It Takes Two dan Genshin Impact Menang, Berikut Daftar Pemenang The Game Award 2021

Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan Desember menjadi saat untuk pemilihan game-game terbaik di berbagai kategori lewat gelaran The Game Awards. Tahun ini juga menjadi tahun The Game Awards diadakan secara offline, setelah tahun lalu harus diadakan secara virtual karena pandemi.

The Game Awards tahun 2021 ini membawa 30 kategori nominasi yang cukup beragam. Mulai dari kategori klasik seperti game terbaik pada setiap genre, hingga beberapa nominasi baru seperti games for impact dan innovation in accessibility.

Game indie eksperimental milik EA, It Takes Two menjadi pemenang utama dari gelaran The Game Awards 2021. Game yang menitikberatkan pada kerja sama ini berhasil menyabet tiga penghargaan termasuk penghargaan tertinggi yaitu Game of The Year 2021. Di belakangnya ada Forza Horizon 5 yang sama-sama mendapat tiga penghargaan dengan penghargaan tertinggi yaitu Best Sports/Racing Game.

Game mobile memang tidak terlalu mendapatkan banyak ruang dalam ajang penghargaan ini dengan hanya ada satu nominasi yaitu Best Mobile Games. Kategori ini sendiri berhasil dimenangkan oleh Genshin Impact,  mengalahkan game-game seperti League of Legends: Wild Rift, Pokémon Unite, dan Marvel: Future Revolution.

Berikut adalah daftar lengkap dari 30 nominasi beserta pemenang dari gelaran The Game Awards 2021:

Games for impact: Life is Strange: Ture Colors

Best Esports Athlete: Oleksandr “s1mple” Kostyliev

Best Esports Team: Na’Vi (CS:GO)

Best Esports Coach: Kim “Kkoma” Jeong-gyun

Best Esports Event: 2021 League of Legends World Championship

Best Audio Design: Forza Horizon 5

Best Independent Game: Kena: Bridge of Spirits

Best Debut Indie Game: Kena: Bridge of Spirits

Best Performance: Maggie Robertson (Lady Dimitrescu di Resident Evil Village)

Best Action Game: Returnal

Best Art Direction: DEATHLOOP

Best RPG: Tales of Arise

Best Score & Music: Nier Replicant ver 1.22474487139

Players’ Voice Award: Halo infinite

Best Multiplayer Game: It Takes Two

Content Creator of the Year: Dream

Best Mobile Game: Genshin Impact

Best Narrative: Marvel’s Guardians of the Galaxy

Best Action/Adventure Game: Metroid Dread

Best Ongoing Game: Final Fantasy XIV

Best Community Support: Final Fantasy XIV

Innovation in Accessibility: Forza Horizon 5

Best Sports/Racing Game: Forza Horizon 5

Best Game Direction: DEATHLOOP

Best Esports Game: League of Legends

Most Anticipated Game: Elden Ring

Best Family Game: It Takes Two

Best Sim/Strategy Game: Age of Empires IV

Best Fighting Game: Guilty Gear: Strive

Game of the Year: It Takes Two

Update Besar GTA Online Hadirkan Dr. Dre Hingga Franklin dari GTA V

Meskipun masih disibukkan dengan perbaikan terhadap GTA Trilogy: Definitive Edition yang memiliki banyak bug dan glitch, ternyata Rockstar juga mempersiapkan update besar untuk GTA Online. Tidak tanggung-tanggung, Rockstar membawa kembali karakter ikonik dari GTA V yaitu Franklin dan Lamar sekaligus membawa musisi legendaris, Dr. Dre.

Dalam update yang akan berjudul The Contract ini, pemain akan bertemu dengan Franklin Clinton pasca kisahnya di GTA V. Setelah beberapa tahun berlalu, Franklin dan teman-temannya (termasuk Lamar) kini mendirikan sebuah agensi yang membantu membereskan masalah para selebritis. Seperti biasa, karakter GTA Online kita nantinya akan masuk ke bisnis ini melalui Lamar.

Cerita utama yang menjadi sorotan dalam update ini adalah kehadiran musisi Dr. Dre yang akan menjadi klien dari agensi milik Franklin. Dr. Dre yang memerankan dirinya sendiri ini diceritakan kehilangan ponsel yang berisi lagu-lagunya yang belum dirilis. Permasalahan ini akan membawa pemain untuk melacak dan berusaha untuk mengembalikan ponsel milik Dr. Dre tersebut.

Pemain nantinya akan melakukan berbagai macam petualangan mulai dari di kawasan gangster hingga pesta mewah di Los Santos. Selain itu, seperti update sebelumnya, ada berbagai konten baru yang datang mulai dari properti baru, mobil baru, senjata baru, hingga ke stasiun radio baru yang akan berisi lagu-lagu eksklusif milik Dr. Dre.

Update ini memang terlihat menjanjikan dan segar, namun Rockstar kelihatannya akan tetap mempertahankan formula dari update GTA Online sebelumnya. Pemain diharuskan membeli properti khusus, dalam hal ini adalah kantor agensi yang tentunya tidak akan murah, untuk mendapatkan beberapa cut-scene baru dengan Franklin, Lamar, dan karakter lainnya sebelum dilempar ke lobby untuk melakukan rentetan misi secara tim ataupun sendirian.

Image Credit: Rockstar

The Contract menjadi ekspansi pertama GTA Online yang benar-benar memiliki koneksi dengan cerita dan karakter dari campaign single player-nya. Selain itu kehadiran musisi besar seperti Dr. Dre, Anderson Paak yang muncul di trailer, dan bahkan Snoop Dog yang dirumorkan akan menjadi cameo membuat update ini menjadi salah satu kolaborasi terbesar yang pernah dilakukan antara industri video game dan musik.

Rockstar menyebutkan bahwa update The Contract ini akan tiba pada 15 Desember mendatang. Sayangnya Rockstar tidak memberikan informasi baru apapun mengenai GTA V: Expanded & Enhanced yang seharusnya segera tiba untuk konsol next gen.

4 Game NFT dan Metaverse Lokal yang Layak Dipantau Perkembangannya

Game NFT dan metaverse terus menjadi topik perbincangan hangat sehari-hari. Bukan cuma di kancah internasional, melainkan juga di kancah domestik, apalagi jika melihat semakin banyaknya platform NFT dan metaverse lokal yang bermunculan.

Elemen jual-beli di dalam game memang bukanlah hal baru, akan tetapi kehadiran NFT dan blockchain membuat hal itu jadi semakin menarik lagi, terutama berkat terobosan-terobosan seperti decentralization dan smart contract, belum lagi peluang interoperabilitas metaverse yang dimungkinkan.

Melihat popularitas tren tersebut, wajar kalau hampir setiap hari selalu ada platform NFT dan metaverse baru yang memperkenalkan diri, tidak terkecuali yang berasal dari Indonesia. Berikut adalah 4 game NFT dan metaverse lokal yang layak dipantau perkembangannya.

Arkipelago

Arkipelago merupakan sebuah metaverse yang terinspirasi oleh warisan budaya tanah air. Melihat roadmap-nya, visi yang ditawarkan benar-benar terkesan sangat ambisius, yang mencakup 10.000 aset NFT 3D yang dinamai Genesis, DAO (Decentralized Autonomous Organization), token $ARKI, dan interoperabilitas dengan metaverse lain (The Sandbox).

Memiliki aset Genesis berarti kita juga punya hak kepemilikan atas DAO, dan itu berarti kita juga bisa ikut menyumbang suara terkait pengembangan metaverse Arkipelago ke depannya. Community-driven metaverse, itulah kata kunci yang ingin disorot oleh para penggagas proyek Arkipelago ini.

Di sisi lain, token $ARKI nantinya bakal menawarkan banyak utilitas, salah satunya untuk menambang bahan mentah, yang kemudian bisa diracik menjadi aset NFT yang kompatibel. Tentu saja, $ARKI juga bakal menjadi mata uang utama untuk berbagai transaksi dan kegiatan yang bisa dilakukan di metaverse Arkipelago.

Soulcops

Secara sederhana, Soulcops merupakan sebuah permainan trading card digital dengan aset NFT yang menjadi kartu-kartunya. Namun pengembangnya sudah punya rencana jangka panjang yang lebih besar yang turut mencakup merchandise, komik, film dan animasi, hingga akhirnya membentuk sebuah ekosistem metaverse yang matang.

Secara total, sudah ada 3.000 kartu digital NFT Soulcops yang dirilis dan dijual melalui OpenSea, sementara mobile game-nya sendiri dijadwalkan meluncur pada tahun 2022. Dari sisi narasi, Soulcops mengambil kisah tentang perseteruan antara polisi baik dan polisi jahat di masa depan. Cukup unik karena seperti yang kita tahu, karakter polisi memang sering terkesan underrated.

Reality Chain

Oleh pengembangnya, Reality Chain dideskripsikan sebagai social metaverse as a service. Siapapun yang ingin mempunyai metaverse-nya sendiri bisa membangunnya di blockchain apapun dengan bantuan Reality Chain. Kalau mau dianalogikan secara sederhana, Reality Chain ini mirip seperti game engine, tapi yang fungsinya untuk membangun metaverse.

Satu hal yang unik dari Reality Chain adalah, yang ditawarkan justru pengalaman yang non-immersive, sebab pengembangnya percaya bahwa metaverse semestinya tidak menggantikan interaksi sosial kita, dan justru menjadi pelengkap dari kehidupan sosial. Dengan kata lain, pengalaman yang ditawarkan lebih ke arah kasual, namun tetap memberi kesempatan para pemainnya untuk memperjual-belikan aset NFT.

Semua metaverse yang dibangun dengan Reality Chain dapat diakses langsung melalui browser demi memberikan aksesibilitas ekstra. Kita bahkan bisa masuk ke dalam sebuah metaverse secara anonim dan tanpa login sama sekali.

Meta Forest Society

Banyak orang mengaitkan NFT dengan investasi dan menjadikannya sebagai ajang mencari untung. Pola pikir seperti itu memang tidak salah, tapi bagaimana seandainya jika kita juga bisa berkontribusi terhadap kesejahteraan sosial melalui NFT? Itulah premis yang ditawarkan oleh Meta Forest Society.

Jadi ketimbang sebatas menjual aset NFT begitu saja, Meta Forest Society (MFS) bakal menyumbangkan 20% dari total penjualan NFT-nya kepada PERTAHARA (Perempuan Tani Harapan Rakyat) demi mengoptimalkan pemberdayaan tenaga kerja wanita di bidang agrikultur. Koleksi NFT-nya sendiri terdiri dari 3.636 karakter elf yang diambil dari mitologi Norse.

Bukan cuma itu, pemilik NFT MFS nantinya juga bisa menukarkan aset yang dimilikinya dengan Hara Token (HART), yang kemudian bisa dipakai untuk membeli dan menyumbangkan bibit jahe dalam media tanam polybag, atau untuk membeli summon book.

Apa itu summon book? Di sinilah letak gamification yang MFS tawarkan. Dengan menggabungkan summon book dan karakter elf yang dimiliki, kita bisa menciptakan Forest Creature NFT sekaligus mendonasikan 10 polybag berisi bibit jahe. NFT dan gamification, dengan kontribusi sosial sebagai bumbu penyedapnya. Menarik.

MOBA Pokémon Unite Berhasil Tembus 50 Juta Download

Hingga sekarang, hampir semua game yang masuk dalam franchise Pokémon selalu berhasil. Fans setia selalu menyambut apapun jenis game yang ditawarkan oleh The Pokémon Company, termasuk game MOBA pertama mereka, Pokémon Unite.

Pokémon Unite dirilis secara resmi pada 21 Juli 2021 lalu. Hanya dalam waktu sekitar empat bulan saja, MOBA yang dirilis untuk platform mobile dan Nintendo Switch ini berhasil menembus angka 50 juta kali unduhan.

Akun Twitter resmi Pokémon Unite bahkan mengeluarkan cuitan yang mengungkapkan rasa terima kasih mereka terhadap para fans. Tidak hanya itu, untuk merayakan pencapaian tersebut, Pokémon Unite juga akan memberikan hadiah berupa 2.000 Aeos Ticket bagi para pemain yang memainkan game-nya pada tanggal 9 Desember 2021 hingga 31 Januari 2022 mendatang.

Pencapaian ini bisa dibilang menjadi hadiah kedua bagi Pokémon Unite karena sebelumnya game ini juga telah memenangkan Google Play Best Game of 2021 Award. Game yang dikembangkan oleh TiMi Studio ini memang mendapat respon yang cukup mengejutkan dari para gamer mobile.

Produser Pokémon Unite, Masaaki Hoshino bahkan sempet memberikan pernyataannya bahwa dirinya harus mengakui bahwa ia tidak yakin apakah game tersebut akan diterima oleh para gamer di seluruh dunia. Namun kekhawatiran tersebut juga bukan tanpa alasan karena genre MOBA bukanlah genre baru bagi para gamer.

MOBA mobile lainnya juga terbilang sukses mendominasi platform mobile seperti Honor of Kings (AOV), Mobile Legends, dan bahkan League of Legends: Wild Rift yang memiliki basis fans fanatik. Sedangkan Pokémon Unite merupakan konsep yang cukup nyeleneh dengan membawa para monster dari semesta Pokémon untuk saling bertarung dengan mekanisme MOBA.

Namun dengan penghargaan tertinggi dari Google Play serta jumlah unduhan yang fantastis tersebut kelihatannya sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh Masaaki dan The Pokémon Company. Dengan beragam potensi yang terbuka lebar bagi Pokémon Unite termasuk skema esport, game ini berpotensi untuk terus berkembang dan memiliki umur yang panjang.

Sayangnya pihak The Pokémon Company masih belum memberikan fokus kepada pengembangan skema esport untuk game ini. Meskipun mereka mengatakan bila para fans memang menghendaki maka skema esport tersebut akan direalisasikan.

God of War Versi PC Janjikan Visual yang Lebih Wah, Lengkap dengan Dukungan Nvidia DLSS dan AMD FSR

Salah satu ikon kebanggaan PlayStation, Kratos, bakal resmi menjejakkan kakinya di PC tahun depan. Ya, seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, God of War bakal bisa dimainkan melalui Steam maupun Epic Games Store mulai 14 Januari 2022, nyaris empat tahun setelah game-nya pertama kali dirilis untuk PS4.

Versi PC-nya datang membawa sejumlah penyempurnaan, khususnya dari sisi visual. Pada versi aslinya, God of War memang sudah bisa menyajikan grafik kelas AAA yang memukau, namun ini bakal lebih dipercantik lagi di versi PC-nya berkat resolusi bayangan yang lebih tajam, penyempurnaan efek screen space reflection, ground truth ambient occlusion (GTAO) dan screen space directional occlusion (SSDO).

Tanpa harus terkejut, God of War di PC juga bisa berjalan tanpa batasan frame rate selama hardware kita sanggup. Kabar baiknya, Santa Monica Studio turut menyertakan dukungan fitur upscaling Nvidia DLSS sekaligus AMD FSR. Integrasi FSR ini merupakan kabar baik bagi pemain yang membutuhkan dorongan performa ekstra, tapi tidak punya kartu grafis seri Nvidia RTX.

God of War versi PC juga mendukung Nvidia Reflex, yang berarti latensi sistem dapat ditekan selama Anda menggunakan kartu grafis yang kompatibel (seri RTX atau GTX 900 ke atas) demi menyajikan gameplay yang responsif. Ini krusial untuk momen-momen pertarungan yang memerlukan reaksi cepat dari para pemain, seperti misalnya dalam sesi boss fight melawan Sigrun the Valkyrie Queen.

Tentu saja, yang menjadi pertanyaan terpenting adalah apakah PC Anda sanggup menjalankannya. Berikut rincian spesifikasi PC minimum yang dibutuhkan, langsung dari Sony:

Minimum (720p 30 fps)

  • Graphics settings: Low
  • GPU: Nvidia GTX 960 (4 GB) atau AMD R9 290X (4 GB)
  • CPU: Intel Core i5-2500K (4-core 3,3 GHz) atau AMD Ryzen 3 1200 (4-core 3,1 GHz)
  • RAM: 8 GB
  • Storage: 70 GB HDD

Recommended (1080p 30 fps)

  • Graphics settings: Original
  • GPU: Nvidia GTX 1060 (6 GB) atau AMD RX 570 (4 GB)
  • CPU: Intel Core i5-6600K (4-core 3,5 GHz) atau AMD Ryzen 5 2400G (4-core 3,6 GHz)
  • RAM: 8 GB
  • Storage: 70 GB SSD

High (1080p 60 fps)

  • Graphics settings: Original
  • GPU: Nvidia GTX 1070 (8 GB) atau AMD RX 5600XT (6 GB)
  • CPU: Intel Core i7-4770K (4-core 3,5 GHz) atau AMD Ryzen 7 2700 (8-core 3,2 GHz)
  • RAM: 8 GB
  • Storage: 70 GB SSD

Performance (1440p 60 fps)

  • Graphics settings: High
  • GPU: Nvidia RTX 2070 (8 GB) atau AMD RX 5700XT (8 GB)
  • CPU: Intel Core i7-7700K (4-core 4,2 GHz) atau AMD Ryzen 7 3700X (8-core 3,6 GHz)
  • RAM: 16 GB
  • Storage: 70 GB SSD

Ultra (4K 60 fps)

  • Graphics settings: Ultra
  • GPU: Nvidia RTX 3080 (10 GB) atau AMD RX 6800XT (16 GB)
  • CPU: Intel Core i9-9900K (8-core 3,6 GHz) atau AMD Ryzen 9 3950X (16-core 3,5 GHz)
  • RAM: 16 GB
  • Storage: 70 GB SSD

Spesifikasi yang dibutuhkan tergolong standar untuk ukuran game AAA modern dan bisa dibilang cukup fleksibel. Semoga saja performanya bisa langsung mulus seperti Days Gone, dan bukan seperti Horizon Zero Dawn yang membutuhkan beberapa patch sebelum akhirnya bisa berjalan tanpa problem.

Sumber: Steam via PC Gamer.

Ubisoft Luncurkan Quartz, Platform NFT untuk Deretan Game-nya, Dimulai dari Ghost Recon Breakpoint

Suka atau tidak, tren game NFT tidak akan ke mana-mana. Malahan, sekarang sudah ada salah satu nama terbesar di industri video game yang resmi terjun ke segmen baru ini: Ubisoft. Perusahaan asal Perancis itu baru saja memperkenalkan Quartz, sebuah platform yang dirancang agar para pemainnya bisa mendapatkan aset NFT bernama Digit.

Melalui siaran pers, Ubisoft menjelaskan bahwa Digit merupakan in-game item unik yang hanya akan dirilis dalam beberapa edisi dengan jumlah terbatas. Digit bersifat kosmetik dan tidak akan berpengaruh sedikit pun ke gameplay, bisa berupa skin kepala, senjata, atau bahkan kendaraan. Setiap Digit bakal dilengkapi nomor serinya masing-masing yang bisa dilihat oleh pemain lain di dalam game.

Sebagai aset NFT, setiap Digit pastinya datang membawa sertifikat kepemilikan yang tersimpan di blockchain. Tentu saja, Digit juga bisa dijual ke pemain lain jika mau, dan blockchain akan selalu mencatat nama setiap pemain yang sempat memiliki aset tersebut.

Untuk sekarang, Quartz masih berstatus beta, dan Digit baru tersedia buat game Tom Clancy’s Ghost Recon Breakpoint di PC. Untuk bisa mendapatkan Digit, pemain harus mencapai setidaknya XP Level 5 dan berusia 18 tahun ke atas. Ini berarti Digit tidak bisa dimiliki sembarang orang yang bukan pemain.

Kalau ingin mendapatkan atau membeli Digit, Anda harus memainkan game-nya dulu selama beberapa waktu. Hal ini sengaja dilakukan demi menghindari mereka yang hanya mengejar nilai investasi Digit semata. Setiap pemain juga hanya bisa memiliki satu unit Digit dari suatu edisi, dan ini tentu bakal berkontribusi langsung ke nilai kelangkaan tiap aset Digit.

Quartz sebagai langkah awal membangun metaverse

Quartz merupakan hasil riset dan pengembangan Ubisoft selama empat tahun. Satu aspek penting yang tidak lupa mereka perhatikan adalah terkait efisiensi energi. Itulah mengapa mereka memilih menggunakan blockchain Tezos ketimbang Ethereum. Sebagai informasi, Tezos mengandalkan mekanisme Proof-of-Stake yang memerlukan lebih sedikit energi untuk beroperasi ketimbang mekanisme Proof-of-Work yang digunakan Ethereum maupun Bitcoin.

Didier Genevois, Blockchain Technical Director Ubisoft, menjelaskan bahwa satu transaksi di Tezos mengonsumsi energi yang kurang lebih sama besarnya seperti streaming video selama 30 detik. Ini kontras dengan Bitcoin, yang satu transaksinya diestimasikan mengonsumsi energi yang sama besarnya seperti streaming video nonstop selama setahun penuh. Dengan kata lain, konsumsi energi Tezos sekitar satu juta kali lebih rendah ketimbang Bitcoin.

Quartz kabarnya bakal resmi beroperasi mulai 9 Desember 2021, tapi berhubung statusnya masih beta, yang memiliki akses baru pemain-pemain di beberapa negara saja, dan sayangnya Indonesia masih belum termasuk. Ke depannya, ekspansi Quartz bakal ditentukan juga oleh regulasi masing-masing negara demi menghindari problem seputar legalitas.

Tanpa harus terkejut, Quartz juga dikaitkan dengan topik metaverse. “Ubisoft Quartz adalah batu fondasi pertama untuk visi ambisius kami dalam mengembangkan metaverse yang sesungguhnya,” ucap Nicolas Pouard selaku Vice President of Strategic Innovation Lab di Ubisoft dalam siaran pers.

Namun pernyataan yang lebih menarik lagi datang dari Blockhain Product Director Ubisoft, Baptiste Chardon. Menurutnya, inisiatif seperti ini ke depannya bisa membuka peluang-peluang baru, salah satunya interoperabilitas antar game.

Bayangkan saja satu skin kepala bisa kita pakai di Ghost Recon Breakpoint, Riders Republic, atau bahkan game Assassin’s Creed yang berikutnya. Di titik itu, konsep metaverse tentu dapat semakin terbentuk dengan matang.

Baptiste juga bilang bahwa ini baru awal dari rencana besar mereka. “Ini bukanlah proyek sekali jalan. Ini merupakan bagian dari strategi global Ubisoft untuk mencoba dan menguji hal baru,” terangnya.

Sumber: 1, 2, 3.

Bukan Cuma Live Stream, Ajang The Game Awards 2021 Juga Akan Dikemas dalam Sebuah Metaverse

Untuk kali yang kedua, ajang The Game Awards tahun ini harus kembali digelar secara virtual. Namun ketimbang sebatas menyajikan live stream biasa, Geoff Keighley selaku sang penggagas acara sudah menyiapkan rencana yang cukup ambisius dalam bentuk sebuah metaverse.

jadi selain menonton acaranya pada tanggal 9 Desember, mulai pukul 07.00 WIB, kita juga bisa terjun ke dalam metaverse yang diciptakan secara khusus buat The Game Awards. Metaverse ini hidup di dalam Axial Tilt, semacam dunia interaktif yang dibangun di atas platform bernama Core.

Interaktif adalah kata kuncinya. Mereka yang mempunyai perangkat Windows 10 dapat mengunduh Core langsung dari situs resminya atau via Epic Games Store, dan dari situ mereka bisa mengakses Axial Tilt untuk langsung dibawa menuju ke metaverse hub milik The Game Awards.

Acara akan dibuka dengan sesi karpet merah, dan ditutup dengan sesi afterparty bersama seorang DJ tamu spesial. Selama acara berlangsung, pengunjung metaverse The Game Awards dapat memprediksi secara live para pemenang di berbagai kategori untuk mendapatkan hadiah in-game dalam ekosistem Core. Sebelum, selagi, dan sesudah acara, pengunjung juga dibebaskan bermain-main dengan koleksi mini game yang tersedia di Axial Tilt.

“Saya selalu mencari cara baru yang menarik untuk membawa The Game Awards ke audiens baru,” terang Geoff seperti dikutip VentureBeat. “Munculnya platform metaverse anyar seperti Core, dan pengalaman sosial yang dihadirkannya pada live event, menciptakan peluang luar biasa untuk memberi penggemar cara baru yang interaktif untuk menikmati pertunjukan. Dan mengingat ini adalah pertunjukan tentang hiburan interaktif, jadinya sangat cocok,” imbuhnya.

Kepada IGN, Geoff mengakui bahwa yang disuguhkan tahun ini belum sepenuhnya bisa dikategorikan sebagai metaverse, dan ini juga baru versi pertama dari visi yang ingin ia realisasikan ke depannya. Dengan kata lain, ke depannya The Game Awards bakal menyajikan lebih banyak program, mulai dari yang sesimpel sesi talk show bersama kalangan developer, sampai yang lebih ambisius seperti mencoba langsung versi demo dari game yang trailer-nya ditampilkan di acara.

Sumber: VentureBeat.

5 Game Paling Overhyped dan 5 yang Paling Underrated di Tahun 2021

2021 tidak bisa dibilang sebagai tahun terbaik buat industri video game, apalagi mengingat pandemi masih menjadi hambatan terbesar bagi kalangan developer. Terlepas dari beberapa judul game yang cukup fenomenal, sebagian besar game yang dirilis tahun ini boleh dibilang tidak seistimewa di tahun-tahun sebelumnya.

Belum lagi ditambah beberapa judul game yang terkesan overhyped, yang ternyata kurang bisa memenuhi ekspektasi tinggi yang konsumen tetapkan setelah melihat pamor game tersebut, seperti Cyberpunk 2077 di tahun 2020. Di sisi lain, tentu saja ada game yang bernasib sebaliknya, yang sebenarnya sangat pantas direkomendasikan namun kurang terekspos ke publik, alias underrated.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 game yang paling overhyped sekaligus 5 yang paling underrated yang dirilis di tahun 2021. Tentu saja, berhubung ini merupakan topik yang amat subjektif, Anda bebas punya pendapat yang berbeda.

Game paling overhyped di tahun 2021

Outriders

Ibarat hasil kawin silang antara Gears of War dan Destiny, Outriders mampu menyuguhkan formula looter shooter dengan bumbu RPG secara cukup solid. Feel menembaknya memang tidak sememuaskan Bulletstorm (game lain bikinan developer yang sama), tapi setidaknya itu bisa ditutupi oleh berbagai build karakter yang bisa kita kreasikan di Outriders.

Kekurangan utama Outriders ada dua. Yang pertama adalah konten endgame-nya yang terbilang minimal sekaligus terasa repetitif. Kedua dan yang mungkin lebih krusial adalah tidak adanya mode offline. Layaknya Borderlands, Outriders memang akan lebih asyik jika dimainkan bersama teman. Namun terkadang saya juga ingin memainkannya sendirian, dan ini rupanya hanya bisa dilakukan selagi online. Masalahnya, Outriders kerap dilanda problem teknis dari sisi server, dan ketika itu terjadi, saya bahkan tidak bisa memainkannya sama sekali walaupun sendirian.

Biomutant

Dengan setting open-world yang indah dan karakter yang jauh dari kata konvensional, Biomutant tentu menawarkan premis yang menarik, apalagi setelah melihat sistem combat-nya yang menggabungkan persenjataan modern dengan aksi kungfu.

Namun sebagai sebuah RPG, Biomutant kurang begitu mampu bersaing karena terkesan terlalu formulaik, belum lagi ditambah deretan quest-nya yang terasa begitu generik sekaligus repetitif. Quest yang variatif dan memikat merupakan salah satu kekuatan utama RPG single-player, dan Biomutant justru terkesan seperti MMORPG terkait hal ini, yang sering kali hanya menjadikan quest sebagai alasan untuk grinding.

New World

Ada banyak sekali yang bisa Anda lakukan di New World, tapi entah kenapa, berenang bukanlah salah satunya, begitu juga dengan berkuda. Bosan membasmi monster atau beradu otot melawan pemain lain? Anda bisa menghabiskan waktu berjam-jam memasak atau crafting di game ini. Memasak bahkan merupakan salah satu cara tercepat untuk levelling di New World.

Namun banyak bukan berarti semuanya menarik untuk dilakukan, dan aspek PvE merupakan salah satu kelemahan utama New World, demikian pula variasi quest yang tersedia. Untuk game yang sudah dinanti-nantikan sejak tahun 2016, New World semestinya bisa memberikan lebih dari sekadar visual yang apik dan elemen PvP yang seru.

Battlefield 2042

Setelah hampir tiga tahun tidak ada game Battlefield baru, wajar apabila banyak yang menaruh harapan besar pada Battlefield 2042. Sayang sekali ekspektasi tinggi itu tidak bisa dipenuhi akibat berbagai kendala teknis, dan tidak sedikit pula yang menyayangkan absennya single-player campaign pada game tersebut.

Saya pribadi cukup menikmati Battlefield 2042 selama open beta, tapi tentu sesi singkat tersebut tidak bisa dijadikan acuan karena tidak merepresentasikan pengalaman bermain secara menyeluruh. Semoga saja ke depannya kondisi game ini bisa membaik.

Grand Theft Auto: The Trilogy – The Definitive Edition

Dirilis 20 tahun setelah Grand Theft Auto III pertama kali meluncur di PS2, GTA Trilogy Definitive Edition bisa dibilang adalah salah satu yang paling besar hype-nya tahun ini meskipun hanya merupakan sebuah remaster. Namun kenyataannya jauh lebih pahit dari yang dibayangkan, sebab game ini dirilis dalam keadaan seperti belum rampung digarap.

Kabar baiknya, game ini masih bisa diselamatkan seiring berjalannya waktu mengingat sebagian besar problemnya cuma perkara teknis. Kalau secara konten, kualitas trilogi game legendaris ini tentu sudah tidak perlu diragukan lagi.

Game paling underrated di tahun 2021

It Takes Two

Fakta bahwa game ini harus dimainkan oleh dua orang setiap saat membuatnya jadi agak underrated. Namun kalau Anda tidak keberatan dengan persyaratan tersebut, Anda bakal hanyut dalam sebuah pengalaman bermain yang tidak akan pernah terlupakan.

It Takes Two menuntut kedua pemain untuk terus bekerja sama secara kreatif. Selagi ceritanya berjalan, berbagai mekanisme gameplay-nya juga akan berganti dan ikut menyesuaikan. It Takes Two bukan sekadar game paling inventif, melainkan juga salah satu game terbaik tahun ini.

The Ascent

Apa yang terjadi ketika Anda mengawinkan setting dunia cyberpunk dengan genre action RPG ala Diablo? The Ascent jawabannya. Game garapan studio kecil asal Swedia ini berhasil membuktikan bahwa Night City bukanlah satu-satunya lokasi dengan setting cyberpunk yang menarik untuk dieksplorasi. Meski disajikan dalam sudut pandang isometrik, The Ascent dapat dengan mudah membawa saya masuk ke dalam dunianya.

Kalau disuruh menyebut kekurangan terbesar game ini, saya akan bilang kontennya terlalu sedikit. Namun itu bukan berarti kontennya tidak banyak, melainkan lebih ke saya yang tidak bisa berhenti memainkannya. Setelah memainkan The Ascent, saya pun langsung teringat dengan Dredd, film dengan setting cyberpunk yang menurut saya juga termasuk underrated.

Eastward

Secara umum, ada dua alasan mengapa suatu game mengadopsi grafik bergaya pixel art. Yang pertama adalah karena keterbatasan dari sisi teknis, sedangkan yang kedua adalah karena itu memang arahan desain yang dituju oleh kreatornya. Eastward merupakan game yang masuk di kategori kedua tersebut.

Grafik di game ini benar-benar memukau, dengan pilihan palet warna yang terinspirasi karya-karya Studio Ghibli, dan berbagai efek lighting modern yang membuatnya kelihatan semakin hidup. Gameplay-nya memang tergolong simpel untuk ukuran sebuah RPG, tapi setidaknya itu bisa ditutupi oleh musik chiptune yang orisinal dan begitu membekas di telinga.

Knockout City

Dodgeball dengan sejumput bumbu kreativitas, Knockout City bisa menjadi opsi alternatif yang menyegarkan di tengah banyaknya game kompetitif ber-genre shooter. Dalam Knockout City, orang lain yang bermain bersama Anda bukan sebatas rekan satu tim, melainkan juga bisa menjadi senjata di saat-saat darurat.

Permainan pun jadi terasa semakin menyenangkan setelah mempelajari sejumlah trick shot yang tersedia, dan semua aksi yang Anda lakukan di dalam game ini bisa terasa semakin mantap berkat efek suara yang distingtif. Untuk sekarang, konten di Knockout City memang terbilang minim, namun sebagai sebuah live service game, isu tersebut tentu dapat diatasi seiring berjalannya waktu.

Ruined King: A League of Legends Story

RPG dengan sistem combat turn-based memang bukan untuk semua orang, namun Ruined King cukup berpotensi menjadi mainstream berkat dukungan popularitas League of Legends yang mengitarinya. Meski begitu, Anda tidak perlu menjadi penggemar salah satu MOBA terpopuler itu terlebih dulu untuk bisa menikmati game ini.

Seperti yang sudah bisa ditebak, kekuatan utama game ini terletak pada sistem combat-nya. Awalnya mungkin terkesan agak kompleks, namun kepuasan yang didapat setelah menguasainya betul-betul tidak tertandingi. Art style yang khas juga menjadi daya tarik lain dari game ini, kurang lebih sama kasusnya seperti serial animasi Arcane.

Final Fantasy XIV Pecahkan Rekor Jumlah Peak Gamers, Farming Simulator 22 Ciptakan Rekor Penjualan Baru

Minggu lalu, Final Fantasy XIV berhasil memecahkan rekor jumlah peak gamers. Sementara itu, Farming Simulator 22 juga berhasil mencetak rekor baru, yaitu dalam hal penjualan. Niantic baru saja mengakuisisi platform social gaming Lowkey dan Sony dikabarkan akan mengubah layanan yang ditawarkan pada PlayStation Plus di tahun depan.

Final Fantasy XIV Pecahkan Rekor Jumlah Peak Gamers

Walau telah berumur hampir 10 tahun, Final Fantasy XIV tetap populer. Faktanya, game itu baru saja memecahkan rekor baru untuk jumlah pemain aktif di Steam. Setelah expansion Endwalker diluncurkan, jumlah pemain aktif FFXIV mencapai lebih dari 95 ribu orang. Menurut laporan Kotaku, sebelum ini, rekor jumlah pemain terbanyak FFXIV adalah 67 ribu orang. Angka itu dicapai pada Juli 2021. Selain memecahkan rekor jumlah pemain, FFXIV juga berhasil menggandakan jumlah pemain aktif mereka di Steam, seperti yang disebutkan oleh PCGamesN. Pada Juni 2021, jumlah pemain aktif dari game MMO itu hanyalah sekitar 41 ribu orang.

Grafik pemain Final Fantasy XIV. | SteamDB

Peluncuran expansion baru memang jadi salah satu alasan mengapa FFXIV menjadi semakin populer. Namun, beberapa tahun belakangan, jumlah pemain game MMO itu memang terus bertambah. Faktor lain yang membuat jumlah pemain game tersebut meningkat adalah kasus yang menimpa Activision Blizzard. Karena skandal budaya pelecehan seksual di perusahaan itu, banyak gamers dan streamers yang memutuskan untuk berhenti memainkan World of Warcraft dalam beberapa bulan belakangan.

Niantic Akuisisi Lowkey, Platform Social Gaming

Niantic telah mengakuisisi Lowkey, platform social gaming. Dengan akuisisi ini, sebagian besar tim Lowkey akan menjadi bagian dari Niantic. Sementara Lowkey adalah situs media sosial untuk mengedit dan membagikan video, khususnya video gameplay.

“Lowkey merupakan pemimpin di bidang social gaming. Dengan bantuan mereka, kami akan bisa menerapkan berbagai fitur sosial di game-game buatan Niantic,” kata Head of Product, Niantic, Ivan Zhou, dikutip dari GamesIndustry. “Niantic dan Lowkey punya visi yang sama, yaitu untuk membangun komunitas berdasarkan pengalaman bermain bersama. Kami juga ingin menyediakan cara baru bagi pemain untuk saling terhubung dengan satu sama lain.”

Terjual 1,5 Juta Unit Dalam Seminggu, Farming Simulator 22 Pecahkan Rekor

Farming Simulator 22 diluncurkan untuk PC, Mac, konsol, dan Stadia pada 22 November 2021. Dalam satu minggu sejak dirilis, game itu telah terjual sebanyak 1,5 juta unit. Angka ini menjadi rekor penjualan terbanyak untuk seri Farming Simulator. Menurut SteamDB, game tersebut bahkan sempat mengalahkan Battlefield 2042 di Steam dalam hal jumlah pemain. Jumlah peak players dari Farming Sim 22 sempat mencapai 93,8 ribu orang, sementara Battlefield 2042 hanya 53 ribu orang.

Keberadaan Farming Simulator 22 sukses memperluas audiens dari franchise tersebut. Tak hanya itu, keberadaan fitur cross-platform multiplayer juga memungkinkan pemain PC, konsol current-gen dan last-gen untuk bermain bersama. Satu hal menarik lain tentang Farming Sim 22 adalah game itu merupakan game pertama yang Giants Software rilis sendiri, menurut laporan GamesIndustry.

Sony Dikabarkan akan Merombak Layanan PlayStation Plus

Di tahun depan, Sony berencana untuk mengubah penawaran dari PlayStation Plus, menurut laporan dari Bloomberg. Disebutkan, Sony akan tetap menggunakan merek PlayStation Plus. Namun, mereka akan menggabungkan layanan dari PlayStation Plus dengan PlayStation Now. Melalui layanan itu, Sony akan menyediakan katalog game dari semua platform yang pernah mereka buat, kecuali Vita, menurut laporan GamesIndustry.

Dikabarkan, PlayStation Plus yang baru akan memiliki tiga tier. Tier paling dasar dengan biaya paling murah hanya akan menawarkan segala sesuatu yang sudah tersedia di Plus sekarang. Jadi, gamers akan bisa memainkan game secara online dan mendapatkan akses ke game-game tertentu setiap bulannya. Tier kedua akan menawarkan sejumlah game PS4 dan PS5 yang bisa diunduh. Sementara tier yang paling tinggi dengan harga yang paling mahal akan memberikan akses ke on-demand streaming  dan berbagai game dan dari tiga generasi PS pertama serta PSP.

Versi VR dari Cities: Skylines Bakal Dirilis Pada 2022

Minggu lalu, Fast Travel Games mengumumkan keberadaan Cities: VR, versi virtual reality dari game Cities: Skylines. Cities: VR akan diluncurkan pada musim semi 2022 untuk Meta Quest 2 alias Oculus Quest 2. Cities: Skylines sendiri dirilis untuk PC pada 2015. Game itu sukses meraih popularitas di kalangan fans SimCity, yang kecewa dengan versi terbaru dari franchise tersebut. Setelah itu, Cities: Skylines diluncurkan untuk PlayStation 4, Xbox One, dan Nintendo Switch.

Genre city-building punya potensi besar di pasar VR. Dan kami tidak sabar untuk mengembangkan IP ini,” kata Creative Director, Fast Travel Games, Erik Odeldahl, lapor VentureBeat. “Kami menghabiskan banyak waktu, riset, dan energi untuk membawa Cities: Skylines ke VR dan memastikan bahwa game itu tetap menarik bagi pemain baru dan menawarkan tantangan baru bagi pemain lama.”

Update Terbaru Stardew Valley Jadikan Game-nya Lebih Future Proof dan Semakin Mod-Friendly

Modding memegang peranan yang sangat penting dalam dunia PC gaming. Tidak jarang, modding memungkinkan game yang sudah bagus untuk disempurnakan lebih jauh lagi. Dalam beberapa kasus, modding bahkan bisa membantu memperpanjang ‘umur’ game. Tidak percaya? Lihat saja Skyrim, yang belum lama ini dirilis ulang oleh Bethesda dengan menyertakan segudang konten bikinan komunitas modder-nya.

Stardew Valley merupakan contoh lain game yang mod-friendly, meski memang jumlah mod-nya belum selevel game-game bikinan Bethesda. Mulai dari mod simpel yang menyisipkan elemen UI ekstra, sampai yang benar-benar menambahkan segudang konten baru untuk dimainkan, Stardew Valley punya semuanya.

Kreator Stardew Valley, Eric “ConcernedApe” Barone, mendukung penuh komunitas modding dari game bikinannya tersebut. Hal itu ia buktikan lewat patch terbaru untuk Stardew Valley (versi 1.5.5), yang membawa pembaruan amat substansial terkait modding.

Utamanya, patch anyar ini memindahkan Stardew Valley dari framework XNA ke MonoGame. Meski keduanya sama-sama merupakan framework untuk mengembangkan game, XNA sudah berhenti dikembangkan sejak 2013, sementara MonoGame merupakan proyek open-source yang masih terus aktif dikembangkan.

Menurut Eric, tujuan dari migrasi framework ini tidak lain supaya Stardew Valley bisa lebih future-proof, sekaligus untuk meningkatkan batasan RAM yang dapat diakses oleh mod menjadi lebih dari 4 GB. Dengan kata lain, modder Stardew Valley punya fleksibilitas ekstra dalam berkreasi pasca update terbaru ini.

Mod seperti Stardew Valley Expanded menghadirkan segudang konten baru yang membuat game-nya jadi terasa baru / FlashShifter

Di samping pembaruan dari sisi arsitektur game, patch 1.5.5 turut menghadirkan sejumlah pembaruan QoL (quality of life) seperti kemampuan untuk membeli kembali barang yang tidak sengaja terjual, serta beberapa bug fix. Patch note lengkapnya dapat Anda baca sendiri di blog resmi Stardew Valley.

Belum puas sampai di situ saja, Eric juga tengah menyiapkan patch versi 1.5.6 yang bakal semakin memudahkan pekerjaan para modder. Untuk mewujudkannya, Eric bahkan memutuskan untuk bekerja sama langsung dengan PathosChild, pencipta SMAPI yang merupakan tool esensial untuk sebagian besar mod di Stardew Valley.

Update versi 1.5.6 kabarnya juga akan menghadirkan sejumlah konten baru, tapi tidak akan sampai sesignifikan patch 1.5 yang dirilis tahun lalu — cukup wajar mengingat Eric sedang sibuk mengerjakan game baru. Selagi menunggu, tidak ada salahnya kita bermain-main dulu dengan sejumlah mod esensial untuk Stardew Valley.

Via: Rock Paper Shotgun.