk di dalamnya adalah kompetisi The King of Fighters XIV dan The King of Fighters 98 sebagai bagian dari rangkaian acara global yaitu Neo Geo World Tour 2.

Seluruh acara Fight Fest telah selesai, menghasilkan berbagai pertarungan seru, tidak terprediksi, serta diisi dengan kemunculan pemain-pemain baru yang tampil mengejutkan. Berikut ini hasil seluruh turnamennya.

Fight Fest 2019 - Tekken 7 Winners
Tekken 7 memiliki prize pool terbesar dalam ajang Fight Fest 2019 | Sumber: Advance Guard

Tekken 7

Tekken 7 bisa dibilang merupakan salah satu “menu utama” Fight Fest. Setelah babak kualifikasi yang diadakan di MyRepublic Jakarta pada tanggal 26 Januari, para petarung kemudian harus menjalani babak final dalam acara Indonesia Esports Games esok harinya, bertempat di Jakarta Convention Center. Turnamen Tekken 7 kali ini diikuti cukup banyak petarung senior Indonesia, termasuk di antaranya R-Tech dari tim Alter Ego Esports, M45T4Z (mastaz) dari tim Bigetron Esports, serta TJ dari DRivals.

Di luar dugaan, R-Tech yang merupakan langganan juara justru tidak berhasil maju ke babak final di JCC. Ia kalah oleh TJ yang terkenal ahli menggunakan banyak karakter, termasuk Geese Howard dan Lee Chaolan. TJ ditemani oleh Mishima Boy dan M45T4Z di babak final, kemudian akhirnya Mishima Boy berhasil menjadi juara berkat karakter andalannya yaitu Heihachi.

Peringkat Tekken 7:

  • 1st: Mishima Boy
  • 2nd: DRivals | TJ
  • 3rd: Bigetron | M45T4Z
  • 4th: Alter Ego | R-Tech
  • 5th: Chaos | hero
  • 5th: lee_yo
  • 7th: D2Station | USH
  • 7th: WIF | Silver

The King of Fighters XIV

Selain Tekken 7, kompetisi The King of Fighters XIV dan The King of Fighters 98 juga memiliki pertaruhan yang besar. Dua game ini masuk ke dalam Neo Geo World Tour 2, dan pemain yang menjuarai Fight Fest akan dikirim bertanding dalam Neo Geo World Tour 2 Global Finals, melawan petarung-petarung dari berbagai negara seperti Jerman, Singapura, dan sebagainya.

Juara KOF XIV kali ini diraih oleh KentutBerdahak yang terkenal sebagai ahli karakter Goro Daimon. Ia bertarung di Grand Final melawan navets yang memiliki gaya pertarungan cukup bertolak belakang. Bila KentutBerdahak cenderung menggunakan heavy hitter seperti Daimon dan Clark, navets justru mengandalkan karakter-karakter ringan seperti Shun’ei dan Yuri Sakazaki. KentutBerdahak juga memainkan karakter cepat yaitu Nelson, tapi Daimon-lah yang mengantarkannya menuju puncak.

Peringkat The King of Fighters XIV:

  • 1st: KentutBerdahak
  • 2nd: navets
  • 3rd: Zephy
  • 4th: Aming
  • 5th: Sweet_Martabak
  • 5th: YOLO-man
  • 7th: AnggaGilbert
  • 7th: GAMEBOX

The King of Fighters 98

Meski game ini usianya sudah 20 tahun, The King of Fighters 98 tetap jadi salah satu favorit para pecinta seri KOF. Level pertarungan yang terjadi di sini pun tidak kalah tinggi dari KOF XIV yang lebih modern. Apalagi di KOF 98 belum ada teknik-teknik baru seperti Climax Cancel atau Just Defend. Kemampuan fundamental para pemain betul-betul diuji.

KentutBerdahak juga menampilkan performa kuat dengan Daimon andalannya, namun penantangnya di Grand Final bukanlah navets melainkan Aming. Menariknya, baik KentutBerdahak maupun Aming sama-sama pengguna Daimon. Daimon milik Aming juga sempat mengalahkan Daimon milik KentutBerdahak, memaksa lawannya itu untuk berganti karakter ke Ralf. Strategi ini berhasil, Ralf menghancurkan pertahanan Aming sehingga KentutBerdahak meraih double winner di Neo Geo World Tour 2 ini.

Peringkat The King of Fighters 98:

  • 1st: KentutBerdahak
  • 2nd: Aming
  • 3rd: Sweet_Martabak
  • 4th: Stanxz
  • 5th: navets
  • 5th: VrgKof
  • 7th: Andrikebot
  • 7th: fg_meiji

Street Fighter V: Arcade Edition

Street Fighter V: Arcade Edition saat ini tengah mengalami masa segar kembali berkat balance patch baru di Season 4. Menariknya, selain diisi oleh pemain-pemain Street Fighter Indonesia, posisi Top 8 ternyata juga diisi oleh pemain dari luar negeri, yaitu Asher yang berasal dari Singapura. Asher juga menggunakan karakter yang cukup jarang dipilih yaitu Vega (Claw).

Dua orang yang berhasil lolos ke Grand Final adalah AronManurung (Zeku) dan Burung (Birdie). Keduanya dikenal sangat senior di kancah Street Fighter, bahkan AronManurung memegang peringkat Grand Master di Capcom Fighters Network. Pertarungan mereka berdua berjalan sangat seru dan saling kejar-mengejar angka. Namun pada akhirnya AronManurung dapat mengalahkan Burung, termasuk mencetak Perfect di ronde paling terakhir!

Peringkat Street Fighter V: Arcade Edition:

  • 1st: AronManurung
  • 2nd: Burung
  • 3rd: Dion
  • 4th: Asher
  • 5th: Roxas32
  • 5th: Shamwow
  • 7th: Botanpon
  • 7th: Raja DingDong

Soulcalibur VI

Untuk turnamen Soulcalibur VI cukup disayangkan karena tidak ada video replay sebab kurangnya operator di lapangan. Akan tetapi itu tidak mengurangi keseruan game “bacok-bacokan” ini. Bahkan ada dua pemain luar negeri yang ikut berpartisipasi, yaitu Asher dari Singapura dan Grimrst dari Malaysia. Asher dan Grimrst juga tidak saling bertemu di bracket, jadi semua lawan mereka adalah pemain asal Indonesia.

Fabiozwei yang merupakan pemain muda sekaligus pendatang baru di sini tampil dengan peningkatan signifikan. Ia sempat unggul 2-0 atas Wah On (alias Wahontoys) yang jauh lebih senior. Akan tetapi ia termakan trik ring out yang juga digunakan Wah On saat melawan tim HK SCBA beberapa waktu lalu sehingga kalah. Fabiozwei meraih peringkat tiga, dibawah runner-up Wah On dan juara yaitu sinarkimia.

Peringkat Soulcalibur VI:

  • 1st: sinarkimia
  • 2nd: Wah On
  • 3rd: Fabiozwei
  • 4th: Permac
  • 5th: Asher
  • 5th: HotmanFiras
  • 7th: Ampasmon
  • 7th: Kl3mot
Fight Fest 2019 - Soulcalibur VI Winners
Fabiozwei (Fabio), sinarkimia (David), dan Wah On (Andrew), para juara Soulcalibur VI | Sumber: Advance Guard

BlazBlue: Cross Tag Battle

Kompetisi BlazBlue: Cross Tag Battle berjalan seru berkat usaha dari komunitas Dfox Dojo yang turut meramaikan. Tak sia-sia rupanya Asher datang jauh-jauh dari luar negeri, karena di turnamen ini akhirnya ia berhasil menunjukkan permainan yang gemilang. Asher memanfaatkan kombinasi dua karakter yang sama-sama bertipe rushdown, yaitu Ruby Rose dan Carmine.

Di Grand Final, Asher bertemu dengan BattleCatsPlayer yang mengandalkan kombinasi karakter cukup kompleks, yaitu Nu-13 (zoner) dan Waldstein (grappler). Menarik sekali melihat gaya pertarungan berbeda saling berbenturan, apalagi dalam game ini setiap hit confirm bisa berakibat fatal. Keahlian BattleCatsPlayer melakukan command grab sempat memunculkan momen-momen hype, namun Asher dapat menguasai pertandingan dan menutup turnamen ini dengan sebuah Astral Finish!

Peringkat BlazBlue: Cross Tag Battle:

  • 1st: Asher
  • 2nd: BattleCatsPlayer
  • 3rd: Forte
  • 4th: D2Station | USH
  • 5th: DD | FujiwaraLunasa
  • 5th: KDC
  • 7th: Acruis
  • 7th: Kelcroze

Anda dapat menonton replay turnamen BlazBlue: Cross Tag Battle di sini.

Rencana Neo Geo World Tour ke depannya

Demikianlah keseruan yang terjadi di sepanjang turnamen Fight Fest 2019, yang juga merupakan bagian dari Indonesia Esports Games 2018 dan Neo Geo World Tour 2. Setelah ini KentutBerdahak akan maju ke Neo Geo World Tour Global Finals, namun untuk saat ini lokasi pastinya belum ditetapkan. Maurice, salah satu panitia NGWT 2, berkata bahwa kemungkinan lokasinya adalah di kota Shanghai pada bulan Juli 2019, tapi ia belum yakin 100%.

Fight Fest 2019 - KOF 98 Winners
Maurice bersama para juara KOF 98 | Sumber: Advance Guard

“Mereka (komunitas KOF Indonesia) sangat passionate, jadi kami mendapat banyak dukungan dari komunitas lokal dan sangat senang karenanya,” ujarnya dalam wawancara singkat dengan Hybrid, “Saya yakin kami akan kembali lagi di Season 3. (Turnamen) ini adalah pemberhentian Indonesia untuk NGWT Season 2. Season 3 akan mulai kemungkinan bulan Agustus, dan saya yakin kami akan kembali untuk menemukan perwakilan Indonesia di NGWT Season 3.”

NGWT Season 2 hanya menghadirkan The King of Fighters XIV dan The King of Fighters 98, namun Maurice juga berencana mengadakan turnamen Samurai Spirits (Samurai Shodown) setelah game itu sudah terbit nanti. Tantangannya adalah menemukan wilayah dengan komunitas penggemar yang kuat. “Wilayah yang biasanya sulit bagi kami biasanya adalah Amerika Serikat dan Eropa. Saat ini (game buatan SNK) di sana tidak begitu populer, tapi mungkin itu bisa berubah di masa depan,” jelas Maurice.

Wilayah yang banyak memiliki penggemar SNK adalah Tiongkok, Timur Tengah, Asia, dan Amerika Latin. Menurut Maurice, Indonesia termasuk negara yang memiliki jumlah partisipan bagus, begitu juga dengan level permainannya. Tapi apakah gaya permainan pemain Indonesia bisa bersaing melawan pemain-pemain negara lain, itulah yang harus kita buktikan di Neo Geo World Tour Global Finals nanti. Mari kita dukung KentutBerdahak agar dapat mengharumkan nama fighting game Indonesia!

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Advance Guard

Rocket League Championship Series Season 7 Dibuka dengan Hadiah $1 Juta Lebih

Tahun 2018 merupakan tahun yang sangat baik bagi Rocket League, dengan kesuksesan Rocket League Championship Series (RLCS) Season 6 yang dimenangkan oleh tim Cloud9 dari Amerika Serikat. Di tahun 2019 ini, Psyonix selaku penerbit Rocket League semakin gencar mengembangkan game “sepak bola mobil” tersebut ke audiens yang lebih luas. Ini dapat dilihat dari persiapan mereka dalam RLCS Season 7.

Bila sebelumnya RLCS hanya digelar di tiga wilayah (Eropa, Amerika Utara, dan Oseania), kini RLCS Season 7 hadir dengan menambahkan satu wilayah kompetisi baru, yaitu Amerika Selatan. Psyonix juga telah menerapkan fitur Full Cross-Platform Play, sehingga para pemain PS4, PC (Steam), Xbox One, serta Switch dapat bermain bersama secara online. Komunitas Rocket League di seluruh dunia kini semakin menyatu dan dapat saling beradu kemampuan dengan lebih mudah.

RLCS Season 6 sudah memberikan hadiah senilai US$1 juta, tetapi di Season 7 ini hadiah yang ditawarkan akan lebih dari US$1 juta. Sayangnya jumlah pastinya belum diumumkan. Sesuai dengan semangan cross-platform, Psyonix mengizinkan pemain untuk bertanding menggunakan platform apa pun yang ia inginkan. Saat ini pendaftaran tim untuk RLCS Season 7 sudah dibuka. Sementara babak kualifikasinya akan dimulai antara bulan Maret hingga April 2019, tergantung dari wilayah kompetisinya.

Anehnya, meski hadiah yang ditawarkan dalam kompetisi Rocket League selalu meningkat setiap tahun, ada beberapa tim yang justru merasa pesimis dengan masa depan dunia esports milik game yang satu ini. Tim Envy dan Counter-Logic Gaming telah melepaskan divisi Rocket League mereka di pertengahan 2018 lalu. Meski ada tim-tim besar yang masuk, seperti G2 Esports dan Cloud9, sebagian tim lainnya justru khawatir masa depan esports Rocket League kurang sustainable.

Remkoe - We Dem Girlz
Remkoe (kiri) saat bermain untuk tim We Dem Girlz | Sumber: Psyonix

Salah satu alasan yang banyak dicatut adalah tentang kurangnya usaha Psyonix untuk mempromosikan esports itu sendiri, serta kurangnya transparansi mereka akan segala keputusan penting. “Psyonix sangat hati-hati dalam membuka informasi ke organisasi (esports) tanpa adanya jalinan kontrak, yang mana itu dapat dipahami, tapi mereka menghabiskan waktu terlalu lama untuk ‘menyelesaikan kontrak’ itu,” kata Remkoe (Remco den Boer), mantan pemain Team Envy, kepada Esports Observer.

Pihak Psyonix sendiri masih mengusahakan adanya sistem revenue sharing, yang nantinya dapat membantu tim-tim profesional untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak dari ekosistem esports Rocket League. Pada bulan November lalu misalnya, mereka mengumumkan proyek in-game item bertema tim esports.

Rocket League - DC Pack
Psyonix sering bekerja sama dengan pihak ketiga untuk DLC | Sumber: Psyonix

Namun tidak seperti game lain, misalnya Rainbow Six: Siege, yang langsung meluncurkan partnership besar-besaran, Psyonix terlihat masih ragu dan ingin melakukan uji coba secara terbatas dahulu. Dalam situs resminya, Psyonix berkata bahwa mereka ingin ada keseimbangan antara revenue yang dihasilkan dengan value dari in-game item itu sendiri, dan sekadar “menjual team decal sebagai DLC” saja tidak akan memberi hasil memuaskan untuk jangka panjang.

Pemikiran seperti itu memang masuk akal, tapi mungkin sudah waktunya Psyonix mengambil langkah yang lebih berani untuk memberi dorongan jangka pendek. Lagi pula, bila tidak ada proyek jangka pendek sama sekali, bisa saja esports Rocket League justru mati sebelum mencapai “jangka panjang” yang mereka inginkan. Kita tunggu saja apakah akan ada gebrakan baru dari Psyonix di tahun 2019 ini.

Sumber: Psyonix, Esports Observer

Angkatan Bersenjata Amerika Bentuk Tim Esports untuk Tarik Minat Kawula Muda

Tahun 2019 ini adalah tahun di mana esports merambah ke segala lembaga. Anda mungkin sudah mendengar bahwa grup idola JKT48 telah membentuk tim esports sendiri, begitu juga dengan lembaga lain seperti PT Kereta Api Indonesia. Tak hanya di dalam negeri, di seluruh dunia pun hal serupa telah terjadi. Salah satunya yang baru-baru ini diluncurkan adalah pembentukan tim esports angkatan bersenjata Amerika Serikat (U.S. Army).

U.S. Army mengambil langkah ini bukan semata-mata untuk mencari untung, tapi bagi mereka, esports adalah sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap peran angkatan bersenjata di negaranya. Esports sendiri sudah memiliki banyak cabang permainan yang bertema militer, misalnya Counter-Strike: Global Offensive atau Tom Clancy’s Rainbow Six: Siege. Mereka yakin bahwa program esports ini bisa menjadi sarana untuk menjangkau dan merekrut audiens baru, utamanya kawula muda.

U.S. Army Esports - Player
6.500 orang telah mendaftar ke program esports U.S. Army | Sumber: U.S. Army/Staff Sgt. Ryan Meaux

“Bila kita ingin sukses dalam merekrut, maka kita harus berada di tengah-tengah para pemuda – dan mereka beroperasi di dunia digital,” kata Major General Frank Muth, commanding general U.S. Army Recruiting Command, dilansir dari FedScoop. Hingga saat ini sudah ada lebih dari 6.500 peserta yang mendaftar untuk masuk ke tim esports U.S. Army. Nantinya dari sekian banyak pendaftar itu akan diambil 30 orang sebagai pemain inti tim dan juga cadangan.

Para peserta yang lolos kemudian akan mengikuti program pelatihan militer dan esports selama tiga tahun di Marketing and Engagement Brigade di Fort Knox, Kentucky. Ya, lembaga besar seperti U.S. Army juga punya divisi khusus yang menangani soal pemasaran. Peserta program, yang merupakan hibrida antara tentara dan atlet esports tersebut, nantinya bertindak sebagai penghubung antara tim rekrutmen U.S. Army dengan publik Amerika Serikat. Harapannya, program ini dapat membuat masyarakat paham bahwa ada banyak peran dalam U.S. Army, tidak hanya prajurit tapi juga peran-peran pendukung seperti ini.

Esports sendiri bukanlah sesuatu yang baru di kalangan angkatan bersenjata. Banyak prajurit U.S. Army yang di kesehariannya merupakan gamer, dan sebagian dari mereka juga gemar bermain secara kompetitif. Di bulan Januari ini pun ada beberapa prajurit yang bertanding di acara PAX South, San Antonio, bahkan meraih juara 1 dan 2 di turnamen Street Fighter V. Mereka didampingi oleh beberapa kru dari San Antonio Recruiting Batallion, dan hasilnya, mereka berhasil menemukan beberapa calon potensial untuk direkrut. Kegiatan serupa rencananya juga akan dilakukan di PAX East, Boston, bulan Maret nanti.

Dari sudut pandang militer, baik esports, olahraga konvensional, serta ilmu keprajuritan sebenarnya punya kemiripan. Kita tidak bisa tiba-tiba ahli dalam bidang ini, tapi perlu latihan yang disiplin dan terarah. Mirip seperti keahlian menembak, atau terjun payung, tidak cukup hanya satu-dua kali mencoba saja.

Tapi terlepas dari komitmen tersebut, program esports ini juga memberi suasana baru yang menyenangkan di U.S. Army. “Bagi banyak prajurit, termasuk saya, ini seperti mimpi yang jadi nyata,” kata Sergeant 1st Class Christopher Jones di situs resmi U.S. Army, “Ini hanyalah salah satu dari banyak cara untuk membuka dialog (dengan masyarakat).”

Bagaimana dengan Indonesia? Kira-kira, perlukah program serupa diterapkan di angkatan bersenjata negara kita tercinta?

Sumber: FedScoop, U.S. Army